BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

Korelasi Kelimpahan Plankton Dengan Suhu Perairan Laut Di Sekitar PLTU Cirebon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Oseanografi. Suhu perairan selama penelitian di perairan Teluk Banten relatif sama di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

Studi Pengaruh Air Laut Terhadap Air Tanah Di Wilayah Pesisir Surabaya Timur

BAB II KAJIAN PUSTAKA

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Analisis pengaruh peningkatan kepadatan terhadap tingkat kelangsungan hidup (survival rate) benih ikan nilem

BAB III BAHAN DAN METODE

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali

PENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI BELAWAN MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

Kajian Variabel Kualitas Air Dan Hubungannya Dengan Produktivitas Primer Fitoplankton Di Perairan Waduk Darma Jawa Barat

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

Total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air sumur sebesar 3,557 x. tertinggi didapatkan pada media air rendaman kangkung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

I. PENDAHULUAN. Perairan Lhokseumawe Selat Malaka merupakan daerah tangkapan ikan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI LINGKUNGAN TAMBAK UDANG INTENSIF FERIDIAN ELFINURFAJRI SKRIPSI

Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT. 1). Students of the Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

SKRIPSI. Disetujui : I. Komisi Pembimbing. Dr. Ir. Kichardus Kaswadii. M.Sc. Ketua. 11. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kclautan, IPB

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

Theissen Khadafi. viii

SEBARAN NITRAT DAN FOSFAT DALAM KAITANNYA DENGAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

Konsentrasi Logam Cd dan Pb Di Sungai Plumbon dan Kaitannya dengan Struktur Komunitas Fitoplankton

KAJIAN SEBARAN SPASIAL PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN TELUK SEMARANG

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

III. METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

KETERIKATAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI ESTUARI SUNGAI BRANTAS (PORONG), JAWA TIMUR DEWI WULANDARI` SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

KEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI PLANKTON DI ESTUARI KUALA RIGAIH KECAMATAN SETIA BAKTI KABUPATEN ACEH JAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR JEMBATAN SURAMADU KECAMATAN LABANG KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komunitas Fitoplankton Di Pantai Balongan Hasil penelitian di perairan Pantai Balongan, diperoleh data fitoplankton selama empat kali sampling yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae, Dinophyceae dan Cyanophyceae. Dari kelompok fitoplankton yang didapat di perairan Pantai Balongan, kelompok diatom merupakan kelompok yang paling dominan. Hasil yang diperoleh yaitu kelimpahan fitoplankton di perairan Pantai Balongan berkisar antara 1200-4650 sel L -1 (Lampiran 2). Secara keseluruhan, jumlah sel terbanyak yaitu berada di stasiun 1 pada sampling ke-1 dengan kelimpahannya yaitu 4650 sel L -1, indeks keanekaragamannya yaitu 0,8678 dan indeks dominansinya yaitu 0,1322. Jumlah sel terkecil berada di stasiun 4 pada sampling ke-3 dengan kelimpahannya yaitu 1200 sel L -1, indeks keanekaragamannya yaitu 0,8677 dan Indeks dominansinya yaitu 0,1322 (Lampiran 3). Hasil ini menunjukkan kelimpahan fitoplankton di perairan Pantai Balongan masih dikatakan baik karena nilai kelimpahan fitoplankton yang diperoleh tinggi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Ndraha (2010) mengenai Pengaruh Tumpahan Minyak Terhadap Plankton di Kawasan Muara Karangsong yang menunjukkan bahwa minyak tidak mempengaruhi komunitas plankton karena siklus hidup plankton yang relatif pendek. Kelimpahan plankton di kawasan Muara Karangsong berkisar antara 10323-126873 ind L -1. Hasil penelitian Ndraha (2010) ini menunjukkan bahwa setelah terjadi tumpahan minyak di Muara Karangsong tidak terjadi perubahan yang signifikan dan menunjukkan perairan karangsong masih memiliki kelimpahan plankton yang baik.. 24

