BAB IV KONSEP PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ULASAN KARYA PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Publikasi

V. ULASAN KARYA PERANCANGAN

BAB V ULASAN KARYA PERANCANGAN

BAB III STRATEGI & KONSEP VISUAL

BAB VI ULASAN KARYA PERANCANGAN

KONSEP PERANCANGAN. A. Tataran Lingkungan / Komunitas

BAB IV Konsep Perancangan

Gambar 6. Proses Permainan Interaktif Saat di Buka Sumber : Ferdiansyah Choirull Zein

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA. 1 Merencanakan Konsep Design. diwujudkan ke dalam buku yang kemudian dari situlah menjadi. 2 Membuat Sketsa Layout

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. dengan buku panduan ini, sebagai salah satu dari media komunikasi visual buku

BAB IV VISUALISASI KARYA. A. Visualisasi Rancangan Buku Pop-Up

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V ULASAN KARYA PERANCANGAN

BAB IV PERANCANGAN VISUAL. A. Bokel (Tokoh Utama Pemandu Buku Panduan)

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN DAN MEDIA

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN DAN MEDIA

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB III Strategi Perancangan dan Konsep Visual

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA


BAB III KONSEP PERANCANGAN

V. ULASAN KARYA PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB IV STRATEGI KREATIF

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP IKLAN. 3.1 Strategi Promosi

BAB IV KONSEP PERANCANGAN


BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Penulis akan merancang sebuah metode multimedia interaktif untuk dijadikan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. A. Ide / gagasan perancangan 1. Ide desain a. Pembuatan media publikasi cetak berupa katalog buku popup

BAB 4. Konsep Desain

V. ULASAN KARYA PERANCANGAN

BAB V ULASAN KARYA PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V ULASAN KARYA PERANCANGAN

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

BAB III STRATEGI & KONSEP VISUAL. Tujuan komunikasi untuk merancang media promosi event BIG MEET

kemudian untuk isi buku menggunakan Artpaper 150 gram.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB II METODOLOGI. A. Kerangka Berfikir Studi. Gambar 6. Kerangka berfikir studi. (Sumber: Hafaz Hudan Algojali, 2014)

BAB III STRATEGI PERANCANGAN & KONSEP VISUAL

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III STRATEGI PERANCANGAN. Dalam perancangan ini strategi komunikasi akan lebih mengutamakan

DESKRIPSI BUKU JIWA BUNGSU

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN


BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Desain Komunikasi Visual. Menurut Jessica Helfand dalam situs

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

Bab 5 Hasil dan Pembahasan Desain. 5.1 Namestyle. Gambar 1.1

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori

Bab IV KONSEP DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODE PERANCANGAN

a. Katun Combed Nama cotton combed (katun combed) diambil dari nama mesin pemintalnya, yaitu mesin combing. Mesin combing sendiri berfungsi untuk memb

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN. 5.1 Media Utama Buku

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III METODE PENCIPTAAN


BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN. Visual yang ditampilkan dalam buku ini bersifat kaku dan tegas agar terkesan heroik, maskulin dan gagah.

BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN. Buku Yoga untuk Kesehatan ini menggunakan dua jenis huruf untuk

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. informasi terhadap individu satu dengan lainnya. Penyampaian pesan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN Ukuran Buku Buku ini berukuran 21 cm x 14.8 cm dengan tebal kurang lebih 1 cm.

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Indonesia untuk anak sekolah dasar. Selanjutnya proses metode dan proses

BAB II METODOLOGI. A. Kerangka Berfikir Studi. Fenomena

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori Teori Psikologi Anak. Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 Pengumpulan Data

BAB 4 KONSEP DESAIN. Untuk menemukan rujukan yang tepat sebelum melakukan pendekatan desain

BAB III TEORI PENUNJANG

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 Papertoys. 4.2 Sketchbook. 4.3 Teknik Penggambaran

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA

Ukuran Isi : 21cm x 28cm, dengan punggung 0.5cm. Jenis Bahan : Kertas Art Paper 210 grm, 230 grm. Buku setelah di hard cover

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN

Bab 3 Metode dan Perancangan

Transkripsi:

