VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
Biaya Investasi No Uraian Unit

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

VIII. ANALISIS FINANSIAL

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

III. METODE PENELITIAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

ASPEK FINANSIAL Skenario I

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

III. KERANGKA PEMIKIRAN

6,25 6,25 6,00 5,75 6,13 5,75 6,88 5,25 6,50 6,75 Rata-rata Suku Bunga 6,20. Lampiran 2. Tingkat inflasi berdasarkan perhitungan inflasi tahun 2011.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

VII. RENCANA KEUANGAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet

III. METODE PENELITIAN

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi

BAB V. Kesimpulan Dan Saran

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial adalah arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran (outflow), analisis kelayakan finansial, dan analisis switching value. Analsis kelayakan finansial dilakukan terkait dengan adanya rencana pemilik pembesaran lele sangkuriang yang ingin mengembangkan usahanya. Dalam pengembangan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal pada Yoyok Fish Farm, dilakukan dengan penambahan kapasitas produksi. Adapun penambahan kapasitas peroduksi yang dilakukan Yoyok Fish Farm dengan rencana penambahan jumlah kolam. Rencana penambahan jumlah kolam yang awalnya dilakukan adalah dari 13 unit kolam menjadi 25 unit kolam. Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan usaha Yoyok Fish Farm. Dengan membagi kedalam dua skenario yaitu skenario pertama merupakan usaha sebelum melakukan pengembangan dan skenario kedua merupakan rencana pengembangan usaha. Dengan pertimbangan luas lahan yang dimiliki oleh Yoyok Fish Farm 2 hektar, namun dalam menjalankan usaha selama ini, Yoyok Fish Farm belum mengoptimalkan penggunaan lahan yang dimilkinya. Asumsi yang digunakan dalam menganilisis kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah: 1) Modal pendanaan usaha berasal dari modal sendiri yaitu dari pemilik usaha. Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dan oprasional dikeluarkan pada tahun pertama. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan variabel. Yang termasuk biaya tetap adalah listrik, gaji manager, gaji pengawas, gaji karyawan tetap. Sedangkan yang termasuk biaya variabel yaitu pembelian benih, gaji karywan harian, pakan, dan solar. Sedangkan pada pengembangan usaha (Pola usaha kedua) benih tidak lai menjadi biaya variable karena Yoyok Fish Farm telah mampu memproduksi benih sendiri. 2) Suku Bunga yang digunakan adalah 7 persen per tahun yang merupakan suku bunga tertinggi deposito Bank BRI tahun 2010. Tingkat suku bunga deposito

sebesar 7 persen per tahun atau 1,75 persen untuk satu siklus produksi (tiga bulan). 3) Pajak pendapatan penghasilan yang dikenakan berdasarkan tarif pajak pasal 17 Undang Undang PPh, dengan tarif penghitungan PPh untuk tahun pajak 2010 adalah tarif tunggal sebesar 25 persen. 4) Tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) lele sangkuriang mencapai 90 persen. 5) Untuk tingkat kepadatan (populasi) adalah untuk satu kolam pembesaran lele sangkuriang adalah 100 ekor per 1 m 2. 6) Harga jual untuk lele sangkuriang per kilogramnya adalah Rp 10.000 ditingkat petani dengan jumlah 8 ekor untuk setiap satu kilogram. 7) Usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm memiliki umur ekonomis selama 2 tahun. Penentuan umur usaha pembesaran lele sangkuriang tersebut berdasarkan umur ekonomis dari kolam terpal, karena merupakan aset yang paling penting untuk usaha pembesaran lele sangkuriang. 7.1 Skenario Pertama Pada skenario pertama merupakan usaha sebelum melakukan pengembangan usaha. Sebelum melakukan pengembangan usaha jumlah kolam terpal yang digunakan adalah 13 unit. Pada skenario pertama investasi atau perolehan dana diperoleh dari modal sendiri, dengan tingkat suku bunga deposito sebesar 7 persen atau 1,75 persen untuk satu siklus produksi (tiga bulan). 7.1.1 Penerimaan (Inflow) Penerimaan (Inflow) merupakan arus penerimaan yang diperoleh selama usaha berjalan. Pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm, arus penerimaan (inflow) terbagi dalam dua jenis yaitu pendapatan penjualan dan nilai sisa. a. Pendapatan Pendapatan penjualan yang dihitung dari jumlah produksi dikalikan dengan harga jual. Pendapatan penjualan pada usaha pembesaran ikan lele 55

