BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

dokumen-dokumen yang mirip
Melinda Al Masyhur Mahasiswa Peternakan, Abdul Hamid Arsyad, Syamsul Bahri

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kosong (empty body weight). Ternak telah berpuasa sejak diberi makan pada sehari

pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

III. METODE PENELITIAN

Komparasi Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Sawit Rakyat dengan Sistem Integrasi Sawit-Sapi dengan Usaha Perkebunan Sawit Tanpa Sistem Integrasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

PROFIL KABUPATEN GORONTALO

KATA PENGANTAR. DR.Ir. SUDIRMAN HABIBIE, M.Sc

MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

ANALISIS COST-BENEFIT

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU PENGENALAN TEMPAT PETUGAS PROGRAM STUDI KEHUTANAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

V HASIL DAN PEMBAHASAN

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN. Kota Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo, Kecamatan Kabila juga di lintasi

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL.. vi DAFTAR GAMBAR. viii DAFTAR LAMPIRAN. ix

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB IV GAMBARAN UMUM

INTEGRASI SAPI-SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH (Fokus Pengamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat)

BAB III METODE PENELITIAN

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

Proposal Masa Depan CONTOH PROPOSAL USAHA. Tanpa Usaha Keras, Ide itu HAMPA «Inspirasi Oh Inspirasi Dialog Terbuka Tersimpan Tanda Tanya»

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai September 2013 di Desa

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak (BUNGIN, 2003), dan kuantitatif, data dianalisa secara deskriptif (

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

DOKUMEN POTENSI DESA TELUK BINJAI

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

Analisis Investasi Usahatani Pembibitan Sapi Peranakan Limousine di Kabupaten Sleman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah,

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Gorontalo memiliki letak yang sangat strategis sebagai pusat akses lintas daerah karena posisinya berada di titik tengah wilayah Provinsi Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 1 Kelurahan. Letak geografis berada diantara 0 30-0 5 Lintang Utara dan 122 07-123 Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah : - Sebelah utara berdasarkan dengan Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut) - Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tomini - Sebelah timur berbatasan dengan Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Boalemo Sebelum dimekarkan menjadi 5 kabupaten, luas wilayah Kabupaten Gorontalo mencapai 99.7% dari luas Provinsi Gorontalo (12.215, Km 2 ). Sampai dengan tahun 2011 luas Kabupaten Gorontalo tinggal ±1.806,68 Km 2 atau hanya tinggal 1,79% dari luas wilayah sebelum pemekaran (17,3% dari luas wilayah provinsi gorontalo). Bila dibandingkan dengan wilayah Indonesia, maka wilayah Kabupaten Gorontalo hanya 0,32%. Kabupaten Gorontalo memiliki 52 buah sungai besar dan kecil yang bermuara pada 1 danau(danau limboto). Sumber air untuk keperluan penduduk disuplai melalui PDAM, namun sebagian besar masyarakat masih menggunakan air tanah dangkal dan sumur serta sebagian yang lainnya masih menggunakan air sungai. 22

Gambar 2. Peta Kabupaten Gorontalo Pertanian masih meruapakn penggerak utama perekonomian Kabupaten Gorontalo. Tanaman bahan makanan dan perkebunan rakyat menjadi andalan sektor ini. Pada tahun 2011, luas panen tanaman jagung menurun hingga.000 hektar lebih. Di sisi lain, luas panen padi sawah meningkat.000 hektar. Dengan begitu, produksi jagung diperkirakan mencapai 92 ribu ton dan padi sawah sebnayak 125 ribu ton. Potensi peternakan di Kabupaten Gorontalo ditunjang dengan ketersediaan padang penggembalaan yang cukup memadai baik dari segi ketersediaan rumput alam dan hijauan pakan ternak yang tumbuh disekitar areal kehutanan dan perkebunan, maupun limbah pertanian dan perkebunan. Adapun populasi ternak sapi potong di Kabupaten Gorontalo berdasarkan data statistik Kabupaten tahun 2011 adalah 73.712 ekor. 23