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Ide / Gagasan Perancangan 1. Ide Perancangan Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan dalam pemilihan studi, ditemukan beberapa hal yang menarik, bahwa dalam perkembangan fisik anak usia PAUD, membutuhkan pelatihan untuk motorik halus anak, dengan tujuan agar otot tangan mereka dapat memegang pensil dengan kuat dan benar. Salah satunya adalah pelatihan dasar menggunting. Pola pelatihannya belum ditemukan dipasaran, dan tenaga pendidik harus membuatnya secara manual. Dalam pelatihan menggunting ditemukan beberapa tahap pelatihannya, sedangkan para orang tua tidak memperbolehkan anaknya bermain gunting, dengan alasan gunting adalah alat yang berbahaya untuk anak. Terbentuknya sebuah ide merancang sebuah buku yang dapat langsung ditemukan di pasaran dapat serta dapat langsung dipakai. Buku ini dilengkapi dengan pola latihan dasar menggunting yang disesuaikan dengan tahap pelatihannya, serta dilengkapi dengan tips dan trick untuk orang tua atau tenaga pendidik tentang cara dan keamanan menggunting. Sedangkan hasilnya dapat dijadikan sesuatu yang dapat dibanggakan oleh anak. 2. Inovasi Desain Dalam perancangan karya desain ini, maka dibuatlah sebuah buku dengan inovasi desain yang menarik, yang dapat langsung digunakan oleh anak. Dengan tips dan trick yang diberikan, maka orang tua tidak perlu merasa kuatir ketika anaknya memegang gunting. Sedangkan untuk para tenaga pendidik tidak perlu membuat secara manual pola pelatihan dasar menggunting, karena sudah dapat langsung mengunakan buku ini. 42

3. Konsep Dasar Perancangan Karya desain buku ini dibuat dengan warna-warna yang menarik untuk anak, serta diberikan drawing yang menarik, sehingga anak tertarik dalam pelatihan dasar menggunting. Media pembelajaran ini disertakan informasi bagian-bagian gunting, cara memegang gunting, cara mengoper gunting, dan cara menggunting. Sesuai dengan pemakai buku ini, maka drawing yang menarik untuk anak adalah benda yang dihidupkan. Untuk lembar informasi digunakan Bahasa Indonesia sederhana, agar dimengerti untuk anak yang baru belajar membaca, dan juga disertai dengan drawing, agar anak-anak yang masih belum fasih dalam membaca, dapat melihat langsung pada gambar. Dalam pembuatan buku yang harus dilakukan pelatihan secara berulang, maka dibutuhkan sesuatu yang menarik, agar buku ini tidak membosankan. Pengguna langsung buku yang akan dirancang, adalah anak-anak. yang belum dapat mengontrol kekuatan tangannya, maka dibutuhkan materi yang aman dan nyaman untuk anak. Buku ini dapat diproduksi secara massal atau dapat dibuat berulang kali, dipakai dengan bahan yang mudah didapat, bukan bahan yang mahal, sehingga biaya produksi dapat ditekan. B. Sasaran Desain Target Audience atau target sasaran dari perancangan desain adalah: 1. Dalam segi usia adalah anak-anak berusia 2 tahun 5 tahun, dan orang dewasa sebagai pendamping, berusia 22 tahun 40 tahun. 2. Dalam segi jenis kelamin adalah anak-anak laki-laki dan perempuan. Mayoritas orang dewasa sebagai pendamping adalah wanita, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk pria. 3. Dalam segi geografis adalah daerah perkotaan, yang selalu dihadapi kesibukan pekerjaan dan hiruk pikuk perkotaan. Sedangkan dalam segi pekerjaan, mayoritas pekerjaan orang dewasa adalah perkantoran, dan anak-anak juga disibukkan dengan kursus-kursus 43

selain menghabiskan waktunya di sekolah. Sehingga membutuhkan sesuatu yang praktis. 4. Dalam segi budaya adalah budaya Timur terutama Indonesia yang dikombinasikan dengan Barat. Budaya Timur yang althuris membuat manusia menjaga harmoni dengan alam. Sedangkan budaya Barat yang eksploratif juga dapat menjadi generator ide untuk manusia. 5. Dalam segi status dan sosial ekonomi adalah mereka yang golongan menengah ke atas yang mampu menyekolahkan anakanaknya di sekolah swasta, atau nasional plus. 6. Dalam segi pendidikan adalah mereka yang berpendidikan minimal S1 (Strata 1), terutama orang dewasa sebagai pendamping, sehingga bisa membimbing anak-anak. C. Pendekatan Estetis Desain 1. Moodboard Gambar 27 Moodboard (Sumber: www.google.com, 2013) Moodboard diambil dari beberapa referensi dari lingkungan yang dilihat oleh anak-anak, seperti cover buku cerita anak, baju yang mereka pakai, dekorasi ruang tidur atau ruang bermain anak, serta hasil karya lukisan anak. 44

