BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Jurnal Anisah: 2015.) menyebutkan bahwa siswa SMA berada pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR GRAFIK...

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurlela, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

2015 EFEKTIVITAS STRATEGI HOLLAND TYPES FOR CAREER COUNSELING DAN STRATEGI SOLUTION- FOCUSED CAREER COUNSELING UNTUK PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hadi Wiguna Kurniawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup ini semakin rumit, menuntut berbagai aspek kehidupan untuk dapat mengatasi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. (Winkel & Hastuti, 2006: 633) kematangan karir adalah keberhasilan seseorang

BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN KARIR. Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa remaja

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam. perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

2014 EFEKTIVITAS KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK

BAB II KAJIAN TEORETIS. dengan kematangan karir (career maturity) yang merupakan tema sentral dalam teori

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Orientasi karir merupakan salah satu bagian penting dalam upaya untuk membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah

ANALISIS KEMATANGAN KARIR PADA KELAS X1 JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN TAHUN AJARAN 2012/2013 SISWA SMK NEGERI 1 KOTA GORONTALO. Lia Novika ABSTRAK

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

I. PENDAHULUAN. media globe (bumi yang bulat) yang akan terlihat seluruh daratan, lautan, karier untuk menuju masa depan yang lebih cerah.

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI

BAB I PENDAHULUAN. Zaman modern menuntut bertambahnya minat siswa untuk meneruskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan

BAB I PENDAHULUAN. kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara kematangan karir serta pelaksanaan program bimbingan karir di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa wajib dikembangkan dan dioptimalkan melalui pendidikan dan. atas (SMA) dan menengah kejuruan (SMK), dalam upaya mencerdaskan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI METODE CAREER PORTFOLIO PADA SISWA KELAS X MIA 1 DI SMA N 1 BOYOLALI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aspekkehidupan, hal ini yang menjadi tolak ukur bagi setiap individu dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK UNTUK MEMBANTU SISWA DALAM KEMANTAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN STUDI LANJUT

UPAYA MENINGKATKAN ORIENTASI KARIER MELALUI LAYANAN INFORMASI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011,

PEMBERIAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN KARIER MAHASISWA IKIP PGRI PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. individu. Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk melaksanakannya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai datangnya awal masa dewasa (Alberty dalam Syamsuddin, 2007: 130). Menurut Havighurst (Yusuf, 2004: 83) pada masa remaja terdapat beberapa tugas perkembangan yang harus diselesaikan, salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai siswa SMA yaitu memilih dan mempersiapkan karir atau pekerjaan. Penguasaan keterampilan-keterampilan karir sangat diperlukan mengingat remaja sudah memikirkan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan dalam mencapai hidup. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1980: 221) bahwa anak Sekolah Menengah Atas mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Pada akhir masa remaja, minat pada karir seringkali menjadi sumber pikiran. Remaja belajar membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan. Jika dilihat dari perkembangan karir menurut Super (Dillard, 1985: 20-21) masa remaja termasuk ke dalam tahap eksplorasi pada tingkat tentatif. Pada tahap ini faktor-faktor yang diperhitungkan dalam pemilihan karir adalah kebutuhan, minat, kapasitas, nilai-nilai dan kesempatan (peluang). Tahap ini merupakan tahap paling penting bagi transisi remaja dan memiliki tiga tugas utama, yaitu individu

2 mengkristalisasikan, menspesifikasikan, serta mengimplementasikan pilihan karirnya. Menurut Supriatna (2009: 17) keberhasilan menyelesaikan tugas perkembangan dalam perkembangan tertentu akan membantu individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada periode perkembangan selanjutnya. Demikian sebaliknya, kegagalan dalam mencapai tugas perkembangan pada periode tertentu akan menghambat penyelesaian tugas perkembangan pada periode selanjutnya. Namun, di sisi lain siswa SMA dalam hal ini remaja tidak dengan mudah menyelesaikan tugas perkembangan karirnya. Siswa seringkali mempunyai permasalahan yang berhubungan dengan kelanjutan studi atau pekerjaan setelah lulus. Hal ini sesuai dengan pendapat Supriatna (2009: 23) masalah-masalah yang sering muncul diantaranya kebingungan dalam memilih program studi, memilih jurusan di perguruan tinggi, menentukan cita-cita atau bahkan tidak memahami bakat dan minat yang dimiliki, dan merasa cemas untuk mendapat pekerjaan setelah tamat sekolah. Kebingungan yang sering dialami siswa diantaranya pada saat mereka akan memilih jurusan di kelas XI ataupun memutuskan pilihan pendidikan setelah lulus SMA, ditambah adanya perasaan cemas dalam menghadapi masa depan dan dunia kerja. Selain itu, fenomena yang sering muncul sampai saat ini bahwa dalam menentukan pilihan karirnya siswa SMA masih sering mengikuti teman atau orang tua. Kondisi ini diperkuat oleh pendapat Darajat (Rauf, 2006: 7) yang mengemukakan bahwa:

