BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan

dokumen-dokumen yang mirip
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

BAB VI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10

Laporan Hasil Pengamatan Praktikum Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON- ELEKTROLIT

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT (Diskusi Informasi) INFORMASI Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan zat pelarut.

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

SOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK

Peranan elektron dalam pembentukan ikatan kimia

UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB KIM ) 3.8 Menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya

Nama : Kelompok : Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X 5 /2 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit.

SMA N 1 PALIMANAN Jl. KH. Agus Salim no. 128 PALIMANAN KABUPATEN CIREBON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Boud (Zulharman, 2007) peer assessment merupakan proses

PEMETAAN / ANALISIS SK-KD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/ Semester : X/2 Alokasi Waktu : 3x40 menit

SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA

LEMBARAN SOAL 11. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH )

BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN. merumuskan indikator dan konsep pada submateri pokok kenaikan titik didih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian Penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sifat Dasar Larutan Kelarutan Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Efektifitas pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri

LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

LATIHAN SOAL IKATAN KIMIA

Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Bab V Ikatan Kimia. B. Struktur Lewis Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit terluarnya. Gambaran terjadinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cara. Secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak

Hal-Hal yang Harus Diperbaiki dalam Sistem Pendidikan di Indonesia

ANALISIS SKL-KI-KD. SKL KI KD Indikator Indikator keterampilan 1. Menghayati Mensyukuri keteraturan struktur dan

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstualitas pada materi

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

SKL- 3: LARUTAN. Ringkasan Materi. 1. Konsep Asam basa menurut Arrhenius. 2. Konsep Asam-Basa Bronsted dan Lowry

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 3. ASAM, BASA, DAN GARAMLatihan Soal 3.5

BAB III METODE PENELITIAN

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

ANALISIS SKL-KI-KD. SKL KI KD Indikator Indikator keterampilan 1. Menghayati Mensyukuri keteraturan struktur

Partikel Materi. Partikel Materi

STOIKIOMETRI LARUTAN. Andian Ari Anggraeni, M.Sc

D. 3 dan 4 E. 1 dan 5

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution)

LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

DAFTAR LAMPIRAN...xi

LATIHAN SOAL IKATAN KIMIA

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

KIMIA 2 KELAS X. D. molekul-molekul kovalen yang bereaksi dengan air E. molekul-molekul kovalen yang bergerak bebas di dalam air

BAB II ISI. Sumber gambar: (salirawati, 2008)

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi

Skala ph dan Penggunaan Indikator

BAB II LANDASAN TEORI. Muatan-muatan listrik yang bergerak akan menghasilkan arus listrik.

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak

Konduktimeter dan Analisis Konduktometri

I. Nama Percobaan : Daya Hantar Listrik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I. Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

Sulistyani, M.Si.

Bab IV Hasil dan Diskusi

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

AMALDO FIRJARAHADI TANE

AMALDO FIRJARAHADI TANE

LABORATORIUM KIMIA DAN BIOKIMIA PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

KIMIa ASAM-BASA II. K e l a s. A. Kesetimbangan Air. Kurikulum 2006/2013

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai temuan penelitian dan

RINGKASAN MATERI PETA KONSEP KIMIA

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat dekat dengan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

KONDUKTOMETRI OLEH : AMANAH FIRDAUSA NOFITASARI KIMIA A

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

BAB III METODE PENELITIAN

INTRUKSI Kompetensi Dasar Indikator Sumber Belajar

DAYA HANTAR LISTRIK 1. Tujuan Percobaan 2. Dasar Teori

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab 16. Asam dan Basa

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengalaman. Definisi lain mengenai belajar adalah proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individu maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing. Pengertian belajar menurut Sudjana dalam Diniresna (2004), Belajar adalah suatu proses perubahan yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Menurut taksonomi Benyamin. S. Bloom (Arifin, 2003), perubahan tingkah laku (kemampuan) yang diharapkan dapat terjadi pada diri siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran sebagai hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga domain (kawasan/ ranah) yaitu domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotor. 1. Domain kognitif (pengetahuan) merupakan sekelompok perubahan tingkah laku (kemampuan) yang dipengaruhi oleh kemampuan berpikir atau kemampuan intelektual. Hasil belajar yang bersifat kognitif sebagai kemampuan yang tersusun dari taraf yang terendah dan tertinggi yaitu meliputi enam jenjang kemampuan, yakni hafalan (ingatan), pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. 7

