I. PENDAHULUAN. Perairan Lhokseumawe Selat Malaka merupakan daerah tangkapan ikan yang

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmiah Perairan Lhokseumawe Selat Malaka merupakan daerah tangkapan ikan yang subur dengan hasil laut yang bernilai ekonomi tinggi. Hal ini berhubungan dengan kehadiran komunitas plankton pada perairan tersebut baik fitoplankton maupun zooplankton. Kehadiran komunitas fitoplankton di Perairan Selat Malaka, Lhokseumawe menentukan kehadiran zooplankton, planktivorous fish dan piscivorous fish. Fitoplankton memiliki beberapa faktor pembatas yaitu nutrien, suhu, salinitas, angin, curah hujan, cahaya dan kekeruhan (Tan et al. 2006; Rezai et al. 2010; Armbrecht et al. 2014; Liu et al. 2015; Nybaken 2001). Perubahan musim menentukan arah angin dan arah arus. Ekologi Selat Malaka Selat Malaka dipengaruhi dua pergerakan angin yaitu Monsoon Timur Laut (northeast monsoon) yang membawa hujan pada bulan November hingga Maret dan Monsoon Barat Daya (southwest monsoon) berupa musim kemarau pada bulan Mei hingga September. Selain itu terjadi pula dua periode Intermonsoon yang terjadi antara kedua angin monsoon tersebut sehingga membuat kondisi cuaca tidak stabil. Arah angin berubah pada awal perubahan musim. Hujan sering terjadi di Selat Malaka, hujan deras dengan durasi yang singkat tetapi dengan intensitas yang tinggi dapat terjadi kapan saja dalam satu tahun (Chua et al. 1997; Haoliang et al. 2015; Tan et al. 2006; Uktolseya 1988). Arus dominan bergerak dari Laut Cina Selatan menuju Laut Andaman sepanjang tahun. Suhu perairan umumnya konstan dari permukaan hingga dasar, kecuali pada bagian-bagian yang sangat dalam di bagian utara (Uktolseya 1988; Rezai et al. 2004; Rezai et al. 2009). 1

2 2 Perairan Selat Malaka rata-rata dari selatan (Laut Cina Selatan) ke utara (Laut Andaman) memiliki jeluk m. Rezai et al. (2009) melaporkan bahwa suhu perairan Selat Malaka konstan dari permukaan hingga dasar kecuali pada area yang lebih dalam pada bagian utara. Hal ini disebabkan oleh arus pasang (tidal current) yang kuat sehingga menyebabkan vertical mixing. Kisaran suhu rata-rata pada kolum air yaitu 26,1 o C 32,7 o C. Kisaran salinitas rata-rata yaitu 28,7 36,3. Suhu dan salinitas pada bagian utara, tengah dan selatan Selat Malaka hampir seragam, sehingga tidak memperlihatkan variasi kemelimpahan komunitas zooplankton secara spasial. Akan tetapi, cacah individu bagian tengah Selat Malaka memiliki kemelimpahan komunitas zooplankton lebih tinggi dibandingkan bagian lainnya. Hal ini terjadi akibat perairan yang well-mixing. Kemelimpahan zooplankton dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kehadiran fitoplankton sebagai makanan zooplankton. Kemelimpahan zooplankton diperoleh secara haul dalam kolum air. Perubahan salinitas sangat dipengaruhi oleh input air tawar dari sungai besar di Sumatera dan Malaysia. Salinitas berkisar antara 30,80 31,38 ppt di permukaan dan 31,33 31,48 ppt di sekitar dasar perairan. Pada perairan laut lepas rata-rata tahunan DO permukaan perairan berkisar antara 4,03 4,61 mg/l, dan antara 3,5 3,88 mg/l pada dasar perairan. Salinitas rata-rata di permukaan adalah 33,6 sepanjang tahun (Chua dan Yu 1997; Rezai et al 2005; Uktolseya 1988). Pasang surut di Selat Malaka terjadi semi-diurnal, dengan dua kali pasang dan dua kali surut setiap bulan lunar. Arus sebagian besar berasal dari timur laut (Laut Cina Selatan) dengan kecepatan 1,8 2,5 km/jam pada semua periode monsoon. Kondisi gelombang sangat dipengaruhi oleh angin pada setiap periode monsoon dan dapat menyebabkan terjadi

