PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh induk sapi perah itu sendiri. produksi susu dan kemampuan beranak yang berbeda-beda tergantung dari

dokumen-dokumen yang mirip
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam memilih calon induk sapi perah, meliputi atribut harga dan non harga.

Faktor Pertimbangan Peternak...Asri Dwi Endah Lestari

I PENDAHULUAN. selesai, seekor induk sapi perah harus diafkir, dan diganti dengan induk baru yang

PEMBAHASAN. Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Penduduk Pangalengan sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

TINJAUAN PUSTAKA. Usaha peternakan sapi perah rakyat adalah usaha yang diwakili oleh

ANALISIS PEMBIAYAAN PENGADAAN CALON INDUK SAPI PERAH ANTAR WILAYAH SENTRA PENGEMBANGAN SAPI PERAH

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan febuari 2013, yang berlokasi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

PENDAHULUAN. (KPBS) Pangalengan. Jumlah anggota koperasi per januari 2015 sebanyak 3.420

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

7.2. PENDEKATAN MASALAH

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berada ditpk Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

Analisis Kelayakan Pola Bagi Hasil Usahaternak Sapi Perah Rakyat

PENDAHULUAN. Kambing perah merupakan salah satu ternak penghasil susu. Susu

SISTEM PRODUKSI PAKAN DAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

LOUNCHING PROVEN BULL SAPI PERAH INDONESIA

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. yang memiliki luas 589,946 HA, terletak pada Koordinat Bujur Timur 107,575, dan

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sumber utama protein, kalsium, fospor, dan vitamin.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Kelompok Tani Marga Rahayu Sri Murni (KTMRSM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA SapiFriesian Holsteindan Tampilan Produksi Susu

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

1 I PENDAHULUAN. sapi perah sehingga kebutuhan susu tidak terpenuhi, dan untuk memenuhi

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

PENDAHULUAN. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap gizi dari susu menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

o dapat dijadikan sebagai bahan informasi dasar untuk merencanakan usaha selanjutnya

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pakan sapi yang diberikan harus mengandung nilai gizi yang lengkap, disukai

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dede Upit, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

I PENDAHULUAN. sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2011, VOL. 11, NO. 1, 27-34

MATERI DAN METODE. Materi

Bibit sapi perah holstein indonesia

I. PENDAHULUAN. manusia, karena didalamnya mengandung semua komponen bahan yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang dikenal

PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh pekerjaan utamanya.

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan komoditas pangan lebih bermanfaat untuk pemenuh kebutuhan gizi dan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

ANALISIS KELAYAKAN BERBAGAI POLA BAGI HASIL USAHATERNAK SAPI PERAH RAKYAT (SENSUS DI DESA HAURNGOMBONG KECAMATAN PAMULIHAN KABUPATEN SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang

Analisis Manfaat Finansial dan Faktor Penentu... Santi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berjalannya usaha peternakan sapi perah tergantung dari produksi susu yang dihasilkan oleh induk sapi perah itu sendiri. Setiap induk mempunyai produksi susu dan kemampuan beranak yang berbeda-beda tergantung dari genetik yang mengatur sifat produksi susu dan bagaimana pemeliharaan yang dilakukan sejak pedet hingga dewasa. Semakin tua umur induk, maka produktivitasnya akan semakin menurun, sehingga bagi induk yang sudah tua dan jumlah produksinya sudah pada batas tidak menguntungkan usaha, harus diafkir. Induk yang diafkir harus diganti, agar produksi susu dalam sebuah usaha peternakan dapat dipertahankan dan usahanya berkelanjutan (sustainibility). Calon induk pengganti selayaknya memiliki potensi produksi susu tinggi yang mampu menggantikan minimal sama dengan jumlah produksi susu induk yang diafkir. Namun permasalahannya, produksi susu per ekor sapi di Jawa Barat masih rendah dan kualitas susu belum memenuhi standar. Produksi susu yang rendah disebabkan karena selama ini peternak di Jawa Barat umumnya lebih memilih untuk membeli calon induk dari luar Jawa Barat, padahal fakta di lapangan menunjukkan bahwa calon induk yang berasal dari luar Jawa Barat ini produksinya hanya berkisar 4 10 liter/ekor/hari (Rahayu, dkk, 2014). Pangalengan merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah di Jawa Barat, produksi susu yang dihasilkan di wilayah tersebut masih rendah, bahkan produksi susu setiap tahunnya mengalami penurunan. Penurunan produksi ini disebabkan oleh banyaknya peternak yang menjual sapi perah produktif karena