25 Gambar 6. Kelimpahan Fitoplankton di Pantai Balongan Kelimpahan fitoplankton sangat bervariasi disetiap samplingnya. Perubahan yang cukup fluktuatif dapat dilihat pada saat sampling ke-1 sampai dengan sampling ke-4 (Gambar 6). Hal ini diperkirakan karena pada saat pengambilan sampling ke-1 cuaca dalam keadaan cerah, sementara untuk sampling ke-2 sampai dengan ke-4 kondisi cuaca dalam keadaan hujan, sehingga terjadi perbedaan yang cukup fluktuatif antara sampling ke-1 dan sampling ke-2. Hal ini didukung dengan pernyataan Nybakken (1992) yang menyatakan bahwa jumlah pemasukan air lebih banyak saat musim hujan akan mempengaruhi plankton dan akan terbawa oleh arus (hanyut) dan juga akan terbawa oleh aliran sungai. Stasiun 1 (Pipa Outlet TPBM) memiliki kelimpahan yang paling banyak. Stasiun 2 (Pipa Outlet Pertamina EP) dan stasiun 3 (Pipa Outlet R.U unit 6) memiliki kelimpahan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan stasiun 4, stasiun 5, stasiun 6 dan stasiun 7. Hal ini dikarenakan Stasiun pipa outlet masih mendapatkan pengaruh dari sungai-sungai ataupun muara yang ada disekitarnya,

26 sehingga pada saat musim hujan, aliran arus yang kuat akan mempengaruhi kelimpahan plankton di sekitarnya. Ketersediaan nutrien (nitrat, phosfat dan silikat) diperairanpun sangat berpengaruh terhadap kelimpahan dan jenis fitoplankton yang didapat (Riley1967 dalam Ndraha 2010). 4.1.1 Indeks Keanekaragaman Simpson Keanekaragaman fitoplankton dihitung berdasarkan indeks keanekaragaman Simpsons. Nilai kisaran keanekaragaman fitoplankton selama empat kali sampling dari stasiun 1 sampai dengan stasiun 7 yaitu 0,617-0,875. Indeks keanekaragaman fitoplankton secara keseluruhan dari setiap sampling menunjukkan bahwa tidak ada nilai keanekaragaman yang dibawah 0,6 (Gambar 7). Gambar 7. Nilai Indeks Keanekaragaman Fitoplankton Hal ini menunjukkan Indeks keanekaragaman fitoplankton di perairan Pantai Balongan tidak mengalami penurunan. Nilai yang didapat pada gambar ini tidak menunjukkan pengaruh tumpahan minyak dan masih dikatakan tinggi, karena menurut Odum (1975), ekosistem alam yang tidak mendapat subsidi energi besar, indeks keanekaragamannya akan berkisar dari 0,6-0,8 (tidak ada pencemar), sedangkan bila ekosistem terkena pertubasi (gangguan), misalnya adanya pencemaran atau terjadinya eutrofikasi maka akan terjadi penurunan nilai indeks

27 keanekaragaman jenis planktonnya. Hal ini pun menunjukkan bahwa konsentrasi minyak di perairan Pantai Balongan tidak berpengaruh terhadap fitoplankton. Tingginya keanekaragaman menunjukkan suatu ekosistem yang seimbang dan memberikan peranan yang besar untuk menjaga keseimbangan terhadap kejadian yang merusak ekosistem dan spesies yang dominan dalam suatu komunitas memperlihatkan kekuatan spesies itu dibandingkan spesies lain (Clark1974) dan Krebs (1977). Indeks Keanekaragaman dan indeks dominansi merupakan indeks yang digunakan untuk menilai kestabilan komunitas biota perairan terutama dalam hubungannya dengan kondisi suatu perairan, maka pentingnya untuk diketahui kedua indeks ini. 4.2 Variabel Fisik Kimiawi Perairan Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi variabel fisik dan kimiawi perairan. Variabel fisik dan kimiawi ini terdiri dari arus, kecerahan, suhu perairan, ph, DO, salinitas, nutrien (nitrat, Phosfat dan silikat) dan konsentrasi minyak di perairan. Hasil dari pengamatan fisik dan kimiawi perairan selama empat kali sampling menunjukkan nilai yang bervariasi (Gambar 8 dan Gambar 9). Menurut Wardoyo (1981), suhu air merupakan salah satu faktor abiotik yang memegang peranan penting bagi kehidupan organisme perairan. Hasil pengukuran suhu di perairan Pantai Balongan berkisar antara 29-32,8 o C (Lampiran 4). Hasil pengukuran rata-rata transparansi di setiap stasiun berkisar antara 0,45-1,28 m (Gambar 8). Transparansi paling rendah terdapat di stasiun 3 (Pipa outlet R.U unit 6) dan transparansi tertinggi terdapat di stasiun 7. Hal ini dikarenakan pada stasiun 3, masih terdapat pengaruh dari sungai di sekitarnya, pengendapan sedimen maupun pengaruh tumpahan minyak, sementara stasiun 7 merupakan stasiun terjauh dari kilang karena di stasiun ini sudah tidak mendapat pengaruh dari sedimen dan arus semakin kuat bila dibandingkan dengan stasiun 3. Wardoyo (1981) mengatakan bahwa transparansi yang baik bagi pertumbuhan fitoplankton secara optimal yaitu 30 cm sampai 50 cm.

