PUBLIKASI ILMIAH GEDUNG TEATER SERBAGUNA DI SURAKARTA (PENDEKATAN PADA ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

PASAR SENI DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

BAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan

LUDRUK LENONG Ludruk adalah pertunjukan seni theater tradisional yang berasal dari Jawa timur. Ludruk ini biasanya dipentaskan oleh satu grup kesenian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK


BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Fenomena

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya.

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS IV SEMESTER 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. program wisata yang telah dilaksanakan sejak tahun 2008 yang berskala

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat.

12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III TATA DEKORASI. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami Unsur-unsur Tata Dekorasi (Scenery)

Judul Tugas Akhir KAMPUNG SENI tema : Metafora Tari dalam Arsitektur

PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK MASYARAKAT DAERAH

TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SANGGAR BUDAYA KI DJAROT SARWINTO DI SUKOHARJO

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA...5

SILABUS PEMBELAJARAN

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

SILABUS PENGALAMAN BELAJAR. Mendengarkan penjelasan guru tentang macammacam

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Rupa di Yogyakarta dengan Analogi Bentuk Page 1

BAB I PENDAHULUAN. zaman/waktu. Baik itu seni bahasa atau sastra, seni gerak (acting), seni rias

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran Teknik

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

GEDUNG TEATER SERBAGUNA DI SURAKARTA

BAB III PERENCANAAN PROYEK

STUDI PERSEPSI STAKEHOLDER TERHADAP REVITALISASI KAWASAN TAMAN BUDAYA RADEN SALEH SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh ARDIAN YOSEP YOHANNES L2D

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

SILABUS PEMBELAJARAN

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) : SMP Negeri 2 Gerokgak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

Redesain Taman Budaya Raden Saleh Semarang 1

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber

BAB II TINJAUAN UMUM

PENATAAN ULANG TAMAN REKREASI BUDAYA SRIWEDARI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PUSAT SENI RUPA YOGYAKARTA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOMPLEK GEDUNG KESENIAN SOETEDJA PURWOKERTO

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek. Pada dekade terakhir, perkembangan kegiatan pendidikan,

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

BAB I PENDAHULUAN. daya alam dan sumber daya manusia harus maksimal agar bisa menyejahterakan

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA DI YOGYAKARTA DENGAN ANALOGI BENTUK

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

Gedung Pameran Seni Rupa di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Pertunjukan Seni Tari Tradisonal dan Seni Musik di Yogyakarta Sumber:

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

SILABUS PEMBELAJARAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LP3A GEDUNG PERTUNJUKAN SENI DI KABUPATEN KUNINGAN (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST MODERN)

Transkripsi:

PUBLIKASI ILMIAH GEDUNG TEATER SERBAGUNA DI SURAKARTA (PENDEKATAN PADA ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI) Disusun sebagai Pemenuhan dan Pelengkap Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh : DANANG ADI KRESNATA D300 090 028 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

LEMBAR PENGESAHAN Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Penyusun : DANANG ADI KRESNATA NIM : D 300 090 028 Judul TA : GEDUNG TEATER SERBAGUNA DI SURAKARTA (PENDEKATAN PADA ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI) Mengetahui,

PENATAAN BANARAN SEBAGAI DESA KERAJINAN KAYU PENEKANAN PADA WISATA KREATIF DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DANANG ADI KRESNATA D300 090 028 Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAKSI Surakarta merupakan kota yang sangat kaya akan seni dan budaya. Hal tersebut tercermin dari banyaknya kegiatan-kegiatan kesenian yang seringkali diselenggarakan di kota ini. Kegiatan kegiatan tersebut Seringkali diadakan di tempat-tempat yang tidak menentu, dapat dikatakan belum memiliki tempat yang tetap untuk mewadahi pertunjukan pementasan maupun pameran keseniaan dan kebudayaan tersebut. Banyaknya pementasan yang sering dilakukan secara berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain serta tidak terwadahinya para pelaku seni terutama seni lukis dan fotografi membuat perlunya merancang sebuah gedung dimana semua keseniaan dapat dipertunjukan atau dipentaskan. Selain itu, sekarang ini kebutuhan di masyarakat yang beranekaragam terutama dalam hal penyelenggaraan acara resepsi, pesta, maupun penyelenggaraan sebuah pertemuan kebanyakan tidak lagi diselenggarakan dirumah namun disebuah gedung. Hal tersebut terbentuk karena perubahan pola perilaku masyarakat yang semakin modern. Dekonstruksi merupakan sebuah paham dimana terdapat sebuah kebebasan dalam menciptakan sesuatu yang keluar dari kebiasaan-kebiasaan yang ada dan