2. Konsep Buku Dalam perancangan buku ini, dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian lembar panduan yang disertakan dengan tips dan trick, dan lembar kerja. Untuk lembar kerja yang terdiri dari 6 macam latihan dengan beberapa lembar latihan tiap macamnya, agar anak-anak mahir menggunting pada setiap latihannya. Gambar 28 Sketsa pola 6 tahap latihan menggunting (Sumber: Chenny Oendijanto, 2013) Kemudian semuanya dijadikan satu menjadi sebuah buku. Dan buku diberi judul, pemilihan judul, terdapat pada sketsa di bawah ini: Gambar 29 Alternatif pemilihan judul (Sumber: Chenny Oendijanto, 2013) Judul yang dipilih adalah Menggunting, yuk!, menggunakan Bahasa Indonesia sederhana, menggunakan kata ajak, memberi kesan sederhana dan bersahabat. 3. Studi Tipografi Tulisan pada keterangan dibuat dengan Bahasa Indonesia yang sederhana. Tipografi yang akan digunakan memiliki karakter atau bentuk yang polos, bersahabat, akrab, gembira, lucu, sederhana, dan manis. Ukuran huruf cukup besar, sehingga anak-anak yang belum fasih membaca dapat mengenali hurufnya satu per satu, ukurannya sekitar 12 45

sampai 14 point, huruf besar dan huruf kecil dapat dibedakan dengan jelas, dengan weight yang tebal. Huruf yang dipilih adalah Comic Sans. Gambar 30 Font Comic Sans (Sumber: www.identifont.com., 2013) Setelah menentukan huruf yang dipilih, maka dilakukan uji kecenderungan yang dilakukan terhadap 15 orang yang terdiri dari 10 anak, 3 guru dan 2 orangtua. sesuai dengan target audience. Berikut ini adalah hasil uji kecenderungan tipografi: Tgl Materi yang diuji Anak Guru Orangtua TOTAL 20/09/13 5 1 2 8 46

20/09/13 5 2-7 27/09/13 7 3 2 12 27/09/13 2 1-3 Tabel 2 Data Uji Kecenderungan Tipografi (Sumber: Chenny Oendijanto 2013) Uji kecenderungan tipografi dilakukan dua kali, temuan tentang tipografi dengan perbandingan huruf ujung yang kotak dengan huruf dengan ujung bulat, ditemukan huruf yang ujung bulat yang terpilih. Kemudian diadakan uji kembali dengan perbandingan huruf ujung bulat tebal dengan huruf ujung bulat tipis, ditemukan paling banyak yang memilih huruf dengan ujung bulat tebal. Dari uji kecenderungan tipografi, diambil kesimpulan bahwa tipografi untuk anak-anak dengan bentuk huruf ujung bulat dan tebal, yaitu bentuk Comic Sans, bentuk huruf yang bersahabat, akrab, gembira, lucu, sederhana, dan manis yang sesuai dengan karakter anak-anak. 47

Pada proses perancangan dilakukan beberapa eksplorasi, sampai terpilih bentuk huruf yang terpilih, berikut ini adalah metamorfosis tipografi: 1 2 3 4 Gambar 32 Metamorfosis Tipografi (Sumber: Chenny Oend janto 2013) Contoh di atas diambil dari pembuatan tipografi pada judul buku. Huruf dengan warna diberi efek timbul, memberikan kesan lebih menonjol, kemudian dipertebal dengan tambahan outline hitam dan putih agar terlihat jelas, dan pada proses terakhir huruf diberi bayangan, agar lebih terlihat lebih jelas dan memberi kesan bertekstur. Selain itu juga terdapat perubahan penempatan tulisan, pada awal perancangan penempatan tulisan dibuat menumpuk dan tanda baca dibuat lebih besar. Dengan mempertimbangkan keterbacaan anak-anak, maka penempatan tulisan dibuat rata dan agar terlihat jelas, mengingat target audience anak-anak baru belajar membaca. 4. Studi Warna Warna yang dipilih adalah warna-warna yang lembut dan nyaman pada mata anak-anak. Warna-warna ceria, sesuai dengan kepribadian anak-anak yang senang bermain, senang menemukan sesuatu yang baru. Pilihan warna ditarik dari warna-warna yang terdapat pada moodboard. 48

