Yayasan Al Mubarok Al Fath, Tegal Sumedang, Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat Sekilas, ketika Media Umat masuk ke dalam lingkungan Yayasan Al Mubarok Al Fath yang terletak di sebelah Barat Rancaekek ini, ada kesan biasa saja. Namun, menelisik sejarah dan perjuangan keberadaannya, hati dibuat berdecak kagum. Yayasan yang terletak di Desa Tegal Sumedang, Kecamatan Rancaekek tersebut ternyata memiliki andil yang tak sedikit dalam mensyiarkan Islam sejak hampir se-abad yang lalu. Sebelum menjadi yayasan yang menaungi berbagai kegiatan pendidikan, lembaga ini murni hanya pesantren. Mulanya, didirikan oleh seorang ulama bernama KH Hamdan Suja i yang tinggal di Bandung. Ia adalah putra dari KH Qosim, seorang pejuang Islam yang pada tahun 1800-an giat berdakwah di daerah Mataram, yang kemudian mengembara mengembangkan dakwah di Bandung karena intimidasi dan pengejaran kaum Nasrani di Mataram saat itu. Pada tahun 1925, Hamdan Suja i pindah ke Tegal Sumedang lantaran diminta warga setempat untuk memimpin dan membimbing warga dengan ajaran Islam. Ia pun mendapatkan wakaf tanah seluas 200 tumbak kemudian mendapatkan lagi 400 tumbak. (satu tumbak = 14,0625 meter persegi). Di atas tanah wakaf tersebut ia membangun pesantren kecil yang diberi nama Bahrul Ulum. Dengan pengajaran metode Salafiyyah, para santri mengkaji kitab kitab karya ulama salaf. 1 / 5
Geliat syiar di Tegal Sumedang semakin kuat tatkala putra Hamdan Suja i, yang bernama KH Ato Atori pulang menimba ilmu di berbagai pesantren di Jawa Barat pada sekitar tahun 1970an. Didorong tanggung jawab yang tinggi, Ato Atori atau yang akrab dipanggil Mamak Ato memperluas garapan dakwahnya dengan membangun madrasah diniyah yang diperuntukkan untuk siswa kelas 1 hingga kelas 6. Tak hanya itu, Mamak Ato juga mendirikan sebuah masjid juma ah (masjid yang biasa dipakai shalat Jumat) pertama di Tegal Sumedang yang dapat digunakan warga setempat untuk melaksanakan shalat Jumat. Bahkan seiring dakwah yang semakin berkembang dan jamaah yang terus bertambah, di daerahnya dibangun masjid-masjid lain yang hingga kini di sekitar daerah tersebut terdapat sekitar 12 masjid juma ah. Selain membina santri dan murid di madrasah diniyah, ia juga membina masyarakat dengan membentuk majlis taklim. Selain itu, ia juga concern pada perjuangan Islam. Maka dari itu, ia pernah ikut serta memobilisasi masyarakat untuk mendukung PPP sebagai partai politik satu satunya yang mewadahi kepentingan kaum Muslimin saat itu. Akibatnya, ia juga sempat mengalami masa-masa diintimidasi oleh pemerintah yang dikenal represif pada perjuangan Islam saat itu. Meluaskan Garapan Dakwah Seiring waktu, pada 2008, Mamak Ato mulai berpikir untuk membangun sekolah modern. Karena kesungguhan, niat tersebut akhirnya dapat diwujudkan pada tahun 2010. Berkat bantuan putra-putranya, Mamak dapat membentuk yayasan sebagai payung hukum untuk membangun lembaga pendidikan modern. Hingga pada tahun tersebut, berdirilah PAUD yang tentunya memudahkan warga setempat untuk mendidik anak balitanya di tempat yang dekat. PAUD tersebut diberi nama PAUD As-Shofi. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2013, dibantu anak-anaknya. Ia berhasil mendirikan SMPIT yang diberi nama Hidayatul Falah. Karena baru memasuki tahun pertama, SMPIT ini masih dalam proses untuk terus menambah bangunan untuk ruang belajar. Muridnya masih puluhan, dan sebagiannya ikut mondok di pesantren. 2 / 5
