BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaidar Syaefulhamdi Ependi, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan nasional pada usaha proaktif untuk meningkatkan peran

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan kepada seluruh warga bangsa dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. harus diminimalisir, bahkan di negara maju pun masih ada penduduknya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri perdesaan sendiri merupakan program nasional

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. banyak penduduk miskin. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

I. PENDAHULUAN. Dalam sebuah negara yang berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM. laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang,

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terkena PHK (pengangguran) dan naiknya harga - harga kebutuhan

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai a process

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagi seluruh rakyat Indonesia dan di dalam undang-undang Dasar 1945,

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN. Berdasarkan hasil empiris penelitian dan analisis pada bab sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

PNPM MANDIRI PERDESAAN

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. beruntung (disadvabtaged groups), seperti orang miskin, orang dengan kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. Hilir tahun adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

EVALUASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARKAT. Oleh : Rahayu M.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27).

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Romy Novan Fauzi, 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENERAPAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga saat ini menarik untuk dicermati. Era

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses kearah yang lebih baik sesuai tujuan yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan sosial. Maka dari itu, hasil dari pembangunan harus dinikmati oleh seluruh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan menyeluru. Krisis ekonomi yang saat ini melanda beberapa negara di dunia termasuk Indonesia, yang mengakibatkan penurunan kesejahteraan atau pendapatan masyarakat, krisis ini juga turut menghambat laju pembangunan nasional dan mempengaruhi kehidupan masyarakat di Indonesia. Perlu kita ketahui bahwa hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan masyarakat seluruhnya dan manusia seutuhnya. Akan tetapi, pada kenyataannya sampai saat ini masalah kesenjangan sosial secara mendasar belum dapat dipecahkan. Menyadari hal pemerintah selaku pihak yang berwenang dan bertanggung jawab harus berupaya untuk mencari jalan agar kesenjangan ini dapat diperkecil tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil dari data Badan Pusat Statistik Nasional (BPS) tahun 2006 lalu, jumlah penduduk miskin di indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2005 yang sebesar 35,1 juta jiwa atau sekitar 15,97 % dari seluruh penduduk Indonesia angka tersebut mengalami penigkatan 3,9 juta jiwa menjadi 39,05 juta jiwa atau 17,75 % dari jumlah penduduk di tahun 2006. Sedangkan angka penganguran 10,9 juta jiwa 10,3 % dari jumlah angkatan kerja. Di samping angka kemiskinan yang disampaikan oleh BPS di lihat dari Human Developmant Indeks (HDI) atau Indek Pembangunan Manusia di Indonesia masih tertinggal, dibandingkan dengan kualitas manusia di negara-negara lain seperti Cina, Singapura, dan malaysia.berdasarkan Human Development Report tahun 2006 yang menggunakan data tahun 2002, Indonesia hanya menempati urutan ke-108 dari 177 negara, hal ini berimplikasi pada produktivitas manusia yang rendah.

Permasalahan utama dalam hal pemberantasan kemiskinan adalah bagaimana memperkuat kemampuan masyarakat lapisan bawah yang masih dalam kondisi tidak dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan (proverty) dan keterbelakangan pendidikan (ignorance) agar dapat menjadi masyarakat yang berdaya dalam kemandirian, keswadayaan, partisipasif dan demokratis, sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Perkembangan ekonomi di Indonesia akan lebih berkembang jika lebih memberdayakan dalam bidang kewirausahaan. Oleh sebab itu kewirausahaan merupakan salah satu unsur yang penting untuk menyukseskan pembangunan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Prawirokusumo, (2010:12) bahwa kewirausahaan telah mengubah perekonomian dunia, karena kewirausahaan selalu diasosiasikan dengan kelahiran bisnis baru yang selalu memberi vitalitas bagi ekonomi. Di Indonesia sendiri problem yang dihadapi masyarakat yang berkeinginan untuk berwirausaha adalah dalam hal modal, karena tidak bisa dipungkiri modal adalah pondasi awal dalam membangun sebuah usaha. Dalam mengatasi permasalahan modal, tidak jarang beberapa lembaga keuangan seperti Bank dan lembaga-lembaga kredit menawarkan pinjaman uang sebagai modal usaha. Namun prosedur yang berbelit-belit, persyaratan yang rumit, jaminan kekayaan yang harus tersedia untuk mendapatkan kredit, serta lokasi lembaga kredit yang jauh dari tempat tinggal menjadi pembatas bagi masyarakat terutama yang ada di daerah pedesaan untuk memanfaatkan lembaga tersebut dalam mengatasi masalah permodalam mereka. Mengatasi pentingnya bantuan permodalam bagi masyarakat pedesaan yang berkeinginan untuk berwirausaha dan belum berhasilnya kebanyakan lembaga kredit yang ada dalam mengatasi masalah permodalam, maka perlu adanya campur tangan dari pemerintah yang diharapkan mampu lebih meringankan dan memihak kepada kelompok miskin dipedesaan, yang benar-benar membutuhkan tambahan permodalam. Berkenaan dengan persoalan-persoalan diatas maka perlu adanya upaya pemberdayaan dari pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui penguatan sektor wirausaha masyarakat. Maka dari itu pemerintah