Gambar 33 Warna-warna yang didapat dari Moodboard (Sumber: Chenny Oendijanto, 2013) Setelah menentukan warna yang dipilih, maka dilakukan uji kecenderungan yang dilakukan terhadap 15 orang yang terdiri dari 10 anak, 3 guru dan 2 orangtua. sesuai dengan target audience. Berikut ini adalah hasil uji kecenderungan warna: Tgl Materi yang diuji Anak Guru Orangtu TOTAL 27/09/13 10 3 2 15 27/09/13 - - - 0 04/10/13 6 2 2 10 04/10/13 4 1-5 Tabel 3 Data Uji Kecenderungan Warna (Sumber: Chenny Oendijanto 2013) Uji kecenderungan warna dilakukan dua kali, temuan tentang warna dengan perbandingan warna terang dan lembut, awalnya ditemukan warna yang terang yang paling disukai. Kemudian diadakan uji kembali, dengan memakai panduan warna yang terdapat pada moodboard dengan perbandingan warna terang dan warna lembut, ditemukan paling banyak yang memilih warna terang, sebagian warna lembut. Dari uji kecenderungan warna, diambil kesimpulan bahwa warna untuk anak-anak harus jelas, Sedangkan warna lembut tetap dipakai untuk menandakan perbedaan pada lembar kerja anak-anak. 49

Nama Warna Data Warna Data CMYK Biru Muda C: 27 M: 1 Y: 0 K: 0 Biru Sedang C: 64 M: 34 Y: 2 K: 0 Kuning Muda C: 3 M: 0 Y: 49 K: 0 Hijau Muda C: 32 M: 11 Y: 62 K: 0 Hijau Tua C: 86 M: 23 Y: 81 K: 8 Merah Muda C: 5 M: 77 Y: 16 K: 0 Ungu C: 44 M: 55 Y: 17 K: 1 Jingga C: 0 M: 58 Y: 100 K: 0 Merah C: 0 M: 97 Y: 96 K: 0 50

Cokelat Muda C: 21 M: 59 Y: 78 K: 5 Cokelat Tua C: 33 M: 76 Y: 100 K: 34 Putih C: 0 M: 0 Y: 0 K: 0 Hitam C: 75 M: 68 Y: 67 K: 90 Tabel 4 Tabel Data Warna (Sumber: Chenny Oendijanto 2013) Warna-warna di atas dipakai untuk dasar dari drawing, pembuatan background, dan warna pada tipografi. Serta warna hitam dan putih sebagai warna netral, warna yang sederhana dan dapat diterima oleh mata. Gabungan warna-warna ini adalah mewakili dengan sifat anak yang ceria, juga sesuai dengan kepribadian anak-anak yang senang bermain, dan senang menemukan sesuatu yang baru. Kombinasi warna-warna yang dihasilkan, dapat diartikan keceriaan dan manisnya anak-anak yang bermain di alam terbuka secara aktif, yang selalu didampingi oleh guru atau orangtua yang bijaksana dan menuntun anak-anak. Untuk lembar kerja, terdapat 6 macam latihan, sehingga warna yang dipilih adalah merah muda, jingga, kuning muda, hijau tua, biru sedang dan ungu. Warna diambil menyerupai pelangi, sehingga anak-anak mudah mengenalnya. 51

Gambar 34 Warna-warna yang dipakai untuk lembar kerja (Sumber: Chenny Oendijanto, 2013) Dikarenakan dalam setiap pelatihan membutuhkan banyak lembar kerja untuk dipraktikkan. Jika hanya diberi satu macam warna saja, maka akan terlihat membosankan dan tidak menarik untuk anak-anak. Maka pada setiap lembar kerja berbeda satu dengan lainnya, yang berbeda hanya tone-nya saja, jadi terlihat seperti gradasi. Sehingga anak-anak dapat melihat perkembangan pelatihan mereka. 5. Studi Visual Bentuk visual yang dipilih adalah bentuk drawing karena anak-anak lebih menyukai gambar dalam bentuk drawing, agar dapat memancing imajinasi. Bentuk yang dipilih adalah benda yang dihidupkan dengan diberikan mata, alis dan mulut, dengan tampilan ceria, bersahabat, sehingga anakanak mau belajar melatih dasar menggunting. Gambar 35 Drawing tangan yang dihidupkan (Sumber: www.ilustrationof.com. 2013) 52

Berdasarkan inspirasi di atas maka dibuatlah sketsa awal jari tangan, dengan berbagai bentuk. Gambar 36 Sketsa bentuk tangan dengan lima jari, ibu jari teracung, dan empat jari teracung (Sumber: Chenny Oendijanto 2013) Sketsa di atas, adalah bentuk tangan dengan lima jari, yang melambangkan pelatihan motorik halus, dengan melatih kelima jari. Bentuk tangan dibuat bulat-bulat, dikarenakan anak-anak menyukai halhal yang lucu, menyenangkan, terkadang yang berlebihan. Sedangkan bentuk tangan dengan ibu jari teracung, yang melambangkan tanda baik atau bagus, selain itu pula ibu jari melambangkan ibu atau ibu guru yang bertugas mendidik dan menuntun anak-anak. Bentuk tangan dengan empat jari teracung, yang melambangkan anak-anak atau murid yang memiliki rasa ingin tahu, dan memiliki citacita dan harapan. Setelah pembuatan sketsa, maka diadakan uji kecenderungan yang diawali dengan uji kecenderungan garis. Uji kecenderungan dilakukan terhadap 15 orang yang terdiri dari 10 anak, 3 guru dan 2 orangtua. Uji kecenderungan ini dilakukan untuk mengetahui apa yang disukai oleh pengguna buku, sesuai dengan target audience. 53

