BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jabatan pengawas sekolah pada era sekarang sudah mulai bisa diminati oleh para guru, hal ini membuktikan bahwa kesadaran akan fungsi dan tugas seorang pengawas sekolah sangat penting perannya dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Jika melihat beberapa data permasalahan tentang kepengawasan khususnya di bidang pendidikan, menunjukkan betapa ironisnya presepsi publik terhadap jabatan pengawas sekolah. Data yang menunjukkan permasalahan kepengawasan tersebut diantaranya dimuat Kompas bulan Mei 2012 yang intinya bahwa kinerja pengawas dinilai justru kurang memberikan kontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan sebaliknya malah menjadi penghambat guru untuk melakukan trobosan dalam peningkatan mutu pendidikan dan layanan pada masyarakat. Data lain, nilai rata-rata Ujian Kompetensi Awal (UKA) pengawas justru paling rendah dibanding dengan UKA guru-guru yang diawasi, melihat jabatan pengawas yang seharusnya lebih kompetensi dan menguasai di bidang pendidikan memang benar jika kualitas layanan pengawas masih dikeluhkan oleh beberapa guru. Layanan merupakan interaksi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau institusi kepada pelanggan yang berkaitan dengan penjualan produk atau jasa. Layanan merefleksikan proses yang mencakup penyampaian produk utama, interaksi personal, kinerja, dan 1
2 pengalaman layanan. Selanjutnya, kualitas layanan (service quality) diartikan sebagai sebuah ukuran seberapa baik tingkat layanan yang diberikan mampu memuaskan pelanggan. (Tjiptono, 2008). Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas layanan adalah layanan yang diharapkan pelanggan (expected service) dan persepsi terhadap layanan (perceived service). Konsep tersebut merupakan gap 5 (lima) dari kualitas layanan yang dirumuskan oleh Parasuraman yaitu gap antara layanan yang dipersepsikan dengan layanan yang diharapkan. Kualitas layanan supervisi pengawas tentunya akan sesuai harapan para guru dengan catatan jika beban/jumlah sekolah binaan tidak melebihi rasio sesuai ketentuan dalam Permenpan No.12 Tahun 2010 untuk SMK yaitu 1:7, artinya setiap 1 pengawas mempunyai tugas menjadi pendamping untuk 7 sekolah binaan. Pengawas SMK, satu atau dua orang harus dalam rumpun mata pelajaran kejuruan misalnya rumpun teknik dan industri serta rumpun Bisnis dan Manajemen (tergantung kejuruan yang ada di SMK binaannya). Untuk didaerah khususnya di Yogyakarta Kabupaten Gunungkidul terdapat 13 SMK Negeri dan 28 SMK Swasta total ada 41 SMK. Jumlah guru sekolah negeri dan swasta seperti pada tabel berikut ini. Tabel 1.1 Jumlah Guru SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunungkidul No Jenis Sekolah Jumlah Guru 1 Guru SMK Negeri 586 2 Guru DPK 61 3 Guru Tidak Tetap (GTT) SMK Swasta 129 4 Guru Tidak Tetap (GTT) SMK Negeri 161 Total 937 Sumber : Dokumen Dikmen Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul
3 Jika dihitung sesuai ketentuan di atas, jumlah pengawas yang dibutuhkan adalah 6 pengawas atau lebih karena terdiri dari beberapa rumpun mata pelajaran. Di lapangan menunjukkan pengawas SMK hanya ada 1 orang dan membina seluruh SMK di Kabupaten Gunungkidul. Kemudian muncul pertanyaan apakah dengan hanya 1 orang pengawas tersebut dapat melaksanakan pelayanan kepada guru sesuai yang diharapkan. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh pengawas seharusnya sesuai dengan harapan guru-guru SMK. Parasurahman, Zeithaml dan Berry (1991; 240) menyatakan kegagalan penyampaian layanan terjadi jika terdapat kesenjangan antara jasa/pelayanan yang dialami dengan jasa/pelayanan yang diharapkan. Jika pelayanan yang diberikan pengawas di bawah harapan maka guru akan kecewa akan tetapi jika pelayanan yang diberikan pengawas melebihi harapan maka guru akan merasa puas. Hasil observasi awal ditemukan beberapa guru ada yang mengeluhkan tentang penilaian para pengawas yang kurang konsisten terhadap apa yang disarankan, karena tidak ada pencatatan hasil kunjungan dan program tindak lanjut oleh pengawas. Pengawas selalu melakukan penilaian tanpa ada proses bimbingan, tindaklanjut dan evaluasi, sebaliknya dari pihak sekolah dalam melaksanakan perencanaan program sekolah jarang melibatkan peran pengawas sehingga muncullah ketidaksepahaman antara pengawas itu sendiri dengan sekolah binaan. Sebagian guru juga ada yang menilai dengan pengawas yang ada saat ini telah mewakili kebutuhan adminstrasi dan penyusunan materi pembelajaran.