merupakan sebuah symbol dari kebebasan. Seperti halnya sebuah seni yang bebas dan tidak terikat oleh aturan. Oleh sebab itu, diperlukan adanya sebuah gedung pertunjukan/teater yang mampu mewadahi kreativitas para seniman untuk mengapresiasikan minat dan bakat mereka dengan pendekatan konsep arsitektur dekonstruksi yang merupakan sebuah symbol dari kebebasan berekspresi. Bangunan yang akan dirancang nantinya akan mempunyai spesifikasi yang dapat digunakan untuk menyelenggarakan pementasan musik dan gerak dan dapat pula digunakan untuk tempat berkumpul atau meeting serta tempat penyelenggaraan pesta, dan resepsi pernikahan. Terdapat pula panggung terbuka dan juga ruang galeri untuk memamerkan karya pameran berupa lukisan, patung, maupun berupa karya fotografi. Kata Kunci : Gedung pertunjukan, Teater, Kesenian, Pesta, Pameran, A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Surakarta merupakan kota yang sangat kaya akan seni dan budaya. Hal tersebut tercermin dari banyaknya kegiatan-kegiatan kesenian yang seringkali diselenggarakan di kota ini. Kegiatan kegiatan tersebut Seringkali diadakan di tempat-tempat yang tidak menentu, dapat dikatakan belum memiliki tempat yang tetap untuk mewadahi pertunjukan pementasan maupun pameran keseniaan dan kebudayaan tersebut. 2. Tujuan 1. Menciptakan sebuah desain arsitektur yang mampu mewadahi segala kegiatan yang meliputi pertunjukan musik, teater, pemutaran film, maupun pertunjukan kesenian yang lainnya di Surakarta. 2. Memberikan fasilitas yang lengkap yang mewadahi para seniman dan para penikmat seni untuk berkumpul dan mengapresiasikan hasil karya mereka.

B. LANDASAN TEORI 1. Pengertian Gedung Teater Secara etimologis Gedung Teater Serbaguna (GTS) adalah sebuah tempat dipertunjukannya film, sandiwara, atau pementasan drama,dandapat digunakan untuk berbagai kepentingan lain dengan maksud yang telah ditentukan yang berada di kota Sala dengan menggunakan pendekatan arsitektur dekonstruksi sebagai konsep bangunannya. 2. Jenis-jenis Gedung Pertunjukan Gedung pertunjukan berarti bangunan (rumah) untuk kantor, rapat/tempat mempertunjukan hasil-hasil kesenian (Poerwadarminta, 1976:303). Pertunjukan adalah tontonan (seperti bioskop, wayang, wayang orang, dsb), pameran, demonstrasi (Poerwadarminta, 1976:1108). Jadi, gedung pertunjukan merupakan suatu tempat yang dipergunakan untuk mempergelarkan pertunjukan, baik itu bioskop, wayang, pagelaran musik, maupun tari. Menurut Neufert (2002:136), gedung pertunjukan terdiri dari beberapa macam, yaitu: 1. Teater Ciri khas gedung teater adalah dengan adanya bentuk tempat duduk dilantai bawah (yaitu penonton duduk pada bidang besar berbentuk kurva yang menanjak/naik) dan melalui sebuah depan panggung yang tampak jelas, depan panggung yang dapat dicontoh (bidang pertunjukan sebelum pintu gerbang diruang penonton) (Neufert, 2002:137). 2. Opera Opera berarti bentuk drama panggung yang seluruhnya atau sebagian dinyanyikan dengan iringan orkes atau musik instrumental (KBBI online). Menurut Neufert (2002:137) gedung opera mempunyai karakter adanya sebuah pemisahan ruang yang jelas secara arsitektur antara ruang penonton dan panggung melalui musik orkestra dan banyaknya tempat duduk (1000 sampai hampir 4000 tempat duduk) dan sistem yang sesuai dengan tempat duduk tidak terikat (lepas) atau balkon, penting untuk jumlah penonton yang banyak.

