Nopia, Mahyudin, Yasir Haskas Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar



dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Rauf Harmiady. Poltekkes Kemenkes Makassar ABSTRAK

HUBUNGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR, KOMUNIKASI DAN TINDAKAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Hubungan Prosedur Pemasangan Infus dengan Kejadian Plebitis Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Majene

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013

ANALISIS KINERJA PERAWAT PELKASANA DALAM PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifkan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pemasangan urin.

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 2006). Kateterisasi urin ini dilakukan dengan cara memasukkan selang plastik

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

BAB III METODE PENELITIAN. setelah dilaksanakan intervensi ( Arikunto, 2006) dengan menggunakan. Intervensi A 1. Bladder training

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAB. PANGKEP

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

Oleh : Rahayu Setyowati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

ABSTRAK HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN TINDAKAN INVASIF PEMASANGAN INFUS PADA ANAK USIA BALITA (1-5 TAHUN) DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Kata kunci : tingkat pendidikan, masa kerja perawat, tindakan pemasangan infus sesuai standart operating procedure

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN RESIKO KECELAKAAN KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

PENGARUH KINERJA PERAWAT DAN PENGORGANISASIAN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP MENGGUNAKAN METODE TIM DI RSI FAISAL MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT DENGAN TINDAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ATAS PRIVASI KLIEN TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan catatan keperawatan (Depkes

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENERAPAN METODE TIM (MPKP) DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN MAJENE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. B yang berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

BAB I PENDAHULUAN. menambah tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien (Anonim, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar. (Alamat Respondensi: ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan pelayanan kesehatan.perawat dalam

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. tersebut seorang pasien bisa mendapatkan berbagai penyakit lain. infeksi nosokomial (Darmadi, 2008, hlm.2).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. Poltekkes Kemenkes Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP ORGANISASI PPNI DI RUMAH SAKIT UMUM BAJAWA KABUPATEN NGADA NUSA TENGGARA TIMUR

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PENGGUNA YANKESTIS DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD SYECH YUSUF KAB.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN *Dewiyusrianti Lina

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN DENGAN KEPATUHAN DALAM PERAWATAN PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD dr. R. SOEDJATI PURWODADI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang. Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN

Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan di Instalasi Rawat Inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES MELITUS DALAM MENGONTROL GULA DARAH DI POLIKLINIK INTERNA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI DI RSUD KOTA MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 26

¹STIKES Nani Hasanuddin Makassar ²STIKES Nani Hasanuddin Makassar ³STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

Judul : Hubungan Sanitasi Rawat Inap Kelas III dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong Nama : EKA SETIAWATI NIM : J