8 2. Domain afektif (sikap atau nilai) merupakan sekelompok perubahan tingkah laku (kemampuan) yang dipengaruhi oleh perasaan, sikap, dan nilai. Hasil belajar yang bersifat afektif yaitu mencakup pemilikan minat, sikap, dan nilai-nilai yang ditanamkan melalui proses belajar-mengajar. 3. Domain psikomotorik merupakan keterampilan fisik/ otot atau motorik. Hasil belajar yang bersifat psikomotor, mencakup kemampuan yang berupa keterampilan fisik (motorik) atau keterampilan manipulatif. 2.2 Konsep 2.2.1 Belajar Konsep Menurut Rosser (Dahar, 1989) konsep adalah suatu abstrak yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Konsep-konsep yang dibentuk setiap orang mungkin berbeda karena setiap orang mengalami stimulus yang berbeda-beda. Konsep-konsep merupakan dasar untuk berpikir, untuk belajar aturan-aturan, dan pada akhirnya digunakan untuk memecahkan masalah. Belajar menurut Ausubel (Dahar, 1989) dapat diklasifikasikan menjadi dua dimensi, yaitu dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan, dan dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif berupa fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang lebih dipelajari dan diingat oleh siswa. Pada dimensi pertama, informasi dapat dikomunikasikan kepada

9 siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Sedangkan pada dimensi kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya. 2.2.2 Tingkat Pemahaman Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti mengerti benar akan sesuatu hal. Arifin, dkk. (2000) mengemukakan bahwa kemampuan pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi yang dipelajarinya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan: a. Menerjemahkan materi dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain (misalnya dari bentuk kata-kata ke bentuk angka-angka). b. Menginterpretasikan materi dalam arti menjelaskan atau meringkas materi yang dipelajarinya. c. Meramalkan arti/ kecenderungan masa yang akan datang (meramalkan akibat sesuatu). Tiga Tingkat Representasi Kimia Terdapat tiga tingkat representasi kimia, yaitu level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik. Hubungan ketiga level tersebut digambarkan oleh Johnstone (1993) sebagai berikut:

10 makroskopik mikroskopik simbolik Gambar 2.1 Tingkat Representasi Kimia a. Level makroskopik adalah fenomena-fenomena yang dapat diamati, baik di laboratorium ataupun dalam kehidupan sehari hari secara langsung, atau merupakan fenomena yang dapat diindera: dilihat, dicium, didengar, atau dirasakan. b. Level mikroskopik adalah menunjukkan suatu penjelasan proses kimia dari fenomena-fenomena yang terjadi di alam maupun yang dipelajari di laboratorium dalam bentuk susunan dan gerakan molekul, atom, atau partikel subatom (Wu, 2000). c. Level simbolik adalah lambang, rumus kimia, persamaan reaksi atau persamaan matematik, grafik, diagram, dan sebagainya. Pencapaian pemahaman yang utuh dalam kimia, yaitu dengan meningkatkan kemampuan menjelaskan dan mendeskripsikan level makroskopik (eksperimen), mikroskopik (atom, molekul, ion), dan simbolik (lambang, rumus, persamaan), serta menghubungkan ketiga level tersebut dengan tepat sebab dengan adanya pemaduan ketiga level tersebut, penguasaan kimia akan menjadi lebih bermakna (Sopandi, W dan Murniati, 2007). Tidak dipahaminya konsep pada level mikroskopik dapat menyebabkan konsep yang dipelajari siswa