sangkuriang sekitar tiga bulan. Dalam satu tahun berjalannya usaha, Yoyok Fish Farm dapat mencapai siklus produksi empat kali. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm terdapat 13 kolam terpal. Untuk target produksi panen pada pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah sekitar 7 ton dari 13 kolam yang dimiliki. Namun dari hasil produksi yang selama ini dijalankan, Yoyok Fish Farm hanya mampu mencapai produksi rata-rata 6,7 ton per siklusnya. Harga jual lele konsumsi rata-rata adalah Rp 10.000 per kilogram. Harga jual tersebut diasumsikan konstan dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-2 dengan tingkat harga 10.000. Siklus produksi pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah empat kali dalam satu tahun. Untuk melihat pendapatan penjualan ikan lele sangkuriang mulai tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-2 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Ikan Lele Selama Umur Usaha Pada Yoyok Fish Farm Skenario Pertama Siklus Panen Jumlah Produksi Harga Satuan (Rp/kg) Nilai (Rp) (kg) 1 6.545 10.000 65.450.000 2 6.760 10.000 67.600.000 3 6.853 10.000 68.530.000 4 6.690 10.000 66.900.000 5 6.776 10.000 67.760.000 6 6.930 10.000 69.300.000 7 6.580 10.000 65.800.000 8 6.850 10.000 68.500.000 b. Nilai Sisa (Salvage Value) Nilai sisa adalah semua biaya modal yang tidak habis digunakan selama umur usaha (Gittinger, 1986). Nilai sisa yang terdapat hingga akhir umur usaha dapat ditambahkan sebagai manfaat usaha. Biaya-biaya investasi pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang yang tidak habis selama umur usaha antara lain bangunan dan mesin pompa air. Pada Yoyok Fish Farm nilai sisa terjadi pada bangunan dan mesin pompa, harga bangunan diasumsikan seharga Rp 5.000.000 dengan umur ekonomis lima tahun. Penyusutan pertahunnya Rp 1.000.000, sehingga nilai sisa bangunan hingga akhir usaha adalah Rp 3.000.000. Pada mesin pompa, harga 56

pembelian awal adalah Rp 3.000.000, dengan umur ekonomis lima tahun. Nilai sisa untuk Mesin Pompa selama pemakaian dua tahun adalah tiga tahun dengan nilai sisa adalah Rp 1.800.000. Untuk perincian nilai sisa pada bangunan dan mesin pompa dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Nilai Sisa Pembesaran Lele Sankuriang Yoyok Fish Farm Pada Skenario Pertama No Uraian Nilai (Rp) Umur Ekonomis (tahun) Penyusutan Per Tahun (Rp) Sisa (Rp) 1 Bangunan 5.000.000 5 1.000.000 3.000.000 2 Mesin pompa 3.000.000 5 600.000 1.800.000 Total 4.800.000 7.1.2 Hasil Analisis Pengeluaran (Outflow) Outflow merupakan arus pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan yang dilakukan pada usaha atau bisnis yang dijalankan. Pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm arus pengeluaran (outflow) terdiri dari pengeluaran untuk biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel. Arus biaya atau pengeluaran mencerminkan pengeluaran-pengeluaran yang akan terjadi selama usaha atau bisnis berjalan. a. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal kegiatan usaha. Pengeluaran biaya investasi dikeluarkan pada awal tahun usaha, juga dapat dikeluarkan pada beberapa tahun setelah usaha berjalan. Biaya investasi umumnya dilakukan satu atau lebih, sebelum bisnis berproduksi dan baru menghasilkan manfaat beberapa tahun kemudian. Pada usaha Yoyok Fish Farm biaya investasi hanya dilakukan pada awal berdirinya usaha. Yoyok Fish Farm memiliki lahan dua hektar, namun dalam menjalankan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal hanya menggunakan satu hektar. Dalam menentukan biaya investasi untuk lahan, biaya oppurtinity cost (biaya imbangan) yang digunakan adalah sebesar Rp 1.500.000 per hektar untuk satu tahun. Sehingga biaya oppurtinity cost untuk lahan selama dua tahun berjalannya usaha adalah sebesar Rp 3.000.000. Adapun penentuan biaya imbangan lahan dilakukan dengan melihat harga sewa lahan itu 57