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM MENJALANKAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMASANGAN KATETER URETRA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL MAKASSAR Nopia, Mahyudin, Yasir Haskas Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar Dosen Tetap Program S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar Dosen Tetap Program S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK NOPIA. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat Dalam Menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Kateter Uretra Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Faisal Makassar Tahun 2012. Dibimbing oleh Pembimbing I : Mahyudin dan Pembimbing II: Yasir Haskas Katerisasi urine adalah tindakan memasukkan selang kateter kedalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine. Katerisasi dapat menyebabkan hal-hal yang mengganggu kesehatan sehingga hanya dilakukan bila benar-benar diperlukan serta harus dilakukan dengan hati-hati. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat Dalam Menjalankan SOP Pemasangan Kateter Uretra Di Ruang Rawat Inap RSI. Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif analitik dengan. Jumlah sampel 43 perawat. besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi. Pengoalahan data menggunakan computer program SPSS 16.00, dengan analisis statistic menggunakan uji Chi-square. yang disajikan dalam bentuk tabel, tabel dan narasi. Dari hasil olah data diperoleh ada hubungan bermakna antara sikap, pengetahuan perawat dan keteresediaan alat terhadap kepatuhan menjalankan SOP dengan nilai masing-masing, sikap : 0,003, pengetahuan : 0,004 dan ketersediaan alat : 0,018 dan tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan terhadap kepatuhan menjalankan SOP dengan nilai 1,00. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan bermakna antara sikap, pengetahuan perawat dan ketersediaan alat dan tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan terhadap kepatuhan menjalankan SOP Pemasangan Kateter Uretra di ruang rawat inap RSI. tahun 2012. Saran bagi perawat agar meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang sesuai dengan SOP. Kata Kunci: Pendidikan,sikap, pengetahuan perawat, ketersediaan alat. PENDAHULUAN Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang tepat, cepat dan akurat semakin meningkat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan sosial ekonomi. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan tersebut yang memegang peranan penting salah satunya adalah perawat. Di mana seorang perawat harus menerapkan secara benar tentang pengetahuan dan keterampilan yang dia ketahui (BPKP, 2010). Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan diharapkan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di tempat instansi bekerja. Sebab hal ini harus mengacu pada kemampuan mempertahankan program-program yang berkaitan dengan promosi kesehatan yang ditentukan oleh penyelenggara perawatan kesehatan (BPKP, 2010). Sebuah rumah sakit wajib menyusun Standar Operasional Prosedur. Setidaknya ada 13 jenis standar yang diperlukan. Diantaranya adalah untuk pelayanan medis, penunjang medis, keperawatan, sumber daya manusia, keuangan dan administrasi, pelayanan umum, pemasaran, manajemen infus, kebersihan dan keselamatan kerja, kamar bayi, dan penyebaran bahan - bahan berbahaya dari rumah sakit (Anonim, 2007). Pelayanan keperawatan diberikan secara menyeluruh salah satunya memenuhi kebutuhan eliminasi (buang air kecil). Eliminasi normal sisa tubuh melalui saluran gastrointestinal dan perkemihan merupakan fungsi dasar yang banyak orang mengalaminya. Bila salah satu sistem terganggu dan eliminasi normal tidak terjadi, Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 1

