BAB I PENDAHULUAN. hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization


BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk

repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) menjadi suatu prioritas utama dalam setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of

BAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap pelayanan kesehatan, dimana dimasa lalu pelayanan. diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden.

Komunikasi penting dalam mendukung keselamatan pasien. Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antarperawat dan tim kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF), diabetes adalah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. dipisah-pisahkan. Keselamatan pasien adalah bagian dari mutu. Diantara enam sasaran mutu,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. bisa didapatkan di rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RUS DIANA NOVIANTI J

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

Identifikasi Komunikasi Efektif SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) Di RSUD Kota Mataram ABSTRAK

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

BAB I PENDAHULUAN. yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keselamatan pasien merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada dirinya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang sama beratnya untuk diimplementasikan (Vincent, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya kekhawatiran mengenai keselamatan pasien, telah meningkat secara

BAB I PENDAHULUAN. paradigma. Pekerjaan perawat yang semula vokasional hendak digeser menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang

PaEVALUASI PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN PADA PROSES PEMBERIAN OBAT ORAL DI RSUD PANGLIMA SEBAYA KABUPATEN PASER

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi

BAB III METODE PENELITIAN. keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi (Nursalam, 2011). data rekam medis, pasien dan keluarganya.

HUBUNGAN ANTARA SELF REGULATED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan puskesmas maka pelayanan rumah sakit haruslah yang. berupaya meningkatkan mutu pelayanannya (Maturbongs, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesalahan. Keselamatan pasien ( patient safety) telah menjadi isu gelobal termasuk juga

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang termasuk bidang kesehatan. Peralatan kedokteran baru banyak

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan tempat tidur pasien, pelayanan medis dan perawatan. lanjutan untuk diagnosis dan perawatan oleh tenaga medis yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. nosokomial diperkirakan 5% - 10% pasien yang dirawat di rumah sakit.

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

EVALUASI PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN PADA PROSES PEMBERIAN OBAT ORAL DI RSUD PANGLIMA SEBAYA KABUPATEN PASER

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) adalah sistem dimana Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk mengeluarkan bayi melalui insisi pada dinding perut dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety),

BAB 1 PENDAHULUAN. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KESELAMATAN PASIEN. Winarni, S. Kep., Ns., M. KM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit saat ini wajib menerapkan keselamatan pasien. Keselamatan. menjadi lebih aman dan berkualitas tinggi (Kemenkes, 2011;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai kematian.kesalahan atau kelalaian yang terjadi dapat disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. standar professional dan hukum (College of registered nurses of British. pasien, keluarga serta masyarakat (Aditama, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, maka syarat mutu makin bertambah penting. Hal tersebut mudah saja

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu hal yang mendapat perhatian penting adalah masalah konsep keselamatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perawat berada pada posisi yang ideal untuk memantau respon obat pada pasien,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan mutu pelaksanaan layanan kesehatan. Di banyak penelitian diperoleh

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS KESEHATAN UPT.PUSKESMAS MENGWI II Alamat : Jl. Raya Tumbak Bayuh

mendapatkan 5,7% KTD, 50% diantaranya berhubungan dengan prosedur operasi (Zegers et al., 2009). Penelitian oleh (Wilson et al.

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. isu yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit, yaitu: keselamatan pasien,

BAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

CONTOH CONTOH INSIDEN. No. INSTALASI INDIKATOR JENIS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djojosoegito dalam Hatta (2008) rumah sakit merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekam medis mempunyai peran yang dominan dalam proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. World Health Organization (WHO) telah mencanangkan World

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan modern adalah suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

Gambaran Penerapan Prinsip Benar Pemberian Obat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, padat karya, padat profesi, padat sistem, padat mutu dan padat risiko,

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu

BAB III METODE PENELITIAN. desain cross-sectional deskriptif. Pengumpulan data resep obat off-label

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/ kamar/ lokasi dirumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Perawat memiliki peran dalam pemberian asuhan keperawatan diharapkan mampu mengatasi masalah masalah yang timbul akibat dari kesalahan dalam proses identifikasi pasien. Kepatuhan perawat dalam mematuhi prosedur identifikasi pasien berpengaruh dalam keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien (SKP) menjelaskan bahwa proses identifikasi bertujuan untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu untuk mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan dan penyesuaian antara pelayanan atau pengobatan yang diberikan terhadap individu tersebut (World Health Organization, 2007). Dalam menjalankan perannya, perawat mungkin melakukan kesalahan. Nursing error adalah kegagalan merencanakan tindakan menjadi lengkap seperti yang diharapkan atau penggunaan rencana keperawatan yang salah untuk mencpai tujuan. (Institute of Medicine, 1999 cit. Silveira, 2008). 1

