TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

PENDAHULUAN Latar belakang

BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kupu-Kupu

TINJAUAN PUSTAKA Peranan dan Fungsi Kupu-kupu Ekologi Kupu-kupu

KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG. Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1. Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada 8000 SM yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam suku Poaceae, yaitu jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi populasi dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik meliputi makanan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterangan tentang kupu-kupu. Data diperoleh dari keterangan penelitian yang telah

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Pengendalian serangga hama. Silvikultur Fisik mekanik Hayati : (predator, parasitoid, patogen) Genetik Kimiawi Perundangan PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

II. TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption.

II. TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA. Capung

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. ordoodonata, danmemiliki 2 sub ordoyakni sub ordoanisoptera (dragonflies)

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

I. PENDAHULUAN. dan keanekaragaman agroklimat. Keadaan tersebut menyebabkan hampir setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA A. Parasitoid Brachymeria sp.

KERAGAMAN LEPIDOPTERA PADA DUKUH DAN KEBUN KARET DI DESA MANDIANGIN KABUPATEN BANJAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

Uji Parasitasi Tetrastichus brontispae terhadap Pupa Brontispae Di Laboratorium

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Asal dan kandungan gizi Tanaman Melon. menemukan benua Amerika pada tahun 1492 adalah seorang yang berjasa dalam

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013

BAB II KUPU-KUPU DAN TANAMAN INANG. pada sayapnya. Lepidoptera sendiri terbagi menjadi 2 yaitu kupu-kupu yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

Memahami Konsep Perkembangan OPT

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Lymantria marginata Wlk. (Lepidoptera:Lymantriidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera, kelas Insekta yang dicirikan dengan sayap tertutup oleh sisik. Ordo Lepidoptera mempunyai 47 superfamili, salah satunya adalah Superfamili Papilionoidea. Superfamili Papilionoidea terdiri dari 5 famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Lycaenidae, Nymphalidae, dan Riodinidae. Dalam identifikasi Lepidoptera ke dalam tingkat takson rendah, digunakan karakter berupa bentuk dan pola warna sisik pada sayap, abdomen, dan tungkai (Kristensen et al. 2007). Klasifikasi kupu-kupu Superfamili Papilionoidea menurut Kristensen et al. (2007) ialah sebagai berikut: Kingdom :Animalia Filum : Arthropoda Kelas:Insekta Ordo : Lepidoptera Superfamili : Papilionoidea Famili Papilionidae Famili Pieridae Famili Riodinidae Famili Lycaenidae Famili Nymphalidae Kristensen et al. (2007) memasukkan famili Riodinidae ke dalam superfamili Papilionoidea. Sebelumnya, pada buku Handbook of Zoology (2007) Riodinidae dimasukkan ke dalam family Lycanidae. Kupu-kupu dibedakan dengan ngengat (moth) dalam beberapa hal. Kupukupu bersifat diurnal, sedangkan ngengat nokturnal. Selain itu, bentuk dan corak warna kupu-kupu lebih menarik dibandingkan ngengat (Stavenga et al. 2004). Tubuh kupu-kupu dibedakan menjadi kepala, toraks, dan abdomen (Fleming 1983). Pada kepala kupu-kupu, terdapat sepasang antena yang panjang yang membesar pada ujungnya. Antena tersebut berfungsi sebagai organ peraba dan perasa (Triplehorn & Johnson 2005).