sistem tubuh lain mengalami resiko terpengaruh (Potter, 2007). Tindakan perawat dalam hal ini salah satunya memasang dan merawat kateter uretra sesuai dengan Standar Opersional Prosedur (SOP) yang berlaku. Dari beberapa penelitian, Infeksi saluran kemih merupakan 40% dari seluruh infeksi nosokomial dan dilaporkan 80% infeksi saluran kemih terjadi sesudah instrumentasi, terutama oleh katerisasi. Oleh karena itu, pencegahan infeksi saluran kemih (Nosokomial) merupakan suatu keharusan (Darmadi, 2008). Katerisasi harus dilakukan pada seorang pasien hanya bila benar-benar diperlukan mengingat tindakan katerisasi sering menimbulkan infeksi pada traktus urinarius. Tindakan katerisasi merupakan tindakan invasif dan dapat menimbulkan nyeri, sehingga jika dikerjakan dengan cara yang keliru akan menimbulkan kerusakan saluran uretra yang permanen (Basuki, B. Purnomo, 2008). Standar Operasional Prosedur keperawatan merupakan bagian dari standar mutu yang dikembangkan oleh pihak rumah sakit, secara umum penyusunan Standar Operasional Prosedur meliputi: analisis kebutuhan Standar Operasional Prosedur, pengembangan Standar Operasional Prosedur, penerapan Standar Operasional Prosedur, monitoring dan evaluasi (Darmono, 2007). Setiap prosedur pemasangan kateter harus diperhatikan prinsip-prinsip yang tidak boleh ditinggalkan, yaitu : pemasangan kateter dilakukan secara aseptic dengan melakukan desinfeksi secukupnya memakai bahan yang tidak menimbulkan rasa sakit pada pasien, pakai kateter dengan ukuran terkecil yang masih cukup efektif untuk melakukan drainase urine, jika dibutuhkan pemakaian kateter menetap, diusahakan memakai sistem tertutup, kateter menetap dipertahankan sesingkat mungkin sampai dilakukan tindakan defenitif terhadap penyebab retensi urune (Basuki,B.Purnomo,2008). Menurut (Haslina, 2011) bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah : a. Pendidikan Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah didapatkan oleh seseorang. Secara umum kategori perawat dapat dibedakan tehnikal dan perawat profesional. Perawat dengan pendidikan keperawatan diploma dikategorikan sebagai perawat tehnikal sedangkan perawat dengan pendidikan di perguruan tinggi lebih dari empat sampai enam tahun disebut perawat profesional. Di mana seorang perawat profesional mempunyai pengalaman dan jenjang pendidikan lebih lama dari pada diploma sehingga perawat profesional lebih memahami resiko-resiko dari apa yang dilakukan. b. Pengetahuan perawat Pengetahuan adalah suatu uraian lengkap dan tersusun sebagai suatu objek. Di mana pengetahuan itu berasal dari kata tahu, yang berarti seseorang mempunyai pengetahuan tentang suatu cakrawala tertentu, bisa didapat dari pendidikan formal, nonformal dan informal dan Pengetahuan bisa didapat dari pengalaman seseorang (sesuatu yang pernah dialami seseorang tentang sesuatu hal). Setiap pengetahuan yang didapat dari manapun, seorang perawat harus melakukan suatu tindakan sesuai dengan prosedur yang berlaku. c. Sikap Sikap adalah kecenderungan bertindak dari individu, berupa respon tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu. Dari sikap sehingga muncullah berbagai problema, apakah pengertian sikap sebagai kepribadian, sikap yang berkaitan motif dan mendasari tingkah laku seseorang dan pengertian sikap sebagai suatu keyakinan, kebiasaan, pendapat atau suatu konsep. d. Ketersediaan alat Tanpa tersedianya alat steril perawat tidak dapat melakukan tindakan yang akan dilaksanakan sesuai dengan prosedur. Oleh sebab itu, ketersediaan alat sangat penting. Dimana kita ketahui bahwa ketersediaan alat bertujuan untuk mencegah penyebab infeksi atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai. Semua alat bahan dan obat yang akan dimasukkan ke dalam jaringan dibawah kulit harus dalam keadaan steril. Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan suatu proses dengan metode tertentu yang dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup. Metode sterilisasi cukup banyak, namun alternatif yang dipilih sangat bergantung pada keadaan serta kebutuhan setempat ( Darmadi, 2008). Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 2