3 Tidak jarang kita mendengar remaja mengeluh bahwa hari depannya suram, tidak jelas, di mana akan bekerja, profesi apa yang cocok baginya dan sebagainya. Akan tetapi di lain pihak ia tidak melihat jalan untuk menghadapinya, kerena kenyataan hidup dalam masyarakat yang tidak memberikan kepastian kepadanya. Hal ini erat hubungannya dengan macam dan jenis sekolah serta jenis serta sistem pendidikan yang dilaluinya. Oleh karena itu permasalahan karir yang telah dikemukakan harus segera dicari jalan keluarnya, jika hal ini dibiarkan tanpa ada upaya untuk mencari jalan keluarnya maka siswa tidak akan memiliki perencanaan dan pengambilan keputusan yang matang. Hal tersebut senada dengan pendapat Santrock (1996: 484) bahwa salah satu hal yang berperan penting dalam pemilihan karir remaja yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan. Hasil penelitian Prihantoro (2007: 39) yang menyebutkan siswa kelas X SMAN 2 Majalengka sebagian besar memiliki kemampuan merencanakan karir yang rendah yaitu 27,8%. Dari penelitian tersebut juga diperoleh data bahwa dari sembilan kemampuan yang harus dimiliki oleh remaja dalam merencanakan karir, kemampuan dalam hal kemandirian pengambilan keputusan karir adalah yang terendah. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Nurbani (2006: 74) masalah karir yang dirasakan siswa kelas II SMK Negeri 7 Bandung berada pada kategori tinggi. Masalah itu meliputi aspek masalah pemahaman minat, nilai-nilai, citacita, fisik, kurangnya informasi tentang pengembangan kemampuan dalam bekerja, kesulitan dalam mempersiapkan diri mengikuti SPMB dan kesulitan dalam memilih pekerjaan. Penelitian Nurlaelasari (2009: 89) menyimpulkan bahwa umumnya pencapaian tugas-tugas perkembangan karir siswa SMA berada

4 pada kategori cukup matang. Aspek yang paling rendah dari tugas-tugas perkembangan karir yaitu mengenai aspek pemahaman diri dan dunia kerja. Hasil penelitian Rauf (2006: 91) menunjukkan bahwa kematangan karir siswa SMA Negeri Kota Pekanbaru berdasarkan program studi yaitu berdasarkan program IPA dan IPS adalah program IPA (25,83% matang, 48,33% kurang matang, 25,83% tidak matang), dan program IPS (18,10% matang, 54,31% kurang matang, 27,59% tidak matang). Aspek sikap yang terendah yaitu pada indikator kemandirian, sementara aspek kompetensi yaitu mengenai pemahaman diri. Hasil penelitian Prihantoro (2007: 39), Nurbani (2006: 74), Nurlaelasari (2009: 89) dan Rauf (2006: 91) menunjukkan gejala rendahnya kematangan karir siswa, dimana masih banyak siswa yang belum memiliki kesiapan dalam memilih dan memutuskan karirnya. Sebuah pilihan yang tidak matang dan tidak terencana akan membuat siswa berada dalam kebingungan yang berkelanjutan. Apabila dicermati, maka permasalahan yang dihadapi siswa sebagian besar sama, antara lain: (a) siswa pada umumnya tidak paham dengan potensinya sendiri, sehingga ragu-ragu dalam menentukan penjurusan atau bidang studi di perguruan tinggi yang diinginkan, (b) kurang mengetahui cara memilih program studi, (c) wawasan dan pemahaman siswa mengenai jurusan yang ada di sekolah (IPA, IPS dan Bahasa) dan di perguruan tinggi (d) siswa belum mempunyai perencanaan yang matang mengenai pendidikan maupun pekerjaan yang akan dipilih nanti. Permasalahan kematangan karir merupakan permasalahan masa depan remaja sehingga harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, seperti dalam hal merencanakan dan mengambil suatu keputusan karir. Perencanaan karir dan

