BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 : Perbedaan Antara Proses Stationer dan Proses Non-Stationer

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III APLIKASI METODE GWR

BAB III MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR)

BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis Kualitas Data Masukan

BAB III REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION (GWPR)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Atiya Maulani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hal-hal yang melatarbelakangi

GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (GWRPCA) PADA PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI JAWA TENGAH

MODEL REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN, BISQUARE, DAN TRICUBE PADA PERSENTASE KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION SEMIPARAMETRIC (GWLRS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia teknologi berkembang sangat pesat di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terus dihadapi di sejumlah daerah di Indonesia, tidak terkecuali Provinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. lebih variabel independen. Dalam analisis regresi dibedakan dua jenis variabel

S - 17 MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PENDERITA DIARE DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL BISQUARE

ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN UNTUK DATA KEMISKINAN. Rita Rahmawati 1, Anik Djuraidah 2.

PEMODELAN DATA KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL BISQUARE

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II METODE ANALISIS DATA. memerlukan lebih dari satu variabel dalam membentuk suatu model regresi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Estimasi Parameter pada Regresi Spatial Error Model (SEM) yang Memuat Outlier menggunakan Iterative Z Algorithm

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan suatu negara salah satunya dapat dilihat dari tingkat

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Plot jenis pengamatan pencilan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL REGRESI ROBUST DENGAN ESTIMASI LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS)

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. berarti ramalan atau taksiran pertama kali diperkenalkan Sir Francis Galton pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB 2 LANDASAN TEORI. pengetahuan, terutama para peneliti yang dalam penelitiannya banyak

Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA

BAB III PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis regresi linier sederhana 2. Analisis regresi linier berganda. Universitas Sumatera Utara

: Persentase Penduduk Dengan Sumber Air Minum Terlindungi PDAM : Pengeluaran Perkapita Penduduk Untuk Makan Sebulan

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. pertama digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Algoritme Least Angle Regression untuk Model Geographically Weighted Least Absolute Shrinkage and Selection Operator

BAB I PENDAHULUAN. untuk membentuk model hubungan antara variabel dependen dengan satu atau

PERBANDINGAN MODEL GWR DENGAN FIXED DAN ADAPTIVE BANDWIDTH UNTUK PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI JAWA TENGAH

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan

BAB 2 LANDASAN TEORI. bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel eksplanatorik, variabel

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Dia

BAB VI ANALISIS REGRESI LINEAR GANDA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Regresi pertama kali digunakan sebagi konsep statistika pada tahun 1877 oleh sir Francis Galton.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Annisa Nurul Aini, 2013

BAB III. Model Regresi Linear 2-Level. Sebuah model regresi dikatakan linear jika parameter-parameternya bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah sandang, pangan, dan papan. Setiap rumah tangga (RT) pasti menginginkan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi merupakan bentuk analisis hubungan antara variabel prediktor

BAB 2 LANDASAN TEORI. Perubahan nilai suatu variabel dapat disebabkan karena adanya perubahan pada

Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak

BAB 2 LANDASAN TEORI. variabel untuk mengestimasi nilainya di masa yang akan datang. Peramalan Merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IX ANALISIS REGRESI

2015 REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION (GWLR)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMODELAN HARGA CABAI DI KOTA SEMARANG TERHADAP HARGA INFLASI MENGGUNAKAN REGRESI SEMIPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN. Metode kriging digunakan oleh G. Matheron pada tahun 1960-an, untuk

PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWRPCA)

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. bersifat tetap ( bukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

1. Model Regresi Linear dan Penaksir Kuadrat Terkecil 2. Prediksi Nilai Respons 3. Inferensi Untuk Parameter-parameter Regresi 4.

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III REGRESI PADA DATA SIRKULAR

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan

Peramalan (Forecasting)

Analisis Hubungan Proses Pembelajaran dengan Kepuasan Mahasiswa Menggunakan Logika Fuzzy

2016 APLIKASI MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB

MA5283 STATISTIKA Bab 7 Analisis Regresi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada tahun

dan Korelasi 1. Model Regresi Linear 2. Penaksir Kuadrat Terkecil 3. Prediksi Nilai Respons 4. Inferensi Untuk Parameter-parameter Regresi 6.

BAB 2 LANDASAN TEORI. digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Dia

GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (GWRPCA) PADA PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI JAWA TENGAH ABSTRACT

PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED RIDGE REGRESSION

Analisis Regresi Spline Kuadratik

BAB II LANDASAN TEORI. metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi robust, koefisien determinasi,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dalam analisis ekonometrika, ketersediaan data yang sesuai sangat

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode analisis yang menjelaskan tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada berbagai bidang sebagai dasar bagi pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

(R.5) Pemodelan Regresi Poisson Terboboti Geografis Pada Kasus Gizi. buruk di Jawa Timur.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sangat mempengaruhi hasil analisis yang diperlukan. Data yang dapat

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Statistika, dan Aplikasinya September 2017, Samarinda, Indonesia ISBN:

Pemodelan Angka Harapan Hidup di Papua dengan pendekatan Geographically Weighted Regression

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI Model adalah penyederhanaan dunia nyata (real world) ke dalam suatu bentuk terukur (Deliar, 27). Bentuk terukur tersebut adalah asumsi yang dianggap dapat merepresentasikan dunia nyata tersebut. Asumsi-asumsi tersebut dibuat berlaku umum dan sama untuk setiap tempat di dunia nyata yang akan dimodelkan, atau dengan kata lain pada tiap tempat dianggap terjadi suatu proses yang sama persis (proses stationer). Pada kenyataannya proses tersebut tidak akan pernah sama untuk setiap tempat, hal tersebut dikarenakan adanya ketidakpastian spasial (spatial non-stationarityspasial tersebut adalah kenyataan terjadinya proses yang samaa sekali berbeda (Fotheringham et al., 22). Ketidakpastian untuk setiap tempat (proses non-stationer). Perbedaan proses stationer dan proses non-stationer dapat dilihat pada Gambar 2.1. Pada gambar tersebut terlihat pada bagian proses stationer fenomena-fenomena (β e1, β e2, β e3 dan β e3 3) pada berbagai tempat dianggap sebagai fenomena yang memiliki kesamaan karakteristik. Hal tersebut terlihat dari bentuknya yang digambarkan sebagai lingkaran yang sama persis. Pada kenyataannya fenomena-fenomena itu mempunyai perbedaan sehingga di gambar bagian proses non-stationer fenomena-fenomena tersebut dinyatakan berbeda, hal tersebut digambarkan oleh beragamnya bentuk lingkaran yang merepresentasikan fenomena tersebut. Gambar 2.1 : Perbedaan Antara Proses Stationer dan Proses Non-Stationer 6

Untuk membentuk model dari suatu fenomena di dunia nyata baik proses stationer maupun proses non-stationer dapat digunakan banyak metode, salah satunya adalah metode regresi. Pengertian regresi secara harfiah adalah hubungan rata-rata antara variabel (KBBI, 21). Pengertian tersebut dapat dijabarkan sebagai suatu cara pemodelan melalui analisis hubungan antara variabel-variabel yang kemudian membentuk model (Shekhar, 28). Analisis tersebut dihasilkan melalui estimasi hubungan. Analisis regresi mempunyai dua tujuan utama, yaitu: 1. Mengetahui seberapa besar perubahan suatu variabel dikarenakan perubahan variabel-variabel lainnya 2. Memprediksi nilai suatu variabel berdasarkan nilai dari variabel-variabel lainnya. Dalam TA ini akan dijelaskan dan diaplikasikan dua metode regresi yaitu metode regresi linier dan metode GWR. Kedua metode regresi tersebut akan dibandingkan penggunaannya terutama kehandalan dalam pemodelan proses non-stationer di dunia nyata. 2.1 Metode Regresi Linier Sesuai dengan namanya, metode regresi ini mempergunakan hubungan linier yang diasumsikan dapat merepresentasikan semua nilai sampel yang menjadi data masukan untuk persamaan regresi. Untuk mendapatkan besaran parameter yang dicari, diperlukan sampel yang jumlahnya minimum sama dengan jumlah parameter (Kuntjoro, 26). Sampel tersebut harus berupa nilai variabel-variabel independen beserta nilai variabel dependen yang terbentuk dari variabel-variabel independen tersebut. Dengan memasukan variabel-variabel itu ke dalam persamaan, dapat dilakukan proses regresi. Persamaan regresi linier dapat dijabarkan dengan rumus 2.1, 2.2, 2.3 dan 2.4 sebagai berikut:...(2.1) 1,, 7

...(2.2)... (2.3) 1 1...(2.4) 1 Dimana: / / / Berdasarkan data sampel biasanya dapat diketahui nilai variabel Y dan X, sehingga nilai β dapat dihitung dengan proses inversi matriks seperti pada rumus 2.5....(2.5) Dengan mengetahui nilai β, persamaan umum yang terdiri dari β dan X bisa dibentuk. Persamaan tersebut dapat dipergunakan untuk memprediksi nilai Y yang belum diketahui. Ilustrasi penggunaan metode regresi linier: Kasus: Variabel nilai tanah terbentuk dari variabel jarak bidang tanah tersebut terhadap pusat bisnis. 8

Data (Lihat Gambar 2.2): No. Harga/m 2 (Rp) Jarak Terhadap Pusat Bisnis (m) 1. 2 15 2. 15 25 3. 175 21 4. 3 5 5.? 2 6.? 1 Gambar 2.2 : Plotting Data Contoh Ilustrasi Penggunaan Metode Regresi Linier Persamaan Pengamatan: 2 = a * 15 + b 15 = a * 25 + b 175 = a * 21 + b 3 = a * 5 + b Matriks Pengamatan: 2 15 1 15 25 1 175 21 1 3 5 1 9

Inversi Matriks: Parameter: 7433.927484581 328996.91629956 Penghitungan Nilai Tanah Yang Belum Diketahui (Lihat Gambar 2.3): Y (5) = -7433.927484581* 2 + 328996.91629956 = 182312.775334 Y (6) = -7433.927484581* 1 + 328996.91629956 = 254574.84581498 Gambar 2.3 : Ilustrasi Penghitungan Nilai Dengan Metode Regresi Linier 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Regresi Linier Metode regresi linier adalah metode pemodelan yang sering digunakan terutama dikarenakan prinsipnya yang sederhana dan mudah untuk diimplementasikan. Meskipun mempunyai prinsip yang sederhana dan sangat mudah pengerjaannya, model regresi linier dibentuk berdasarkan banyak sekali asumsi yang harus dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut antara lain: 1. Data sampel merepresentasikan seluruh populasi. 2. Setiap data mempunyai pengaruh dan ketelitan yang sama. 1

3. Hanya tersisa kesalahan acak pada data sampel. 4. Variabel independen harus bebas dari kesalahan. Selain harus memenuhi asumsi-asumsi di atas, model regresi linier pun memiliki keterbatasan lainnya yaitu menghasilkan set parameter yang sama untuk seluruh nilai yang dimodelkan. Hal ini sangat berlawanan dengan logika dimana pada kenyataannya setiap lokasi mempunyai keunikan tersendiri yang disebut proses non-stationer. Proses non-stationer yang lebih realistik dibandingkan dengan proses stationer, tidak dapat dimodelkan oleh regresi linier. Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan metode regresi linier tersebut dapat dilakukan modifikasi proses regresi terutama pada proses pemecahan parameter. Pada prinsipnya pemecahan parameter pada regresi linier yang ditunjukkan pada rumus 2.5 adalah penyelesaian dengan metode least-square. Metode least-square adalah proses pencarian solusi tunggal dari data berlebih dengan kriteria kuadrat penyimpangan solusi dengan data adalah minimum (Setyadji, 27). Prinsip leastsquare adalah penyamaan variansi (nilai kepresisian) suatu set data. Penyamaan variansi data itulah yang menyatakan asumsi bahwa proses di dunia nyata adalah sama atau stationer. Dengan mengganti variansi yang berbeda-beda untuk setiap set data sesuai karakteristiknya masing-masing maka kemungkinan proses nonstationer pun dapat dimodelkan. Hal inilah yang akan diaplikasikan pada pengembangan metode regresi linier selanjutnya berupa metode GWR. 2.3 Metode GWR Perbedaan metode GWR dengan metode regresi linier adalah pada sistem pembobotan yang diberikan pada tiap sampel nilai dalam persamaan. Bobot dalam metode GWR berupa pengaruh suatu data sampel terhadap suatu nilai yang akan dicari ditinjau dari sisi geografis. Pengaruh tersebut dinyatakan dengan jarak antara posisi data sampel dengan posisi nilai yang akan dicari. Pemberian bobot berdasarkan jarak ini sesuai dengan Hukum Pertama Geografi yaitu Semua hal berhubungan, namun hal yang lebih dekat akan lebih berhubungan. Pembobotan tersebut dimaksudkan untuk mengakomodasi kriteria lokal suatu fenomena di 11

