BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. potensi individu dimana individu dapat menerima kekurangan dan kelebihan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterikatan aturan, emosional dan setiap individu mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

BAB 3 METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI Dina Meyraniza Sari,2013

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala

HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) pada buku karangan Aristotetea yang berjudul Nicomacheon Ethics

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB V PENUTUP. orang lain, memiliki otonomi, dapat menguasai lingkungan, memiliki. tujuan dalam hidup serta memiliki pertumbuhan pribadi.

LAMPIRAN A. Alat Ukur

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN...i. KATA PENGANTAR.ii. ABSTRAK..v. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR DIAGRAM.xi. DAFTAR LAMPIRAN..

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam dan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan manusia,

BAB II LANDASAN TEORI. A. Psychological Well-Being. kehidupan berjalan dengan baik. Keadaan tersebut merupakan kombinasi dari

BAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. manusia menggunakan fungsi panca indera dan bagian-bagian tubuh lainnya, tetapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2014), terlebih bagi individu yang sudah bekerja dan hanya memiliki latar belakang

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. hendak diteliti dalam penelitian ini, yaitu mengenai gambaran psychological wellbeling

BAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa

Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, dengan tujuan untuk

GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi

BAB I PENDAHULUAN. yang keduanya tidak dapat dipisahkan. Unsur jasmani manusia terdiri dari badan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian dan saran untuk penelitian sejenisnya. maka dapat ditariklah suatu kesimpulan, yaitu :

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setelah kurang lebih lima hingga sepuluh tahun, HIV ini dapat berubah menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel

BAB I PENDAHULUAN. dilalui seorang individu sepanjang rentang kehidupannya. Keunikan pada masa

BAB V PENUTUP. Pada bab ini akan dijelaskan permasalahan penelitian dengan. kesimpulan hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR BAGAN.ix. DAFTAR TABEL...x. DAFTAR LAMPIRAN.xi BAB I PENDAHULUAN...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bisa menjadi bisa, dari

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari ( Ryff, 1995). Ryff (1989) mengatakan kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Arikunto (2006:12), mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit contohnya

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didik, sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu, akan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan memperoleh ilmu sesuai dengan tingkat kebutuhannya yang dilaksanakan secara formal sebagai pusat kehidupan sosial remaja. Masa remaja ini sangat berpengaruh dalam perkembangan dan kehidupan remaja, karena remaja lebih banyak menghabiskan sebagaian besar waktunya di lingkungan sekolah. Oleh karena itu remaja perlu merasa sejahtera agar dapat berkembang serta memperoleh ilmu dengan baik. Masa remaja menurut Pappalia (2007) terjadi saat seseorang berusia 11 20 tahun. Masa ini sering disebut sebagai masa transisi dari kanak-kanak kepada dewasa (Hurlock, 1973). Perubahan fisik yang dialaminya, menyebabkan muncul tuntutan akan adanya perkembangan psikologis yang menyertainya. Hal ini bisa menimbulkan permasalahan saat mereka harus menyesuaikan diri dengan peran barunya ini. Padahal, salah satu sumber kebahagiaan pada remaja adalah kesuksesan dalam proses adjustment (Hurlock, 1973). Di satu sisi, pada tahap remaja, proses penyesuaian diri menjadi sesuatu yang sulit dilakukan dibandingkan pada tahap perkembangan lainnya. Kegagalan dalam penyelesaian tugas perkembangan ini menyebabkan unhappiness/ ketidak bahagiaan (Hurlock, 1973). 1

Sekolah Menengah Kejuruan atau yang disebut SMK adalah bagian terpadu dari Sistem Pendidikan Nasional, yang mempunyai peranan penting didalam menyiapkan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Kesejahteraan psikologis bagi peserta didik SMK sangat penting karena jika peserta didik memiliki kesejahteraan psikologis yang cukup yaitu tempat mereka mengembangkan diri dan mengekspresikan diri maka mereka akan merasa nyaman dalam mengikuti pembelajaran disekolah, sehingga prestasi belajar mereka dapat meningkat dengan baik. Psichological well-being merupakan istilah untuk menggambarkan kesehatan psikologis individu berdasarkan pemenuhan kriteria fungsi psikologi positif (positive psichological functioning). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ryff (1989) dalam Pappalia (2009) menyebutkan bahwa aspek-aspek yang menyusun Psichological well-being antara lain penerimaan diri (self acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others), kemandirian (autonomy), penguasaan lingkungan (environmental mastery), tujuan hidup (purpose life) dan pengembangan pribadi (personal growth). Seperti yang telah ditemukan pada studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 20 september 2014 dengan salah satu guru BK di SMK Negeri 1 Purwokerto yang bernama ibu Tri Rahayu Ningsih, ditemukan bahwa banyaknya peserta didik perempuan kelas X yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri baik itu dalam pelajaran maupun lingkungan. Hubungan dengan antar sesama teman juga belum terjalin dengan baik, masih ada peserta didik yang terlihat minder, pendiam, pemalu dan tidak mandiri dalam arti masih bergantung pada 2

