BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. minyak bumi semakin menipis bisa dilihat dari produksi minyak bumi dari tahun

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Salah satu sumberdaya alam yang memegang peranan penting adalah minyak bumi. Kebutuhan manusia akan bahan bakar semakin meningkat, sementara potensi minyak bumi semakin menipis bisa dilihat dari produksi minyak bumi dari tahun mengalami penurunan sebesar ,7barel (Anonim, 2012), maka dalam hal ini pemakaian minyak bumi harus dapat di gantikan oleh bahan lain sebagai bahan bakar. Salah satu sumber daya alam yang dapat digunakan sebagai bahan bakar yang dapat menggantikan minyak bumi adalah biomassa. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan (Haygreen dan Bowyer, 1989). Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja, dan kotoran ternak. Saat ini potensi biomassa berupa limbah serbuk gergajian kayu akasia mangium di Provinsi Kalimantan Selatan terutama di Kabupaten Tanah Laut cukup besar. Hal ini dapat dilihat dengan luasnya areal tanaman kayu akasia mangium di Kabupaten Tanah Laut pada areal konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Inhutani III adalah seluas ha (Dinas Kehutanan,2011). Tanaman Akasia mangium pada areal HTI PT. Inhutani III Tanah Laut pada mulanya 1

2 2 ditunjukan untuk memproduksi kayu sebagai bahan baku pulp namun berkembangnya waktu, PT. Inhutani III justru menjadi salah satu HTI yang memasok bahan baku kayu pertukangan di wilayah Kabupaten Tanah Laut. Pada tahun 2012, di Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan sebanyak m 3 kayu akasia mangium dari PT. Inhutani III Tanah Laut telah dimanfaatkan sebgai kayu gergajian oleh beberapa industri kayu gergajian di wilayah tersebut (BPPHP., 2012). Dari rendemen rata-rata kayu gergajian dengan bahan baku kayu bulat dari hutan tanaman berkisar antara 40-50% (Kemenhut, 2013) dan sisanya adalah limbah. Tiga puluh persen dari limbah tersebut atau 15% dari total bahan baku adalah berupak serbuk gergaji (Sudrajat dan Pari, 2011), sehingga dari m 3 kayu akasia mangium diperkirakan akan diperoleh m 3 kayu gergajian dengan limbah serbuk gergajian akasia mangium sebesar m 3. Limbah yang berbentuk serbuk gergajian tersebut belum dimanfaatkan secara optimal sehingga menimbulkan masalah terhadap lingkungan. Melihat kondisi limbah serbuk gergajian kayu akasia mangium yang jumlahnya cukup besar sangat penting untuk melakukan pemanfaatkan limbah tersebut secara optimal menjadi suatu produk yang lebih memiliki nilai dan manfaat. Salah satu upaya pemanfaatan limbah serbuk gergajian kayu akasia mangium sebagai bahan baku pembutan briket arang. Briket arang adalah arang yang diubah bentuk, ukuran dan kerapatanya dengan cara mengempa serbuk arang yang dicampur dengan perekat (Hartoyo dan Nurhayati, 1978). Pembuatan briket arang dari limbah industri pengolahan kayu dilakukan dengan cara penambahan perekat tapioka, dimana bahan baku

3 3 diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat dan dicetak (kempa dingin) dengan sistem hidrolik manual selanjutnya dikeringkan (Pari, 2002). Briket arang biomassa memiliki nilai panas yang lebih stabil panasnya dan juga lebih tinggi bisa mencapai C dibandingkan dengan minyak tanah yang hanya mencapai C. Pembuatan briket arang memberikan banyak keuntungannya antara lain memiliki kualitas pembakaran lebih baik, murah dalam pembuatan dan mudah dalam pengangkutannya karena memiliki ukuran yang lebih seragam (Earl dan Meyer, 1974). Penelitian terdahulu menunjukuan bahwa pemanfaatan kayu akasia mangium sebagai bahan baku briket secara garis besar dapat memenuhi standar briket arang buatan luar negeri dengan kadar air 11,622%, berat jenis 0,604, nilai kalor 6998,109 kal/gram, kadar abu 3,327%, kadar zat mudah menguap 25,614%, dan kadar karbon terikat 71,663% (Amin, 1999). Pembuatan briket arang terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar diperoleh briket arang yang memiliki kualitas baik. Penggunaan perekat dan tekanan kempa sangat mempengaruhi kualitas briket arang yang dihasilkan (Syachri,1983 dalam Purba, 2011). Oleh sebab itu, faktor jumlah perekat dan tekanan kempa digunakan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tepung pati sebagai bahan baku perekat. Tepung pati merupakan salah satu jenis perekat yang dapat digunakan dalam pembuatan briket arang. Perekat pati digunakan karena harganya yang relatif murah, mudah penanganannya dan relatif kuat (Prayitno, 1994). Perekat pati memiliki kelebihan dibandingakn perekat dari ter, pitch dan mollase yaitu

4 4 memberikan briket yang lebih sedikit asap ketika briket dibakar (Amin, 1999). Sumangat dan Wisnu (2009), mengatakan bahwa semakin tinggi persentase perekat pati maka kadar airnya akan semakin besar, baik pada briket arang, dan briket kayu,. Pernyataan ini didukung oleh Triono (2006) bahwa kadar perekat dalam briket arang tidak boleh terlalu tinggi karena dapat mengakibatkan penurunan mutu briket arang yang sering menimbulkan banyak asap, kadar perekat yang digunakan pada umumnya tidak lebih dari 5%. Maka dalam hal ini peneliti menggunakan variasi jumlah perekat yang berbeda yaitu 3 %, 4 % dan 5 % yang diencerkan dengan air 1:16 dari berat arang. Pemberian tekanan kempa dalam pembuatan suatu produk briket arang bertujuan untuk meningkatkan berat jenisnya. Besarnya tekanan kempa yang dibutuhkan tidak tentu, tergantung pada sifat dan kondisi permukaan bahan (Soeparno, 1993). Penelitian yang dilakukan oleh Triandari (2012) dalam membuat briket arang dari kulit buah Kakao, dengan tekanan kempa sebesar psi, psi, dan psi menyarankan agar meningkatkan tekanan kempa agar mendapatkan BJ yang sesuai standar, maka peneliti mencoba menggunakan tekanan kempa tekanan psi, psi, dan psi. Harapannya diperoleh briket arang yang mempunyai kualitas yang baik dari segi fisik dan kimianya dengan penggunaan tekanan kempa yang lebih tinggi. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan nilai guna dari limbah serbuk gegajian akasia mangium sebagai salah satu bahan dari sumber energi terbarukan dan sebagai energi alternatif serta dapat mengurangi permasalahan limbah serbuk gergajian akasia mangium.

5 5 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Memanfaatkan dan mengolah limbah serbuk gergajian akasia mangium menjadi salah satu sumber energi terbarukan berupa briket arang. b. Mengetahui pengaruh interaksi variasi jumlah perekat dan tekanan kempa terhadap kualitas briket arang dari limbah serbuk gergajian akasia mangium. c. Mengetahui sifat fisika dan kimia briket arang yang dihasilkan dari limbah serbuk gergajian akasia mangium. 1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan informasi mengenai pemanfaatan limbah serbuk gergajian akasia mangium bahan baku pembuatan briket arang. 2. Memberikan informasi mengenai teknologi pembuatan briket arang serbuk gergajian akasia mangium yang efektif dan efisien.