BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi nasianal. Pada saat krisis ekonomi, usaha kecil menengah mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

BAB II TARGET DAN LUARAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

.BAB IV METODE PENELITIAN. relatif dekat dari pusat kota Bogor dan kampus IPB Darmaga, letaknya persis di tepi

KEMITRAAN USAHA DALAM KLASTER INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Untuk mewujudkan cita cita tersebut diatas satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS PERIKANAN DENGAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN TUBAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PENGALAMAN, MOTIVASI, DAN MENTAL KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN INDUSTRI SANDAL DAN SEPATU DI WEDORO USULAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN KLASTER INDUSTRI KULIT DI KABUPATEN GARUT TUGAS AKHIR. Oleh : INDRA CAHYANA L2D

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

PENGELOMPOKAN INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Istilah industri pada Industri Kreatif menimbulkan banyak penafsiran,

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DAN ARAHAN PENINGKATANNYA DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

AKTIVITAS EKONOMI HULU-HILIR DI PERBATASAN. ARIS SUBAGIYO Halama n

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan transportasi. Globalisasi berarti menyatukan pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal seputar penelitian yang

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

IDENTIFIKASI PROSES PERENCANAAN PENGEMBANGAN KLASTER BATIK MASARAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

ANALISIS KUALITAS TENAGA KERJA DAN INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KARANGANYAR

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

GAMBAR 1.1 LAMBANG DAN BENDERA KOTA BANDUNG

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL KONVEKSI DI KAWASAN PIK PULOGADUNG

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

Pengembangan Kawasan Industri Alas Kaki di Kabupaten Mojokerto

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia yang semakin maju, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

IV METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, bidang pariwisata pantai merupakan salah satu kegiatan atau hal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UKM telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

RENCANA KERJA (BPPMD) TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia. kerakyatan yang tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

KONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi sebesar 2 persen terhadap produk domestik bruto (Grafik

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar bebas di dunia. Khusus di kawasan ASEAN pada tahun 2015

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pembuka dari laporan penulisan tugas akhir. Isi dari bab ini meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup studi, metode penelitian dan kerangka pemikiran serta sistematika pembahasan. 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berkembang dalam bidang perekonomian. Dengan kondisi alam yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai potensi daerah pariwisata serta industri/perdagangan dan jasa. Dampak menjadi kawasan seperti itu, menimbulkan pembangunan ekonomi yang meningkat yang berpengaruh terhadap penyerapan tenagakerja yang ikut meningkat. Selain itu, laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kabupaten Bogor mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Hal ini dilihat dari tahun 2010 sebesar 5,09 dan tahun 2011 naik menjadi sebesar 5,70 (BPS, 2012). Hal tersebut menunjukan bahwa perekonomian Kabupaten Bogor berkembang karena salah satunya sector industri yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap perkembangan perekonomian di wilayah Kabupaten Bogor. Sektor yang paling tinggi dalam membangun perkembangan di Kabupaten Bogor salah satunya adalah sector industri. Hal ini dapat dilihat kenaikan statistic industri Kabupaten Bogor dari tahun ketahun, Pada tahun 2008, industri menengah dan besar sebesar 3.002.720 (jutarp.), dan industri kecil sebesar 71.815 (jutarp.), mengalami kenaikan pada tahun 2009 industri menengah dan besar menjadi sebesar 3.103.231 (jutarp.), dan industri kecil sebesar 72.146 (jutarp.). Hal tersebut menunjukan bahwa industri berperan dan berpengaruh dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Bogor (BPS, 2012) Dengan melihat perkembangan perkonomian Kabupaten Bogor, sektor unggulan yang paling berpotensi terletak pada sektor industri. Industri ini dapat berpotensi untuk mengembangkan ekonomi lokal, terutama pada industri kecil. Pembangunan ekonomi lokal memiliki peran penting dalam pembangunan suatu kawasan. 1