2 alasan kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi. Peternak juga banyak yang memilih untuk menjual pedet betina daripada membesarkannya, padahal jika calon induk didapatkan dari pedet yang dibesarkan sendiri oleh peternak, turunannya sudah jelas diketahui dan kualitasnya akan lebih baik dibandingkan dengan pedet yang dibeli dari luar. Alasan peternak menjual pedet daripada membesarkannya untuk calon induk, karena harga calon induk lebih murah dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan seekor calon induk. Peternak di Jawa Barat pada umumnya memilih membeli calon induk dari luar, karena harganya lebih murah dibandingkan harga beli calon induk dari Jawa Barat sendiri. Peternak mempertimbangkan faktor harga karena disesuaikan dengan kemampuan finansialnya, namun sebenarnya mereka mengetahui kualitas calon induk yang dibeli kurang memadai. Peternak dalam memilih calon induk juga mempertimbangkan faktor non harga untuk melihat kualitas calon induk, namun tidak ada catatan/recording tentang calon induk yang dibelinya. Tidak adanya recording membuat peternak kesulitan untuk mengetahui silsilah sapi, padahal dari silsilah inilah nantinya akan diketahui kualitas dari calon induk. Salah satu cara untuk melihat kualitas calon induk selain dari silsilah, yaitu dari postur tubuh (eksterior) dan umurnya. Banyak kriteria calon induk yang baik jika dilihat dari eksteriornya, namun pengetahuan peternak di Pangalengan masih terbatas, sehingga mereka hanya mengandalkan pengalamannya dalam memilih calon induk berdasarkan penampilan eksteriornya. Umur juga menentukan produksi calon induk. Peternak, sebelum memilih calon induk tentu akan mempertimbangkan eksterior dan umurnya terlebih dahulu, namun tetap saja kenyataannya saat ini kebanyakan peternak lebih

3 memprioritaskan harga yang murah saat akan membeli calon induk tanpa memperdulikan kualitasnya. Melihat fenomena yang sekarang terjadi pada peternak rakyat di Jawa Barat umunya dan khususnya di Pangalengan, maka dinilai bahasan mengenai faktor-faktor yang dipertimbangkan peternak dalam memilih calon induk sapi perah ini perlu dikaji, sehingga penulis mengambil judul ini agar dapat mengetahui apakah fakta yang dihadapi peternak selama ini dalam membeli calon induk telah sesuai dengan keinginan sesungguhnya peternak atau tidak. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa saja yang dipertimbangkan peternak dalam memilih calon induk sapi perah. 2. Apakah peternak lebih memprioritaskan faktor harga calon induk atau non harga. 3. Alasan apa yang melatarbelakangi prioritas pertimbangan peternak dalam memilih calon induk sapi perah. 1.3. Tujuan Penelitian Sejalan dengan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dipertimbangkan peternak dalam memilih calon induk sapi perah. 2. Mengetahui apakah peternak lebih memprioritaskan faktor harga calon induk atau non harga.

4 3. Mengetahui alasan yang melatarbelakangi prioritas pertimbangan peternak dalam memilih calon induk sapi perah. 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi peneliti dapat memecahkan masalah mengenai faktor apa saja yang dipertimbangkan, yang menjadi prioritas dan alasan peternak dalam menentukan prioritas pertimbangan dalam memilih calon induk. 2. Bagi pemerintah dapat menjadi landasan untuk pengambilan kebijakan dan penyusunan program kerja terkait dengan peternakan sapi perah. 3. Bagi penyedia calon induk dapat memberikan gambaran dan motivasi untuk menyediakan calon induk yang sesuai dengan keinginan dan harapan peternak. 4. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai informasi ilmiah dan dijadikan dasar atau acuan bagi penellitian yang lebih komperehensif dan mendalam. 1.5. Kerangka Pemikiran Input utama peternakan sapi perah adalah calon induk sapi perah. Calon induk akan menentukan jumlah dan kualitas susu yang dihasilkan oleh suatu peternakan sapi perah. Calon induk yang berkualitas akan memberikan kontribusi terhadap keberlangsungan usaha. Suplai calon induk pengganti secara genetik harus memiliki potensi produksi yang tinggi, sehingga dalam usaha sapi perah perlu adanya perencanaan yang matang dalam mempersiapkan calon induk. Selama ini hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi produksi susu sapi perah lokal belum optimal, menurut Azootek (1989) dalam Rahayu, dkk. (2014) ratarata produksi susu yaitu 8,22 liter/st/hari, Kuswaryan (1992) dalam Rahayu, dkk. (2014) mencatat di Lembang produksinya hanya 15,05 liter/ekor/hari, dan