11 menjadi tidak bermakna, yang pada akhirnya hal tersebut akan berdampak pada minat belajar dan hasil belajar siswa, terutama pemahaman yang akan dicapai oleh siswa. Pemahaman suatu konsep dalam kimia merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu dan merupakan target yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kimia biasanya dimulai dengan membicarakan atau mengamati berbagai fenomena yang terjadi (level makroskopik). Pada tahap ini, perhatian siswa mulai meningkat dengan adanya ketertarikan terhadap apa yang dilihatnya serta motivasi siswa mulai tumbuh pada tahap ini. Berdasarkan faktafakta atau fenomena tertentu, siswa dapat mengamati suatu gejala kimia secara langsung dengan menggunakan inderanya. Gejala makroskopik dapat dipahami jika siswa memahami struktur zat (materi) dan perubahannya karena gejala makroskopik merupakan akibat terjadinya perubahan struktur suatu zat. Akan tetapi perhatian siswa mulai menurun jika fenomena tersebut dituliskan ke dalam bahasa kimia dalam bentuk rumus-rumus, atau dalam bentuk persamaan reaksi (level simbolik). Lompatan dari tingkatan fenomena ke tahap abstraksi dapat menimbulkan kesulitan bagi siswa, sehingga diperlukan tahap yang memperkenalkan perubahan model struktur yang terjadi pada fenomena kimia yang teramati, yaitu melalui penjelasan level mikroskopik. Namun siswa tidak dapat menjelaskan apa yang terjadi sesungguhnya pada level mikroskopik dari fakta-fakta yang diamatinya pada level makroskopik, sehingga untuk konsep kimia yang bersifat abstrak, siswa harus dibekali pemahaman level mikroskopik di samping level makroskopik dan simbolik. Gejala kimia yang dapat diamati

12 pada level makroskopik dapat dijelaskan dengan perilaku dan sifat-sifat atom pada level mikroskopik. Jika siswa tidak memiliki pemahaman kimia level mikroskopik yang benar, maka dapat terjadi miskonsepsi dan kesulitan dalam belajar kimia akan semakin banyak terjadi. Menurut penelitian Murniati (2007), penyebab terjadinya miskonsepsi level mikroskopik adalah jarangnya/ tidak adanya visualisasi level tersebut dalam buku pegangan siswa dan tidak diperkenalkannya visualisasi level mikroskopik pada saat pembelajaran kimia berlangsung. Berdasarkan hasil penelitian Yuliani (2008), pada umumnya siswa termasuk ke dalam kategori paham sebagian dengan spesifik miskonsepsi (97,7%) pada setiap konsep dalam materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit, yaitu siswa mampu menjawab soal representasi mikroskopik secara tulisan atau verbal benar, namun tidak mampu menggambarkan keadaan partikelpartikel pada larutan elektrolit maupun nonelektrolit dengan lengkap. Keadaan tersebut dikarenakan buku teks yang digunakan serta proses pembelajaran yang dilakukan merupakan salah satu penyebab miskonsepsi yang terjadi pada hasil belajar siswa pada level mikroskopik. Level mikroskopik ini dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengkonkretkan suatu konsep yang bersifat abstrak, sehingga pemahaman siswa akan tercapai dengan utuh pada suatu konsep tertentu. 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa 2.3.1 Minat Siswa Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi dari siswa itu sendiri, terutama dari minat siswa dan motivasi siswa untuk mempelajari kimia. Adanya minat siswa

13 terhadap konsep kimia dapat dijadikan modal awal untuk meningkatkan hasil belajar level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik siswa, sehingga konsep kimia yang bersifat abstrak dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Carter dan Brick House dalam Nahum et. al (2004), many student say that chemistry is difficult. These perceived difficulties one part of the context in which these students develop chemical concepts and problem-solving skills. Jadi, anggapan siswa bahwa kimia itu sulit ternyata dapat mengembangkan konsep kimia siswa dan kemampuan memecahkan masalah siswa karena siswa akan termotivasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam pelajaran Kimia. Walaupun kimia dianggap sulit oleh pada umumnya siswa, akan tetapi siswa menganggap kimia itu merupakan mata pelajaran yang disukai. Kesukaan siswa terhadap kimia dapat memotivasi siswa untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam kimia. Menurut Arifin, M. dkk (2000), keinginan belajar untuk setiap orang berbeda, bergantung pada ada tidaknya dorongan pada diri setiap individu. Dorongan untuk belajar bisa datang dari dirinya sendiri, yang disebur motivasi intrinsik, bisa juga datang dari luar dirinya yang disebut motivasi ekstrinsik. Dorongan belajar ini kadarnya berbeda untuk setiap individu bergantung pada perkembangan kognitif anak atau siswa. Tidak diragukan lagi bahwa motivasi untuk belajar merupakan faktor penting bagi kesuksesan pembelajaran dan guru akan mendapatkan masalah ketika tidak semua siswa memiliki motivasi untuk memahami. Motivasi siswa untuk belajar dapat diklasifikasikan sebagai motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi merupakan langkah awal bagi siswa

14 untuk memahami sesuatu, terlebih lagi bila motivasi siswa sudah berasal dari diri sendiri (motivasi intrinsik). 2.3.2 Proses Pembelajaran Menurut Arifin, M. dkk (2000), pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa yang direncanakan guru untuk dialami siswa selama kegiatan belajar mengajar. Guru merupakan salah satu unsur penting yang harus ada dalam pendidikan. Peranan dan tanggungjawab seorang guru akan menentukan pencapaian keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Sesuai dengan tiga tugas utama guru, yaitu sebagai perencana, pelaksana, dan penilai, guru harus merencanakan program pembelajaran, terutama dalam penyusunan rencana pembelajaran dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana pembelajaran merupakan langkah awal dari suatu manajemen pembelajaran yang berisi kebijakan strategis tentang pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan. Dengan adanya RPP, diharapkan dapat membantu dalam pencapaian tujuan yang diharapkan karena semuanya sudah dirancang sedemikian rupa dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa. RPP yang telah disusun oleh guru diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran mempengaruhi tingkat pemahaman yang akan dicapai oleh siswa, yang merupakan target yang hendak dicapai dari suatu proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan produktif bila guru memiliki kemampuan dalam menciptakan suasana belajar

15 yang menyenangkan, serta memiliki kemampuan dalam menyampaikan, menginformasikan, dan menjabarkan materi dengan komunikatif dan sistematis sesuai dengan tingkat kematangan dan daya serap siswa. Dalam proses pembelajaran, salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh guru adalah keterampilan dalam menjelaskan materi. Menjelaskan adalah menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematik dengan menunjukkan hubungan yang mudah dipahami oleh siswa. Guru diindikasikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran karena guru merupakan salah satu penyebab bagi terjadinya proses pembelajaran walaupun tidak setiap hasil belajar siswa merupakan akibat dari guru mengajar. Selain itu, guru juga membimbing siswa dalam mempelajari dan memahami konsep-konsep yang diberikan dalam proses pembelajaran karena pemahaman konsep merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dari proses pembelajaran. 2.3.3 Buku Teks Selain proses pembelajaran, faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah buku teks. Pada umumnya, buku pelajaran (disebut juga buku teks) merupakan salah satu sumber yang digunakan oleh siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Di dalam buku teks terkandung beberapa materi pembelajaran. Materi pembelajaran merupakan sumber yang efektif karena di dalamnya memuat konsep-konsep keilmuan bidang studi tertentu yang menjadi salah satu tatanan pembentukan manusia berilmu, juga sebagai sarana melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual (Yuliani, 2008).

16 Jika di dalam buku teks terkandung materi pembelajaran, maka buku teks merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Tersedianya sumber belajar dengan memanfaatkan media pembelajaran secara tepat dapat mendorong siswa dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran, salah satunya adalah hasil belajar siswa. 2.4 Tinjauan Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Larutan Nonelektrolit 2.4.1 Larutan Larutan merupakan campuran homogen dari dua zat atau lebih. Suatu larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (selvent). Suatu larutan sudah pasti memiliki satu fasa/ fasa tunggal (Mulyani, 2003). Larutan dapat digolongkan berdasarkan wujud dari pelarutnya dan berdasarkan daya hantarnya. Berdasarkan wujud dari pelarutnya, larutan dapat digolongkan ke dalam larutan padat, larutan cair, dan larutan gas. Zat terlarut dalam ketiga fasa tersebut juga dapat berupa padat, cair, atau gas. Campuran gas selalu membentuk larutan karena semua gas dapat saling campur dalam berbagai perbandingan. Larutan berwujud padat dinamakan aliasi, contohnya perunggu, kuningan, dan paduan logam yang lain. Contoh larutan berwujud cair adalah larutan gula, dan contoh larutan berwujud gas adalah udara. Sedangkan berdasarkan daya hantarnya, larutan digolongkan ke dalam larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.

17 2.4.2 Gejala Hantaran Listrik pada Larutan Arus listrik dapat terjadi karena adanya aliran elektron, yaitu suatu partikel yang bermuatan negatif. Arus listrik dapat mengalir melalui suatu penghantar, yaitu suatu konduktor. Contoh konduktor adalah logam tembaga dalam kabel listrik. Lalu bagaimana larutan yang berwujud cair dapat menghantarkan listrik? Daya hantar larutan dapat diuji dengan alat uji elektrolit seperti gambar di bawah ini. Gambar 2.2 Alat Uji Elektrolit (Sumber: www.e-dukasi.net) Keterangan: 1. Batu baterai 5. Elektroda 2. Kabel penghubung 6. Larutan yang diuji 3. Bola lampu 7. Gelas kimia 4. Elektroda

18 2.4.3 Larutan Elektrolit dan Larutan Nonelektrolit Berikut ini adalah data hasil percobaan daya hantar berbagai larutan. Tabel 2.1 Hasil Percobaan Daya Hantar Berbagai Larutan Bola Lampu Gelembung Gas No Bahan Uji Menyala Menyala Tidak Ada Ada Tidak terang redup menyala (banyak) (sedikit) ada 1. NaCl (aq) 2. Air ledeng 3. CH 3 COOH (aq) 4. Alkohol 70% 5. NaOH (aq) 6. NH 4 OH (aq) 7. Larutan Gula 8. H 2 SO 4 (aq) Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan digolongkan ke dalam larutan elektrolit dan nonelektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Contoh: larutan NaCl, air ledeng, larutan CH 3 COOH, larutan NaOH, larutan NH 4 OH dan larutan H 2 SO 4. Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Contoh: alkohol 70 %, larutan urea CO(NH 2 ) 2, dan larutan gula. Jadi, dengan adanya zat terlarut tertentu di dalam air menyebabkan larutannya dapat menghantarkan arus listrik. Zat terlarut inilah yang dinamakan zat elektrolit. Zat elektrolit adalah zat-zat terlarut dalam air yang membentuk larutan elektrolit. Zat-zat elektrolit dapat berupa senyawa ion atau senyawa kovalen polar.

19 Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik memberikan gejala berupa nyala lampu pada alat uji elektrolit atau timbulnya gelembung gas di sekitar elektroda. Larutan yang menunjukkan gejala-gejala tersebut pada uji elektrolit tergolong ke dalam larutan elektrolit. Sedangkan bagi larutan yang tidak menunjukkan adanya gejala-gejala tersebut berarti larutan tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik, dan larutan tersebut digolongkan ke dalam larutan nonelektrolit. Menurut Svante August Arrhenius (1884), zat-zat elektrolit dalam air akan terurai sempurna menjadi ion positif (disebut kation) dan ion negatif (disebut anion) yang dapat bergerak bebas. Contoh: NaCl (s) Na + (aq) + Cl - (aq) HCl (g) H + (aq) + Cl - (aq) CH 3 COOH (s) CH 3 COO - (aq) + H + (aq) Ion-ion bermuatan listrik tersebut dapat bergerak bebas sehingga memiliki kemampuan untuk menghantarkan arus listrik yang menyebabkan lampu pada alat uji elektrolit dapat menyala dan terbentuknya gelembung gas di sekitar elektroda. Semakin banyak jumlah ion, semakin kuat daya hantarnya, dan semakin terang nyala lampu dan semakin banyak gelembung gas yang dihasilkan. Dengan demikian, adanya ion-ion bermuatan inilah larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik, arus listrik positif dan arus listrik negatif akan mengalir di dalam larutan karena diteruskan oleh adanya ion-ion bermuatan

Cl - Cl - H 2 O 20 tersebut. Berikut ini merupakan contoh model mikroskopik zat elektrolit dalam air, yaitu: Keterangan: Gambar 2.3 Model Mikroskopik HCl dalam Air H + OH - Sedangkan untuk larutan nonelektrolit, tidak terjadi gejala-gejala adanya penghantaran arus listrik. Hal ini dikarenakan zat nonelektrolit tidak akan terurai menjadi ion-ion jika dilarutkan dalam air, melainkan tetap berada dalam bentuk molekul-molekulnya. Karena di dalam larutan tidak terdapat ion-ion yang bergerak bebas, maka larutan tidak dapat menghantarkan arus listrik, sehingga