Tgl Materi yang diuji Anak Guru Orangtua TOTAL 20/09/13 6 1 1 8 20/09/13 4 2 1 7 27/09/13 6 3 2 11 27/09/13 4 - - 4 04/10/13 10 2 1 13 04/10/13-1 1 2 Tabel 5 Data Uji Kecenderungan Garis (Sumber: Chenny Oend janto 2013) 54

Uji kecenderungan garis dilakukan tiga kali, temuan tentang garis dengan perbandingan garis dengan bentuk vector dan dengan bentuk crayon. Ditemukan bahwa garis bentuk vector yang terpilih, ada pendapat dari orangtua, bahwa garisnya lebih jelas. Sedangkan pendapat dari guru, bahwa bentuk crayon terlihat belum selesai, sedangkan bentuk vector terlihat lebih jelas. Dari uji kecenderungan garis, diambil kesimpulan bahwa garis dan bentuk gambar harus jelas terlihat dan jelas bentuknya. Pada awal perancangan setelah dilakukan sketsa secara manual, kemudian dipindahkan dalam bentuk digital, dan setelah diadakan uji kecenderungan, mengalami beberapa perubahan. Berikut ini adalah beberapa metamorfosis garis. 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Gambar 37 Metamorfosis Garis (Sumber: Chenny Oendijanto 2013) Setelah diadakan uji kecenderungan garis, setelah itu dilanjutkan dengan uji kecenderungan visual, dalam hal ini yang diuji adalah bentuk gunting, dan bentuk tangan yang disukai. Uji kecenderungan dilakukan terhadap 15 orang yang terdiri dari 10 anak, 3 guru dan 2 orangtua. Uji kecenderungan ini dilakukan untuk mengetahui apa yang disukai oleh pengguna buku, sesuai dengan target audience. 55

Tgl Materi yang diuji Anak Guru Orangtua TOTAL 20/09/13 5 1 2 8 20/09/13 5 2-7 27/09/13 4 2-6 27/09/13 6 1 2 9 Tabel 6 Data Uji Kecenderungan Visual Bentuk Gunting dan Tangan (Sumber: Chenny Oend janto 2013) Uji kecenderungan visual dilakukan dua kali, temuan tentang karakter gunting dengan perbandingan gunting yang tajam ujungnya dengan yang bulat ujungnya, ditemukan bahwa gunting bentuk bulat ujungnya yang terpilih. Ada pendapat dari guru, bahwa bentuk gambar yang tajam akan dapat mempengaruhi psikologi atau emosi anak. Sedangkan untuk gambar tangan dengan perbandingan tangan yang ramping dan lurus, dengan gambar tangan yang bulat-bulat atau gemuk, ditemukan bahwa bentuk tangan yang bulat yang terpilih. Tanggapan anak-anak tentang gambar yang bulat-bulat dan gemuk, terlihat lucu. Dari uji kecenderungan visual, diambil kesimpulan bahwa karakter dibuat bulat-bulat, memberikan kesan lucu, menggemaskan seperti anakanak. 56

Studi visual dilanjutkan dengan pembuatan karakter dengan digital, kemudian diujikan kembali dengan bentuk visual yang sudah diberi warna. Tgl Materi yang diuji Anak Guru Orangtua TOTAL 04/10/13 8 2 2 12 04/10/13 2 1-3 04/10/13 8 2 2 12 04/10/13 2 1-3 Tabel 7 Data Uji Kecenderungan Visual Bentuk Gunting dan Tangan yang Diwarnai (Sumber: Chenny Oendijanto 2013) Dari hasil uji kecenderungan bentuk visual yang diwarnai, maka diambil kesimpulan bahwa bentuk vector yang dipilih, karena terlihat jelas, ini juga berkesinambungan dengan pilihan garis pada uji kecenderungan sebelumnya, pilihan target audience lebih menyukai garis dalam bentuk vector, yang mengutamakan kejelasan gambar. Perancangan visual yang terpilih adalah bentuk vector yang jelas dan sederhana. 57