mencanankan beberapa program dalam upaya pemberdayaan masyarakat salah satunya melalui Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan (PNPM Mandiri Pedesaan atau PNPM-MP atau Runal PNPM) yang saat ini sedang gencar dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia. Sasaran yang perlu diberdayakan adalah masyarakat yang strata sosialnya rendah seperti yang dikatakan oleh Onny S. Prijono & A. M. W. Pranaka (1996:23), bahwa rakyat yang perlu diberdayaakan antara lain adalah kaum buruh, nelayan, petani, orang miskin di Desa dan di Kota, kondisi masyarakat yang belum mampu memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya. Sedangkan menurut Kartono, (2004:33) yang perlu diberdayakan adalah masyarakat lapisan bawah, pinggiran, dan pedesaan, Karena masyarakat tersebut masih mencerminkan adanya kelemahan dan kekurangan dalam keswadayaan, kemandirian, partisipasi, solidaritas sosial, keterampilan, sikap kritis, sistem komunikasi personal, wawasan transformasi, rendahnya mutu dan tarap hidup. Pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) melalui Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Keniskinan Menko Kesra mengemukakan salah satu cara untuk mengatasi atau memberantas kemiskinan adalah melalui PNPM Mandiri (Program Nasional Pemberdayaan Mandiri). Sesuai dengan visi PNPM Mandiri Pedesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin pedesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya yang ada di lingkugannya, serta mengolah sumberdaya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan (PNPM Mandiri Pedesaan) pada hakekatnya merupakan Program pemerintah yang dijalankan dan diawasi oleh masyarakat dengan harapan dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja melalu upaya pemberdayaan masyarakat dengan tujuan peningkatan kualitas hidup, kemandirian di tingkat kesejahteraan masyarakat.

Di dalam UU. No 20 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2004 dalam program Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dinyatakan bahwa Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui penguatan lembaga dan organisasi masyarakat setempat, penaggulangan kemiskinan nasional dan perlindungan sosial masyarakat, peningkatan keswadayaan masyarakat luas guna membantu masyarakat untuk meningkatkan kehidupan ekonomi, sosial dan polotik. Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan (PNPM Pedesaan) merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang dicanankan oleh pemerintah dalam mempercepat penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesempatan kerja di wilayah pedesaan. PNPM Mandiri Pedesaan mengadopsi sepenuhnya Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang dilaksanakan sejak tahun 1998. PNPM Mandiri sendiri dikukuhkan secara resmi diresmikan Presiden RI pada 30 April 2007 di Palu, Sulawesi Tengah. Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan (PNPM Mandiri Pedesaan)adalah program pemberdayaan terbesar di Indonesia. Pada pelaksanaanya, program ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia yang dirasa perlu untuk diberdayakan, dalam hal ini terutama masyarakat miskin yang berada di daerah pedesaan. Program ini menyediakan fasilitas pemberdayaan masyarakat/kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan serta dana Bantuan Langsung Untuk (BLM) kepada masyarakat secara langsung. Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasala dari Alokasi Pendapatan dan Anggaran Negara (APBN), alokasi Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga pemberiaan bantuan di bawah koordinasi Bank Dunia. Pemberdayaan masyarakat adalah pendekatan yang digunakan PNPM Mandiri Pedesaan dengan tujuan untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menjalankan proses pembangunan dari, oleh dan untuk