5 Toraks kupu-kupu merupakan sebagai sumber kekuatan tubuh. Toraks terbagi tiga segmen, yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Pada bagian ini terdapat tiga pasang tungkai dan dua pasang sayap, serta sekumpulan otot yang digunakan dalam pergerakan dan terbang (Fleming 1983). Sayap kupu-kupu berupa selaput yang ditutupi sisik. Ukuran, pola dan warna sayap sangat bervariasi pada masing-masing spesies. Sistem venasi sayap sangat penting dalam identifikasi kupu-kupu (Triplehorn & Johnson 2005). Banyak spesies kupu-kupu menunjukkan dimorfisme seksual dengan pola warna sayap berbeda pada kupu-kupu jantan dan betina (Beldade & Brakefield 2002). Abdomen kupu-kupu terdiri dari 10 ruas. Tergum adalah ruas bagian dorsal, sedangkan sternum pada bagian ventralnya. Pada ruas pertama sampai ruas ke tujuh terdapat spirakel yang berfungsi untuk jalan masuk dan keluarnya udara. Dua atau tiga ruas terakhir abdomen mengalami modifikasi membentuk alat genital. Di dalam abdomen terdapat sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem ekskresi, sistem reproduksi, dan sistem otot (Triplehorn & Johnson 2005). Ciri-ciri dari masing-masing famili kupu-kupu dalam Superfamili Papilionoidea adalah sebagai berikut: (Peggie & Amir, 2006) Famili Papilionidae. Famili ini umumnya berwarna menarik, merah, kuning, hijau, dengan kombinasi hitam dan putih, dengan ukuran tubuh sedang sampai besar. Beberapa spesies memiliki ekor sebagai perpanjangan sayap belakang. Banyak spesies bersifat dimorfisme seksual, yaitu kupu-kupu jantan dan betina memiliki pola sayap yang berbeda. Pada beberapa spesies, kupu-kupu betina bersifat polymorphic, yaitu memiliki beberapa pola sayap. Pada jantan dan betina yang memiliki pola sayap serupa, maka betina umumnya memiliki sayap yang lebih besar dan lebih membulat. Famili Pieridae. Famili ini umumnya berwarna kuning, putih atau oranye, dengan sedikit hitam atau merah, dan berukuran sedang. Banyak spesies menunjukkan variasi sayap sesuai musim. Selain itu, beberapa spesies juga memiliki kebiasaan bermigrasi. Umumnya, kupu-kupu betina lebih gelap dan dapat dengan mudah dibedakan dari kupu-kupu jantan.

6 Famili Nymphalidae. Anggota famili ini sangat bervariasi. Umumnya berwarna coklat, oranye, jingga, kuning, dan hitam. Kupu-kupu ini berukuran beragam, mulai kecil sampai besar. Ciri yang paling penting pada Nymphalidae ialah mengecilnya pasangan tungkai depan (kecuali pada kupu-kupu betina Libytheinae). Pada kupu-kupu jantan, biasanya pasangan tungkai depan ini tertutup oleh kumpulan sisik yang padat menyerupai sikat, sehingga kupu-kupu ini juga dikenal sebagai kupu-kupu bertungkai sikat. Famili Lycaenidae. Famili ini umumnya berukuran kecil, berwarna biru, ungu, atau oranye dengan bercak metalik, hitam, atau putih. Biasanya jantan berwarna lebih terang daripada betina. Banyak spesies mempunyai ekor sebagai perpanjangan sayap belakang. Kupu-kupu Lycaenidae umumnya ditemukan saat hari cerah dan di tempat terbuka. Beberapa anggota dari famili ini, terutama pada fase larva, bersimbiosis secara mutualistik dengan semut. Larva dijaga semut dari serangan parasitoid dan semut mendapatkan cairan manis yang dikeluarkan kelenjar pada ruas abdomen larva tersebut. Famili Rionidae. Famili ini banyak ditemukan di Amerika Selatan. Di Indonesia, anggota dari famili ini jarang ditemukan. Ekologi dan Distribusi Kupu-kupu Kupu-kupu banyak dikenal, karena bentuk dan warnanya yang indah dan beragam. Kupu-kupu sering bertebangan diantara dedaunan dan di sekitar bunga untuk mencari pakan. Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang bersih dan sejuk dan tidak terpolusi oleh insektisida, asap, bau yang tidak sedap dan lain-lain. Karena sifatnya yang demikian, maka kupu-kupu menjadi salah satu serangga yang dapat digunakan sebagai bioindikator terhadap perubahan ekologi. Makin tinggi keragaman spesies kupu-kupu di suatu tempat menandakan lingkungan tersebut masih baik (Odum1993).

7 Keraragaman kupu-kupu dipengaruhi oleh faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik yang mempengaruhi keanekaragaman kupu-kupu antara lain suhu, kelembaban, curah hujan, dan intensitas cahaya. Faktor biotik yang mempengaruhi keanekaragaman kupu-kupu ialah komposisi dan struktur vegetasi, predator, parasit, dan parasitoid (Rizal 2007). Smart (1991) melaporkan ukuran populasi kupu-kupu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dependent (saling tergantung) dan faktor independent (tidak saling tergantung). Faktor dependent ialah faktor yang memiliki ketergantungan terhadap individu yang ada dalam habitat, misalnya ketersediaan sumberdaya (ruang dan pakan). Faktor independent ialah faktor yang pengaruhnya tidak tergantung dari ukuran populasi, misalnya iklim. Faktor dependent merupakan faktor yang paling banyak berpengaruh terhadap kupu-kupu. Komponen habitat yang penting bagi kehidupan kupu-kupu ialah tersedianya vegetasi sebagai sumber pakan, tempat berkembang biak, dan tempat berlindung. Pada daerah dengan jumlah vegetasi yang sedikit, kupu-kupu akan berpindah dan mencari daerah baru yang banyak terdapat vegetasi sebagai sumber pakannya. Selain berperan sebagai sumber pakan bagi kupu-kupu, vegetasi juga sebagai tempat berlindung dari serangan predator, dan tempat untuk berkembang biak (Clark et al. 1996). Whalley (1992) melaporkan kehidupan kupu-kupu sangat tergantung pada tumbuhan dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Terjadinya kerusakan hutan dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah tumbuhan inang. Hal ini akan berdampak pada berkurangnya jumlah spesies dan individu kupu-kupu. Keberadaan kupu-kupu di suatu kawasan, selain dipengaruhi oleh kondisi tanaman inangnya, juga dipengaruhi oleh kondisi iklim, musim dan ketinggian tempat. Amir et al. (2003) melaporkan keragaman spesies kupu-kupu di Taman Nasional Gunung Halimun berbeda dengan keragaman spesies kupu-kupu di taman nasional lainnya di Indonesia. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan iklim, musim, ketinggian tempat, serta jenis-jenis tanaman inang sebagai makanan bagi larvanya. Kupu-kupu memiliki sebaran geografi yang luas. Distribusi spesies kupu-kupu dibatasi oleh faktor geologi, ekologi, dan keberadaan tanaman inang yang menjadi