Pada awal perancangan setelah dilakukan sketsa secara manual, kemudian dipindahkan dalam bentuk digital, dan setelah diadakan uji kecenderungan, mengalami beberapa perubahan. Berikut ini adalah beberapa metamorfosis visual gunting dan bentuk tangan dengan 5 jari, yang sudah diberi warna. 1 2 3 4 5 Gambar 38 Metamorfosis Karakter Gunting (Sumber: Chenny Oend janto 2013) Bentuk gunting terdapat perubahan pada awal rancangan terlihat tajam, kurus, dan panjang. Kemudian terjadi perubahan perancangan bentuk gunting menjadi lebih bulat ujungnya dan lebih gemuk bentuknya, yang memberi kesan lucu dan bersahabat. Pada awal rancangan digital bentuk visual gunting dibuat seperti bentuk lukisan, berdasarkan dari hasil uji kecenderungan garis dan bentuk gambar, maka bentuk vector yang terpilih, kemudian dikembangkan dengan dirancang dengan beberapa warna, yang disesuaikan dengan lembar kerja, yang terdiri dari 6 warna. Keterangan pemilihan warna sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya pada bab ini. Sedangkan bentuk tangan dengan 5 jari, pada awal perancangan setelah dilakukan sketsa secara manual, kemudian dipindahkan dalam bentuk digital, dan setelah diadakan uji kecenderungan, mengalami beberapa perubahan. Berikut ini adalah beberapa metamorfosis visual gunting dan bentuk tangan dengan 5 jari, yang sudah diberi warna. 58

1 2 3 4 Gambar 39 Metamorfosis Karakter Tangan dengan 5 jari (Sumber: Chenny Oendijanto 2013) Bentuk tangan terdapat perubahan pada awal rancangan terlihat kurus, dan panjang. Kemudian terjadi perubahan perancangan bentuk tangan menjadi lebih bulat dan lebih gemuk bentuknya, yang memberi kesan lucu dan bersahabat. Perancangan digital bentuk visual tangan dibuat seperti bentuk lukisan, berdasarkan dari hasil uji kecenderungan garis dan bentuk gambar, maka bentuk vector yang terpilih. Kemudian dikembangkan dengan dirancang dengan 2 macam bentuk tangan, yaitu dengan ibu jari teracung dan 4 jari teracung. 1 2 1 2 Gambar 40 Metamorfosis Karakter Tangan dengan Ibu Jari dan 4 jari (Sumber: Chenny Oendijanto 2013) 59

Karakter tangan yang dihidupkan, maka diperlukan beberapa ekspresi dan bentuk rambut, berikut ini terdapat beberapa referensi bentuk ekspresi dan rambut. Gambar 41 Foto Ekspresi dan Rambut dari Beberapa Guru (Sumber: Chenny Oend janto 2013) Gambar 42 Contoh Ekspresi dan Rambut dalam Bentuk Vector (Sumber: www.google.com. 2013) Pembuatan ekspresi diawali dengan sketsa, lalu dilanjutkan dengan pembuatan secara digital. Perancangan ekspresi dan rambut, juga mengalami perubahan, sesuai dengan bentuk visual yang disukai target audience, yaitu dalam bentuk vector. 60

1 2 3 4 Gambar 43 Metamorfosis Ekspresi (Sumber: Chenny Oendijanto 2013) Ekspresi dan rambut ditaruh pada karakter tangan, agar terlihat hidup dan terlihat bersahabat. Untuk ekspresi dan rambut untuk guru adalah dengan mata dengan bulu mata lentik, alis, rambut pendek yang dinamis dan garis mulut tersenyum, melambangkan muka guru yang lembut, cantik, dan bersahabat. Sedangkan mata bulat dan garis mulut tersenyum lainnya, yang disertakan dengan aneka bentuk rambut, melambangkan ekspresi muka anak yang selalu ceria dalam kesehariannya, serta senang belajar. Berikut ini adalah karakter tangan yang sudah dihidupkan, dengan diberi ekspresi dan rambut. 1 2 1 2 1 2 Gambar 44 Metamorfosis Tangan dengan Ekspresi (Sumber: Chenny Oendijanto 2013) 61