Pembangunan lokal (Local Development) diartikan sebagai pertumbuhan suatu lokalitas secara social-ekonomi dengan lebih mandiri, bedasarkan potensipotensi yang dimilikinya. Titik sentranya adalah mengorganisasi serta menstranformasi potensi-potensi ini menjadi penggerak bagi pembangunan lokal. Pengertian pengembanagan lokal sebagai peningkatan peran elemen-elemen endogenous dalam kehidupan social-ekonomi suatu lokalitas, dengan tetap melihat keterkaitan serta integrasinya secara fungsional dan spasial dengan wilayah (region) yang lebih luas.(sentosa, 2008). Suatu wilayah dapat berkembang lebih baik dengan berlandaskan upaya PEL membutuhkan suatu kebijakan yang mendorong inovasi dalam struktur industri yang terintegrasi (Supriyadi R, 2007). Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan bagi pengembangan ekonomi lokal tersebut adalah: a. Memperbaiki keberadaan sumber daya ekonomi lokal melalui investasi baik modal fisik maupun manusia. b. Memperbaiki fleksibilitas ekonomi lokal c. Mendorong pengembangan atau masuknya perusahaan layanan bisnis khusus, terspesialisasi. d. Terbangunnya kapasitas pendidikan dan penelitian wilayah. e. Terbangunnya hubungan antar bisnis-bisnis lokal, serta jalinan hubungan antara masyarakat lokal dengan lembaga litbang, serta jalinan hubungan antara masyarakat lokal dengan lembaga-lembaga pendidikan dan litbang. f. Tertariknya perusahaan dari luar wilayah yang memungkinkan usaha yang ada tetap berhasil dari layanan bisnis yang tersedia sebelumnya. g. Memasarkan kemampuan dan keunggulan wilayah kepada dunia usaha di luar wialayah. h. Keahlian indivisu dan wirausaha terpasarkan hingga tercapainya kualitas hidup di wilayah. Blakely (1989) dalam Supriyadi R (2007) mengatakan bahwa pembangunan ekonomi lokal adalah suatu proses pembangunan ekonomi dimana pemerintah daerah dan atau kelompok masyarakat berperan aktif mengelola sumberdaya alam yang dimiliki melalui pola kerjasama dengan pihak swasta atau lainnya, menciptakan lapangan kerja, memberikan stimulasi kegiatan ekonomi pada zona 2

perekonomiannya. Sebagai suatu proses, peran kerjasama lembaga pemerintah daerah, swasta dan kemasyarakatan sangat menentukan dalam pengembangan ekonomi lokal. Kriteria-kriteria dari ekonomi lokal antara lain sebagai berikut (Blakely, 1987): Bahan baku dan sumber daya lokal Dapat digerakan oleh penduduk lokal/sesuai dengan kemampuan (SDM) penduduk lokal Pengusaha dan tenaga kerja dominan adalah tenaga kerja lokal Melibatkan sebagian besar penduduk lokal Skala pelayanan kecil ditunjukan oleh jumlah investasi dan jumlah tenaga kerja Terdapat organisasi/kelompok kegiatan ekonomi Terdapat keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lain Memunculkan wiraswasta baru. Pusat Industri kecil di Kabupaten Bogor salah satunya berada di Kecamatan Ciampea.Kecamatan Ciampea sendiri memiliki 13 desa yang setiap desanya mempunyai komoditas unggulan yang dimiliki. Contohnya Desa Bojong Rangkas dan Desa Tegalwaru yang sama-sama memiliki komoditas unggulan dalam produk penghasil tas terbesar di Kecamatan Ciampea. Dilihat dari data Kecamatan Ciampea tahun 2010, sebagian besar masyarakat Kecamatan Ciampea, khususnya masyarakat di Desa Bojong Rangkas dan Desa Tegalwaru memiliki jenis pekerjaan sebagai pengrajin tas atau sebagai pekerja pembuat tas. Hal ini menunjukan bahwa di Kecamatan Ciampea memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi terhadap perekonomian lokal. Hal ini dikarenakan keberadaan industri kecil dan menengah tas sudah ada turunmenurun sejak tahun 1974. Meskipun masih terdapat banyak industri yang dalam kategori industri kecil, tetapi produksitas di Kecamatan Ciampea ini dapat mencapai 1000 lusin/minggu dengan berbagai model dan tipe mengikuti tren yang disesuaikan permintaan (Survei 2012), pemasarannya pun sangat luas yaitu meliputi Kota Bogor, JABODETABEK dan pabrik baik dalam kota dan luar Kota Bogor. 3