3 3 upwlling. Gelombang terbesar terjadi sepanjang Monsoon Timur Laut (Chua dan Yu 1997; Uktolseya 1988). Upwelling terjadi pada daerah coastal dan daerah ekuator. Coastal upwelling terjadi di sepanjang tepi pantai. Angin dan Coriolis effect menyebabkan air dari jeluk 200 meter naik ke permukaan. Ekuator upwelling terjadi di sepanjang ekuator. Coriolis effect mengarah ke barat mengikuti arus. Pada belahan bumi utara air mengarah ke utara ekuator, sedangkan pada belahan bumi selatan air mengarah ke selatan ekuator (Nybaken 2001). Kemelimpahan komunitas fitoplankton karena peningkatan nutrien. Peran fitoplankton Fitoplankton merupakan organisme mikroskopi yang bergerak bergantung kepada gerakan air. Selain itu, Fitoplankton merupakan produsen di perairan. Fitoplankton memiliki ukuran dari 2µm 2cm. Plankton yang berukuran 20µm 200cm dicuplik dengan dengan plankton net standart sehingga disebut net plankton (Nybaken 2001). Perannya sangat penting pada rantai makanan di perairan yaitu sebagai sumber energi untuk zooplankton di dalam jejaring makanan. Fitoplankton juga berperan sebagai kunci kehadiran by cacth, ikan kecil hasil sampingan tangkapan nelayan. Produktivitas primer di perairan 95% dihasilkan oleh pelagic phytoplankton (Nybaken 2001). Produktivitas primer dihasilkan oleh plankton yaitu fitoplankton. Pada perairan eutrofikasi, faktor utama yang meregulasi pertumbuhan komunitas fitoplankton adalah grazing oleh zooplankton. Tidak semua fungsional grup disukai dan dapat dimangsa oleh zooplankton (Horn dan Goldman 1994; Cottingham 1999; Agasild et al. 2007; Den et al. 2002). Fitoplankton dibedakan antara lain diatom, diatom sentrik, alga uniseluler, alga koloni, alga filamen, dan dinoflagellata (Nybaken 2001; Horn dan Goldman 1994; Bougis 1976).

4 4 Diatom merupakan fitoplankton yang kosmopolitan dan komunitas fitoplankton dominan di tropica-temperate serta fitoplankton yang memerlukan energi lebih sedikit untuk pertumbuhan dibandingkan dengan fungsional grup lain (Armbrecht et al. 2015; Suthers dan Rissik 2008). Diatom pennate memiliki aktivitas fotosintesis yang tinggi dan merupakan fitoplankton yang disukai oleh zooplankton (Horn dan Goldman 1994; Fleming 2014). Dinoflagellata merupakan kelompok fitoplankton uniseluler yang memiliki flagella sebagai alat gerak dalam air, distribusinya lebih banyak ditemukan di laut dari pada di perairan tawar, dan kebanyakan memiliki spines (Suthers dan Rissik 2008; Nybaken 2001). Fitoplankton dapat mengubah senyawa-senyawa anorganik menjadi senyawa-senyawa organik di perairan. Apabila grazing zooplankton tinggi, fitoplankton dengan ukuran besar lebih dominan dan fitoplankton dengan ukuran kecil akan berkurang (Horn dan Goldman 1994; Cottingham 1999; Suthers dan Rissik 2008; Wetzel 2001). Kehadiran fitoplankton ditentukan oleh faktor fisiko-kimia berupa cahaya, nutrien, suhu, pola air seperti arus dan upwelling, serta jeluk (Nybaken 2001; Horn dan Goldman 1994). Di tropika, pertumbuhan fitoplankton akan berlangsung terus secara kontinum selama nutrien tersedia. Sebaliknya, di temperate merespons pada perubahan musim bergantung pada ketersediaan nutrien, stratifikasi suhu, pergerakkan fitoplankton, kompetisi antar fitoplankton dan predasi oleh zooplankton dan parasitisme oleh protozoa, jamur, bakteri dan virus (Horn dan Golman 1994). Sejauh ini, penelitian fitoplankton yang telah dilakukan di Selat Malaka adalah tentang klorofil-a. Tan et al. (2006) melaporkan bahwa pada bagian utara Selat Malaka klorofil-a meningkat dari November-Maret. Klorofil-a pada November meningkat dari selatan Penang ke Pulau Langkawi sampai ke barat dan meningkat