6. Studi Layout Layout yang harus diperhatikan adalah sequence (urutan perhatian), emphasis (memberikan penekanan tertentu), balance (keseimbangan), dan unity (kesatuan secara keseluruhan). Sequence yang dipilih adalah sequence Z, karena seperti urutan membaca dari kiri ke kanan dari atas ke bawah. Emphasis adalah kontras atau menarik perhatian, yang diutamakan adalah gambar, karena mengingat anak-anak sangat menyukai gambar daripada lukisan. Balance simetris dipilih adalah simetris, karena dengan kepribadian anak-anak yang masih harus diberi tuntunan orang dewasa, dan mereka akan mudah menyerap apapun yang diajarkan. Bila mereka belajar 1 mereka akan menjawab 1, bukan 2. Unity adalah kesatuan secara keseluruhan, sehingga anak-anak mudah mengerti setelah melihat gambar dan tulisan. Komposisi gambar pada lembar kerja dan sampul sekitar 60%, sedangkan untuk instruksi dalam bentuk tulisan sekitar 40%. Gambar 45 Sketsa layout lembar panduan menerangkan bagian gunting (Sumber: Chenny Oendijanto, 2013) Setelah sketsa layout dibuat, maka dilanjutkan dengan proses digital. terdapat perubahan sesuai dengan karakter, warna, dan layout yang dipilih pada uji kecenderungan. 62

1 2 3 Gambar 46 Metamorfosis Layout Lembar Panduan, dengan komposisi gambar 60% dan tulisan 40% (Sumber: Chenny Oendijanto, 2013) Layout mengalami perubahan, pada proses perancangan pertama dibuat dengan bentuk karakter yang berbeda dengan bentuk drawing, kemudian berubah menjadi bentuk vector. Demikian pula dengan garis putus-putus dan panah, awalnya dibuat dengan garis crayon, kemudian berubah menjadi bentuk vector. Pilihan warna terutama pada background, pada awalnya terpilih warna yang lembut, kemudian berubah menjadi warna yang lebih terang dan jelas. Dan pada proses perancangan perubahan terakhir terdapat penambahan nomor halaman. 7. Studi Material Material yang dipakai dalam perancangan buku dibutuhkan bahan yang cukup aman bagian ujung kertas tidak terlalu tajam sehingga tidak melukai anak-anak. Secara ergonomi, bentuk buku mudah dipegang oleh anak, dan anak-anak juga mudah membukanya atau merobeknya. Ketahanan material juga diperhatikan, material harus kuat dan tidak mudah rusak bila dibuka berulang-ulang oleh anak-anak. Bentuk buku diinspirasikan oleh buku yang dijilid dengan ring, kemudian diberi sampul yang berupa hard cover. Sedangkan lembar kerja diinspirasikan dari post it. 63

Gambar 47 Bentuk Buku dengan Ring, Hard Cover dan Post it (Sumber: www.google.com 2013) Bentuk buku dijilid dengan ring, memudahkan anak-anak untuk membukanya. Sedangkan isi buku dikemas pada board yang dilem dan dilapisi dengan art paper menjadi hard cover, hal ini dapat membungkus isi buku agar lebih tahan lama dan kuat ketika dibuka berulang-ulang. Sedangkan isi lembar kerja dibuat seperti post it, ini memudahkan anakanak untuk merobeknya, dengan susunan berdampingan, dengan urutan bagian ganjil dibagian bawah dan bagian genap di bagian atas. Gambar 48 Sketsa bentuk buku (Sumber: Chenny Oendijanto, 2013) a. Pembuatan Karya Dumie Pada awal pembuatan dumie buku, lembar instruksi dengan ukuran 20cm x 20cm, ukuran ini tidak terlalu besar, sehingga mudah dipegang oleh anak-anak. memakai bahan material art cartoon 260gr, dicetak satu sisi, kemudian ditempel, agar memberi kesan lebih kuat dan tebal, sebanyak 40 lembar. Sedangkan lembar kerja memakai bahan material BW 250gr, dengan ukuran 18,5 cm x 9 cm, dari 6 latihan masing-masing 30 lembar, total menjadi 180 lembar. Masing-masing latihan, lembar kerja nomor yang ganjil ditempel menjadi satu, begitu pula dengan 64