21 lampu pada alat uji elektrolit tidak menyala dan tidak terbentuknya gelembung gas. Berikut ini merupakan contoh model mikroskopik urea dalam air. Keterangan: Gambar 2.4 Model Mikroskopik CO(NH 2 ) 2 dalam Air CO(NH 2 ) 2 H 2 O H + OH -

22 2.4.4 Kekuatan Elektrolit Kemampuan menghantarkan arus listrik dari larutan elektrolit berbedabeda, dan pada umumnya bergantung pada kemampuan elektrolit itu terurai menjadi ion-ionnya di dalam air. Berdasarkan kemampuan terionisasi (daya hantar listriknya), larutan elektrolit terdiri dari larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah. 2.4.4.1 Larutan Elektrolit Kuat Elektrolit kuat adalah zat elektrolit yang terurai sempurna menjadi ionionnya di dalam air, yang dicirikan dengan derajat ionisasi (α) yang tinggi, atau α 1, sehingga larutan elektrolit kuat dapat menghantarkan arus listrik dengan baik. Pada saat dilewatkan ke dalam larutan elektrolit kuat, elektron dihantarkan melalui ion-ion dalam larutan, yang mengakibatkan lampu pada alat uji elektrolit akan menyala dengan terang dan dihasilkan banyak gelembung gas di sekitar elektroda. Nyala lampu uji terang dan gelembung gas yang terbentuk menunjukkan bahwa larutan elektrolit yang digunakan menghasilkan banyak ion (elektrolit kuat). Berdasarkan data hasil percobaan daya hantar berbagai larutan pada Tabel 2.1, yang termasuk larutan elektrolit kuat adalah larutan NaCl, larutan NaOH, dan larutan H 2 SO 4. Contoh lain larutan elektrolit kuat adalah larutan HCl, larutan KCl, dan lain-lain. Persamaan reaksi pelarutan NaCl dalam air dapat ditulis sebagai berikut: NaCl (s) Na + (aq) + Cl - (aq)

23 Gambar 2.5 Model Mikroskopik NaCl dalam Air Keterangan: Na + Na + Cl - Cl - H 2 O H + OH - Padatan NaCl merupakan suatu senyawa ion, yang dalam keadaan kristal sudah berada sebagai kristal ion, tetapi ion-ion itu terikat satu sama lain yang tertata secara teratur dengan rapat dan kuat, sehingga ion-ion dalam kristalnya tidak bebas bergerak. Jadi dalam keadaan kristal (padatan), NaCl tidak dapat menghantarkan arus listrik. Akan tetapi, bila padatan NaCl dilarutkan dalam air akan membentuk larutan NaCl. NaCl akan terurai sempurna di dalam air membentuk ion Na + dan ion Cl -.

24 Pergerakan ion Na + dan ion Cl - dalam larutan jauh lebih bebas, sehingga dengan adanya ion Na + dan ion Cl - bebas dalam larutan menyebabkan larutan NaCl bersifat menghantarkan arus listrik. Ion Na + akan tertarik ke elektroda negatif/ kutub negatif (katoda) dan ion Cl - akan tertarik ke elektroda positif/ kutub positif (anoda). Pergerakan ini menghantarlkan arus listrik. Cl - Ion positif bergerak menuju elektroda negatif (kutub negatif) Na + Na + Cl - Ion negatif bergerak menuju elektroda positif (kutub positif) Na + Cl - Na + Cl - Gambar 2.6 Model Mikroskopik Arah Pergerakan Ion Positif dan Ion Negatif