28 Gambar 8. Variabel Fisik Perairan Kecepatan arus semakin jauh akan semakin menguat. Kecepatan arus berkisar antara 0,0760-0,1056 m s -1. Semakin menuju ke arah laut lepas, maka kekuatan arus semakin kuat. Hal ini dapat terlihat pada grafik di atas. Nilai Suhu pada grafik diatas bervariasi di setiap stasiunnya. Penurunan suhu yang signifikan terjadi pada stasiun 6 dan 7. Hal ini dikarenakan pada saat pengambilan sampel, cuaca seringkali hujan. Nilai ph di perairan Pantai Balongan berkisar antara 7,77-7,95 (Gambar 9). Nilai ph mengalami kenaikan yang signifikan pada stasiun 3 sampai dengan stasiun 5. Kenaikan nilai ph ini bisa disebabkan karena pengaruh dari faktor

29 cuaca. Menurut Harris (1986), derajat keasaman (ph) yang ideal untuk plankton berkisar antara 6-9. Gambar 9. Variabel Kimiawi Perairan Nilai Oksigen terlarut (DO) di perairan pantai balongan berkisar antara 5,45 mg L -1-6,78 mg L -1. Hasil ini menunjukkan bahwa perairan Pantai Balongan kurang produktif karena menurut Basmi (1990), perairan yang konsentrasi oksigennya kurang dari 3 mg L -1 akan mengganggu kehidupan organisme perairan. Jika konsentrasi Oksigen antara 5 mg L -1-7 mg L -1, berarti kurang produktif, dan bila lebih besar dari 7 mg L -1 termasuk perairan produktif. Stasiun 1 merupakan stasiun dengan nilai DO yang paling tinggi bila dibandingkan dengan stasiun lainnya. Nilai ini didukung oleh hasil dari identifikasi fitoplankton (Lampiran 2) yang menunjukkan jumlah sel yang lebih banyak dibandingkan dengan stasiun lain. Perbedaan nilai DO diantara stasiun pun bisa diakibatkan oleh perbedaan suhu di setiap stasiun, semakin tinggi suhu maka DO akan semakin kecil. Salinitas yang diperoleh pada saat pengamatan cenderung konstan di setiap kali sampling, yaitu 28 ppt. Menurut Sachlan (1972), pada kisaran salinitas diatas 20 ppt, fitoplankton kelas Bacillariophyceae akan mendominasi perairan. Konsentrasi DO, ph, suhu, salinitas, kecepatan arus dan transparansi dapat dilihat pada Lampiran 3.

30 Gambar 10. Konsentrasi Silikat, Phosfat dan Nitrat Hasil pengamatan selama empat kali sampling, menunjukkan konsentrasi silikat di perairan Pantai Balongan yaitu 0,13-0,64 mg L -1 (Gambar 10). Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi silikat di setiap stasiun sangat bervariasi di setiap samplingnya. Konsentrasi nitrat di perairan Pantai balongan berada di kisaran antara 0,03-0,17 mg L -1. Konsentrasi tertinggi nitrat berada di stasiun 5, dan terendah berada di stasiun 7, sementara untuk konsentrasi phosfat berada di kisaran 0,2-0,3 mg L -1. Nilai phosfat dari stasiun 1 sampai dengan stasiun 7 menggambarkan tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Hasil uji untuk nutrien (nitrat, phosfat dan silikat) di setiap samplingnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