B. Keadaan Umum Responden Dari hasil penyebaran kuesioner diperoleh data bahwa responden dalam penelitian ini sebanyak 32 orang, sebagaimana dalam Tabel berikut : Tabel 2. Jumlah Responden Penerima Bantuan Sosial Ternak Sapi di Kabupaten Gorontalo No Nama Kelompok Jumlah Anggota (orang) Proporsional (%) Responden (Orang) 1. 2. 3.. 5. 6. 7. 8. Kelompok Tiga Berlian Kelompok Mawar Kelompok harapan Kelompok Angin segar Kelompok Mohuyula Kelompok karya baru Karya Bersama Agro Jaya Total Responden 80 32 Sumber : Data Olahan, 2013 a. Karakteristik Peternak 1. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan peternak penerima bantuan sosial sapi potong tersaji pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Peternak (orang) Presentase (%) SD SMP SMA 2 6 2 75,00 18,75 6,25 Total 32 0 Sumber : Data Olahan, 2013 Berdasarkan tabel tersebut, sebagian besar peternak memiliki pendidikan setingkat SD sebanyak 75% dan tingkat pendidikan terendah ada pada kategori SMA sebanyak 6,25%. Data ini menunjukkan bahwa dengan tingkat pendidikan 2

peternak hanya berada pada tingkat terendah akan sangat menyulitkan peternak dalam hal mengadopsi teknologi di lapangan. Tingkat pendidikan peternak akan mempengaruhi pola berpikir, kemampuan belajar, dan taraf intelektual. Dengan pendidikan formal maupun informal maka peternak akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga lebih mudah merespon suatu inovasi yang menguntungkan bagi usahanya. 2. Umur Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Umur merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kerja dan pola pikir peternak. Sejalan dengan meningkatnya umur, maka semakin tinggi pula pengalaman orang tersebut. Klasifikasi umur peternak tersaji pada Tabel berikut : Tabel. Umur Peternak Umur (tahun) Peternak (orang) Presentase (%) 29 1 52 53 6 65 76 17 11 3 1 53,13 3,37 9,37 3,13 Total 32 0 Sumber : Data Olahan, 2013 Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar umur peternak berada pada kategori 29 tahun sebanyak 53,13%. Hal ini sesuai dengan batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15-6 tahun yang merupakan usia produktif (Mantra,1985). 25

3. Pengalaman Beternak Pengalaman beternak pada kelompok penerima bantuan sosial dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Pengalaman beternak Pengalaman Beternak Peternak (orang) 3 tahun 3 tahun 2 5 tahun 27 Total 32 0 Sumber : Data Olahan, 2013 Presentase (%) 9,37 6,25 8,38 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pengalaman beternak anggota penerima bantuan sosial terbanyak berada pada kategori lima tahun atau lebih dari lima tahun sebanyak 8,38% sedangkan yang paling sedikit terdapat pada kategori tahun sekitar 6,25%. Pengalaman beternak tiga tahun atau kurang dari tiga tahun sekitar 9,37%. Pengalaman beternak dalam memelihara ternak dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan peternak dalam mengembangkan usahanya. Semakin lama pengalaman beternak sapi potong maka tingkat keterampilan dan pengetahuan peternak dalam menerapkan teknologi akan semakin mudah dan cepat. Peternak pada kelompok penerima bantuan sosial diberi pembekalan dengan pengetahuan praktis beternak sapi melalui penyuluhan dan bimbingan langsung yang dilaksanakan oleh dinas terkait dalam hal ini Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Gorontalo. 26

b. Sistem Pemeliharaan Ternak Usaha peternakan yang dijalankan oleh kelompok ini adalah usaha pembibitan sehingga sistem pemeliharaan ternak yang dilakukan oleh anggota kelompok adalah sistem pemeliaharaan secara semi intensif dimana ternak dilepas pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari. Selain itu juga dilakukan dengan cara ekstensif yaitu ternak di lepas bebas atau tidak dikandangkan. Dengan pemeliharaan ternak yang baik maka perkembangbiakan dan kesehatan juga baik. Menurut Susilorini (2008), Sistem pemeliharaan ternak dikategorikan dalam tiga cara yaitu sistem pemeliharaan secara intensif yaitu ternak dikandangkan secara terus menerus, sistem pemeliharaan semi intensif yaitu ternak dilepas pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari, dan sistem pemeliharaan secara ekstensif yaitu sistem pemeliharaan ternak dengan cara ternak dilepaskan begitu saja di padang penggembalaan atau tidak dikandangkan. Pakan yang diberikan pada ternak yaitu berupa pakan hijauan. Pakan hijauan yang diberikan berupa rumput lapangan, rumput gajah dan hasil limbah pertanian. Dengan menggunakan sistem pemeliharaan secara semi intensif maka untuk pemberian pakan pada pagi hari cukup diberikan pakan hijauan yang ada di padang penggembalaan yang disesuaikan dengan daya tampung padang penggembalaan tersebut untuk mencukupi kebutuhan penggembalaan setiap unit ternak. 27