5 5 sampai barat laut pada Januari. Selama monsoon barat daya klorofil a dibagian utara menjadi rendah. Selama monsoon timur laut, klorofil a di utara Selat Malaka meningkat dua kali daripada monsoon barat daya. B. Permasalahan Ilmiah dan Pertanyaan Penelitian Permasalahan Fitoplankton berperan sebagai produsen dalam jejaring makanan di perairan. Kehadiran fitoplankton menentukan kehadiran level tropik selanjutnya. Distribusi dan kemelimpahan fitoplankton baik spasial maupun temporal dalam kolum air direspon oleh zooplankton, ikan-ikan kecil dan ikan besar. Sejauh ini informasi status fitoplankton di Selat Malaka hanya berupa klorofil a, belum ada tentang kekayaan jenis dan distribusinya di daerah tangkapan ikan nelayan di Selat Malaka. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka pada setiap musim dan lokasi kajian dalam kolum air dipertanyakan: 1) Fungsional grup apa saja yang menyusun komunitas fitoplankton?; 2) Fungsional grup apa yang dominan?; 3) Berapa cacah spesies dan cacah individu penyusun komunitas fitoplankton?; 4) Bagaimana kondisi fisiko-kimia perairan yang meliputi suhu air, suhu udara, salinitas air, ph air, kekeruhan dan nutrien air berupa NO3 dan PO4? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari distribusi dan kemelimpahan komunitas fitoplankton serta kualitas perairan di Selat Malaka baik secara spasial maupun temporal di dalam kolum air. Secara spesifik, tujuan penelitian ini untuk mempelajari dalam kolum air berupa: 1) Fungsional grup penyusun komunitas fitoplankton dan fungsional grup yang dominan; 2) Cacah spesies dan cacah individu penyusun komunitas fitoplankton; 3) Kondisi fisiko-kimia perairan yang

6 6 meliputi suhu air, suhu udara, salinitas air, ph air, kekeruhan dan nutrien air berupa NO3 dan PO4? D. Cakupan Kajian Fitoplankton laut merupakan produsen di lautan. Distribusi dan kemelimpahan fitoplankton menentukan kehadiran zooplankton, planktivorous fish dan piscivorous fish. Komunitas fitoplankton akan dipelajari dalam kolum air di Perairan Lhokseumawe Selat Malaka di daerah tangkapan ikan nelayan. Pencuplikan sampel dilakukan pada musim Intermonsoon dan Monsoon Barat Daya. Ada tiga stasiun pengambilan sampel yaitu stasiun 1 (selatan) dengan jarak 3,54 mil dari pantai, stasiun 2 (tengah) dengan jarak 4,27 mil dari pantai dan stasiun 3 (utara) dengan jarak 4,67 mil dari pantai. Setiap stasiun dilakukan pencuplikkan pada lima jeluk dalam kolum air di pusat distribusi tangkapan ikan nelayan. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1) Menambah pengetahuan ekologi fitoplankton di perairan laut tropika. 2) Sebagai masukan kepada para pihak pengambil kebijakan antara lain Kementrian Kelautan dan Perikanan, Bappeda, dan DKP untuk pengelolaan hasil tangkapan. 3) Informasi perairan tropika di Selat Malaka.