HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J.

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan kependudukan.pemerintah Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

KARAKTERISTIK AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DI DESA GRINGGING, SAMBUNGMACAN, SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JURNAL. Diajukan Untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Penyusunan Skripsi. Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Study Diploma IV Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologis (normal), sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya. pada tahun 2000 menjadi 237,6 juta di tahun 2010 (BKKBN, 2010).

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

KUESIONER PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

ABSTRAK. Kata kunci: akseptor KB suntik DMPA, akseptor KB implan, perubahan siklus menstruasi

I. PENDAHULUAN. seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Indonesia, yang salah satu caranya dengan kontrasepsi. kontrasepsi yang akan dipilihnya baik meliputi cara pemasangan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. ditingkatkan guna mencegah teradinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun oleh: PUTRI SETIANINGRUM J 210 050 050 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia cukup tinggi yaitu 1,38% per tahun. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah tingginya angka kelahiran yang berkaitan erat dengan usia kawin pertama sebagai salah satu sasaran program Keluarga Berencana (KB) dan sebagian kelompok masyarakat dan keluarga belum menerima dan menghayati norma keluarga kecil sebagai landasan untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Keadaan ini merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan kebijakan kependudukan, yaitu dengan menurunkan tingkat pertumbuhan serendah-rendahnya. Cara efektif untuk menurunkan angka pertumbuhan penduduk dengan jalan mengikuti program KB (Nurcahya, 2007). KB merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan. Sebagian besar wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan 1

2 seksualitas wanita, maupun biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 2008). Program KB nasional merupakan salah satu komponen pembangunan nasional terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, kesehatan, dan kesejahteraan keluarga. Program ini dilaksanakan melalui empat misi gerakan KB nasional yaitu pengaturan kelahiran, penundaan usia kawin, peningkatan ketahanan keluarga, dan kesejahteraan keluarga. Pada dasarnya tujuan program KB nasional adalah untuk meningkatkan kualitas penduduk dan kualitas sumber daya manusia melalui berbagai program di bidang program KB, program kesehatan reproduksi remaja, program penguatan kelembagaan KB, serta program pemberdayaan keluarga. Kualitas penduduk ditentukan oleh satu faktor yaitu kesehatan seseorang atau masyarakat (BKKBN, 2000). Berbicara tentang kesehatan reproduksi banyak sekali yang harus dikaji. Tidak hanya membahas tentang organ-organ reproduksi, tetapi ada beberapa aspek yang harus diketahui, salah satunya kontrasepsi. Saat ini tersedia berbagai metode atau alat kontrasepsi seperti IUD, suntik, pil, implant, kontrasepsi mantap (kontap), dan kondom. Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik KB merupakan jenis kontrasepsi hormonal yang bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron (Everett, 2007). Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kontrasepsi suntik merupakan obat pencegah kehamilan yang cara pemakaiannya dengan

3 menyuntikkan kepada wanita subur. Obat suntik KB berisi Depo Medorxi Progesterone Acetate (DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot (intramuskuler) di bagian gluteus yang dalam atau pangkal lengan (deltoid). Kontrasepsi ini baik untuk wanita menyusui dan dipakai segera setelah melahirkan. Suntikan pertama diberikan dalam waktu empat minggu setelah melahirkan. Suntikan kedua diberikan tiap bulan atau tiga bulan berikutnya. Kontrasepsi suntik efektif untuk mencegah kehamilan jika pemakaiannya teratur. KB ini bisa digunakan bagi wanita berbagai golongan umur, baik yang telah beranak atau belum beranak. Selain itu, KB ini efektivitasnya tinggi, sederhana pemakaiannya, juga aman dipakai selama masa menyusui, membantu mencegah kanker rahim, dan mencegah kehamilan di luar rahim. Faktor-faktor inilah yang mendorong pemakaian kontrasepsi suntik oleh wanita usia subur (BKKBN, 2005). Pemakaian kontrasepsi suntik juga harus memperhatikan efek samping. Pemilihan KB suntik perlu perhatian khusus, terutama bagi wanita usia di atas 35 tahun mengingat resiko yang timbul seperti serangan jantung, stroke dan masalah perubahan tekanan darah. Kelemahan dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola haid diantaranya adalah amenorhoe, menoragia dan muncul bercak (spotting), pertambahan berat badan, dan alergi (BKKBN, 2004). Di Indonesia khususnya di Jawa Tengah peserta KB aktif tahun 2007 sekitar 4.4861.221 jiwa. Peserta KB yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MJKP) meliputi IUD 480.359, MOP/MOW 360.311, Implant