4 Pro dan kontra yang ada di kalangan guru tersebut perlu dicari solusi yang tepat, sehingga ada kesamaan presepsi dan terjalinnya kerjasama yang harmonis antara pengawas dengan warga sekolah binaannnya. Penelitian ini akan mencoba menguraikan kualitas pelayanan dari presepsi guru terhadap peran pengawas selama ini, setelah mendapatkan informasi tersebut kemudian apa saja yang menjadi harapan/expectation para guru terhadap peran pengawas. Subjek penelitian ini adalah guru-guru di SMK Negeri se-kabupaten Gunungkidul. Calon para pengawas dan pengawas hendaknya bisa menjadi referensi untuk perbaikan dan evaluasi kinerjanya dalam rangka perbaikan secara terus-menerus mutu pendidikan di Indonesia. Model pengukuran untuk mengetahui kualitas layanan yang dilakukan oleh pengawas dan kepuasan guru terhadap layanan pada penelitian ini menggunakan model SERVQUAL (service quality) yang sampai saat ini masih menjadi model pengukuran yang powerful untuk mengukur kualitas layanan Tjiptono, (2008). SERVQUAL yang digunakan untuk mengukur kualitas layanan pada setiap penelitian baru dan konteks yang berbeda diperlukan pengujian kembali terhadap reliabilitas dan validitasnya. Hal itu dikarenakan reliabilitas dan validitas hanya berlaku untuk penelitain pada saat itu Azwar, (2006). B. Rumusan Masalah Pengawas pendidikan berfungsi sebagai sarana untuk memacu mutu pendidikan sehingga kualitas pengawas sangat diutamakan dari para aspek administrative (sebagaimana yang berlaku selama ini), oleh karena itu jabatan
5 pengawas harus dipegang oleh orang-orang yang benar-benar berkemampuan dan menguasai bidang supervisi pendidikan. Perlu ada penyiapan secara sistematis melalui pendidikan dan pelatihan. Seperti pernyataan Burton dalam Purwanto, (2010) sebagai berikut: 1. supervisi yang baik adalah mengarahkan perhatiannya kepada dasar-dasar pendidikan dan cara-cara serta perkembangannya dalam pencapaian tujuan umum pendidikan 2. Tujuan supervisi adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total 3. Fokusnya pada setting of learning bukan pada individu atau kelompok. Keberadaan jumlah pengawas yang sangat minim memunculkan permasalahan yang harus segera menjadi perhatian bagi Dinas Pendidikan Kabupaten setempat sehingga pemberian pelayanan pengawasan dan pembimbingan yang lebih optimal bagi guru-guru di Kabupaten Gunungkidul. Sesuai latar belakang tersebut penelitian ini diajukan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana kualitas layanan supervisi pengawas sekolah terhadap kepuasan guru-guru di SMK N se-kabupaten Gunungkidul C. Pertanyaan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas penelitian ini akan mendiskripsikan dan menganalisis: 1. apakah terdapat kesenjangan antara persepsi dan ekspektasi guru SMK terhadap kualitas layanan supervisi pengawas di Kabupaten Gunungkidul?
6 2. Bagaimanakah tingkat kepuasan Guru SMK terhadap kualitas layanan supervisi pengawas di SMK se-kabupaten Gunungkidul? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kesenjangan antara persepsi dan ekspektasi guru terhadap kualitas layanan supervisi pengawas sekolah di Kabupaten Gunungkidul 2. Menganalisis kepuasan guru terhadap kualitas layanan supervisi pengawas di Kabupaten Gunungkidul. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dipandang dari 2 aspek, yaitu: 1. aspek teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat mengembangkan konsep dan bahan-bahan supervisi akademik bagi pengawas khususnya SMK melalui eksplorasi empirik dan analisis teoritis yang lebih mengutamakan kepentingan guru. 2. Aspek praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul khususnya dinas pendidikan untuk lebih memberikan perhatian pada bidang kepengawasan pendidikan terutama di Sekolah Menengah Kejuruan. F. Batasan Penelitian Mengingat terbatasnya waktu, tenaga dan biaya maka tidak semua faktor bisa diteliti karena itu harus dibatasi. Penelitian ini hanya dibatasi pada variable kualitas pelayanan supervisi oleh pengawas SMK dan variable kepuasan guru-guru terhadap layanan supervisi pengawas sekolah di kabupaten Gunungkidul yang terdiri dari 5 dimensi yaitu reliability (keandalan), responsiveness (data tanggap), assurance (jaminan), empathy (empati) dan tangibles (bukti fisik).
7 G. Sistematika Penulisan Penelitian ini akan disusun dalam lima bab dengan tahapan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang mendasari penelitian ini, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai variabel-variabel yang akan diteliti, definisi operasional, jenis dan sumber data, populasi dan penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi obyek penelitian, analisis data, serta intepretasi hasil. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN