TINJAUAN PUSTAKA. Kata elaeis berasal dari bahasa Yunani yang berarti minyak, sedangkan guineensis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

I. PENDAHULUAN. industri minyak bumi serta sebagai senyawa intermediet pada pembuatan bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

PENDAHULUAN. Indonesia menyebabkan industri kehutanan mengalami krisis bahan baku.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Luas lahan, produksi dan produktivitas TBS kelapa sawit tahun Tahun Luas lahan (Juta Ha)

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

TANAMAN PENGHASIL PATI

n. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tumbuhan yang termasuk family

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, Mei 2011

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Potensi Tanaman Kelapa Sawit. Menurut Hadi (2004) pengklasifikasian kelapa sawit

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

Studi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun seluas 8,91 juta

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1.1. Tanaman Sagu Spesies Mitroxylon Sago

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. kingdom plantae, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

I. PENDAHULUAN. untuk mendatangkan hasil dalam bidang pertanian. tanaman yang diusahakan yaitu tanaman pangan, hortikultura dan tanaman

BAB I. PENDAHULUAN A.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kelapa sawit di Indonesia cukup besar, data tahun1999 menunjukkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR (LIQUID SMOKE)

I. PENDAHULUAN. merupakan sumber protein dan mineral yang baik, dengan kandungan kalium,

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membangun suatu jalan, tanah dasar merupakan bagian yang sangat

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit adalah rata rata sebesar 750 kg/ha/tahun. Berarti

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit atau yang sering disebut Elaeis quineensis Jacq, berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Randemen Arang Tempurung Kelapa

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Biomassa adalah segala material yang berasal dari tumbuhan atau hewan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

BAB III. HIPOTESIS DAN RANCANGAN PENELITIAN A. Hipotesis B. Rancangan Penelitian... 28

BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. minyak bumi semakin menipis bisa dilihat dari produksi minyak bumi dari tahun

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Nama Elaeis guineensis Jacq diberikan oleh Jacquain pada tahun 1763. Kata elaeis berasal dari bahasa Yunani yang berarti minyak, sedangkan guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquain bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Afrika). Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tergolong kedalam suku palma. Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai sejak abad ke-16, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diperoleh data dan informasi tentang klasifikasi kelapa sawit, yaitu : Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Famili Sub Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Palmaceae : Cocoideae : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Jacq (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Tanaman kelapa sawit di Indonesia merupakan tanaman palma yang berasal dari Afrika Barat, mulai dari Angola hingga Liberia. Penanaman sawit di Indonesia diawali dengan masuknya tanaman ini untuk pertama kalinya ke Bogor pada tahun 1848. Penanaman selanjutnya sebagai uji coba terdapat di Banyumas, Palembang kemudian berlanjut ke Sumatera Timur pada tahun 1884. Kelapa sawit mulai ditanam pada skala komersial di Sungai Liput (Aceh) dan Pulau Radja (Asahan, Sumatera Utara) pada tahun 1911. Sedangkan untuk pengembangan

perkebunan rakyat mulai dilakukan pada masa pemerintahan orde baru di akhir 1970-an, namun upaya percepatan pengembangan perkebunan sawit rakyat mulai awal 1980-an melalui proyek Perkebunan Inti Rakyat (PIR) (Badrun, 2010). Kelapa sawit adalah tumbuhan monokotil yang berkembang biak dengan biji dan memiliki akar serabut, habitat aslinya adalah daerah semak belukar, tumbuh didaerah tropis pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Sawit menyukai tanah yang subur dan tempat terbuka dengan kelembaban tinggi yaitu 80-90%. Kelembaban tinggi itu antara lain ditentukan oleh adanya curah hujan yang tinggi dengan daerah yang tidak tergenang air saat musim hujan dan tidak kekeringan saat musim kemarau. Sawit adalah salah satu komoditi andalan perkebunan di Indonesia yang perkembangannya demikian pesat. Sawit mempunyai sifat yang sangat beragam, hal ini dipengaruhi oleh kandungan kimia yang ada pada kayu sawit (Balfas, 2003). Potensi Kelapa Sawit Sebagai negara tropis dengan cuarah hujan 2000-2500 mm/tahun, bulan kering berkisar 2-3 bulan/tahun dan suhu rata-rata 24-28 ºC, maka wilayah Indonesia sangat sesuai untuk perkebunan sawit. Kondisi topografi dan jenis tanah di Indonesia yang podsolik, alluvial dan latosol khususnya di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua sangat sesuai untuk pengembangan usaha perkebunan sawit. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2012, diperkirakan luas lahan perkebunan sawit akan mencapai 8 juta ha (Pahan, 2006). Proporsi penggunaan lahan daratan Indonesia untuk perkebunan sawit relatif kecil dibandingkan dengan luas hutan pruduksi dan hutan