4 446.687, sedangkan peserta KB Non MJKP meliputi Suntik 2,65 juta, pil 860.759, kondom 61.204. Di Kabupaten Klaten tercatat jumlah peserta KB aktif 153.594 dengan persentase penggunaan alat KB terbesar adalah suntik (50,99 %), MOP/MOW (14,87 %), implant (13,02 %), IUD (10,26 %), pil (7,96 %), kondom (2,89 %) (BKKBN, 2007). Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Delanggu, pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi pada bulan Maret 2009 diperoleh data peserta kontrasepsi suntik 259 orang, kontrasepsi implant 74 orang, kontrasepsi pil 68 orang, kontrasepsi IUD 15 orang, kontrasepsi WOW 9 orang, kontrasepsi kondom 14 orang, kontrasepsi MOP 3 orang. Dari data-data di atas menunjukkan bahwa kontrasepsi suntik menunjukkan peringkat pertama dibandingkan kontrasepsi yang lain. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman, bekerja dalam waktu lama, tidak mengganggu menyusui, dapat dipakai segera setelah keguguran atau setelah masa nifas. Kontrasepsi hormonal kombinasi juga bisa menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi), pada kurang lebih 4 5% perempuan yang tekanan darahnya normal sebelum memakai kontrasepsi tersebut dan meningkatkan tekanan darah pada kurang lebih 9 16% perempuan yang telah menderita hipertensi sebelumnya.

5 Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti bermaksud untuk mengetahui hubungan antara pemakaian kontrasepsi suntik dengan tekanan darah di Puskesmas Delanggu Klaten. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dapat diasumsikan permasalahan apakah ada hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi suntik dengan tekanan darah pada akseptor KB suntik. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemakaian jenis kontrasepsi suntik dengan tekanan darah pada akseptor KB suntik. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik responden yang memakai alat kontrasepsi suntik b. Mengetahui jenis pemakaian kontrasepsi suntik. c. Mengetahui profil tekanan darah pada akseptor KB suntik. d. Mengetahui persentase akseptor KB suntik yang mengalami peningkatan tekanan darah. e. Mengetahui hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi suntik dengan tekanan darah pada akseptor KB suntik.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan khasanah ilmu tentang masalah kontrasepsi suntik dengan tekanan darah. 2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti Memahami proses dan kegiatan penelitian serta menambah pengetahuan pemahaman dan pendalaman peneliti tentang hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi suntik dengan tekanan darah. b. Bagi akseptor Menambah wawasan tentang kontrasepsi suntik serta sebagai masukan agar dapat dijadikan dasar pertimbangan kebijaksanaan dalam menggunakan kontrasepsi suntik. c. Bagi profesi Memberikan masukan dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut, meningkatkan pemahaman dan wawasan tentang penggunaan alat kontrasepsi suntik, serta dapat menerapkannya dalam memberikan penyuluhan kepada akseptor KB. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi suntik dengan tekanan darah pada akseptor KB suntik sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebagai berikut.

7 1. Himyatul Khoiroh (2004), Perbedaan pengaruh pemakaian kontrasepsi suntik cyclofem dan depo progestin terhadap peningkatan tekanan darah di Puskesmas Beru Sarirejo Lamongan. Penelitian menggunakan studi komparatif case control dengan populasi dan sampel 42 responden, pengambilan sampel secara purposif. Penelitian ini menunjukkan hasil dengan menggunakan distribusi frekuensi dan korelasi Chi Kuadrat. Hasil dari distribusi frekuensi diperoleh bahwa yang mengalami peningkatan tekanan darah untuk kontrasepsi cyclofem 0,80% dan yang mengalami peningkatan tekanan darah untuk kontrasepsi suntik depo progestin 0,41%. 2. Nur Afni (2005), Gambaran efek samping penggunaan kontrasepsi hormonal pada ibu-ibu usia 20 35 tahun di Kecamatan Jelai Kabupaten Sukamara Kalimantan. Penelitian ini bersifat deskriptif, metode yang digunakan berupa survei dengan cara pendekatan potong lintang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu rumah tangga yang menggunakan kontrasepsi hormonal di Kecamatan Jelai dari tahun 2002 sampai dengan bulan Mei 2005. Pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan teknik simple random sampling sehingga diperoleh 90 sampel. Dari hasil penelitian, proporsi terbesar umur responden 20 30 tahun (70%), pendidikan dengan proporsi terbesar tamat SD (28%), proporsi jenis pekerjaan terbesar swasta (41%). Kontrasepsi yang diperoleh responden dari pemakaian fasilitas kesehatan. Jenis kontrasepsi yang banyak digunakan adalah suntik (65,0%). Proporsi terbesar penggunaan jenis kontrasepsi pil adalah jenis kombinasi (83,0%), suntik depo progestin

8 (88,0%), sedangkan implant semua menggunakan jenis norplant (100%). Hasil penelitian menunjukkan proporsi terbesar terjadinya efek samping gangguan siklus haid adalah pada suntik (79,7%), peningkatan tekanan darah pada pil (12,5%), peningkatan berat badan pada suntik (16,6%) dan produksi ASI berkurang pada jenis pil kombinasi (25,0%).