dunia nyata sehingga diharapkan pemodelan fenomena tersebut lebih akurat dan realistik. Melalui pemberian bobot ini metode GWR dapat memberikan parameter yang unik bagi tiap-tiap nilai yang akan dicari, sama sekali berbeda dengan metode regresi linier yang hanya memberikan satu set parameter yang sama bagi semua nilai yang akan dicari. Seperti terlihat pada Gambar 2.2, di bagian regresi linier hanya dapat dihasilkan satu garis lurus untuk merepresentasikan seluruh sebaran data sedangkan pada bagian GWR dapat dihasilkan dua garis lurus untuk merepresentasikan sebaran data yang sama. Hal ini terjadi dikarenakan adanya dua jenis karakteristik data pada sebaran data tersebut dan metode GWR dapat mendeteksi karakteristik tersebut melalui pemberian bobot untuk setiap data. Gambar 2.4 : Perbedaan Antara Hasil Pemodelan Metode Regresi Linier dengan metode GWR Persamaan GWR dapat dijabarkan dengan rumus 2.6, 2.7, 2.8, 2.9 dan 2.1 sebagai berikut:...(2.6) 12

...(2.7)... (2.8) 1 1...(2.9) 1...(2.1) Dimana: / / / Berdasarkan data sampel biasanya dapat diketahui nilai variabel Y dan X sama seperti metode regresi linier. Perbedaanya pada metode GWR ini perlu juga diketahui posisi data sampel serta posisi nilai yang akan dicari untuk pembentukan bobot W. Bobot W dapat dicari dengan beberapa metode misalnya metode Gaussian ataupun Bisquare seperti pada rumus 2.11 dan 2.12. Gaussian : / /2... (2.11) Bisquare : 1 /... (2.12) 13

Dimana: ket : bandwith adalah suatu cakupan daerah dimana sampel masih dianggap berpengaruh terhadap nilai yang dicari seperti digambarkan pada Gambar 2.3. Pada gambar tersebut terlihat bahwa untuk masing-masing nilai yang akan dicari (regression point) tidak semua data (data point) yang ada dianggap berpengaruh bagi regression point tersebut, hanya data point yang tercakup dalam kurva bandwith yang dianggap berpengaruh dan dapat dimasukan sebagai data sampel. Dalam kurva bandwith juga diilustrasikan pengaruh jarak data point terhadap regression point, semakin dekat data point terhadap regression point maka data point semakin berpengaruh begitupun sebaliknya semakin jauh data point terhadap regression point maka data point semakin tidak berpengaruh. Gambar 2.5 : Ilustrasi Hubungan Antara Bobot dengan Bandwith serta Titik Regresi Yang Dicari Nilainya dengan Titik Data Sampel 14