5 keputusan karir merupakan bagian dari aspek pembangun dalam kematangan karir. Super (Sharf, 1992: 155) mengemukakan bahwa kematangan karir diartikan sebagai kesiapan individu dalam membuat keputusan-keputusan karir yang tepat (readiness to make a good choices) yang meliputi aspek-aspek perencanaan karir (career planning), eksplorasi karir (career exploration), pengetahuan tentang membuat keputusan (desicion making), pengetahuan tentang informasi dunia kerja (world of work information), pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai (knowledge of preferred occupational group), realisme keputusan karir (realism), dan orientasi karir (career orientation). Supriatna (2009: 45) kematangan karir akan mendasari kemampuan siswa untuk menganalisis peluang karir, yang muaranya adalah pengambilan keputusan karir dengan tepat. Selain itu, kematangan karir merupakan persiapan awal untuk meraih sukses dalam berkarir. Lebih lanjut Crites (Sharf, 1992: 154) menyatakan bahwa kematangan karir seseorang ditandai adanya sikap dan kompetensi terhadap karir. Dengan sikap berarti individu mampu mengambil keputusan terhadap karir dan bertanggung jawab atas segala konsekuensi keputusan, sedangkan kompetensi menunjukan kemampuan individu memahami kekuatan diri dalam kaitannya dengan dunia pekerjaan. Kematangan karir pada siswa SMA ditunjukkan dengan kesiapannya dalam hal mengambil keputusan dan mampu mempertimbangkan resiko-resiko atas keputusan yang diambil itu. Sikap yang ditunjukkan adalah kesiapan dalam merencanakan karir dan mengeksplorasi karir serta pengetahuan tentang membuat

6 keputusan dan pengetahuan tentang informasi dunia kerja. Salah satu upaya untuk membantu siswa dalam menghadapi permasalahan kematangan karir yaitu melalui bimbingan karir. Bimbingan karir sebagai bagian integral dari program pendidikan dapat membantu siswa dalam merencanakan masa depan, mengembangkan dan mengambil keputusan karir secara tepat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Yusuf dan Nurihsan (2006:11) bahwa bimbingan karir yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan penyelesaian masalah karir. Melalui layanan bimbingan yang komprehensif, diharapkan peserta didik dapat menyelesaikan tugas-tugas karirnya, seperti kesiapan membuat perencanaan karir dan mengambil keputusan karirnya dengan tepat. Pentingnya bimbingan karir sesuai dengan tujuannya yaitu siswa memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir (Kartadinata dkk, 2007: 16). Menurut Surya (2009: 3) bimbingan karir dilaksanakan untuk mencapai kompetensi pemahaman informasi pendidikan, pengenalan dunia kerja, orientasi dan informasi jabatan dan usaha serta pengenalan konsep diri berkaitan dengan bakat dan kecenderungan pilihan jabatan serta arah pengembangan karir. Munandir (1996: 71) mengemukakan bahwa bimbingan karir diberikan di SMA mengingat siswa-siswa SMA ada dalam masa kritis berkenaan dengan tahap perkembangannya, yaitu dalam usia remaja akhir dan menghadapi pilihan antara melanjutkan ke perguruan tinggi dan keharusan memikirkan secara lebih serius soal pekerjaan dan bekerja setelah tamat dari SMA.

7 Berdasarkan uraian di atas, dipandang penting untuk mengembangkan bimbingan karir yang akan membantu siswa dalam mengembangkan kematangan karirnya. Dengan adanya kebutuhan itu, diharapkan dapat dijadikan dasar dalam penyusunan dan pengembangan program bimbingan karir siswa kelas X SMA PGRI I Bandung. Dengan demikian, penelitian ini diberi judul Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya bagi Bimbingan Karir. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Ditinjau dari tugas-tugas perkermbangan karir menurut Supriatna (2006: 22) siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) berada pada tahap eksplorasi. pada tahap ini, siswa sudah mengenal keterampilan membuat keputusan dan memperoleh informasi yang relevan untuk membuat keputusan karir, menyadari minat dan kemampuan serta dapat menghubungkannya dengan kesempatan kerja, mampu mengidentifikasi bidang dan tingkat pekerjaan yang cocok dengan minat dan kemampuannya, dan memperoleh latihan untuk memperoleh dan keterampilan memasuki pekerjaan. Namun, di sisi lain siswa SMA tidak mudah menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karirnya. Fenomena yang terjadi banyak siswa yang kebingungan dalam memilih program studi, tidak memahami bakat dan minat yang dimiliki, tidak mampu mengambil keputusan dengan tepat, tidak mempunyai cita-cita di masa depan, dan tekanan orang tua yang mengharuskan mereka memilih jurusan atau bidang studi di sekolah dan perguruan tinggi.