C. Tingkat Keberhasilan Program Bantuan Sosial Sapi Potong Tingkat keberhasilan suatu program pengembangan sapi potong dapat diketahui melalui peningkatan populasi dan pendapatan peternak. a. Peningkatan Populasi Ternak Peningkatan populasi ternak kelompok penerima bantuan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut : Tabel 6. Peningkatan Populasi Ternak Nama Kelompok Jumlah Induk (Ekor) Jumlah kelahiran (Ekor) Presentase Kelahiran (%) Tiga Berlian 11 9 17,31 Angin Segar 11 8 15,38 Karya Bersama 11 8 15,38 Mawar 11 7 13,7 Harapan 11 9 17,31 Karya baru 11 8 15,38 Mohuyula 11 2 3,85 Agro jaya 11 1 1,92 Total 88 52 0 Sumber: Data Olahan, 2013 Berdasarkan Tabel di atas, masing-masing kelompok penerima bantuan sosial mendapatkan induk sapi ekor dan pejantan 1 ekor dengan presentase sejumlah 12,5% dari total populasi ternak kelompok penerima bantuan sosial. Selama berjalannya program, angka kelahiran sapi bertambah sejumlah 52 ekor dari masing-masing kelompok dengan presentase tertinggi 17,31% pada Kelompok Tiga Berlian dan Kelompok Harapan. Kelompok Angin Segar, Karya Bersama, dan Karya Baru sejumlah 15,38%, Kelompok Mawar 13,7%, Kelompok Mohuyula 3,83% dan terendah populasinya 1,92% pada Kelompok Agro Jaya. Kelompok Mohuyula dan Agro jaya termasuk dalam kategori 28

peningkatan populasi terendah. Hal ini disebabkan oleh manajemen pemeliharaan yang kurang sehingga sapi induk yang diberikan oleh pemerintah tersebut tidak berproduksi dengan baik. Permasalahan ini tidak lepas perannya peternak dan lembaga terkait dalam menyediakan informasi-informasi mengenai usaha ternak sapi potong, baik itu teknologi pakan, reproduksi, pemeliharaan, penyakit yang dapat meningkatkan produksi sapi. Tersedianya berbagai sumber informasi yang dapat diperoleh oleh seseorang, tergantung pada karakteristik peternak meliputi umur, pendidikan, lamanya beternak. Manajemen pemeliharaan yang dilaksanakan peternak tidak lepas bagaimana kondisi perbedaan karakteristik sosial ekonomi peternak tersebut. Pemeliharaan yang baik dapat memperhatikan pengelolaan reproduksi, pemberian pakan/minum, sanitasi lingkungan, sanitasi ternak sapi, dan pengendalian penyakit. b. Peningkatan Pendapatan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penyebaran kuisioner di lapangan, diperoleh pendapatan rata-rata anggota kelompok sebelum diadakan program pengembangan sapi potong sebesar Rp 500.000,-/bulan. Pada tahun 20 masingmasing kelompok mendapatkan bantuan induk sebanyak ekor. Seiring berjalannya program, pada tahun 2012 masing-masing kelompok menghasilkan sebanyak 52 ekor sapi. Dengan asumsi bahwa pada waktu 2 bulan mendapatkan 1 ekor induk dengan perhitungan harga per ekor adalah Rp 7.000.000. Untuk mengetahui peningkatan pendapatan masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel 7 berikut : 29