Hingga kini, Mamak bersama putra-putranya tak hanya mengurus pesantren sebagaimana yang dirintis kakeknya. Kini, menginjak generasi ketiga, yayasan yang dipimpin oleh putra Mamak Ato yang bernama Ustadz Jalaludin Suyuthi ini mengelola madrasah diniyah, majelis taklim, PAUD, dan SMPIT. Walhasil, Yayasan Al Mubarok Al Fath ini hampir sepanjang hari selalu hidup dengan berbagai kegiatan keilmuan. Di atas 600 tumbak tanah wakaf yang diberikan warga, kini sudah terisi 400 tumbak dengan lima buah gedung untuk menunjang berbagai aktivitas yayasan. Itu diperuntukkan untuk ratusan santri dan masyarakat yang menimba ilmu di dalam lingkungan yayasan. Di sini itu, pagi hari ada kegiatan PAUD dan SMP, siangnya kegiatan diniyah dan santri, malamnya kegitan santri lagi dan majelis taklim untuk masyarakat umum, beber Ustadz Hamdan Al Mahaly, salah satu putra Mamak Ato yang ikut mengurus yayasan. Hamdan juga menyatakan santri dan siswa yang belajar di tempatnya diarahkan untuk menguasai berbagai hal tentang Islam. Lebih khusus lagi, ilmu alat dan tahfiz. Dengan penguasaan hal tersebut, santri dan siswa akan lebih mudah memahami khazanah keilmuan Islam. Maka tak heran, tak sedikit prestasi yang diraih oleh yayasan ini. Terakhir, pada tahun 2013 yang lalu, Ponpes Bahrul Ulum berhasil menjadi juara umum dalam Musabaqah Qiraatil Kitab tingkat Kabupaten Bandung. Sembilan gelar berhasil di raih dalam berbagai jenjang dan kategori. Di antaranya juara satu dalam Qiraatil Kitab Alfiyah, Tafsir Jalalayn dan Imriti. Lima tahun sebelumnya, ketika masih belum dinaungi yayasan, Bahrul Ulum juga meraih berbagai gelar lain. 3 / 5
Tak hanya itu, santri yang pernah belajar di tempat tersebut pun sudah banyak yang sukses. Mereka yang lulus itu ada yang sudah bikin pesantren lagi. Bahkan ada yang pesantrennya lebih sukses dari ini. Tak hanya itu, banyak juga yang jadi pengusaha besar, beber Hamdan yang baru-baru ini memutuskan untuk mengkaji kitab Nizhamul Islam bersama Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Rancaekek. Didorong oleh kuatnya semangat untuk memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi umat, Mamak Ato bertekad agar putra-putranya yang kini mengurus yayasan, kelak dapat membangun lembaga pendidikan lain setingkat SMA dan perguruan tinggi untuk mendekatkan umat Islam dengan ajarannya. Dalam Alquran disebutkan bahwa kita ini adalah umat yang terbaik, maka dari itu harus memberi yang terbaik juga bagi umat, ucap Mamak Ato kepada Media Umat.[]farhan akbar/joy BOKS KH Ato Atori, Penasehat Yayasan Al Mubarok Al Fath Tegakkan Khilafah Butuh Dakwah yang Kaffah Mamak Ato, di usianya yang ke 67 tahun, mengapresiasi perjuangan Hizbut Tahrir dalam menegakkan khilafah. Menurutnya, untuk menegakkan khilafah dibutuhkan dakwah yang kaffah, dalam artian menyeluruh ke setiap elemen umat. Dakwah yang dilakukan itu harus menyentuh setiap elemen masyarakat. Menyadarkannya. Kalau sudah pada sadar, akan mudah, katanya. Lebih khusus lagi, ia menyoroti peran ulama. Yang tak kalah penting, sangat diperlukan kesepakatan ulama untuk mengubah sistem negara ini. Dalam sejarah negeri ini, peran ulama 4 / 5
sangat menentukan, katanya. Tak hanya itu, Mamak yang berhubungan dengan HTI sejak 2005 ini juga berpesan kepada para pejuang khilafah untuk tetap sabar dan istiqamah berjuang tak kenal lelah. Ingatlah kisahnya Siti Hajar yang saat itu membutuhkan air untuk anaknya. Ia bolak-balik berkali-kali untuk mencari air dari Bukit Shafa dan Marwah. Tapi pertolongan itu baru datang ketika Siti Hajar sudah benar benar kelelahan, pesannya menyemangati pejuang Khilafah.[] farhan akbar/joy 5 / 5