31 4.3 Sebaran Spasial 4.3.1 Sebaran Spasial Minyak Berdasarkan Laporan Hasil Uji Laboratorium (Lampiran 5), konsentrasi minyak yang terdapat di perairan Pantai Balongan telah melebihi baku mutu air laut (1 mg L -1 ) yang telah ditetapkan oleh Kep.51/MENKLH/2004 untuk biota laut dan untuk wisata bahari (Lampiran 7). Gambar 11. Sebaran Spasial Minyak Sampling 1 Data konsentrasi minyak yang diperoleh, diolah dengan software pemetaan Arc.Gis 10.1 menggunakan metode interpolasi analisis spasial. Pada sampling 1 konsentrasi minyak berkisar antara 2-5 mg L -1 (Gambar 11). Konsentrasi minyak tertinggi berada pada stasiun 1 (pipa outlet) yaitu 5 mg L -1. Stasiun 5 memiliki

32 konsentrasi minyak terendah yaitu 2 mg L -1. Sebaran minyak diduga lebih tinggi di area pesisir dan diduga dipengaruhi oleh arus (Lampiran 6). Gambar 12. Sebaran Spasial Minyak Sampling 2 Konsentrasi minyak pada saat sampling 2 berkisar antara 2-5,5 mg L -1 (Gambar 12). Sebaran minyak untuk sampling 2 menggambarkan konsentrasi minyak tertinggi berada di stasiun 1 (pipa outlet). Stasiun 4 mengalami kenaikan konsentrasi minyak dari sampling sebelumnya yaitu 5 mg L -1. Konsentrasi minyak terendah berada di stasiun 6 yaitu 2 mg L -1, dan tertinggi berada di stasiun 1 yaitu 5,5 mg L -1. Sebaran minyak yang tinggi diperkirakan mulai bergerak menuju ke arah selatan peta dan diduga masih dipengaruhi oleh arus seperti yang digambarkan pada pengambilan data citra satelit (Lampiran 5).

33 Gambar 13. Sebaran Spasial Minyak Sampling 3 Sebaran minyak untuk sampling 3 menggambarkan konsentrasi minyak untuk stasiun 1, 2, 3 dan 4 masih memiliki konsentrasi minyak yang tinggi (Gambar 13). Konsentrasi minyak berkisar antara 2-6,5 mg L -1. Konsentrasi minyak tertinggi berada pada stasiun 4 dengan nilai 6,5 mg L -1 dan terendah berada pada stasiun 6 dengan nilai 2 mg L -1. Sebaran minyak untuk sampling 3 diperkirakan masih dipengaruhi oleh arus (Lampiran 6).

34 Gambar 14. Sebaran Spasial Minyak Sampling 4 Sebaran minyak untuk sampling 4 menggambarkan stasiun 1, 2, 3 dan 4 masih memiliki konsentrasi minyak yang tinggi dan stasiun 5, 6 dan 7 memiliki konsentrasi minyak yang rendah. Konsentrasi minyak berkisar antara 2,5-7 mg L -1 (Gambar 14). Stasiun 4 memiliki konsentrasi minyak tertinggi yaitu 7 mg L -1 dan stasiun 7 memiliki konsentrasi minyak terendah yaitu 2,5 mg L -1. Konsentrasi minyak yang tinggi masih berada disekitar stasiun pipa outlet. Hal ini dipengaruhi oleh arus seperti pada data citra satelit (Lampiran 6). 4.3.2 Sebaran Spasial Fitoplankton Sebaran spasial fitoplankton yang diperoleh, diolah dengan menggunakan software pemetaan Arc.Gis 10.1 dengan mengacu kepada hasil analisis identifikasi fitoplankton (Lampiran 2), sehingga diperoleh hasil seperti pada Gambar 15.