Berdasarkan fenomena yang ada, bahwa telah ditetapkannya Standar Opersaional Prosedur Keperawatan Medikal Bedah dalam pelaksanaan pemasangan kateter uretra dilingkungan Rumah Sakit Islam sesuai dengan surat keputusan Derektur Rumah Sakit Islam No.108/A.6/RSIF/2008 tentang penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP). Dimana setiap ruang perawatan di RSIF telah memiliki buku Standar Operasional Prosedur Keperawatan Medikal Bedah, yang digunakan sebagai standar dalam melaksanakan prosedur pemasangan Kateter Uretra. Bertitik tolak dari uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam menjalankan Standar Operasional Prosedur Pemasangan Kateter Uretra Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Faisal Makassar tahun 2012. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel penelitian Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah Deskriptif Analitik dengan metode pendekatan cross sectiona studyl. Penelitian ini dilaksanakan di RSI. pada tanggal 21 April 05 Mei tahun 2012. Populasi Penelitian adalah adalah perawat yang memberikan pelayanan keperawatan di ruang rawat Inap Rumah Sakit Islam yang terdiri dari 48 perawat pada ruang perawatan I sebanyak 11 perawat, ruang perawatan II sebanyak 15 perawat, ruang perawatan IV sebanyak 11 perawat dan ruang perawatan V sebanyak 12 perawat. Jadi jumlah populasi pada ruang Rawat Inap sebanyak 49 perawat pada tahun 2012. Penentuan jumlah besar sampel dengan menggunakan rumus didapatkan 43 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Jumlah responden di RSI. Faisal Makassar yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 43 orang diambil dengan menggunakan rumus, Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 43 responden. 1. Kriteria Sampel a. Kriteria Inklusi 1) Perawat yang hadir di saat penelitian 2) Perawat yang berada di ruang Rawat Inap 3) Perawat yang bersedia di teliti b. Kriteria Ekslusi 1) Perawat pelaksana yang sedang mengikuti pendidikan/sedang menjalankan cuti/sakit. 2) Perawat yang tidak bersedia diwawancara Pengumpulan data Pengumpulan data dengan data primer yaitu data yang diperoleh dari responden dengan menggunakan kuesioner data primer dari kuisioner dan lembar observasi. Pengolahan data dilakukan dengan: 1. Editing Editing yaitu dilakukan penyuntingan data yang telah terkumpul dengan cara memeriksakan kelengkapan pengisian, kejelasan pengisian dan adanya kesalahan. 2. Coding Coding yaitu proses pemberian kode pada tiap variabel dengan tujuan untuk memudahkan dalam analisis 3. Entri data Entri data yaitu setelah dilakukan kegiatan editing dan koding dilanjutkan dengan pengelompokan data ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian. 4. Prosessing Prosessing adalah proses analisa data yang telah terbentuk angka menggunakan master tabel atau perangkat lunak (software) komputer. 5. Cleaning Cleaning adalah memeriksa kembali data yang telah dientri ke dalam komputer untuk memeriksa kebenaran data. Analisis data Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dalam tabel dengan variabel yang hendak diukur.analisa data dilakukan melalui tahap editing, koding,tabulasi dan uji statistik.analisis univariat dilakukan dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi. Menggunakan bantuan program SPSS for windows 16,0. Melalui tahapan-tahapan, kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode uji statistik univariat dilakukan untuk variabel tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisis bivariat untuk melihat distribusi atau hubungan beberapa variabel yang dianggap terkait dengan menggunakan uji chisquare. Analisis data dilakukan dengan pengujian hipotesis Nol (Ho) atau hipotesis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 3

yang akan ditolak. Dengan menggunakan uji chi-square. Batas kemaknaan = 0,05, Ho ditolak jika p < 0,05 dan Ho diterima jika p > 0,05. Jika p < α (0,05) maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima yang berarti ada hubungan antara pengetahuan,sikap, dan ketersediaan alat dengan kepatuhan menjalankan SOP pemasangan Kateter uretra. Sedangkan jika p > α (0,05) maka hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan menjalankan SOP pemasangan kateter uretra. HASIL PENELITIAN 1. Analisa Univariat Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan jenis Kelamin Di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar Jenis kelamin n % Laki-laki 8 18,6 Perempuan 35 81,4 Dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa distribusi tertinggi yaitu perawat dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 35 responden (81,4 %) dan terendah perawat dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 8 responden (18,6 %). Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Islam Umur n % 22-30 39 90,7 31-38 4 9,3 Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa distribusi tertinggi pada kelompok umur 22-30 tahun sebanyak 39 responden (90,7%) dan pada kelompok umur 31-38 tahun sebanyak 4 responden (9,3%). Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masa Kerja di Rumah Sakit Islam Masa kerja n % 1-5 35 81,4 6-10 7 16,3 >10 1 2,3 Dari tabel 5.3 Menunjukkan bahwa distribusi terbanyak adalah perawat pada masa kerja 1-5 tahun yaitu 35 responden (81,4%), terendah masa kerja 6-10 tahun sebanyak 7 responden (16,3%) dan masa kerja > 10 tahun sebanyak 1 responden (2,3%). Tabel 5.4 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar Pendidikan N % S1 3 7,0 D3 40 93,0 Data tabel 5.4 menunjukkan bahwa distribusi tertinggi adalah perawat dengan pendidikan D3 sebanyak 40 responden (93,0%), sedangkan yang terendah adalah perrawat dengan pendidikan S1 sebanyak 3 responden (7,0%). Tabel 5.5 :Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar Pengetahuan n % Baik 23 53,5 Kurang 20 46,5 Dari tabel 5.5 menunujukkan bahwa distribusi terbanyak adalah tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 23 responden (53,5%) sedangkan tingkat pengetahuan pada kategori kurang yaitu sebanyak 20 responden (46,5%) Tabel 5.6 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Di Rumah Sakitt Islam Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 4