Tabel 7. Peningkatan Pendapatan Nama Kelompok Angka Kelahiran (ekor) Tiga Berlian 9 Angin Segar 8 Karya Bersama 8 Mawar 7 Harapan 9 Karya Baru 8 Mohuyula 2 Agro Jaya 1 Sumber : Data Olahan,2013 Pendapatan Kelompok (Rp) 2.625.000 2.333.000 2.333.000 2.01.600 2.625.000 2.333.000 583.000 291.600 Pendapatan Anggota (Rp) 262.500,- 233.300,- 233.300,- 20.160,- 262.500,- 233.300,- 58.300,- 29.160,- Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa pendapatan tertinggi pada Kelompok Tiga Berlian dan Kelompok Harapan sejumlah Rp 262.500,- /orang/bulan. Sedangkan terendah pendapatannya pada Kelompok Mohuyula dan Agro jaya sejumlah Rp.58.300/orang/bulan dan Rp.29.160,-/orang/bulan. Hal ini disebabkan oleh angka kelahiran sapi pada kelompok Mohuyula dan Agrojaya lebih sedikit dibanding dengan kelompok-kelompok lainnya sehingga pendapatan yang dihasilkan juga sangat sedikit untuk masing-masing anggota kelompok. D. Analisis Finansial Usaha Pengembangan Sapi Potong Kelompok penerima bantuan sosial di Kabupaten Gorontalo menjalankan usaha pembibitan, sehingga untuk menghasilkan keuntungan atau profit dalam usaha pengembangan sapi potong ini akan membutuhkan waktu yang relatif lama. Dalam menganalisa kelayakan usaha secara finansial digunakan asumsi pengeluaran dan pendapatan selama jangka waktu 5 tahun untuk menguji kelayakan usaha pengembangan sapi potong. 30

Untuk mengetahui kelayakan usaha pengembangan sapi potong Kelompok penerima Bantuan Sosial tersaji pada Tabel 8 berikut : Tabel 8. Analisis Finansial Pengembangan Sapi Potong Program Bantuan Sosial Di Kabupaten Gorontalo Nama Kelompok Analisis Finansial BCR NPV IRR Tiga Berlian 3,386 150.253,7 78,89 Angin Segar 3,203 138.729,7 7,09 Karya Bersama 3,203 138.729,7 7,09 Mawar 3,020 127.205,7 68,83 Harapan 3,386 150.253,7 78,89 Karya Baru 3,203 138.729,7 7,09 Mohuyula 2,5 69.585,7 2,55 Agro Jaya 1,922 58.061,7 37,25 Sumber : Data Olahan,2013 Berdasarkan Tabel di atas, nilai BCR tertinggi 3,386 (Kelompok Tiga Berlian dan Kelompok Harapan), Kelompok Angin Segar, Karya Bersama dan Karya Baru sebesar (3,203), Kelompok Mawar (3,020), sedangkan terendah pada kelompok Mohuyula (2,5) dan Kelompok Agro Jaya (1,922). Karena nilai BCR pada masing-masing kelompok lebih besar dari satu maka program pengembangan sapi potong melalui bantuan sosial layak untuk dilanjutkan (go). Artinya bahwa setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha pengembangan sapi potong melalui program bantuan sosial akan menghasilkan keuntungan sebesar nilai BCR pada masing-masing kelompok tersebut. BCR merupakan perbandingan antara total net benefit positif yang telah didiscount dengan total net benefit negatif yang telah didiscount. Dari Analisis finansial di atas diperoleh nilai NPV terbesar pada kelompok Tiga Berlian dan Harapan (150.253,7) dan terendah pada Kelompok Mohuyula 31

dan Agro Jaya masing-masing 69.585,7 dan 58.061,7. Karena nilai NPV masingmasing kelompok lebih besar dari nol (> 0) maka program pengembangan sapi potong melalui bantuan sosial layak untuk dilanjutkan (go). Perhitungan NPV adalah menghitung net benefit yang telah didiscount dengan menggunakan sosial opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount faktor. Nilai IRR pada tabel di atas diperoleh nilai tertinggi (78,89), (7,09), (68,83) dan terendah (2,55 dan 37,25). Nilai SOCC = %. Karena nilai IRR masing-masing kelompok lebih besar dari SOCC maka program pengembangan sapi potong melalui bantuan sosial layak untuk dilanjutkan (go). IRR menunjukkan besarnya tingkat discount rate pada saat NPV sama dengan nol. Cara mencari tingkat discount faktor yang menghasilkan NPV = 0 adalah dengan cara mencoba-coba yaitu mencari tingkat discount faktor (i1) yang menghasilkan nilai NPV positif mendekati nol serta tingkat discount faktor (i2) yang menghasilkan nilai NPV negatif mendekati nol. 32