Nilai β dapat diketahui dengan melakukan penghitungan dengan proses inversi matriks seperti pada rumus 2.13....(2.13) Dengan mengetahui nilai β, persamaan umum yang terdiri dari β dan X bisa dibentuk. Persamaan tersebut dapat dipergunakan untuk menghitung nilai Y yang belum diketahui, namun nilai β tersebut hanya berlaku untuk satu nilai Y yang dicari. Hal tersebut dikarenakan fungsi W yang berubah-ubah untuk setiap nilai Y, sehingga setiap nilai Y yang dicari akan mempunyai suatu set parameter tersendiri yang unik. Ilustrasi penggunaan metode GWR: Kasus: Variabel nilai tanah terbentuk dari variabel jarak bidang tanah tersebut terhadap pusat bisnis. Data (Lihat Gambar 2.6): No. Harga/m 2 (Rp) Jarak Terhadap Pusat Bisnis (m) 1. 2 15 2. 15 25 3. 175 21 4. 3 5 5.? 2 6.? 1 15

Gambar 2.6 : Plotting Data Contoh Ilustrasi Penggunaan Metode GWR Persamaan Pengamatan: 2 = a * 15 + b 15 = a * 25 + b 175 = a * 21 + b 3 = a * 5 + b Matriks Pengamatan: 2 15 1 15 25 1 175 21 1 3 5 1 Penghitungan Jarak Antar Titik: Titik Titik Jarak (m) Titik Titik Jarak (m) 5. 1. 5 6. 1. 5 2. 5 2. 15 3. 1 3. 11 4. 15 4. 5 16

Matriks Bobot: Pada contoh ini dibuat matriks bobot dengan jenis bobot yaitu 1/jarak 1/5 1/5 1/1 1/5 1/15 1/15 1/11 1/5 Inversi Matriks: Parameter: 673.7692376918 3152972.279722 7861.999522626 3326357.4666335 Penghitungan Nilai Tanah Yang Belum Diketahui (Lihat Gambar 2.7): Y (5) = -673.7692376918* 2 + 3152972.279722= 186818.18181818 Y (6) = -7861.999522626* 1 + 3326357.4666335= 254158.371472 Gambar 2.7 : Ilustrasi Penghitungan Nilai Dengan Metode GWR 17

2.4 Studi Kasus Dalam penelitian ini akan dibandingkan kedua metode regresi yaitu metode regresi linier dengan metode GWR untuk melakukan penilaian terhadap harga tanah di suatu wilayah. Dalam penilaian harga tanah yang merupakan bagian dari penilaian properti, saat ini dikenal empat metode dasar yaitu (Leksono, 28): 1. Metode Perbandingan. Dalam metode ini nilai suatu properti dianggap sama dengan harga transaksi yang baru terjadi pada properti lain yang mempunyai kemiripan karakteristik. 2. Metode Pendapatan. Metode ini menilai berdasarkan pendapatan yang diperkirakan akan diperoleh dari suatu properti di masa yang akan datang melalui pendekatan kapitalisasi. Dalam metode ini nilai suatu bidang tanah merupakan fungsi dari pendapatan, dimana semakin tinggi pendapatan yang diperkirakan akan dihasilkan maka harganya pun akan semakin tinggi. Begitupun sebaliknya. 3. Metode Biaya. Prinsip dari metode ini adalah keterkaitan nilai dengan biaya. Dalam metode ini nilai suatu properti ditentukan dengan cara memperkirakan biaya yang telah dikeluarkan untuk membuat atau mengadakan properti yang akan dinilai tersebut. 4. Metode Residual. Metode ini merepresentasikan kombinasi dari ketiga metode penilaian lainnya. Dengan memperhatikan karakteristik keempat metode dasar penilaian properti tersebut, maka baik metode regresi linier maupun metode GWR dapat dikategorikan sebagai metode perbandingan. Hal tersebut dikarenakan pada kasus ini kedua metode regresi tersebut menilai harga suatu bidang tanah berdasarkan harga transaksi bidang tanah lain yang sudah terjadi dan membandingkan kemiripan karakteristiknya. Selain itu pada penilaian bidang tanah, kurang cocok diterapkan metode selain metode perbandingan. Hal tersebut dikarenakan bidang tanah biasanya tidak mempunyai biaya pengadaan dan jarang sekali digunakan untuk menghasilkan pendapatan. 18