SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA KUNJUNGAN MENTERI KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM KEGIATAN HARI MENANAM POHON INDONESIA TAHUN 2014 DI KAB. SLEMAN TANGGAL : 19 NOVEMBER 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Yang kami hormati, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc Gubernur Daerah Istimewa Jogjakarta Tamu Undangan serta hadirin yang berbahagia. Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang tiada hentinya
melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-nya kepada kita, sehingga pada hari ini kita dapat hadir dan bersilaturahmi pada acara ini dalam keadaan sehat wal afiat. Pada awal kesempatan ini saya atas nama masyarakat Kabupaten Sleman maupun atas nama pribadi mengucapkan Selamat Datang di wilayah Kabupaten Sleman kepada Ibu Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc beserta rombongan. Selain merupakan suatu kehormatan bagi kami, kehadiran Ibu Menteri kali ini juga merupakan bentuk perhatian kepada segenap masyarakat Sleman. Kami berharap, perhatian Ibu Menteri menjadi motivasi bagi kami untuk berupaya memperbaiki kualitas lingkungan hidup yang lebih baik. Ibu Menteri, serta Hadirin yang kami hormati Pada kesempatan ini, perkenankan kami melaporkan bahwa keberadaan kawasan hutan lindung di lereng Merapi merupakan aset yang sangat penting dalam menyediakan daerah resapan air, tidak hanya bagi Kabupaten Sleman namun juga bagi seluruh masyarakat di DIY.
Erupsi merapi di akhir tahun 2010 yang lalu, telah menyebabkan hutan rakyat seluas 840 ha dan sekitar 1000 Ha lebih lahan TNGM mengalami kerusakan. Dari total luas lahan hutan tersebut, saat ini baru sekitar 300 ha yang telah ditanami kembali. Selain itu, di wilayah Kabupaten Sleman ini juga terdapat 1000 ha lebih lahan kritis dan sangat kritis, sedangkan 57.000 ha lebih adalah lahan yang berpotensi kritis. Kami senantiasa berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat agar peduli dengan kondisi lingkungan serta melakukan pemulihan dan pelestarian hutan. Gerakan menanam pohon juga senantiasa kami lakukan dan galakkan, khususnya di lokasi lahan kritis. Kerusakan tersebut, mengakibatkan menurun-nya daerah resapan air dan debet air di Kabupaten Sleman. Untuk mengembalikan fungsi hutan yang telah rusak, kita telah berupaya menekan laju degaradasi hutan dan deforestasi melalui melalui program rehabilitasi hutan dan lahan dengan dana APBD dan APBN serta program CSR dari berbagai pihak yang peduli lingkungan.
Masalah lingkungan yang tengah dihadapi Pemkab Sleman saat ini adalah upaya penanggulangan penambangan liar di kawasan lindung Merapi. Penambang liar telah merambah di kawasan lahan pertanian yang merupakan kawasan resapan air. Guna menindak penambangan liar, Pemda Sleman telah mengatur dalam Perda No.4 Tahun 2013 tentang Usaha Penambangan Mineral bukan Logam dan Mineral. Selain itu melalui surat edaran Bupati No. 540/02280 tentang penghentian pengambilan material bukan logam dan batuan di lokasi yang tidak berijin. Pada kesempatan ini kami laporkan pula, upaya konservasi air di wilayah Sleman yang sekaligus untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri masyarakat Sleman, Kabupaten Sleman mengembangkan bambu sebagai komoditas hasil hutan bukan kayu. Potensi bambu di wilayah Sleman saat ini adalah 94,8 ha yang mencapai 485.266 batang yang meliputi budidaya bambu apus,wulung, legi, petung,
ori dan tutul. Wilayah budidaya bambu di Sleman terdapat di Pakem, Ngemplak, Turi, Minggir dan Cangkringan. Sejumlah upaya telah dilakukan Pemkab Sleman untuk memajukan pengembangan bambu diantaranya memfasilitasi pengembangan bambu seluas 100 ha serta pengalokasian anggaran untuk inventarisasi dan pengembangan kelembagaan bambu sebesar Rp. 119 juta dan anggaran pengembangan hutan rakyat bambu sebanyak 20.000 batang sebesar Rp. 212 juta pada tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2014 telah dilaksanakan pengembangan hutan bambu dengan dana APBD dengan dana Rp. 200 juta seluas 35 ha. Upaya yang lain yakni melalui BPDAS SOP pada Tahun Anggaran 2013 di Kabupaten Sleman telah dilaksanakan kegiatan pengembangan hutan rakyat bambu seluas 30 ha dengan anggaran Rp. 130 juta. Sedangkan tahun 2014, hingga bulan November telah dilaksanakan kegiatan pengembangan hutan rakyat sebesar 20 ha, dengan dana Rp. 110 juta.
Pengembangan bambu di wilayah Kabupaten Sleman akan dilakukan secara berkesinambungan dari hulu sampai hilir. Dengan harapan bambu di wilayah Sleman adalah bambu budidaya yang memiliki nilai jual tinggi, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan petani bambu dan meningkatkan konservasi air dan lingkungan wilayah Sleman. Untuk merealisasikan hal tersebut, kami bahkan telah mengeluarkan SK Bupati no. 76.1/Kep.KDH/A/2014 tentang sentra bambu Sembada. Selain itu juga Di Kabupaten Sleman telah terbentuk Paguyuban Sentra bambu sembada yang anggotanya terdiri dari berbagai stakeholder perbambuan. Meski demikian terdapat sejumlah kendala pengembangan bambu di Sleman diantaranya adalah produktivitas pasokan bahan baku yang masih kurang serta kualitas produk yang kurang berdaya saing, kemitraan yang belum terbangun sinergis dan serta masih rendahnya penggunaan teknologi terapanpengolahan bambu. Untuk menanggulangi hal
tersebut, Pemda Sleman telah mendatangkan bahan baku bambu dari luar Sleman khususnya jenis petung, wulung dan trutul dari Kabupaten Purworejo, Temanggung, Wonosobo. Berkenaan dengan hal tersebut, saya berharap Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dapat turut mendukung pengembangan sentra bambu di Kabupaten Sleman khususnya dalam upaya pengembangan teknologi budidaya tanaman bambu serta peralatan pengolah bambu untuk para pengrajin. Demikianlah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih kepada Ibu Menteri serta rombongan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melindungi kita dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Wassalamualaikum Wr. Wb. Sleman, 19 November 2014 Bupati Sleman Sri Purnomo