nomor yang genap. Kemudian isi lembar kerja di tempel pada halaman masing-masing latihan sesuai dengan urutannya. Isi buku kemudian dijilid ring putih ukuran 2:1 1+1/4" 31,8 mm. Pada pembuatan dumie buku ini masih belum dibungkus dengan hard cover. Koreksi karya dumie buku ini, material lembar instruksi terlalu tebal, karena terdiri dari 2 lembar yang ditempel, kemudian untuk lembar kerja material yang dipakai terlalu tebal, dan jumlahnya terlampau banyak. Hal tersebut di atas dipertimbangkan untuk biaya produksi dan ketebalan buku. b. Pembuatan Karya Uji Desain Setelah mengkaji ulang dari hasil karya dumie, maka diadakan perbaikan dalam segi material, juga terdapat penambahan halaman isi buku, seluruh isi buku diberi sampul berupa hard cover. Perubahan material yang dipakai pada lembar instruksi adalah memakai bahan material art cartoon 360 gr, dicetak bolak balik dan diberi laminasi doff, bahan ini tidak terlalu tebal tetapi masih kuat untuk dipegang oleh anak-anak. Kemudian untuk lembar kerja memakai bahan HVS 100 gr dibuat jumlahnya lebih sedikit, dari 6 latihan masing-masing 20 lembar, total menjadi 120 lembar.pembuatan post it, diubah menjadi lem punggung, untuk memudahkan produksi. Isi buku dijilid ring putih ukuran 2:1 1" 25,4 mm. Kemudian dibungkus dengan hard cover, yaitu board yang dibungkus dengan art paper 150 gr bagian depan berukuran 51,5 cm x 21 cm dan bagian dalam berukuran 30 cm x 20 cm. Koreksi karya uji desain ini adalah pada pembuatan hard cover, karena bentuk punggung buku dibuat membulat, sehingga tidak terlampau kuat bila dipegang oleh anak-anak. Kemudian pada jilid ring, dijadikan satu dengan lapisan dalam hard cover, sehingga akan mudah robek jika sering dibuka. 65

c. Pembuatan Karya Akhir Gambar 49 Foto Buku pada Karya Uji Desain (Sumber: Chenny Oendijanto, 2013) Setelah mengkaji ulang dari hasil karya uji desain, maka diadakan perbaikan pada bentuk hard cover. Punggung buku tidak dibuat membulat, tetapi dengan bentuk rata sehingga terlihat kokoh, dan jilid ring hanya dengan menempel bagian akhir isi buku pada hard cover, sehingga anak-anak mudah membukanya. Foto tampilan buku akan dibahas pada bab selanjutnya. D. Proses Perancangan 1. Strategi Desain Gambar 50 Strategi Desain (Sumber: Chenny Oend janto, 2013) 66

2. Rincian Proses Perancangan Merupakan penjelasan spesifik dari setiap tahap desain berdasarkan diagram alir proses perancangan yang dibuat. Adapun rincian penjelasannya sebagai berikut : a. Desain Brief Merupakan latar belakang masalah perancangan yang diambil, yaitu seputar pelatihan motorik halus anak yang terkait dengan pelatihan menggunting. Adapun caranya adalah pengumpulan datadata mengenai hal tersebut, termasuk dari buku, observasi, dan wawancara. Data-data ini dijadikan sebagai bahan informasi dalam membantu proses perancangan. Lalu bahan-bahan data tersebut dianalisis berdasarkan metode yang telah ditetapkan agar dapat ditetapkan sebuah solusi desain. b. Solusi Desain Dalam tahapan ini ditentukan sebuah judul perancangan yaitu Perancangan Buku Menggunting Sebagai Pelatihan Motorik Halus Pada PAUD. Lalu dijabarkan 3 hal mengenai solusi desain antara lain tujuan perancangan, sasaran dan target perancangan serta konsep perancangan. c. Konsep Perancangan Pada konsep perancangan ditentukan konsep perancangan secara detail dan standard karya desain yang akan dibuat. Pada konsep perancangan dijabarkan keperluan untuk membuat konsep serta tema yang berhubungan dengan permasalahan perancangan. Moodboard dijadikan sebagai acuan gambaran yang akan dibuat seperti penetapan bentuk buku yang sesuai dengan ergonomi anak, karakter, warna, layout, elemen desain, tipografi dan yang lainnya. d. Proses Kreatif Membuat beberapa alternatif sketsa awal secara manual yang nantinya dapat dipertimbangkan dengan dosen pembimbing dengan asistensi revisi penambahan atau pengurangan desain yang dibuat agar desain yang dibuat hasilnya menjadi maksimal. Sketsa yang dibuat seperti layout, ilustrasi karakter yang menarik untuk anak. Selain itu dibuat juga draft isi buku yang akan dibuat dalam media pembelajaran ini. 67

e. Proses Produksi Pada tahap ini dimulai dengan pembuatan ilustrasi karakter secara digital yang dibuat sesuai dengan sketsa desain yang telah dibuat. Proses Digital meliputi pembuatan ilustrasi karakter, layout, materi pembelajaran, hingga proses pemilihan warna serta pewarnaannya yang telah ditentukan. Setelah desain konten layout dibuat dengan proses digital melalui adobe photoshop. f. Hasil Akhir Kemudian dicetak sesuai dengan bahan yang ditentukan, kemudian dijilid. 68