5 Rahayu, dkk. (2014) mencatat di Lembang dan Pangalengan produksinya berada pada kisaran 12 35 liter/ekor/hari. Adanya produksi susu sapi perah lokal yang belum optimal, maka diperlukan ketelitian peternak dalam memilih calon induk. Perilaku peternak saat memilih calon induk sangat menentukan keberhasilan pemilihan calon induk yang berkualitas. Peternak, saat membeli calon induk akan melakukan proses pertukaran. Mowen dan Minor (2002), menyatakan bahwa proses pertukaran melibatkan serangkaian langkah-langkah, dimulai dengan tahap perolehan atau akuisisi, tahap konsumsi, dan tahap disposisi produk atau jasa. Pada tahap perolehan, peternak akan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi pemilihan calon induk, baik dari faktor harga maupun non harga. Tahap konsumsi yaitu saat peternak memelihara calon induk apakah menggunakannya pengalamannya atau tidak. Sementara itu, tahap disposisi mengacu pada evaluasi peternak setelah memelihara calon induk apakah sesuai harapan atau tidak. Evaluasi ini menambah pengalaman peternak, yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perilaku peternak. Pengalaman juga menambah pengetahuan peternak dalam memilih calon induk, sehingga peternak akan mengetahui calon induk dengan kriteria produksi susu yang tinggi. Peternak, dapat bertindak sebagai produsen maupun konsumen. Peternak sebagai produsen yaitu saat mereka menjual pedet yang dimilikinya. Saat bertindak sebagai produsen, peternak akan bersikap generalisasi, dimana sikap peternak terhadap semua pembelinya akan sama. Peternak sebagai konsumen yaitu saat peternak akan membeli calon induk. Peternak, saat melakukan tahap perolehan disesuaikan dengan preferensi masing-masing, dimana preferensi merupakan tingkat kesukaan konsumen terhadap suatu barang. Preferensi peternak akan berbeda satu sama lain, dipengaruhi karena adanya persepsi dan

6 sikap yang berbeda pula antar peternak. Preferensi yang dimiliki peternak membuat peternak memiliki harapan tersendiri saat akan memilih calon induk. Harapan ini yang dijadikan sebagai acuan atau standar peternak dalam memilih calon induk yang baik. Calon induk, sebelum dipilih peternak tentu memiliki spesifikasi. Kebanyakan peternak dalam memilih calon induk mempertimbangkan faktor harga terlebih dahulu. Menurut Kotler (1988), keadaan ekonomik akan berpengaruh besar terhadap pilihan produk. Peternak dengan keadaan ekonomik tinggi akan memilih calon induk dengan harga yang tinggi pula, karena disesuaikan dengan persepsi peternak dan kenyataan di lapangan bahwa harga calon induk yang semakin tinggi, maka kualitasnya akan semakin baik. Harga calon induk akan berbeda dari setiap tempat pembelian. Harga berbeda bisa didapatkan dari peternakan, pasar hewan maupun perusahaan/koperasi sapi perah. Selain faktor harga, peternak mempertimbangkan faktor non harga dalam memilih calon induk, karena kualitas genetik calon induk yang sebenarnya paling penting untuk dipertimbangkan. Menurut Bourdon (2002) dalam Dudi dan Dhalika (2006), faktor genetik sangat penting karena bersifat mewaris, artinya keunggulan yang diekspresikan oleh suatu individu dapat diwariskan pada keturunannya. Diperolehnya calon induk dengan genetik pengatur sifat produksi susu yang baik akan menambah harapan keuntungan bagi peternak, karena produksi susu yang dihasilkannya pun akan tinggi, sehingga usahanya dapat dipertahankan dan menjadi peternakan sapi perah yang sustainibility. Faktor non harga yang dipertimbangkan peternak antara lain yaitu sumber calon induk, keadaan eksterior calon induk dan parameter produksi calon induk. Peternak mempertimbangkan sumber calon induk karena setiap tempat pembelian