sendiri. Pada Tabel 7, menjelaskan biaya-biaya investasi pada awal berdirinya usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm. Tabel 7. Uraian Biaya Investasi Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Pertama Tahun 2009 No Uraian Unit Umur Ekonomis Harga Satuan Total Harga (Tahun) (Rp) (Rp) 1 Lahan 1 (ha) - - 3.000.000 2 Bangunan 1 5 5.000.000 5.000.000 3 Kolam Terpal 13 2-23. 609.500 4 Mesin Pompa Air 1 5 3.000.000 3.000.000 5 Ember sortir 5 2 35.000 175.000 6 Ember Biasa 5 2 30.000 150.000 7 Selang Air (m) 20 2 6.000 120.000 8 Serokan 3 2 15.000 45.000 9 Gergaji 2 2 20.000 40.000 10 Golok 2 2 25.000 50.000 11 Palu 2 2 15.000 30.000 12 Cangkul 4 2 40.000 160.000 13 Kakatua 2 2 15.000 30.000 14 Tang 2 2 15.000 30.000 15 Meteran 1 2 35.000 35.000 Total Investasi 35.474.500 b. Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh jumlah produksi atau penjualan hasil produksi. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm meliputi Abodemen listrik, Upah Manajer, Upah pengawas, dan Upah karyawan. Uraian biaya tetap pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 8. 58

Tabel 8. Biaya Tetap Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Tahun 2010 No Uraian Upah/Bulan (Rp) Satuan Jumlah Biaya (Rp/3 bulan) 1 Listrik 25.000-75.000 2 Manajer 650.000 orang 1 1.950.000 3 Pengawas 650.000 orang 1 1.950.000 4 Karyawan Tetap 500.000 orang 3 4.500.000 Total Biaya 8.475.000 c. Biaya Variabel Biaya variabel pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm dikeluarkan setiap satu kali siklus produksi. Pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm dalam satu siklus produksi terdiri dari tiga bulan atau empat kali dalam setahun. Uraian biaya produksi (variabel) usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm meliputi; benih, pakan, tenaga kerja, dan bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya Variabel Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Tahun 2010 No Uraian Satuan Jumlah Biaya (Rp) 1 Benih Ekor 61.600 9.240.000 2 Pakan Kg 6030 34.800.000 3 Tenaga Kerja HOK 54 1.080.000 4 Bahan Bakar (Solar) Liter 50 225.000 45.345.000 7.1.3 Analisis Kelayakan Finansial Dalam menganalisis kelayakan finansial usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Returm (IRR), dan Payback Periode. Perhitungan kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang menggunakan manfaat bersih (Net Benefit) yang diperoleh dari selislih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan tarif pajak yang ditentukan dalam peraturan pemerintah sebesar 25 persen dan dibuat dalam bentuk rugi laba (Lampiran 1). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh kriteriakriteria investasi pada usaha Pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 10. 59

Tabel 10. Hasil Analisis Finansial Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Pertama Kriteria Hasil Net Present Value (NPV) Rp 38.751.281 Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) 2,68 Internal Rate Return (IRR) 33,02 % Payback Periode (PP) 6,03 Dari hasil nilai keempat kriteria investasi di atas, dapat dilihat bahwa usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm memperoleh NPV > 0 yaitu sebesar Rp 38.751.281 yang artinya usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm pada discount rate yang berlaku. Sedangkan hasil Net B/C diperoleh 2,68 dimana Net B/C > 1 sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C sama dengan 2,68 berarti setiap Rp 100 biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 268 manfaat bersih. IRR yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan ini adalah 33,02 persen dan lebih besar dari discount rate yang berlaku yaitu 1,75 persen untuk tiga bulan siklus produksi. Ini berarti usaha layak untuk dilaksanakan dengan tingkat pengembalian internal sebesar 33,02 persen. Sedangkan lama pengembalikan semua biaya investasi adalah 6,03 siklus atau pada siklus 6 atau 1,5 tahun. 7.1.4 Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti (switching value) sampai memperoleh nilai NPV sama dengan nol (NPV = 0). Jika nilai pengganti (switching value) memperoleh nilai NPV sama dengan nol, maka usaha mengalami titik impas atau usaha dapat ditoleransi. Namun apabila usaha memperoleh nilai dibawah nilai nol maka usaha tidak layak atau tidak menguntungkan. Hasil switching value pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm perubahan komponen yang dianggap sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha yaitu pengaruh terjadinya penurunan produksi dan pengaruh kenaikan harga pakan. Penentuan komponen yang dianggap berpengaruh dilihat dari faktor yang sering mengalami perubahan dalam menjalankan usaha 60

pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm. Pengaruh kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Pertama Perubahan Persentase (persen) Penurunan Produksi 8,61 Kenaikan Harga Pakan 16.02 Dari hasil analisis switching value dapat dilihat bahwa batas minimum penurunan total hasil produksi ikan lele sangkuriang adalah 8,61 persen. Pada penurunan produksi dibawah 8,61 persen, maka usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal tidak layak atau tidak menguntungkan untuk dijalankan. Pada kenaikan harga pakan, batas maksimal kenaikannya adalah 16.02 persen, sehingga apabila terjadi peningkatan harga pakan diatas 16.02 persen usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal tidak layak atau tidak menguntungkan. Berdasarkan hasil analisis switching value terhadap pada usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm dapat disimpulkan bahwa penurunan produksi merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Faktor lain yang juga mempengaruhi yaitu kenaikan harga pakan ikan. Namun pengaruh terjadinya penurunan produksi lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harga pakan. 7.2 Skenario Kedua Pada skenario kedua pengembangan usaha dilakukan dengan menambah kapasitas produksi. Penambahan kapasitas produksi dilakukan dengan menambah jumlah kolam dari 13 unit kolam menjadi 25 unit kolam. Rencana pengembangan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal dilakukan dengan penggunaan modal sendiri, dengan tingkat suku bunga deposito sebesar 7 persen atau 1,75 persen untuk satu siklus produksi (tiga bulan). 61

7.2.1 Penerimaan (Inflow) Arus penerimaan (inflow) pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal terbagi dalam dua jenis yaitu pendapatan penjualan dan nilai sisa. a. Pendapatan penjualan Pendapatan penjualan dihitung dari perkiraan jumlah produksi dikalikan dengan harga jual. Pada usaha Yoyok Fish Farm yang akan dijalankan, pendapatan diperoleh dari hasil penjualan pembesaran lele sangkuriang menjadi ikan konsumsi. Untuk target produksi panen pada pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah 13.466 kilogram dari 25 unit kolam. Penentuan target produksi lele sangkuriang pada Yoyok Fish Farm tersebut antara lain sebagai berikut: Diketahui : a. Jumlah Benih : 119.700 ekor b. SR (Survival Rate) : 90 persen c. Jumlah untuk setiap 1 kilogram lele konsumsi adalah 8 ekor Maka target produksi = Jumlah Produksi x SR (Survival Rate) 8 ekor untuk setiap 1 kilogram lele konsumsi = 119. 700 ekor benih x 90 persen 8 ekor = 13.466 kilogram Tingkat harga jual lele konsumsi rata-rata adalah Rp 10.000 per kilogram. Produksi dan harga jual tersebut diasumsikan konstan dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-2 dengan 13.500 kilogram per siklus panen dengan tingkat harga 10.000. Siklus produksi pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah empat kali dalam satu tahun. Untuk melihat pendapatan penjualan ikan lele sangkuriang mulai tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-2 dapat dilihat pada Tabel 12 62

Tabel 12. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Ikan Lele Pada Usaha Yoyok Fish Farm Skenario Kedua Siklus Panen Jumlah Produksi Harga Satuan (Rp/kg) Nilai (Rp) (kg) 1 13.466 10.000 134.660.000 2 13.466 10.000 134.660.000 3 13.466 10.000 134.660.000 4 13.466 10.000 134.660.000 5 13.466 10.000 134.660.000 6 13.466 10.000 134.660.000 7 13.466 10.000 134.660.000 8 13.466 10.000 134.660.000 b. Nilai Sisa (Salvage Value) Nilai sisa terjadi pada bangunan dan mesin pompa, harga bangunan yang sebelumnya diasumsikan seharga Rp 5.000.000 dengan umur ekonomis lima tahun. Penyusutan pertahunnya Rp 1.000.000, sehingga nilai sisa bangunan hingga akhir usaha adalah Rp 3.000.000. Adapun penyusutan dua tahun dari usaha sebelumnya yaitu Rp 2.000.000 sehingga sisa pada tahun berikutnya menjadi Rp 3.000.000 yang akan mengalami penyusutan 2 tahun berikutnya hingga akhir usaha menjadi Rp 1.000.000. Sedangkan pada mesin pompa, harga pembelian awal adalah Rp 3.000.000, dengan umur ekonomis lima tahun. Pada pengembangan usaha mesin pompa air akan ditambah satu unit, sehingga mesin pompa menjadi dua unit. Nilai sisa untuk mesin pompa selama pemakaian empat tahun adalah satu tahun dengan nilai sisa adalah Rp 600.000. Sedangkan pada mesin yang baru dibeli mengalami penyusutan dua tahun menjadi Rp 1.800.000. Untuk perincian nilai sisa pada bangunan dan mesin pompa dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Nilai Sisa Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua No Uraian Nilai (Rp) Umur Ekonomis (tahun) Penyusutan Per Tahun (Rp) Sisa (Rp) 1 Bangunan 3.000.000 3 1.000.000 1.000.000 2 Mesin pompa lama 1.800.000 3 600.000 600.000 3 Mesin pompa baru 3.000.000 5 600.000 1.800.000 Total 3.400.000 63