konservasi/lindung. Saat ini luas hutan produksi di Indonesia mencapa1 44,11 % dan luas hutan konservasi/lindung 26,32 %, sedangkan untuk luas perkebunan sawit di Indonesia hanya 3,89 %. Disisi lain, kepemilikan perkebunan sawit di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga yaitu : perkebunan rakyat (3,2 juta ha), perkebunan besar negara (617.000 ha) dan perkebunan besar swasta (3,5 juta ha). Industri sawit Indonesia menerapkam manajemen budidaya yang baik dan berkelanjutan seperti melakukan zero burning dalam pembukaan lahan dan peremajaan tanaman (Hadi, 2004). Pabrik Kelapa Sawit (PKS) adalah salah satu rantai pasok industri sawit yang berfungsi sebagai pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) sawit menjadi minyak sawit (Crude Palm Oil;CPO). Pabrik kelapa sawit yang ada di Indonesia berjumlah 608 unit dengan total kapasitas terpasang mencapai 34.280 ton TBS/jam yang tersebar di 22 Propinsi. Kontribusi CPO Indonesia terhadap dunia semakin meningkat dan berhasil mengungguli Malaysia menjadi produsen terbesar dunia sejak tahun 2006. Indonesia mengekspor CPO dan produk turunannya kelebih dari 45 negara didunia. Tercatat ada sembilan konsumen terbesar CPO Indonesia yaitu India, Uni Eropa, China, Malaysia, Singapura, Bangladesh, Mesir, Pakistan, dan Amerika Serikat (USA) (Isroi, 2007). Limbah Sawit Menurut Husin (2004) limbah sawit adalah sisa tanaman sawit yang tidak termasuk dalam produk atau merupakan hasil ikutan dari proses pengolahan. Berdasarkan tempat pembentukannya, limbah sawit dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu limbah perkebunan sawit dan limbah industri sawit.

a. Limbah perkebunan sawit Limbah perkebunan sawit adalah limbah yang dihasilkan dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen sawit. Jenis limbah ini antara lain kayu, pelepah dan gulma. b. Limbah industri sawit Limbah industri sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat proses pengolahan sawit. Jenis limbah ini antara lain cangkang, batang dan tandan. Setiap pengolahan 1 ton Tandan Buah Segar (TBS) akan menghasilkan limbah padat berupa Tandan Kosong Sawit (TKS) sebanyak 200-220 kg dan limbah cair sebanyak 670 kg. Sisa produksi seperti TKS dapat diolah kembali menjadi berbagai produk biomassa, sedangkan limbah cair menghasilkan gas metana untuk bahan bakar gas dan sisanya dialirkan ke kebun sebagai pupuk. Pabrik kelapa sawit menyediakan instalasi pengelolaan limbah cair untuk menghilangkan bahan pencemar dan beracun serta bahan yang tidak dapat didegradasikan (Setyamidjaja, 2001). Tandan Kosong Sawit Tandan Kosong Sawit (TKS) merupakan limbah padat terbesar yang dihasilkan oleh perkebunan sawit. Pemanfaatan TKS sampai saat ini masih terus diteliti dan dikembangkan. Apabila jumlah TKS tersebut tidak dikelola ataupun dimanfaatkan secara maksimal akan memberikan dampak pencemaran terhadap lingkungan. Biasanya limbah padat TKS dibakar dalam inceenerator dan abunya digunakan untuk pupuk kalium, namun pembakaran TKS ini akan menimbulkan polusi udara, sehingga cara ini harus ditinggalkan. Untuk itu berbagai penelitian telah dilakukan dalam upaya meningkatkan nilai tambah TKS menjadi

produk-produk yang lebih berguna, diantaranya adalah produksi pulp dan kertas, sumber energi alternatif melalui proses gasifikasi, briket arang dan kompos (Sarumaha, 2008). Sebagai limbah yang berlignoselulosa, TKS memiliki kadar selolusa yang tinggi, yaitu 67,88 % holoselulosa dan 38,76 % alfaselulosa dengan kadar serat sebanyak 72,67 % dan kadar bukan serat sebanyak 27,33 %. Berdasarkan klasifikasi serat menurut Hartono (2008), serat TKS individu termasuk kedalam klasifikasi serat pendek sampai dengan (1,0 s/d 2,0 mm), dengan diameter serat termasuk diameter serat pendek sampai sedang (2-2,5 m). Karakteristik TKS berbeda dengan kayu. Salah satu perbedaan tersebut yaitu adanya kandungan minyak dalam TKS. Serat Tandan Kosong Sawit Serat tandan kosong sawit terdiri dari zat organik yaitu selulosa, hemiselulosa, lignin, pektin, ekstraktif dan juga zat organik yang berbeda-beda. Gabungan molekul selulosa dengan hemiselulosa akan membentuk mikrofibril dan lamela, selanjutnya akan bersatu dengan lignin untuk membentuk dinding sel kayu. Komposisi kimia serat tandan kosong sawit dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia serat tandan kosong sawit No. Kandungan kimia Satuan Besaran 1 Kandungan lignin % 22,60 2 Kandungan alfaselulosa % 45,80 3 Kandungan hemiselulosa % 71,80 4 Kandungan pentosan % 25,90 5 Kandungan kadar abu % 1,60 6 Kelarutan dalam alkohol-benzena % 13,89 7 Kelarutan dalam air dingin % 2,50 8 Kelarutan dalam air panas % 4,20 9 Kelarutan dalam NaOH 1 % % 19,50 Sumber : (Achmadi, 2004).