7 memiliki calon induk dengan kualitas berbeda. Tempat pembelian yang akan dipilih peternak adalah yang berdasarkan pengalaman peternak tempat tersebut menghasilkan calon induk yang sesuai dengan harapan peternak. Selain itu, peternak lain juga dapat menjadi kelompok referensi sumber calon induk, dimana menurut Kotler (1988), kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Calon induk bisa dibeli dari peternak lain, pasar hewan ataupun perusahaan atau koperasi sapi perah. Eksterior calon induk merupakan hal yang dipertimbangkan peternak, karena eksterior calon induk berkorelasi dengan produksi susu yang akan dihasilkan. Prabowo (2010), menyatakan bahwa peternak bisa melihat kesehatan eksterior calon induk dari keadaan tubuh dan pandangan matanya. Peternak juga bisa melihat eksterior calon induk dengan cara penilaian (judging) secara linier. Menurut South Dakota (2010), ada 16 sifat luar yang telah terbukti mempunyai hubungan sangat erat dengan produksi susu yang akan dihasilkan oleh sapi perah, yaitu tinggi badan, lebar dada, kedalaman tubuh, angularity, sudut pinggul, lebar pinggul, kaki belakang tampak belakang dan samping, sudut kuku, pertautan ambing depan, letak puting depan, panjang puting, kedalaman ambing, tinggi ambing belakang, ligamentum tengah dan posisi puting belakang. Pertimbangan setiap peternak terhadap keadaan eksterior calon induk akan berbeda sesuai dengan alasannya masing-masing. Selain sumber dan eksterior calon induk, peternak juga mempertimbangkan parameter produksi calon induk. Parameter produksi merupakan harapan produksi susu yang akan dihasilkan oleh calon induk, yang bisa dilihat dari genetik yang mengatur sifat produksi susu dan umur calon induk. Menurut Prabowo (2010), sifat genetik antara sapi perah satu dengan yang lainnya tentu berbeda satu sama lain, sehingga produksi susunya

8 juga akan berbeda. Genetik calon induk yang baik akan menghasilkan produksi susu yang tinggi, begitupun sebaliknya. Sementara itu, umur calon induk juga mempengaruhi produksi susu yang akan dihasilkannya. Faktor-faktor yang dipertimbangkan peternak dalam memilih calon induk diuji dengan mencari faktor terpilih (valid) untuk dianalisis dengan metode Cochran Q Test. Selanjutnya, untuk mengetahui prioritas pertimbangan peternak, akan dilakukan analisis kuantitatif dengan model fishbein. Alur kerangka pemikiran dimana perilaku dan preferensi peternak berpengaruh terhadap faktor-faktor yang akan dipertimbangkan peternak dalam memilih calon induk dapat dilihat dalam ilustrasi 1. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik hipotesis yaitu : 1. Preferensi peternak dalam memilih calon induk menyebabkan perbedaan terhadap faktor yang dipertimbangkan peternak. Peternak memilih calon induk atas dasar pertimbangan terhadap faktor harga dan non harga. 2. Faktor yang menjadi prioritas pertimbangan peternak tentu berbeda satu sama lain, tergantung dari alasan yang mereka miliki berdasarkan pengalaman dan harapan peternak.

9 Peternak memilih Calon induk sapi perah berdasarkan Spesifikasi Harga Non harga - Harga dari peternak - Harga dari pasar hewan - Harga dari perusahaan atau koperasi sapi perah - Sumber calon induk - Keadaan eksterior calon induk - Parameter produksi calon induk Dipertimbangkan peternak berdasarkan perilaku dan preferensi peternak Variabel valid Cochran Q Test Prioritas pertimbangan Fishbein Alasan peternak Ilustrasi 1. Alur Kerangka Pemikiran 1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015, berlokasi di wilayah kerja KPBS Pangalengan, Kabupaten Bandung.