7.2.2 Hasil Analisis Pengeluaran (Outflow) Outflow merupakan arus pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan untuk membiayai selama kegiatan usaha dilakukan pada usaha Yoyok Fish Farm. Arus pengeluaran (outflow) terdiri dari pengeluaran untuk biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel. Arus biaya atau pengeluaran mencerminkan pengeluaranpengeluaran yang akan terjadi selama usaha atau bisnis berjalan. a. Biaya Investasi Pada pengembangan usaha, Yoyok Fish Farm menggunakan lahan dua hektar. Dalam menentukan biaya investasi untuk lahan, biaya oppurtinity cost (biaya imbangan) yang digunakan untuk satu hektar lahan adalah sebesar Rp 1.500.000 per hektar untuk satu tahun. Penentuan biaya imbangan digunakan dengan pertimbangan jika lahan tersebut disewakan. Sehingga biaya yang diperlukan untuk dua hektar lahan adalah sebesar Rp 6.000.000 selama dua tahun umur usaha. Biaya investasi bangunan yang digunakan pada Yoyok Fish Farm awalnya 5.000.000 namun setelah sebelumnya mengalami penyusutan dari usaha pembesaran sebelum pengembangan (skenario pertama) sebesar Rp 2.000.000 untuk dua tahun usaha. Sehingga investasi bangunan pada scenario kedua menjadi 3.000.000. Sedangkan pada mesin pompa air Yoyok Fish Farm berencana menggunakan dua mesin pompa air. Penggunaan mesin pompa lama akan ditambah dengan pembelian mesin pompa yang baru. Pada mesin pompa air lama telah mengalami penyusutan 1.200.000 dari pemakaian usaha sebelumnya, sehingga biaya investasi untuk mesin pompa air lama menjadi Rp 1.800.000. Sedangkan pada mesin yang baru mengeluarkan biaya investasi Rp 3.000.000. Pada Tabel 14, menjelaskan biaya-biaya investasi pada awal perencanaan pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh Yoyok Fish Farm. 64

Tabel 14. Uraian Biaya Investasi Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua Umur Harga No Uraian Unit Ekonomis Satuan Total Harga (Tahun) (Rp) (Rp) 1 Lahan 2 (ha) - - 6.000.000 2 Bangunan 1 3-3.000.000 3 Kolam Pembesaran 25 2-62.977.000 4 Mesin Pompa Air baru 1 5 3.000.000 3.000.000 5 Mesin pompa Air lama 1 3 1.800.000 1.800.000 6 Ember sortir 17 2 35.000 595.000 7 Ember Biasa 10 2 30.000 300.000 8 Selang Air (m) 60 2 6.000 360.000 9 Serokan 10 2 15.000 150.000 10 Gergaji 2 2 20.000 40.000 11 Golok 2 2 25.000 50.000 12 Palu 2 2 15.000 30.000 13 Cangkul 4 2 40.000 160.000 14 Kakatua 2 2 15.000 30.000 15 Tang 2 2 15.000 30.000 15 Meteran 1 2 35.000 35.000 c. Biaya Tetap Total Investasi 78.557.000 Biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh usaha Yoyok Fish Farm meliputi Abodemen listrik, Upah Manajer, Upah pengawas, dan Upah karyawan. Pada pengembangan usaha yang akan dilakukan Yoyok Fish menambah jumlah tenaga kerja menjadi 5 orang. Penambahan tenaga kerja dilakukan dengan pertimbangan kemampuan tenaga kerja dalam mengelola kolam. Dari hasil pengamatan pada pengusahaan sebelumnya, 1 karyawan tetap mampu menangani 5 unit kolam. Pada rencana pengembangan yang akan dilakukan oleh Yoyok Fish Farm dengan menambah 25 kolam membutuhkan 5 orang karyawan tetap. Uraian biaya tetap pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Biaya Tetap Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua No Uraian Upah/Bulan (Rp) Jumlah Biaya (Rp/3 bulan) 1 Listrik 50.000-150.000 2 Manajer 900.000 1 orang 2.700.000 3 Pengawas 900.000 1 orang 2.700.000 4 Karyawan Tetap 500.000 5 orang 7.500.000 Total Biaya 11.550.000 65