Serat tandan kosong sawit dapat diolah menjadi selulosa dengan penghilangan lignin. Menurut Firdaus (2006) bahwa kadar lignin maksimum yang dihasilkan dari proses ekstraksi serat tandan kosong sawit adalah 64,89 % dengan karakteristik sifat fisik dan morfologi serat tandan kosong sawit yang nilai kekuatan tariknya cukup tinggi dan daya ikatnya cukup baik. Sifat fisis dan morfologi serat tandan kosong sawit dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat fisis dan morfologi serat tandan kosong sawit No. Parameter Bagian pangkal Bagian ujung 1 Panjang serat, mm 1,20 0,76 2 Diameter serat, μm (D) 15,00 114,34 3 Diameter Lumen, μm (l) 8,04 6,99 4 Tebal dinding, μm(w) 3,49 3,68 5 Bilangan Rumkel (2W/l) 0,87 1,05 6 Kelangsingan (L/D) 79,95 53,00 7 Kelemasan (l/d) 0,54 0,49 8 Kadar serat (%) 72,67 62,47 9 Bukan serat (%) 27,33 37,53 Perekat Kanji Kanji umum digunakan sebagai bahan perekat karena banyak terdapat dipasaran dan harganya relatif murah. Perekat ini dalam penggunaannya menimbulkan asap yang relatif sedikit dibandingkan dengan bahan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa briket arang dengan tepung kanji sebagai bahan perekat akan sedikit menurunkan nilai kalornya bila dibandingkan dengan nilai kalor kayu dalam bentuk aslinya (Capah, 2007). Perekat pati dalam bentuk cair sebagai bahan perekat menghasilkan fiberboard bernilai rendah dalam hal kerapatan, keteguhan tekan, kadar abu, dan zat mudah menguap, tapi akan lebih tinggi dalam hal kadar air, karbon terikat dan nilai kalornya apabila dibandingkan dengan yang menggunakan perekat molase

atau tetes tebu. Tepung kanji diproses secara hidrolisa, dinding sel tepung berangsur-angsur akan membentuk gelatin karena molase dari tepung mengubah sifat dirinya menjadi kolodial dan kemudian terbentuk pasta, sifat ini disebut gelatinasi. Terbentuknya gelatinasi untuk tepung kanji memerlukan panas sekitar 60-64 ºC. Kadar perekat dalam fiberboard tidak boleh terlalu tinggi karena dapat mengakibatkan penurunan mutu fiberboard yang sering menimbulkan asap. Kadar perekat yang digunakan umumnya tidak lebih dari 5 % (Tano, 1997). Pati merupakan butiran granula yang bewarna putih mengkilat, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Berbagai macam pati tidak sama sifatnya tergantung dari panjang rantai C-nya. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi yang larut dalam air disebut amilopektin. Granula pati tapioca berbentuk oval, berukuran 5-35 μ, kandungan amilosa, 17 % dan amilopektin 83 %, suhu gelatinasi berkisar antara 52-64 ºC. Perekat tapioca memilki sifat tidak tahan terhadap kelembaban. Hal ini disebabkan karena tapioka memilki sifat menyerap air dan udara (Bowyer and Haygreen, 2003). Dalam pembuatan produk panel berbahan dasar serat, kadar minyak didalam serat akan berpengaruh pada proses perekatan, terutama bila menggunakan perekat larut air, seperti lateks, PVAc, water glass, dan tepung kanji. Oleh karena itu pengurangan kadar minyak dalam serat sangat diperlukan. Untuk memperoleh perekat yang baik antara dua objek yang direkatkan dengan menggunakan perekat diperlukan lapisan perekat dalam jumlah yang optimum pada kedua objek yang akan direkatkan. Selain itu, lapisan perekat pada objek harus cukup kuat untuk menahan kekuatan yang mencoba merusak ikatan rekat (Kahfi, 2007).