masyarakat dengan didukung dan pengawasan dari berbagai kalangan dan pemangku kepentingan lainnya. Salah satu dari Program Nasional Pemberdayaan Pedesaan (PNPM Mandiri Pedesaan) adalah bantuan peminjaman modal bagi masyarakat yaitu bagi kelompok usaha ekonomi produktif melalui kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dan Usaha Ekomoni Produktif (UEP). Bantuan ini diberikan kepada masyarakat yang memiliki usaha ataupun bagi masyarakat yang berkeinginan untuk berwirausaha untuk meningkatkan keterampilan usahanya. Pada pelaksanaannya masyarakat telebih dahulu dibagi dalam kelompok, setiap masyarakat yang memiliki usaha yang akan membuat usaha masuk dalam kelompok tersebut yang terdiri dari tujuh orang, yang selanjutnya akan diseleksi untuk mendapatkan modal usaha. Berdasarkan beberapa permasalahan yang dikemukakan di atas maka dari itu peneliti tertarik untuk melihat bagaimana kontribusi dari kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam meningkatkan minat wirausaha masyarakat di Desa Jampang Tengah Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi. Maka kemudian peneliti menentukan judul penelitian Kontribusi Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Dalam Meningkatkan Minat Wirausaha (Studi Deskriptif Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan di Desa Jampang Tengah Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi). B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan hasil observasi penulis di lapangan terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan, antara lain: 1. Masih tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran dikarenakan kurangnya lapangan pekerjaan di Desa Jampang Tengah Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi. 2. Masih kurangnya minat berwirausaha masyarakat di Desa Jampang Tengah Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi untuk berwirausaha.

3. Adanya PNPM Mandiri Pedesaan yang memfasilitasi masyarakat dalam melaksanakan kegiatan wirausaha melalui kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP). 4. Antusisme masyarakat terhadap kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang dilaksanakan di Desa Jampang Tengah. Berdasarkan di atas maka secara lebih spesifik permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada kontribusi kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam meningkatkan minat wirausaha masyarakat di Desa Jampang Tengah Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi? 2. Bagaimana gambaran minat wirausaha masyarakat di Desa Jampang Tengah Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi setelah mendapatkan bantuan dari kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP)? 3. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Jampang Tengah Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi? C. Tujuan Penelitian Mengacu kepada latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah di atas, maka tujuan umun dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan kajian secara ilmiah mengenai Kontribusi kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam meningkatkan minat wirausaha masyarakat di Desa Jampang Tengah Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi. Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kontribusi kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam meningkatkan minat wirausaha masyarakat di Desa Jampang Tengah Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi.

2. Untuk mengetahui gambaran minat wirausaha masyarakat di Desa Jampang Tengah Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi setelah mendapatkan bantuan dari kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP). 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Jampang Tengah Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan konsep-konsep baru dalam menunjang ilmu pengetahuan dalam kaitan dengan pemberdayaan masyarakat. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai pengalaman praktis penulis dalam penggunaan konsep-konsep dan teori-teori yang telah di pelajari penulis. b. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian bagi pihak yang berkepentingan dalam kaitan upaya pemberdayaan masyarakat. c. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis. E. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi BAB I : Berisi tentang Pendahuluan, yang membahas tentang Latar BelakangMasalah, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, ManfaatPenelitian, dan Struktur Organisasi Penulisan Skripsi. BAB II : Berupa Landasan Teoritis, yang didalamnya berisi tentang teori dan konsep mengenaipnpm Mandiri Pedesaan, Konsep Pemberdayaan, Konsep Minat, Konsep Wirausaha, dan Konsep Minat Wirausaha. BAB III : Berisi tentang MetodePenelitian, yang didalamnya menguraikan Lokasi dan Subjek Penelitian, Metode Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Prosedur Pengolahan Data.

BAB IV : Berisi tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan, Deskripsi Data, dan sebagainya. BAB V : Berisi tentang Simpulan dan Saran.