orang lain entah itu teman yang dikenalnya atau pun guru yang dirasa sudah dikenalnya. Hal ini menandakan adanya ketidak bahagiaan yang dialami peserta didik tersebut yang timbul karena perpindahan dari masa SMP kemasa SMK. Peserta didik kelas X ini juga belum memiliki tujuan hidup karena masih awam dengan berbagai penjurusan yang disediakan disekolah, seperti jurusan Farmasi, Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Perbankan Syariah, Multimedia, Tehnik Komputer Jaringan, Rekayasa Perangkat Lunak, dan bagian Pemasaran. Berbagai jurusan yang disediakan sekolah tersebut masih asing bagi para peserta didik sehingga mereka masih kebingungan dalam menentukan tujuan hidup yang akan mereka ambil. Peserta didik kelas X itu sendiri terdiri dari 17 kelas dengan jumlah rata-rata peserta didik 32 di setiap program studinya, dan keseluruhanya sekitar 1.500. Tahun ajaran ini ada 13 orang peserta didik yang keluar dari sekolah SMK Negeri 1 PURWOKERTO ini, 11 diantaranya yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 6 orang perempuan keluar karena mengikuti orang tua pindah kerja, karena pergaulan bebas, karena tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, karena adanya permasalahan ekonomi keluarga dan 2 orang laki-laki diantaranya di DO karena tidak dapat berperilaku dengan baik serta tidak dapat menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang berlaku sehingga dari pihak sekolah terpaksa mengeluarkannya agar tidak mempengaruhi peserta didik lain. Perilaku malu dalam mengikuti berbagai aktivitas yang digelar sekolah, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja menjadi kurang pengalaman, sehingga perilaku bermasalah ini akan secara tidak 3

langsung merugikan remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri. Perilaku menyontek, membolos, dan melanggar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menengah. Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami perilaku ini. Tetapi seorang remaja mengalami hal ini jika ia merasa tidak tenang dan tidak bahagia sehingga menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan yang kurang pantas bahkan bisa sampai pada tingkat kriminalitas. Kesejahteraan psikologi yang baik akan hadir ketika situasi menyenangkan terjadi dalam keluarga individu dan juga lingkungan luar individu tersebut. Kefungsian keluarga menjadi pengaruh yang sangat kuat dalam mempengaruhi kesejahteraan psikologi anak dalam menerima kebahagiaan sepanjang waktu (Nayana, 2013). Mencapai kesejahteraan dalam hidup merupakan keinginan semua orang. Sayangnya tidak semua orang dapat menjadi sejahtera. Salah satu di antaranya adalah kaum perempuan yang seringkali dikenai stereotip negatif dan diskriminasi. Hal ini dimungkinkan karena laki-laki lebih bebas dalam mengekspresikan diri sehingga kesejahteraan psikologisnya lebih tinggi dari perempuan. Hal ini didukung dengan pernyataan Ryff et all (dalam Pappalia, 2009) perempuan kulit hitam dan hispanik memiliki memiliki skor kesejahteraan psikologi lebih rendah dari pada laki-laki kulit hitam dan hispanik dalam beberapa bidang, sehingga peneliti berminat untuk mengetahui perbedaan psikological well-being antara 4