Sikap n % Setuju 19 44,2 setuju 24 55,8 Dari tabel 5.6 menunjukkan bahwa distribusi tertinggi adalah sikap perawat dengan kategori tidak setuju sebanyak 24 responden (55,8%) dan sikap perawat terendah adalah setuju 19 responden (44,2%). Tabel 5.7 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketersediaan Alat di Rumah Sakit Islam Alat n % Tersedia 16 37,2 tersedia 27 62,8 Dari tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden yang menganggap alat telah cukup tersedia sebanyak 16 responden (37,2%) dan dan responden yang menganggap alat kurang tersedia sebanyak 27 responden (62,8%). Tabel 5.8 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar Kepatuhan n % Patuh 14 32,6 Patuh 29 67,4 Dari tabel 5.8 menunjukkan bahwa distribusi terbanyak adalah perawat dengankategori tidak patuh sebanyak 29 responden (67,4%) dan terendah adalah kategori perawat patuh sebanyak 14 responden (32,6%). 2. Analisa Bivariat Untuk melihat hubungan Pendidikan,sikap perawat, pengetahuan perawat dan ketersediaan alat dengan kepatuhan menjalankan SOP pemasangan kateter uretra di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar maka digunakan Uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α < 0,05. Ketentuan dikatakan ada hubungan bermakna apabila : Antara variabel dengan kepatuhan menjalankan SOP mempunyai nilai ρ < 0,05. Tabel 5.9 :Hubungan antara Pendidikan dengan Kepatuhan Perawat Dalam Pemasangan Kateter Uretra Di Rumah Sakit Islam KEPATUHAN Pendidikan Patuh patuh Total n % n % n % Tinggi 1 2,3 2 4,7 3 7,0 Rendah 13 30,2 27 62,8 40 93,0 Total 14 32,6 29 67,4 43 100 p=1,00 Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa distribusi tertinggi adalah perawat dengan pendidikan D3 sebanyak 40 responden (93,0%), sedangkan yang terendah adalah perawat dengan pendidikan S1 sebanyak 3 responden (7,0%). Berdasarkan hasil uji chi-square dengan pembacaan fisher exact Test diperoleh nilai p=1,00 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan menjalnkan SOP di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam faisal Tabel 5.10 :Hubungan antara Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat Dalam Pemasangan Kateter Uretra Di Rumah Sakit Islam KEPATUHAN Pengetahuan Patuh Total patuh n % n % n % Baik 12 27,9 11 25,6 23 53,5 Kurang 2 4,7 18 41,9 20 46,5 Total 14 32,6 29 67.4 43 100 p=0,004 Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan bahwa distribusi tertinggi adalah tingkat pengetahuan baik sebanyak 23 responden (53,5%) sedangkan yang Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 5