3. Bioskop Bioskop merupakan Pertunjukan yang diperlihatkan dengan gambar (film) yang disorot menggunakan lampu sehingga dapat bergerak (berbicara) (KBBI, 2006:125). Sedangkan menurut Poerwadarminta (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1976:303), gedung berarti bangunan (rumah) untuk kantor, rapat/tempat mempertunjukan hasilhasilkesenian, sehingga bisa disimpulkan bahwa gedung bioskop merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat untuk menampilkan pertunjukan film. 3. Tata Pentas Tata pentas bisa disebut juga dengan scenery atau pemandangan latar belakang (Background) tempat memainkan lakon. Tata pentas dalam pengertian luas adalah suasana seputar gerak laku di atas pentas dan semua elemen-elemen visual atau yang terlihat oleh mata yang mengitari pemeran dalam pementasan. Tata pentas dalam pengertian teknik terbatas yaitu benda yang membentuk suatu latar belakang fisik dan memberi batas lingkungan gerak laku. Dengan mengacu pada definisi di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa tata pentas adalah semua latar belakang dan benda-benda yang ada dipanggung guna menunjang seorang pemeran memainkan lakon. Pentas menurut Pramana Padmodarmaya (Tata dan teknik pentas. 1988) ialah tempat pertunjukan dengan pertunjukan kesenian yang menggunakan manusia (pemeran) sebagai media utama. Dalam hal ini misalnya pertunjukan tari, teater tradisional (ketoprak, ludruk, lenong, longser, randai makyong, mendu, mamanda, arja dan lain sebagainya), sandiwara atau drama nontradisi baik sandiwara baru maupun teater kontemporer. Webster mendefinisikan pentas sebagai suatu tempat yang tinggi dimana lakon-lakon drama dipentaskan atau suatu tempat dimana para aktor bermain. Sedang W.J.S. Purwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia menerangkan pentas sebagai lantai yang agak

ketinggian dirumah (untuk tempat tidur) ataupun di dapur (untuk memasak). Dengan demikian kalau disimpulkan pentas adalah suatu tempat dimana para penari atau pemeran menampilkan seni pertunjukan dihadapan penonton. C. METODE Data yang akan dikumpulkan dalam studi perancangan ini adalah data sekunder. Kegiatan pengumpulan data dalam perancangan ini menggunakan metode sebagai dengan cara mencari sumber referensi yang berupa buku-buku, makalah, website dan beberapa hasil penelitian sehingga dapat diketahui tentang unsur pokok dan detil perancangan bangunan yang akan dibuat. D. HASIL Hasil perancangan gedung teater serbaguna ini memiliki beberapa fungsi yang terdiri dari : 1. Pementasan Teater dan seni pertunjukan 2. Pameran Seni Rupa 3. Pesta dan Resepsi Pernikahan 4. Pertemuan dan meeting 5. Seminardan Rapat.

E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Gedung teater serbaguna merupakan sebuah bangunan yang sangat efektif untuk dibangun di Surakarta dikarenakan kebudayaan dan kesenian di Surakarta sangat kental dan sangat beragam. Selain itu peran fungsi serbaguna yang ada pada gedung teater ini juga diharapkan mampu menampung beberapa kebutuhan masyarakat pada umumnya berupa kegiatan yang berkaitan dengan acara pertemuan. 2. Saran Sebaiknya di Surakarta dibangun sebuah gedung yang dapat menampung seluruh kesenian di Surakarta yang beraneka ragam. Adanya sebuah gedung teater dengan konsep serbaguna akan meningkatkan produktifitas seniman terutama seniman lokal khususnya di Surakarta. F. DAFTAR PUSTAKA - BCI Asia Construction Information.2013.Sky Tango-Architecture@13. PT. Gramedia Printing. Jl. Palmerah Selatan 22-28, Jakarta - Flona Serial.2007.Merancang Taman Gaya Lahan Terbatas. PT. Samindra Utama, Kebon Jeruk Jakarta - Karsono, Bambang dan Julaihi Wahid.2010.Desain dan Konsep Arsitektur Lansekap dari Zaman ke Zaman. Jambu Sari, Yogyakarta - Macdonald, Angus J.2001.Struktur & Arsitektur (Terjemahan).Erlangga. Ciracas, Jakarta - Neufert, Ernst, (1991), Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33.Erlangga. Ciracas, Jakarta - Padmodarmaya, Pramana.1988. Tata dan Teknik Pentas. Balai Pustaka. Matraman, Jakarta Timur. - Ratnasari, Juwita.2007. Galeri Tanaman Hias Bunga. Penebar Swadaya. Cimanggis, Depok - ZinCo.2012. Planing Guide System Solutions for Intensive Green Roofs. Nuertingen, Germany

- Alexhogrefe - Performance Theater http://www.alexhogrefe.com/blog/2013/7/21/theater-update-2.html - Aula Simfonia Jakarta http://vokuz.com/konser-orkestrasi-angklung-8-bertajuk-tapestry-of-beautydi-aula-simfonia-jakarta/ - BIG Architects Stravanger Concert Hall http://www.big.dk/#projects-sta - Danish Paviliun at Shanghai Expo 2010 http://www.dezeen.com/2008/09/25/xpo-danish-pavilion-by-big/ - Studi Bahan Bangunan Universitas Dipenegoro Lantai Kaca http://direktorimaterial.blogspot.com/2012/04/lantai-kaca_29.html