d. Biaya Variabel Biaya variabel pada usaha Yoyok Fish Farm dikeluarkan setiap satu kali siklus produksi. Uraian biaya produksi (variabel) usaha Yoyok Fish Farm meliputi ; pakan, tenaga kerja, dan bahan bakar. Untuk melihat biaya variabel yang dikeluarkan setiap satu siklus produksi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Biaya Variabel Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua Tahun 2011 No Uraian Satuan Jumlah Biaya (Rp) 1 Benih Ekor 119.700 17.955.000 2 Pakan Kg 11.310 69.710.000 3 Tenaga Kerja HOK 94 1.880.000 4 Bahan Bakar (Solar) Liter 100 450.000 87.995.000 7.2.3 Analisis Kelayakan Finansial Kelayakan finansial usaha Yoyok Fish Farm yang akan dilakukan, sama seperti menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi yang dilakukan sebelumnya, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Returm (IRR), dan Payback Periode. Perhitungan kelayakan usaha menggunakan manfaat bersih (Net Benefit) yang diperoleh dari selislih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan tarif pajak yang ditentukan dalam peraturan pemerintah sebesar 25 persen dan dibuat dalam bentuk rugi laba (Lampiran 2). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh nilai NPV adalah sebesar Rp 108.004.579 Sedangkan nilai Net B/C sebesar 3,34 lebih besar dari satu yang artinya, dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur usaha mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar 3,34 rupiah dan usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR sebesar 43,52 persen yang artinya nilai investasi usaha ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan deposito bank sebesar 1,75 persen selama tiga bulan untuk satu kali siklus produksi. Sedangkan periode yang diperlukan untuk mengembalikan semua biaya investasi adalah 4,87 siklus. Kriteria-kriteria investasi pada usaha Pembesaran lele sangkuriang kolam terpal dapat dilihat pada Tabel 17. 66

Tabel 17. Hasil Analisis Finansial Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua Kriteria Hasil Net Present Value (NPV) Rp 108.004.579 Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) 3,34 Internal Rate Return (IRR) 43,52 % Payback Periode (PP) 4,87 Dari hasil nilai keempat kriteria investasi di atas, dapat dilihat bahwa usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm memperoleh NPV > 0 yaitu sebesar Rp 108.004.579, yang artinya usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha pengembangan yang dilakukan Yoyok Fish Farm pada discount rate yang berlaku. Sedangkan hasil Net B/C diperoleh 3,34 dimana Net B/C > 1 sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Ini berarti usaha layak untuk dilaksanakan dengan tingkat pengembalian investasi sebesar 4,87 siklus atau 1 tahun 3 bulan. 7.2.4 Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti (switching value) sampai memperoleh nilai NPV sama dengan nol (NPV = 0). Jika nilai pengganti (switching value) memperoleh nilai NPV sama dengan nol, maka usaha mengalami titik impas atau usaha dapat ditoleransi. Namun apabila usaha memperoleh nilai dibawah nilai nol maka usaha tidak layak atau tidak menguntungkan. Hasil switching value pada pengembangan usaha Yoyok Fish Farm, perubahan komponen yang dianggap sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha yaitu pengaruh terjadinya penurunan produksi dan pengaruh kenaikan harga pakan. Penentuan komponen yang dianggap berpengaruh dilihat dari faktor yang sering mengalami perubahan dalam menjalankan usaha pada Yoyok Fish Farm. Pengaruh kelayakan usaha Yoyok Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 18 berikut. Tabel 18. Hasil Analisis switching value Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua Persentase Perubahan (persen) Penurunan Produksi 11,30 Kenaikan Harga Pakan 22,48 67