35 Gambar 15. Peta Sebaran Spasial Fitoplankton Sampling 1 Hasil yang diperoleh yaitu konsentrasi minyak yang tinggi berada di stasiun pipa outlet 1, 2 dan 3, namun kelimpahan fitoplankton untuk kelas Bacillariophyceae, Dynophyceae dan Cyanophyceae yang tinggi berada di stasiun pipa outlet 1, 2 dan 3. Kelimpahan Bacillariophyceae tertinggi berada di stasiun 1 yaitu 2850 sel L -1, sementara untuk Dynophyceae kelimpahan tertinggi berada di

36 stasiun 1 yaitu 1800 sel L -1 dan kelimpahan fitoplankton untuk Cyanophyceae tertinggi berada pada stasiun 3 yaitu 450 sel L -1. Gambar 16. Peta Sebaran Spasial Fitoplankton Sampling 2

37 Sebaran spasial minyak yang tinggi berada pada stasiun pipa outlet 1, 2 dan 3. Kelimpahan fitoplankton yang tinggi untuk kelas Bacillariophyceae berada pada stasiun 1 yaitu 2550 sel L -1, untuk kelas Dynophyceae kelimpahan fitoplankton tertinggi berada pada stasiun 3 yaitu 900 sel L -1 dan kelimpahan yang tinggi untuk kelas Cyanophyceae berada pada stasiun 6 yaitu 600 sel L -1 (Gambar 16). Gambar 17. Peta Sebaran Spasial Fitoplankton Sampling 3

38 Sebaran spasial fitoplankton sampling 3 menunjukkan konsentrasi minyak yang tinggi berada pada stasiun 1 dan 4. Kelimpahan fitoplankton tertinggi untuk kelas Bacillariophyceae berada pada stasiun 2 yaitu 1650 sel L -1. Kelimpahan fitoplankton tertinggi untuk kelas Dynophyceae berada pada stasiun 3 yaitu 600 sel L -1 dan kelas Cyanophyceae berada pada stasiun 5 yaitu 900 sel L -1 (Gambar 17). Jika dilihat dari peta spasial minyak sampling 4, konsentrasi minyak tertinggi masih berada pada wilayah stasiun pipa outlet sampai dengan stasiun 4, namun kelimpahan fitoplankton di stasiun pipa outlet menunjukkan nilai yang tinggi. Kelimpahan fitoplankton tertinggi untuk kelas Bacillariophyceae berada pada stasiun 7 yaitu 3300 sel L -1. Kelimpahan fitoplankton tertinggi untuk kelas Dynophyceae berada pada stasiun 4 yaitu 600 sel L -1 dan kelimpahan fitoplankton tertinggi untuk kelas Cyanophyceae berada pada stasiun 3 yaitu 450 sel L -1 (Gambar 18). Hal ini membuktikan bahwa minyak tidak berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton di perairan Pantai Balongan Indramayu.

39 Gambar 18. Peta Sebaran Spasial Fitoplankton Sampling 4 4.4 Hubungan Konsentrasi Minyak Terhadap Kelimpahan Hasil analisis korelasi Pearson antara kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi minyak menunjukkan hubungan korelasi negatif (Tabel 2). Hasil korelasi menunjukkan semakin tinggi konsentrasi minyak maka kelimpahan fitoplankton akan menurun (Lampiran 8).

40 Tabel 2. Korelasi Kelimpahan Fitoplankton dengan Minyak Minyak (mg/l) Kelimpahan (sel/l) Minyak (mg/l) 1 Kelimpahan (sel/l) -0.0638 1 Hasil korelasi ini didukung oleh pernyataan Howart (1989) yang menyatakan bahwa dampak minyak terhadap fitoplankton dapat mematikan atau mengurangi laju fotosintesis dan pertumbuhan fitoplankton (kelimpahan berkurang), akan tetapi pada konsentrasi tertentu minyak dapat merangsang pertumbuhan fitoplankton sehingga dampak minyak akan menjadi sulit diidentifikasi. Analisis regresi kuadratik antara kelimpahan dengan konsentrasi minyak menunjukkan nilai R square sebesar 0,031 (Lampiran 9), yang artinya konsentrasi minyak akan berpengaruh sebesar 3,1 % terhadap kelimpahan fitoplankton, sedangkan 96,9% dipengaruhi oleh faktor lain.