Dengan kejadian yang pesat serta melihat potensi yang besar mengenai industri kecil yang ada di Kecamatan Ciampea maka diperlukannya Identifikasi Karakteristik Industri Tas Ciampea Sebagai Potensi Pengembangan Ekonomi Lokal yang memperhatikan terhadap kriteria-kriteria pada pengembangan ekonomi lokal (Blakely, 1987). 1.2 Perumusan Masalah Industri tas merupakan kegiatan yang diunggulkan di Kecamatan Ciampea. Ini terlihat dari awal keberadaannya dari tahun 1974 sehingga hasil produksi industri tas Ciampea sudah tersebar sekitar JABODETABEK. Industri tas Ciampea tergolong kedalam industri yang masih kecil, terbukti dari jumlah tenaga kerja yang masih relatif kecil di masing-masing industrinya, sehingga lingkup pelayanannya pun masih berskala kecil. Akan tetapi hasil produksi industri tas Ciampea dapat bersaing dengan hasil produksi industri tas daerah lain. Minat pembeli yang semakin banyak membeli produksi tas hasil industri tas Ciampea sehingga sekarang ini industri tas Ciampea mampu memproduksi tas hingga mencapai ribuan lusin dalam satu minggu. Dengan melihat karakteristik industri tas Ciampea tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah : apakah industri tas Ciampea berpotensi dalam pengembangan ekonomi lokal? 1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik industri tas Ciampea sebagai potensi pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Ciampea. Untuk mencapai tujuan tersebut maka sasaran yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik industri tas, dilihat dari bahan baku, pengusaha, tenaga kerja, SDM, rantai produksi dan pemasaran serta promosi. 2. Mengidentifikasi industri tas Ciampea sebagai potensi pengembangan ekonomi lokal dilihat dari kriteria Blakely. 3. Mengidentifikasi dampak ekonomi potensi perkembangan industri tas Ciampea. 4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini dibagi menjadi ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah studi. Ruang lingkup materi meliputi hal-hal yang menjadi pokok kajian studi, sedangkan ruang lingkup wilayah penelitian meliputi kawasan yang akan dijadikan sebagai wilayah penelitian. 1.4.1 Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi dalam penelitian ini dilatarbelakangi keinginan untuk melihat apakah keberadaan industri tas yang berkembang di Kecamatan Ciampea dapat berperan sebagai penggerak utama dalam menumbuh kembangkan perekonomian lokal. Oleh karena itu, materi yang di amati dalam studi ini adalah keadaan kegiatan industri tas yang berdampak pada perekonomian lokal di Kecamatan Ciampea. 1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi batasan wilayah yang menjadi sumber ruang lingkup penelitian yang sudah dijadikan wilayah deliniasi, yaitu Desa Tegalwaru dan Desa Bojong Rangkasyang berada dalam wilayah Kecamatan Ciampea. Peta Kecamatan Ciampea dapat dilihat pada Gambar 1.1. Hanya dua desa yang dijadikan wilayah deliniasi karena dua desa tersebutlah yang paling banyak memiliki potensi industri tas dibanding desa lainnya. Hal ini yang menjadikan peneliti lebih memilih dua desa tersebut sebagai ruang lingkup wilayah studi untuk dikaji lebih dalam. 5