Dari hasil analisis switching value dapat dilihat bahwa batas minimum penurunan total hasil produksi ikan lele sangkuriang adalah 11,30 persen. Pada penurunan produksi dibawah 11,30 persen, maka usaha Yoyok Fish Farm tidak layak atau tidak menguntungkan untuk dijalankan. Pada kenaikan harga pakan, batas maksimal kenaikannya adalah 22,48 persen, sehingga apabila terjadi kenaikan harga pakan diatas 22,48 persen usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal tidak layak atau tidak menguntungkan untuk dijalankan. Berdasarkan hasil analisis switching value pada pengembangan usaha yang akan dilakukan Yoyok Fish Farm dapat disimpulkan bahwa penurunan produksi merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Faktor lain yang juga mempengaruhi yaitu kenaikan harga pakan ikan. Namun pengaruh terjadinya penurunan produksi lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harga pakan. 7.3 Perbandingan Hasil Kelayakan Kedua Skenario Perbandingan dari kedua skenario dilakukan dengan membandingkan hasil kelayakan sebelum pengembangan dan setelah pengembangan. Kedua skenario pada Yoyok Fish Farm memang layak untuk dijalankan. Namun untuk melihat perbandingan antara kedua skenario yang mana paling menguntungkan, dapat dilihat pada Tabel 19 berikut. Tabel 19. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kedua Skenario Skenario I Skenario II Kriteria Net Present Value (NPV) Rp 38.751.281 Rp 108.004.579 Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) 2,68 3,34 Internal Rate Return (IRR) 33,02 % 43,52 % Payback Periode (PP) 6,03 4,87 Dari Tabel 19 menunjukkan bahwa skenario kedua yakni perlakuan pengembangan usaha merupakan usaha yang memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan skenario pertama. Hal tersebut berdasarkan hasil analisis finansial, nilai NPV skenario kedua lebih besar dari skenario pertama. Demikian juga dengan nilai Net B/C dan IRR, skenario kedua menghasilkan Net B/C dan IRR yang lebih besar dari pada kedua skenario pertama. Sedangkan masa 68

pengembalian biaya investasi (payback period) dari kedua skenario, terjadi perbedaan yang mana pada skenario kedua masa pengembaliannya lebih cepat dibandingkan skenario pertama. 7.4 Hasil Analisis Switching Value Pada Kedua Skenario Hasil analisis switching value dengan membandingkan hasil kelayakan sebelum pengembangan dan setelah pengembangan usaha. Hasil perbandingan switching value pada kedua skenario dapat dilihat pada pada Tabel 20. Tabel 20. Perbandingan Hasil Switching Value Kedua Skenario Perubahan Skenario I Skenario II (persen) (persen) Penurunan produksi 8,61 11,30 Kenaikan harga pakan 16,02 22,48 Dari hasil analisis switching value di atas dapat diketahui bahwa skenario pertama merupakan skenario usaha yang paling sensitif terhadap perubahan. Batas maksimal penurunan produksi terhadap harga jual dan produksi yang masih memberikan keuntungan pada skenario pertama hanya sebesar 8,61 persen. Sedangkan untuk skenario kedua batas maksimal penurunan produksi yang masih memberikan keuntungan adalah 11,30 persen. Demikian pula dengan perubahan kenaikan harga pakan berupa pellet. Perbedaan persentase antara kenaikan harga pakan pada masing-masing skenario sangat besar perbedaannya. Batas maksimal kenaikan harga pakan yang masih mendatangkan keuntungan pada skenario pertama adalah sebesar 16,02 persen, sedangkan pada skenario kedua adalah sebesar 22,48 persen. Dari hasil analisis switching value di atas dapat diketahui bahwa pada skenario pertama dan skenario kedua, penurunan produksi merupakan faktor yang paling sensitif terhadap kelayakan usaha. Namun dari kedua skenario yang paling menguntungkan untuk diusahakan dan memiliki tingkat sensitivitas yang kecil terhadap perubahan adalah skenario kedua yaitu pengembangan usaha dengan penambahan kapasistas produksi. Sedangkan pada skenario pertama pengaruh penurunan produksi memiliki tingkat sensitif lebih tinggi dari skenario kedua. 69