2 Menurut Kozier at al. (1995) Nursing Error meliputi kegagalan mengidentifikasi label obat, kesalahan membaca dan menghitung dosis, kesalahan mengidentifikasi klien, kesalahan dalam mengencerkan konsentrasi obat, kesalahan rute atau cara pemberian obat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aulawi (2006) tentang tujuh kriteria yang disebut Nursing error meliputi kesalahan memberikan obat, atau menghitung dosis atau pasien atau waktu atau cara pemberian, pasien jatuh, cairan infuse kehabisan, salah mempersiapkan pasien untuk suatu tindakan, tidak melakukan suatu pengobatan atau tindakan sesuai yang direncanakan, mengambil sampel pemeriksaan salah pasien, melakukan pengobatan atau tindakan salah pasien. Kesalahan melakukan identifikasi pasien berpotensi besar menimbulkan masalah dan ancaman keselamatan pasien. Ancaman tersebut jika tidak diatasi akan menimbulkan masalah kesehatan secara berkelanjutan seperti terjadinya adverse events atau kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cidera (KNC), dan kejadian tidak cidera (KTC). (Depkes RI, 2011). KTD adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cidera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien (Depkes RI, 2008). Kejadian nyaris cidera/ Near Miss adalah kejadian memberikan tindakan atau penghilangan

3 yang dapat membahayakan pasien tetapi tidak terjadi bahaya disebabkan kerena keberuntungan, dibatalkan, dan peringanan (Aspen, et al. 2004 cited in Wagner, et al 2006). Sedangkan menurut Depkes RI (2008), kejadian nyaris cidera adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatau tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission) yang dapat menciderai pasien tetapi cidera tidak serius terjadi karena: (1) Keberuntungan, misalnya perawat memberikan obat kepada pasien tanpa mengidentifikasi pasien dan obat terlebih dahulu. pasien menerima suatu obat kontraindikasi tetapi tidak reaksi obat. (2) Pencegahan, misalnya suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan oleh perawat, tetapi perawat lain sempat mengidentifikasi dan membatalkan pemberian obat tersebut. (3) peringanan, misalnya perawat tanpa melakukan identifikasi memberikan obat dengan overdosis lethal, setelah dan diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya. Data Joint Commision International (JCI) tahun (2012) menunjukkan bahwa sebanyak 13% surgical error dan 68% kesalahan transfusi darah, terjadi karena kesalahan pada tahapan identifikasi pasien. Laporan Departemen Kesehatan Australia Barat pada tahun 2008/2009 dilaporkan adanya sepuluh kejadian sentinel. Empat dari kejadian sentinel tersebut karena salah pasien dan enam dari kejadian tersebut karena salah bagian tubuh (Snowball, 2010). KKP-RS (2008) melaporkan insiden keselamatan pasien terjadi sebanyak 145 insiden yang terdiri dari KTD sebanyak 46%, KNC 48% dan lainnya 6%.

4 Kota Yogyakarta menempati urutan ke-3 dari insiden tersebut dengan prosentase sekitar 13% setelah DKI Jakarta dan Jawa Tengah (Depkes RI, 2011). Kebijakan atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya yang digunakan untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis, atau memberikan pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi pasien seperti nama pasien, nomor identitas menggunakan nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang (identitas pasien) dengan barcode atau cara lain. Nomor kamar atau lokasi pasien tidak bisa digunakan untuk identifikasi (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2012). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada suatu bangsal rawat inap pada Juli 2014 selama 3 hari di suatu bangsal rawat inap, peneliti menemukan 6 orang perawat ketika memberikan tindakan keperawatan kepada pasien masih menggunakan nomor kamar dan perawat tidak memastikan kembali identitas pasien terlebih dahulu. Alasan perawat menggunakan nomor kamar dan lokasi pasien yaitu karena masih terbawa kebiasaan dan ada juga perawat yang mengatakan bahwa nomor kamar masih bisa digunakan. Pengetahuan perawat dalam identifikasi pasien dari 10 perawat yang ditanyakan, semua mengetahui tentang identifikasi pasien akan

5 tetapi dari 10 perawat ada 4 perawat yang mengatakan bahwa nomor kamar dan lokasi pasien masih bisa digunakan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Juni 2015, peneliti masih menemukan 7 perawat ketika akan memberikan tindakan kepada pasien masih ada yang tidak melakukan identifikasi pasien. Alasannya masih juga sama dengan observasi sebelumnya yaitu karena kebiasaan dan bisa menggunakan nomer kamar, padahal terkait pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien, rumah sakit sudah melakukan penyuluhan kepada perawat terkait patient safety termasuk juga identifikasi pasien sehingga perawat sudah mengetahui tentang identifikasi pasien. Akan tetapi dalam pelaksanaannya perawat masih ada yang tidak melakukan tindakan identifikasi pasien. Hasil penelitian yang dilakukan Azim (2014) tentang gambaran penerapan identifikasi pasien di bangsal rawat inap KPU Muhammadiyah Bantul yaitu menyebutkan bahwa penerapan identifikasi pasien yang dilakukan perawat 92% dalam kategori kurang, dan 7,9% cukup, sedangkan yang baik tidak ada. Penelitian yang juga memberikan saran kepada peneliti selanjutnya untuk menghubungkan pengetahuan perawat terkait identifikasi pasien dengan pelaksanaan identifikasi yang dilakukan perawat. Kepatuhan perawat dalam memberikan asuhan sesuai prosedur berpengaruh dalam keselamatan pasien. Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang yang professional terhadap suatu anjuran, prosedur atau aturan yang harus dilakukan atau ditaati (Ulum, 2013).Selain kepatuhan