terendah adalah tingkat pengetahuan kurang sebanyak 20 responden (46,5%). Berdasarkan hasil uji chi-square dengan pembacaan fisher exact Test diperoleh nilai p=0,004 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan menjalankan SOP di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam faisal Tabel 5.11 :Hubungan antara Sikap dengan Kepatuhan Perawat Dalam Pemasangan Kateter Uretra Di Rumah Sakit Islam KEPATUHAN Sikap Patuh patuh Total n % n % n % Setuju 11 25,6 8 18,6 19 44,2 setuju 3 7,0 21 48,8 24 55,8 Total 14 32,6 29 67.4 43 100 p=0,003 Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa distribusi tertinggi adalah sikap perawat dengan kategori tidak setuju sebanyak 24 responden (55,8%) sedangkan yang terendah adalah sikap perawat dengan kategori setuju sebanyak 19 responden (44,2%). Berdasarkan hasil uji chi-square dengan pembacaan fisher exact Test diperoleh nilai p=0,003 yang berarti ada hubungan antara sikap perawat dengan kepatuhan menjalnkan SOP di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam faisal Tabel 5.12 :Hubungan antara Ketersediaan Alat dengan Kepatuhan Perawat Dalam Pemasangan Kateter Uretra Di Rumah Sakit Islam KEPATUHAN Ketersediaan Patuh Alat patuh Total n % n % n % Tersedia 9 20,9 7 16,3 16 37,2 tersedia 5 11,6 22 51,2 27 62,8 Total 14 32,6 29 67.4 43 100 p=0,018 Berdasarkan tabel 5.12 menunjukkan bahwa perawat yang menganggap alat telah cukup tersedia sebanyak 16 responden (37,2%) sedangkan perawat yang menganggap alat tidak tersedia sebanyak 27 responden (62,8%). Berdasarkan hasil uji chi-square dengan pembacaan fisher exact Test diperoleh nilai p=0,018 yang berarti ada hubungan antara ketersediaan alat dengan kepatuhan menjalankan SOP di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam faisal PEMBAHASAN 1. Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Perawat Menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Kateter Uretra Dari hasil analisa univariat menunjukkan bahwa distribusi tertinggi adalah perawat dengan pendidikan D3 sebanyak 40 responden (93,0%), sedangkan yang terendah adalah perrawat dengan pendidikan S1 sebanyak 3 responden (7,0%). Berdasarkan hasil analisa uji statistic chi-square dengan pembacaan fisher exact Test diperoleh nilai p=1,00 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan menjalankan SOP di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam faisal Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haslina dengan judul skripsi Gambaran Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) terhadap pelaksanaan Pelayanan Keperawatan di RSUD. Kab. Kolaka tahun 2010. Adapun asumsi menurut peneliti sendiri mengapa pendidikan tidak ada hubungannya dengan kepatuhan menjalankan Standar Operasional, karena masih adanya sebagian perawat yang memiliki pendidikan yang tinggi tetapi tidak patuh atau kurang patuh dalam pemasangan kateter, hal ini disebabkan karena adanya perawat yang menganggap pendidikannya lebih tinggi maka kepatuhannya dalam pemasangan kateter dianggap kurang penting. selain itu, hal yamg menyebabkan perawat dengan pendidikan yang tinggi namun kurang patuh dalam pemasangan kateter uretra adalah adanya beban kerja yang tinggi. Menurut Rifa i (2008), mengatakan bahwa segala sesuatu yang akan dilakukan tergantung dari cara kita memandang suatu hal atau masalah. Adapun responden yang kurang pendidikannya dan responden Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 6