25 2.4.4.2 Larutan Elektrolit Lemah Elektrolit lemah adalah zat elektrolit yang hanya terurai sebagian membentuk ion-ionnya di dalam air, yang dicirikan dengan derajat ionisasi (α) yang rendah, atau 0<α<1, sehingga larutan elektrolit lemah tidak dapat menghantarkan arus listrik dengan baik. Di dalam air, sebagian besar zat terlarut berada dalam bentuk molekul netral dan hanya sedikit berada dalam bentuk ionionnya. Zat terlarut dalam larutan elektrolit lemah hanya akan terurai sebagian, sehingga jumlah ion-ion dalam larutan elektrolit lemah tidak sebanyak yang terdapat pada larutan elektrolit kuat pada konsentrasi yang sama. Karena jumlah ion-ion yang terdapat dalam larutan tidak terlalu banyak, elektron yang dapat dihantarkan melalui ion-ion dalam larutan juga sedikit. Akibatnya, nyala lampu yang dihasilkan pada alat uji elektrolit adalah redup, serta gelembung gas yang dihasilkan di sekitar elektroda juga sedikit. Nyala lampu uji redup dan sedikitnya gelembung gas yang terbentuk menunjukkan bahwa larutan elektrolit yang digunakan menghasilkan sedikit ion (elektrolit lemah). Nyala lampu yang redup menunjukkan bahwa larutan elektrolit lemah tidak dapat menghantarkan arus listrik dengan baik, artinya bahwa larutan elektrolit lemah memiliki daya hantar arus listrik yang lemah. Berdasarkan data hasil percobaan daya hantar berbagai larutan, yang termasuk larutan elektrolit lemah adalah air ledeng, larutan CH 3 COOH, dan larutan NH 4 OH. Contoh lain dari larutan elektrolit lemah adalah larutan Al(OH) 3, dan lain-lain. Reaksi pelarutan CH 3 COOH dalam air dapat ditulis sebagai berikut: CH 3 COOH (s) H + (aq) + CH 3 COO - (aq)

26 Gambar 2.7 Model Mikroskopik CH 3 COOH dalam Air Keterangan: CH 3 COOH CH 3 COO - H 2 O H + OH -

27 Berdasarkan uraian di atas, maka kekuatan daya hantar listrik dari suatu larutan elektrolit bergantung dari jumlah ion-ion yang ada dalam larutan. Perbedaan antara larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini. Tabel 2.2 Perbedaan Larutan Elektrolit Kuat dan Larutan Elektrolit Lemah Larutan Elektrolit Kuat Larutan Elektrolit Lemah 1. Zat terlarut akan terurai sempurna dalam air. 2. Zat terlarut berada dalam bentuk ion-ionnya dalam air, dan tidak ada zat terlarut dalam bentuk molekul netral. 3. Jumlah ion dalam larutan relatif banyak. 4. Daya hantar listrik kuat. 5. Lampu uji menyala terang. 6. Contoh: NaCl (aq), NaOH (aq), HCl (aq), H 2 SO 4 (aq) 1. Zat terlarut hanya terurai sebagian dalam air. 2. Zat terlarut sebagian besar berada dalam bentuk molekul netral dan hanya sedikit berbentuk ionionnya dalam air. 3. Jumlah ion dalam larutan relatif sedikit. 4. Daya hantar listrik lemah. 5. Lampu uji menyala redup. 6. Contoh: CH 3 COOH (aq), HCN (aq), NH 4 OH (aq), Al(OH) 3 (aq) 2.4.5 Senyawa-senyawa Pembentuk Larutan Elektrolit 2.4.5.1 Senyawa Ion Senyawa ion adalah semua senyawa yang terbentuk berdasarkan ikatan ion. Contoh senyawa ion adalah NaCl, KBr, CaCl 2, CaO, NaOH, Na 2 SO 4, dan lain-lain. Pada umumnya, senyawa ion berada sebagai kristal ion, di mana ion

28 positif dan ion negatifnya terikat satu sama lain yang tertata secara teratur dengan rapat dan kuat, sehingga ion-ion dalam kristalnya tidak bebas bergerak, sehingga senyawa ion dalam bentuk kristal (padatannya) tidak dapat menghantarkan arus listrik. Ketika dilarutkan dalam air, kristal ion pecah dan membentuk ion positif dan ion negatif. Pergerakan ion-ion dalam larutan jauh lebih bebas, sehingga dengan adanya ion-ion bebas dalam larutan menyebabkan larutan senyawa ion bersifat menghantarkan arus listrik. Ion positif akan tertarik ke elektroda negatif/ kutub negatif (katoda) dan ion negatif akan tertarik ke elektroda positif/ kutub positif (anoda). Pergerakan ini menghantarkan arus listrik. Kristal ion akan meleleh bila dipanaskan. Dalam keadaan lelehannya, ionion akan memiliki pergerakan yang lebih bebas, sehingga lelehan senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik. 2.4.5.2 Senyawa Kovalen Polar Padatan dan lelehan senyawa kovalen tidak dapat meghantarkan arus listrik karena dalam keadaan padatan dan lelehannya senyawa kovalen tidak mengandung ion-ion. Akan tetapi, dalam bentuk larutannya terdapat beberapa senyawa kovalen yang dapat menghantarkan arus listrik, misalnya HCl. HCl merupakan senyawa kovalen polar, pasangan elektron ikatan tertarik ke atom Cl yang lebih elektronegatif dibanding dengan atom H, sehingga pada HCl, atom H lebih positif dan atom Cl lebih negatif. Gambar 2. 8 Struktur lewis HCl