GAMBAR 1.1 Ruang Lingkup Wilayah Penelitian 6

1.5 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang dibahas dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu metode analisis dan metode pengumpulan data. Metode analisis merupakan cara atau alat untuk mengerjakan penelitian ini, sedangkan metode pengumpulan data merupakan cara memperoleh informasi sehingga tujuan penelitian tercapai. 1.5.1 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui: 1. Survei Primer Survei primer dilakukan dengan dengan menyebarkan kuisioner, dan wawancara kepada tenaga kerja industri tas Ciampea. Selain itu pun wawancara langsung akan dilakukan kedinas-dinas yang berkaitan dengan industri seperti pegawai Disperindag, pegawai kecamatan dan kepada pemilik usaha. 2. Survei Sekunder Suvei Sekunder dilakukan dengan pengambilan data-data pada instansiinstansi terkait, seperti Kecamatan Ciampea, BPS Kabupaten Bogor, DISPERINDAG dan BAPPEDA Kabupaten Bogor untuk mendukung dan melengkapi survei primer. Selain itu pun, untuk melengkapi survei primer maka dilakukan survei sekunder melalui kajian literature berkaitan dengan studi yang dilakukan. 1.5.2 Metode Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel acak sederhana (simple random sampling). Teknik ini termasuk probality sampling, artinya tiap unit populasi memiliki peluang/kesempatan yang sama untuk dipilih atau menjadi responden. Pengusaha industri tas di Kecamatan Ciampea di dominasi oleh dua desa diantara tiga belas desa lainnya, yaitu Desa Bojong Rangkas dan Desa Tegalwaru. Populasi pengusaha industri tas di Desa Bojong Rangkas sebesar 67 pengusaha dan di Desa Tegalwaru sebesar 53 Pengusaha, yang seluruhnya berjumlah 120 pengusaha industri tas. Dengan menggunakan aturan Slovin, diperoleh jumlah sampel (responden) sebanyak 55 pengusaha. 7

n=n/(nd 2 +1) dimana, n = besar sampel (responden). N = jumlah populasi. d = derajat eror estimate, yakni derajat kepercayaan studi. Studi ini menggunakan derajat kepercayaan sebesar 10%, dengan pertimbangan: keterbatasan biaya, waktu dan tingkat kesamaan (homogenitas) pengusaha industri tas yang relatif tinggi. Berikut perhitungan teknik pengambilan sampel: n = 120/(120.0,01+1) n = 120/2,2 n = 54,5 n = 55 Sampel Selain melakukan wawancara dengan pengusaha, dilakukan wawancara dengan tenaga kerja dan masyarakat sekitar industri mengenai kegiatan dan proses industri tas di Kecamatan Ciampea. Adapun variabel -variabel yang digunakan dalam memperoleh informasi yang berkaitan dengan studi penelitian ini, antara lain yaitu variabel industri tas dan masyarakat (ekonomi lokal), lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini: 8

Tabel 1.1 Variabel Penelitian Sasaran Identifikasi Karakteristik Industri Tas Ciampea Identifikasi Industri Tas Ciampea Sebagai Potensi Pengembangan Ekonomi Lokal 1. Pengusaha 2. Tenaga Kerja 3. Bahan Baku 4. SDM 5. Rantai Produksi 6. Pemasaran dan Promosi Variabel 1. Bahan Baku dan Sumber Daya Lokal 2. Pengusaha dan tenaga dominasi adalah tenaga kerja lokal serta dapat digerakan oleh penduduk lokal/sesuai dengan kemampuan (SDM) lokal 3. Melibatkan sebagian besar penduduk lokal 4. Terdapat organisasi/kelompok kegiatan ekonomi 5. Skala pelayanan kecil ditunjukan oleh jumlah investasi dan jumlah tenaga kerja 6. Terdapat keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lain dan Memunculkan wiraswasta baru (Blakely,1987) 1.5.3 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk membuat pencadaran (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian secara sistematis, faktual dan akurat (Suryabrata, 2002 dalam Irfany, 2004). Penelitian ini diharapkan dapat menjawab besarnya potensi perkembangan industri tas Kecamatan Ciampea terhadap perekonomian lokal. Potensi perkembangan industri tas ini akan dilihat dari karakteristik indutri tas yang terdiri dari, pengusaha tas Ciampea, bahan baku, tenaga kerja, SDM, rantai produksi dan pemasaran serta promosi. 9