tersebut tidak mau berupaya, maka hal tersebut kembali pada individu masing masing. Karena responden tersebut pasti sudah mengetahui konsekuensi yang akan ditanggung nantinya. 2. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat dalam Menjalan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Kateter Uretra Dari hasil analisa univariat menunjukkan kategori tertinggi adalah tingkat pengetahuan baik sebanyak 23 responden (53,5%) sedangkan yang terendah adalah tingkat pengetahuan kurang sebanyak 20 responden (46,5%). Berdasarkan hasil analisa uji chisquare dengan pembacaan fisher exact Test diperoleh nilai p=0,004 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan menjalankan SOP di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam faisal Hal ini sejalan dengan penelitian yang juga dilakukan oleh Irwan halek dengan judul skripsi Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan protap pemasangan oksigenasi di ruang ICU RSUD. Daya Menurut Rudi (2007), pengetahuan sangat penting dimana pengetahuan seseorang dapat merubah prilaku. Makin tahu sesuatu maka seseorang akan lebih mudah termotivasi untuk melakukan hal yang positif bagi dirinya maupun orang lain. Pengetahuan itu sendiri bukan hanya berasal dari pendidikan formal, akan tetapi pengetahuan juga dapat berasal dari pendidikan non formal. Adapun asumsi menurut peneliti sendiri tentang hubungan pengetahuan dengan kepatuhan menjalankan Standar Operasional Prosedur yaitu karena dengan semakin tingginya tingkat pengetahuan tentang pemasangan kateter uretra dari perawat tersebut, maka semakin luas pula pemahaman terhadap masalah sehingga dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dalam setiap tindakan yang akan dilakukan. Berarti hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan perawat dengan kepatuhan dalam menjalankan Standar Operasional uretra. Adapun perawat yang memiliki pengetahuan yang cukup tetapi tidak patuh dalam pemasangan kateter uretra mungkin disebabkan karena beban kerja yang tinggi dan persediaan alat yang kurang. Dengan demikian, Penelitian ini membuktikan bahwa perawat yang memiliki pengetahuan yang baik lebih patuh menjalankan Standar Opersaional Prosedur Pemasangan Kateter Uretra. 3. Hubungan Sikap Perawat dengan Kepatuhan Menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Kateter Uretra Dari hasil analisa univariat menunjukkan responden dengan sikap setuju 19 responden (44,2%), sedangkan perawat dengan sikap tidak setuju sebanyak 24 responden (55,8%). Berdasarkan hasil analisa uji statistic chi-square dengan pembacaan fisher exact Test diperoleh nilai p=0,003 yang berarti ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan menjalankan SOP di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam faisal Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irwan halek dengan judul skripsi Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan protap pemasangan oksigenasi di ruangan (ICU) RSUD. Daya Notoatmojo (2007) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Adapun asumsi menurut peneliti sendiri tentang adanya hubungan sikap perawat dengan kepatuhan menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) karena sikap merupakan reaksi perasaan maka sikap mutlak dibutuhkan oleh seorang perawat agar dapat memberikan dorongan dalam diri perawat dalam berperilaku atau bertindak dan munculnya sikap positif pada diri perawat sangat besar peranannya dalam membantu perawat untuk menjalankan Standar Operasional uretra. 4. Hubungan Antara Ketersediaan Alat dengan Kepatuhan Perawat Dalam Menjalankan Standar Operasional Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 7

Prosedur (SOP) Pemasangan Kateter Uretra Dari hasil univariat menunjukkan bahwa perawat yang menganggap alat telah cukup tersedia sebanyak 16 responden (37,2%) sedangkan perawat yang menganggap alat tidak tersedia sebanyak 27 responden (62,8%). Berdasarkan hasil analisa uji chisquare dengan pembacaan fisher exact Test diperoleh nilai p=0,018 yang berarti ada hubungan antara ketersediaan alat dengan kepatuhan menjalankan SOP di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam faisal Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilhelmina mataheru dengan judul skripsi Hubungan alat pelindung diri dengan penularan penyakit dalam melaksanakan tindakan keperawatan di ruang rawat inap RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Supadi (2007), dimana ketersediaan alat mempengaruhi kepatuhan dalam menjalankan Standar Operasional uretra, semakin lengkap yang dibutuhkan maka semakin semakin memungkinkan seorang perawat patuh dalam menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP). Adapun asumsi menurut peneliti sendiri tentang adanya hubungan ketersediaan alat dengan kepatuhan perawat dalam menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) yaitu mengingat peranan alat dalam setiap tindakan itu sangat penting dimana dengan adanya alat yang lengkap dan steril maka akan memudahkan perawat dalam menjalankan pemasangan kateter uretra sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Dimana kita ketahui bahwa ketersediaan alat bertujuan mencegah penyebaran infeksi atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai. Dengan demikian, ketersediaan alat mempengaruhi kepatuhan perawat dalam pemasangan kateter uretra sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Adapun ketersediaan alat yang tersedia namun masih terdapat perawat yang tidak atau kurang patuh dalam pemasangan kateter uretra, hal ini disebabkan karena masih adanya perawat yang memiliki pengetahuan yang kurang dan beban kerja yang tinggi. KESIMPULAN Hasil penelitian tentang Faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan kateter uretra di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Faisal Makassar Tahun 2012 dapat disimpulkan : 1. ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan perawat dalam menjalankan Standar Operasional uretra di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam tahun 2012. 2. Ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawat dalam menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) pemasangan kateter uretra di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Faisal Makassar tahun 2012. 3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan dalam menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) pemasangan kateter uretra di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam tahun 2012. 4. Ada hubungan antara ketersediaan alat dengan kepatuhan perawat dalam menjalankan Standdar Operasional uretra di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam tahun2012. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan kesimpulan yang diperoleh, maka dapat diberikan saran berupa: 1. Bagi Rumah Sakit Diharapkan perlunya peningkatan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pemasangan kateter uretra tanpa mengesampingkan pendidikan, sikap perawat, pengetahuan dan ketersediaan alat. 2. Bagi Akademik Menambah jumlah jam mata kuliah Riset Keperawatan guna memberikan cukup banyak ilmu sehingga menambah wawasan mahasiswa dalam penyusunan skripsi. 3. Bagi Mahasiswa Disarankan mahasiswa yang berminat meneliti judul yang sama, agar variabel yang diteliti bisa diperdalam dan diteliti dalam variabel yang lebih besar. Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 8