peserta didik laki-laki dan peserta didik SMK Negeri 1 Purwokerto. Psikological well-being dalam penelitian ini akan dilihat dari aspek kemandirian dan pengembangan pribadi yang berhubungan dengan kesiapan peserta didik dalam memasuki dunia kerja sebagai ciri khas SMK. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Alldart dalam Laili (2014) well-being adalah bahwa sebuah keadaan yang memungkinkan individu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Untuk dapat gambaran kesejahteraan tentang psychological well-being pada peserta didik SMK Negeri 1 di Purwokerto tahun ajaran 2015/2016. Peserta didik yang diambil adalah kelas X, dengan maksud peserta didik ditingkat tersebut memiliki pengalaman dan pemikiran yang belum matang sepenuhnya. Pada tingkat kelas X juga peserta didiknya masih tergolong baru dalam mengenal lingkungan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) hal ini secara tidak langsung menyebabkan adanya perbedaan didalam lingkungan sekolah yang dahulu dengan yang sekarang, sehingga secara tidak langsung akan menimbulkan hasil yang berbeda pula dalam segi kesejahteraannya. Adapun alasan pengambilan SMK Negeri 1 di Purwokerto sebagai objek penelitian adalah SMK Negeri 1 di Purwokerto karena memiliki tujuan agar peserta didiknya siap masuk dalam dunia kerja nyata, sehingga peserta didik dibekali dengan ketrampian-ketrampilan yang memadai. SMK Negeri 1 di Purwokerto juga sudah lama berdiri sehingga memiliki banyak pengalaman dalam mendidik peserta didik untuk sukses didunia kerja, serta kerjasama dengan dunia kerja yang banyak untuk membantu penyaluran kerja peserta didik. Oleh karena itu kesejahteraan psikologis peserta didik SMK lebih baik karena setelah selesai 5

sekolah mereka siap bekerja. Sehingga siswa SMK lebih mandiri dari pada siswa SMU dan MA, hal ini sesuai dengan salah satu aspek psikological well-being yaitu kemandirian (autonomy). Selain hal tersebut karena SMK memiliki keunggulan antara lain di SMK selain diberi teori siswa akan diberi keahlian sesuai potensi yang dia miliki, namun di SMA siswa hanya akan diberi teori dan tanpa membimbing potensi siswa. Berbeda dengan SMA yang hanya mengajarkan teori, di SMK diajarkan banyak hal yang meliputi teori dan praktek sesuai jurusan anda. Sebagai contoh anda mengambil jurusan listrik maka potensi akan bakat tentang listrik akan dikembangkan disana, selain dapat teori anda juga dapat pelajaran produktif inilah yang menjadi nilai plus bagi SMK (Dedi, 2013). Selain alasan yang terkait dengan kesejahteraan untuk memenuhi kebutuhan pokok, penelitian ini juga perlu dilakukan karena banyak kasus pada peserta didik SMK sekarang ini anak-anak memiliki hubungan negatif dengan orang lain akibat ejekan, cemoohan teman-teman mereka. Ejekan dan cemoohan ini mungkin terkesan sepele dan terlihat wajar, namun pada kenyataannya hal-hal tersebut dapat menjadi senjata tak kenal ampun yang secara perlahan tapi pasti dapat menghancurkan seorang anak. Berdasarkan hal itu maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Psychological Well-Being Antara Peserta Didik Laki-Laki Dengan Peserta Didik Perempuan Kelas X Smk Negeri 1 Purwokerto Tahun Ajaran 2015/2016. 6

B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut : Apakah ada perbedaan psychological wellbeing antara peserta didik laki-laki dengan peserta didik perempuan kelas X SMK Negeri 1 Purwokerto tahun ajaran 2015/2016?. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan psychological wellbeing antara peserta didik laki-laki dengan peserta didik perempuan kelas X SMK Negeri 1 Purwokerto tahun ajaran 2015/2016. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis : Untuk menambah pengetahuan baru dalam ilmu psikologi pendidikan khususnya mengenai psychological well-being di sekolah. 2. Manfaat praktis : a. Bagi SMK N 1 Purwokerto ini, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi suatu landasan bagi sekolah untuk dapat lebih mengetahui pentingnya akan psychological well-being para peserta didik itu sendiri mengingat ada atau tidaknya perbedaan tersebut. Dengan cara memberikan arahan kepada peserta didik agar memiliki psychological well-being yang lebih baik. 7

b. Bagi Peserta didik, jika hipotesis diterima, maka dapat menjadi acuan untuk meningkatkan psychological well-being pada kelompok siswa yang memiliki psychological well-being lebih rendah dengan cara mencontoh teman-teman yang memiliki psychological well-being lebih tinggi. 8