1.6 Kerangka Pemikiran GAMBAR 1.2 KERANGKA PEMIKIRAN Perkembangan Industri Tas di Kecamatan Ciampea Identifikasi Karakteristik Industri Tas Ciampea 1. Pengusaha 2. Tenaga kerja 3. Bahan Baku 4. SDM 5. Rantai Produksi 6. Pemasaran dan Promosi Kriteria PEL (Blakely 1987) 1. Bahan baku dan sumber daya lokal 2. Dapat digerakan oleh penduduk lokal/sesuai dengan kemampuan (SDM) lokal 3. Pengusaha dan tenaga dominasi adalah tenaga kerja lokal 4. Melibatkan sebagian besar penduduk lokal 5. Skala pelayanan kecil ditunjukan oleh jumlah investasi dan jumlah tenaga kerja 6. Terdapat organisasi/kelompok kegiatan ekonomi 7. Terdapat keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lain 8. Memunculkan Wiraswasta Baru Identifikasi Industri Tas Ciampea Sebagai Potensi Pengembangan Ekonomi Lokal 1. Bahan Baku dan Sumber Daya Lokal 2. Pengusaha dan tenaga dominasi adalah tenaga kerja lokal serta dapat digerakan oleh penduduk lokal/sesuai dengan kemampuan (SDM) lokal 3. Melibatkan sebagian besar penduduk lokal 4. Terdapat organisasi/kelompok kegiatan ekonomi 5. Skala pelayanan kecil ditunjukan oleh jumlah investasi dan jumlah tenaga kerja 6. Terdapat keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lain dan Memunculkan wiraswasta baru Dampak Perkembangan Industri Tas Ciampea Kesimpulan dan Rekomendasi 10

1.7 Sistematika Pembahasan Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab dan beberapa subab yang secara sistematis disusun sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang studi, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup studi, metodelogi, serta sistematika pembahasan BAB 2 BAB 3 BAB 4 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan beberapa teori pendekatan mengenai pengertian industri, menjelaskan pengertian tenaga kerja, pengembangan ekonomi lokal dan tentang klaster industri. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Dalam bab ini akan dipaparkan gambaran umum mengenai Kecamatan Ciampea dan wilayah sentra industri tas Ciampea. Pembahasan ini mencakup: kondisi fisik wilayah, kondisi kependudukan, potensi perekonomian Kecamatan Ciampea, kebijakan pemanfaatan kawasan sentra industri tas, perkembangan sentra industri tas Ciampea dan karakteristik industri tas Ciampea. IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK INDUSTRI TAS CIAMPEA SEBAGAI POTENSI PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai hasil pengolahan data kuisioner yang kemudian di identifikasi untuk mengetahui permasalahannya. Identifikasi ini meliputi identifikasi karakteristik industri tas Ciampea, identifikasi tas Ciampea sebagai potensi pengembangan ekonomi lokal dan dampak perkembangan industri tas Ciampea. Identifikasi karakteristik industri tas Ciampea yang terdiri dari; identifikasi karakteristik pengusaha, identifikasi karakteristik tenaga kerja, identifikasi karakteristik bahan baku, identifikasi karakteristik SDM (sumber daya manusia), identifikasi karakteristik rantai produksi dan identifikasi pemasaran dan promosi. 11

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis, yaitu mengenai kesimpulan dari hasil analisis identifikasi karakteristik indutri tas Ciampea, kesimpulan dari analisis identifikasi tas Ciampea sebagai potensi pengembangan ekonomi local dan kesimpulan dari analisis dampak perkembangan ekonomi industri tas Ciampea. Selain itu, bab ini akan menjelaskan mengenai rekomendasi yang dilihat dari hasil analisis dampak perkembangan ekonomi industri tas Ciampea. Serta keterbatasan studi dan rekomendasi studi lanjutan. 12