DAFTAR PUSTAKA Agustin. 2008, Analisa lama waktu pelaksanaan perawatan kateter dan infus Di ruang Penyakit Dalam RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo Skripsi tidak diterbitkan Makassar, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Arlinawaty. S. 2011. Efektifitas tehnik pemberian jelly terhadap keluhan nyeri pada Pasien dengan kateterisasi urine di ruang IGD RSUD. Pangkep Skripsi, tidak diterbitkan- Makassar, Program S1 Keperawatan,Nani Hasanuddin. Anonim. 2007. http: // www. Sinarharapan. Co.id. (online). Diakses 11 Maret 2007. Badan Pengawasan Keungan Pembangunan. 2010. Penelitian mengenai kepuasaan Masyarakat terhadap pelayanan pemerintah di bidang kesehatan danpendidikan di makassar dan yogyakarta. (online).http : // www.bpkp.go.id/index.php?idunit=163, diakses 20 agustus 2010. Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problema dan Pengendaliannya. Salemba Medika : Jakarta Darmono. 2007. Pengembang Standar Operating Procedures untuk perpustakaan Perguruan tinggi. (online). http:// library.um.ac.id/indeks.php/artikel-pustakawan.html. diakses 20 juni 2007. Depkes RI. 2009. Pedoman Teknis Pemasangan Kateter. Depkes RI: Jakarta.. Haslina. 2011. Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat Dalam menjalankan Protap pemasangan Kateter Uretra Di ruang perawatan bedah dan internarsud Syekh Yusuf Gowa Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu Keperawatan UMI. Hidayat, 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika: Jakarta Luran, F, Anwar, N. 2008. Buku Standar Operasional Prosedur Keperawatan Medikal Bedah Rumah Sakit Islam Faisal diterbitkan : RSIF. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta. Notoatmijo, Soekidjo. 2007. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Baduose Media. Jakarta. Purnomo, B. Basuki. 2008. Dasar-dasar Urologi. Edisi 2. Sagung Seto: Jakarta. Potter. S. Dan Yenny. S. 2008. Kamus bahasa Indonesia kontemporer, Modem English. Press : Jakarta. Priharjo, 2007. Perawat Sebagai Pendidik (Prinsip-prinsip Pengajaran dan Pembelajaran). EGC: Jakarta. Suharyanto, Toto dan Abdul madjid. 2009. Askep pada klien dengan Gangguan sistem Perkemihan: Jakarta.Sunaryo. 2007. Psikologi untuk keperawatan. EGC: Jakarta. Sunaryo, 2007. Psikologi Untuk Keperawatan. EGC: Jakarta Teguh sugianto. 2009. Prosedur pemasangan kateter kandung kemih. (online). (http:// Teguhsugianto. Blogspot. Com/2009/06/prosedur pemasangan kateter -Kandung.html). Di akses 12 juni 2009. WHO SEA NURS. 2008. Materi pelatihan standar, indikator kinerja dan evaluasi. di akses 14 maret 2008. Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 9