8 pakan larva maupun dewasa. Braby (2000) melaporkan distribusi kupu-kupu Graphium agamemnon, meliputi India selatan sampai India utara, Nepal, Sri Lanka, Andamans, Nicobars, Banglades, Brunei, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, China selatan (meliputi Hainan), Taiwan, Malaysia, Indonesia (Sumatra, Nias, Mentawai, Bangka, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Kalimantan), Filipina, dan Australia. Distribusi G. doson meliputi Nepal, Sri Lanka, Banglades, Burma, Thailand, Laos, Kamboja, Cina Selatan, Taiwan, Malaysia, Brunei, Indonesia (Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan), Filipina, Papua Nugini, Solomon dan Australia. Distribusi kupu-kupu tersebut berkaitan dengan keberadaan inang dan iklim yang sesuai. Musuh Alami Kupu-kupu Predator, parasitoid, penyakit, dan serangan cendawan menyebabkan menurunnya populasi kupu-kupu. Kupu-kupu betina dapat menghasilkan sekitar 500 telur. Namun, umumnya kurang dari 100 telur kupu-kupu yang dapat bertahan sekitar 95 dari 100 telur yang dihasilkan oleh kupu-kupu betina dapat menjadi larva dan 90% dari larva biasanya mati akibat dimakan oleh burung, parasitoid, penyakit, dan cendawan. Hanya sekitar 5% telur yang dapat mencapai fase pupa. Seluruh tahap perkembangan kupu-kupu terancam oleh adanya serangan parasitoid yang menyebabkan kematian. Parasitoid yang menyerang kupu-kupu ialah parasitoid (tawon dan lalat) dan cacing parasit. Parasit umumnya menyerang kupu-kupu dewasa dan tidak menyebabkan kematian. Parasitoid menyerang tahap awal perkembangan kupu-kupu (telur, larva dan pupa) dan dapat menyebabkan kematian. Sedangkan parasitoid yang menyerang telur kupu-kupu ialah tabuhan (wasp), sedangkan Parasitoid yang menyerang larva ialah tabuhan, dan lalat Tachynidae. Parasit pada kupu-kupu dewasa ialah tungau yang menyerang bagian toraks dan tungkai kupu-kupu. Cendawan dan virus patogen juga merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup kupu-kupu saat kelembaban udara tinggi, terutama saat musim hujan. Cendawan dan virus merupakan ancaman bagi kupu-kupu di wilayah tropis. Cendawan patogen yang menyerang kupu-kupu disebut cendawan entomophagous yang memiliki daya serang tinggi dan cepat menyebar di seluruh bagian tubuh

9 kupu-kupu. Larva kupuu-kupu juga dapat diserang oleh nuclear polyhydrosis viruse, virus granulosis (granulosis viruses), dan cytoplasmic polyhydrosis viruses. Serangan cendawan dan virus patogen memiliki daya infeksi yang tinggi (Hoskins 2010). Hampir 50% dari kupu-kupu memiliki predator alami, seperti katak, burung, beberapa spesies insekta karnivora, dan laba-laba. Predator bagi kupu-kupu berperan dalam menjaga kestabilan jaring-jaring makanan di alam (Pippen 2003). Peranan Kupu-kupu Kupu-kupu dengan bentuk, ukuran, dan pola warna yang menarik memiliki nilai estetika tinggi. Para kolektor kupu-kupu berusaha untuk mendapatkan spesies yang indah dan jarang dimiliki orang lain. Para pengumpul biasanya berburu di hutan, tukar menukar dengan pengumpul lainnya, dan bahkan membeli dari pengumpul kupu-kupu dengan harga yang mahal. Warna dan bentuknya yang indah memberikan nilai estetika yang tetap menjadi perhatian para pengumpul dan penggemar kupu-kupu sejak lama, serta menjadi salah satu alasan untuk tetap dipelihara keberadaannya di alam. Kupu-kupu mempunyai nilai yang penting dalam ekosistem hutan, yaitu sebagai penyerbuk (pollinator) untuk menjaga keragaman tumbuhan. Keberadaan kupu-kupu sebagai serangga penyerbuk dapat membantu mempertahankan banyak spesies tumbuhan di habitatnya (Kevan & Baker 1983; Sembel 1993). Beberapa tumbuhan dan serangga mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Beberapa tumbuhan hanya dapat diserbuk oleh serangga tertentu. Namun demikian, dalam bidang pertanian, kupu-kupu juga dapat menjadi hama, terutama pada stadia larva, terutama dari famili Danaidae, Morphinae, Nymphalidae, Papilionidae, Pieridae, dan Hesperidae yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian dan tanaman hias (Salmah 1993). Serangga-serangga tersebut akan menjadi hama potensial, jika terjadi peningkatan jumlah populasi dan tanpa adanya penekanan dari musuh alaminya. Keragaman kupu-kupu dapat memberikan informasi tentang kondisi lingkungan dan sebagai indikator kualitas dan kesehatan lingkungan.