29 Meskipun molekul HCl bukan senyawa ion, jika dilarutkan ke dalam air maka menghasilkan ion-ion yang bergerak bebas, sehingga larutannya dapat menghantarkan arus listrik. Apakah HCl dalam keadaan murni dapat menghantarkan arus listrik? Cairan HCl murni tidak dapat menghantarkan arus listrik karena HCl dalam keadaan murni berupa molekul-molekul dan tidak mengandung ion-ion.

30 Berdasarkan tinjauan materi di atas, konsep-konsep tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut. Tabel 2.3 Analisis Level Makroskopik, Mikroskopik, dan Simbolik untuk Larutan Elektrolit Kuat, Larutan Elektrolit Lemah, dan Larutan Nonelektrolit Label Level Penjelasan Level Konsep Makroskopis Mikroskopis Larutan Lampu uji Zat elektrolit (misalnya elektrolit menyala NaCl, CH 3 COOH, NaOH, NH 3 ) akan terurai menjadi ion positif dan ion negatif yang dapat bergerak bebas jika dilarutkan dalam air. Ion positif akan tertarik ke elektroda negatif (katoda) dan ion negatif akan tertarik ke elektroda positif (anoda). Pergerakan ini menghantarkan arus listrik. Keterangan: Visualisasi Level Mikroskopis Level Simbolik NaCl (s) Na + (aq) + Cl - (aq) CH 3 COOH(s) H + (aq) + CH 3 COO - (aq) NaOH (s) Na + (aq) + OH - (aq) HCl (g) H + (aq) + Cl - (aq) Cl - Cl - H 2 O

31 H + OH -

32 Larutan Lampu uji Padatan NaCl NaCl (s) Na + (aq) + elektrolit menyala terang merupakan suatu Cl - (aq) kuat senyawa ion yang akan terurai sempurna menjadi ion Na + dan ion Cl - yang dapat bergerak bebas jika dilarutkan dalam air. Ion Na + akan tertarik ke elektroda negatif (katoda) dan ion Cl - akan tertarik ke elektroda positif (anoda). Pergerakan ini dapat menghantarkan arus listrik Keterangan: Na + Na + Cl - Cl - H 2 O H + OH -

33 Larutan Lampu uji CH 3 COOH akan terurai CH 3 COOH (s) elektrolit lemah menyala redup sebagian menjadi ion H + dan ion CH 3 COO - CH 3 COO - (aq) + H + (aq) jika dilarutkan dalam air, sehingga jumlah ion-ion dalam larutan elektrolit lemah tidak sebanyak yang terdapat pada larutan elektrolit kuat pada konsentrasi yang sama. Karena jumlah ion-ion yang terdapat dalam larutan tidak terlalu banyak, elektron yang dapat dihantarkan melalui ion-ion dalam larutan juga sedikit. Akibatnya, Keterangan: nyala lampu yang dihasilkan pada alat uji CH 3 COOH CH 3 COO - elektrolit adalah redup. H 2 O H + OH -

34 Larutan Lampu uji tidak Zat nonelektrolit CO(NH 2 ) 2 (s) / non- menyala (misalnya gula, alkohol, elektrolit urea) yang dilarutkan dalam air tidak akan terurai menjadi ion-ion, melainkan tetap berada dalam bentuk molekulmolekulnya di dalam air. Karena tidak adanya ion-ion bermuatan yang bergerak bebas, maka larutan urea tidak dapat menghantarkan arus listrik. Sehingga lampu uji tidak akan menyala. Keterangan: CO(NH 2 ) 2 H 2 O H + OH -