8 Fenomena di atas, menggambarkan bahwa siswa SMA belum mencapai tugas-tugas perkembangan karirnya, artinya belum mencapai kematangan karir yang memadai. Super (Winkel, 1997: 259) mengemukakan bahwa kematangan karir menunjuk pada keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya pada tahap tertentu. Dengan kata lain, individu yang berhasil menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada setiap tahapan cenderung mencapai tingkat kematangan yang lebih besar pada tahapan selanjutnya. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk membantu siswa dalam menghadapi masalah karir yaitu melalui bimbingan karir. Bimbingan karir sebagai bagian integral dari program pendidikan dapat membantu siswa dalam merencanakan masa depan dan mengembangkan serta mengambil keputusan secara tepat. Pentingnya bimbingan karir sesuai dengan tujuannya yaitu siswa memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir (Kartadinata dkk, 2007: 16). Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya, menunjukkan betapa pentingnya bimbingan karir dilaksanakan sebagai layanan untuk meningkatkan kematangan karir siswa. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian ini adalah, Bagaimana rumusan program bimbingan karir hipotetik berdasarkan profil kematangan karir siswa Kelas X SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012?. Permasalahan tersebut dirumuskan ke dalam pertanyaanpertanyaan penelitian sebagai berikut.

9 1. Seperti apa profil kematangan karir siswa kelas X SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012? 2. Seperti apa rancangan program bimbingan karir hipotetik berdasarkan profil kematangan karir siswa kelas X SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk merumuskan program bimbingan karir yang efektif berdasarkan profil kematangan karir siswa kelas X SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012. Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan profil kematangan karir siswa kelas X SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012 2. Mendeskripsikan program bimbingan karir hipotetik berdasarkan profil kematangan karir siswa kelas X SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012 D. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk memperoleh jawaban tentang permasalahan yang terjadi pada masa sekarang secara aktual tanpa menghiraukan kejadian pada waktu sebelumnya (Arikunto, 2002: 136). Metode ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara sistematis dan akurat tentang kematangan karir siswa kelas X SMA PGRI I Bandung Tahun

10 Ajaran 2011-2012. Gambaran kematangan karir siswa tersebut menjadi dasar rujukan dalam perumusan program bimbingan karir. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait. Manfaat tersebut diantaranya sebagai berikut: 1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di SMA PGRI I Bandung, program bimbingan karir yang disusun dapat dijadikan tambahan alternatif bantuan untuk mengembangkan kematangan karir siswa sehingga dapat mengoptimalkan peran bimbingan dan konseling dalam membantu siswa mencapai kompetensi yang harus dimilikinya. 2. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, penelitian ini diharapkan menambah wawasan baru dalam mata kuliah Bimbingan dan Konseling Karir Remaja sehingga mampu dimanfaatkan secara maksimal baik itu dari pihak jurusan maupun mahasiswa Psikologi Pendidikan dan Bimbingan secara umum. 3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai rujukan pengembangan penelitian selanjutnya dengan mengangkat tema-tema baru dari lingkup penelitian yang sama, sesuai dengan kondisi aktual remaja siswa SMA dan fokus penelitian yang lebih luas. F. Struktur Organisasi Skripsi Penulisan skripsi terdiri dari lima bab yaitu :

11 Bab I terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, metode penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II terdiri dari teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yaitu Kematangan Karir, Konsep dan Perkembangan Karir, Konsep Bimbingan Karir, dan Penelitian Terdahulu yang Relevan. Bab III merupakan penjabaran lebih rinci tentang metode penelitian yang memuat beberapa komponen yaitu lokasi dan subjek penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, serta prosedur dan tahap penelitian. Bab IV memuat dua hal utama yaitu pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan atau analisis temuan. Bab V merupakan hasil analisis temuan penelitian yang disajikan dalam bentuk kesimpulan penelitian dan rekomendasi.