6 pengetahuan juga mempunyai peran dalam melakukan tindakan Identifikasi pasien. Seseorang bisa mematuhi suatu aturan atau rekomendasi apabila dia sudah mengetahui apa maksud dan tujuan dari aturan tersebut. Pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien bisa mempengaruhi kepatuhan kinerja perawat dalam melakukan identifikasi pasien. Alquran Surat An-Nahl Ayat 93 و ل و ش اء ه للا ل ج ع ل ك م أ همة و اح د ة و ل ك ن ي ض ل م ن ي ش اء و ي ه د ي م ن ي ش اء و ل ت س أ ل هن ع هما ك ن ت م ت ع م ل و ن )39( Artinya: Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan. Maksud dari ayat diatas yaitu Allah SWT memberikan manusia kesempatan untuk menentukan pilihan dan mereka juga bebas memilih jalan hidupnya masing-masing termasuk dalam hal pekerjaan.tetapi Allah SWT juga akan meminta pertanggung jawaban atas semua pilihan dan pekerjaan yang lakukan. Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan saran dari peneliti sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien b. Mengetahui kepatuhan perawat dalam melaksanakan identifikasi pasien D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang patient safety dan khususnya pada tindakan identifikasi pasien.

8 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Rumah sakit bagi upaya peningkatan keselamatan pasien khususnya identifikasi pasien b. Manfaat bagi perawat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada perawat agar dapat menambah kepatuhan terhadap keselamatan pasien khususnya identifikasi pasien c. Manfaat bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan, keamanan, kenyamanan dan kepuasan masyarakat dalam menggunakan pelayanan kesehatan d. Manfaat bagi Peneliti Peneliti dapat menerapkan ilmu ataupun teori pada waktu masa perkuliahan yang digunakan untuk penelitian ini. Selain itu peneliti juga dapat menambah wawasan tentang pelaksanaan identifikasi pasien e. Manfaat bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi dalam pengembangan penelitian selanjutnya

9 E. Keaslian Penelitian Penelitian ini memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan penelitian lain yang pernah dilakukan sebelumnya, sehingga keaslian dari penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan terkait identifikasi pasien yaitu: 1. Azim (2014),gambaran penerapan identifikasi pasien di bangsal rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 38 perawat di Bangsal Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling Instrumen penelitian ini menggunakan kuisioner dan checklist. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa penerapan identifikasi pasien di bangsal rawat inap rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul 92,1% dalam kategori kurang. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian selanjutnya yaitu sama sama meneliti tentang identifikasi pasien, akan tetapi perbedaannya penelitian ini meneliti tentang gambaran pelaksanaan identifikasi pasien sedangkan penelitian selanjutnya akan meneliti identifikasi pasien dengan menghubungkan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam identifikasi pasien. 2. Ariani (2014), evaluasi pelaksanaan identifikasi pasien di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan

10 penelitian kualitatif dengan desain deskriptif studi kasus, di ruang rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Sampel di tentukan dan dipilih secara acidental sampling, purposive sampling, serta proporsi sampling. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian selanjutnya yaitu sama sama meneliti tentang identifikasi pasien, akan tetapi bedanya penelitian ini tentang evaluasi pelaksanaan identifikasi pasien, sedangkan penelitian selanjutnya tentang hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien. 3. Lestari (2015), pelaksanaan identifikasi pasien berdasarkan standar akreditasi JCI guna meningkatkan program patient safety di RS PKU Muhammaditah Yogyakarta unit II. Jenis penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian eksperimen. Metode menggunakan mixed methode karena gabungan kuantitatif dan kualitatif. Penentuan sampelnya untuk kuantitatif secara acidental pada pasien rawat inap, kualitatif secara purposive meliputi perawat, bidan, penunjang medis melalui kuisioner, wawancara, pengamatan dan FGD. Hasilnya dianalisis secara statistik deskriptif dan deskriptif kualitatif. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian selanjutnya. Persaman penelitian ini dengan penelitian berikutnya yaitu sama-sama meneliti tentang identifikasi pasien, akan tetapi bedanya yaitu penelitian ini tentang pelaksanaan identifikasi pasien menurut JCI guna meningkatkan program patient safety dengan

11 menggunakan metode penelitian eksperimental, sedangkan penelitian selanjutnya tentang hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam identifikasi pasien dengan metode penelitian non eksperimental. Selain itu tempat dan waktu penelitian juga berbeda.