BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB II LANDASAN TEORI. gerakan pada seluruh bagian tubuh. Perkembangan motorik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG PAUD.

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS

HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU

ANALISIS KURIKULUM & BAHAN AJAR TK B SEMESTER I. LATAR BELAKANG Manusia diciptakan Tuhan unik :

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBUTSIR DENGAN MENGGUNAKAN PLAYDOUGH DI PAUD KAMBOJA KOTA GORONTALO JURNAL OLEH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA BUBUR KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI BEKU TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

II. KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme. melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanis.

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V MENJAHIT UNTUK ANAK USIA DINI. bahan menjadi satu. Banyak teknik menjahit yang digunakan untuk

BAB I1 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO

KREATIF LEWAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV MELIPAT KERTAS UNTUK ANAK USIA DINI. Kata origami berasal dari bahasa Jepang, dari kata oru yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Teori Belajar Anak Usia Dini. Belajar pada anak usia dini dilakukan dengan interaksi anak dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun anak anak. Sebagai contoh dalam memegang benda benda kecil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Raudlatul Athfal (RA) merupakan jenjang pendidikan anak usia dini

I. PENDAHULUAN. merupakan harta yang tak ternilai harganya. Pada usia dini di mana anak berada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa

appropriateness). Orang dewasa tidak perlu melakukan bantuan terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG

ANALISIS KURIKULUM & BAHAN AJAR TK A SEMESTER II

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan

UKDW BAB Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu dengan selalu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja (Suganda Tanuwidjaya, 2002: 1) Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan, jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat. Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh kebih sulit daripada pengukuran pertumbuhan (Suganda Tanuwidjaya, 2002: 1) Ditegaskan oleh Monks (Nuryani, 2005:10) perkembangan itu merupakan suatu proses yang kekal dan tetap kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi berdasarkan proses pertumbuhan kemasakan dan belajar. 1. Tinjauan tentang motorik halus a. Pengertian motorik Menurut Zukifli (Samsudin, 2007: 11) bahwa yang dimaksud motorik adalah segala sesuatu yang ada hubunganya dengan gerakangerakan tubuh. Lebih lanjut dijelaskannya bahwa dalam perkembangan 11

12 motorik terdapat 3 (tiga) unsur yang menentukannya yaitu otot, saraf, dan otak. Ketiga unsur ini melaksanakan unsur masing-masing perannya secara interaksi positif, artinya unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lain sempurna keadaannya. Anak yang mengalami gangguan tampak kurang terampil mengerak-gerakkan tubuhnya. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. b. Tujuan pengembangan motorik di Taman Kanak-kanak Pada dasarnya setiap pembelajaran pada suatu usaha yang mencapai tujuan. Tujuan ini dapat dicapai apabila terdapat interaksi antara siswa dan pendidik. Tujuan pengembangan motorik halus (Nuryani, 2005: 11) yaitu: 1) Mengembangkan motorik halus yang berhubungan dengan kerterampilan gerak kedua tangan, 2) Memperkenalkan gerakan jari seperti menulis, menggambar, dan memanipulasi benda-benda dengan jari jemari sehingga anak menjadi terampil dan matang, 3) Mampu mengkoordinasikan kecepatan, kecakapan tanpa dengan gerakan mata, 4) Penguasaan emosi.

13 c. Fungsi pengembangan motorik di Taman Kanak-kanak Setelah mengetahui tujuan dari pengembangan motorik kasar dan halus di Taman Kanak-kanak, maka harus diketahui fungsi dari pengembangannya. Fungsi pengembangan motorik halus di Taman Kanak-kanak (Nuryani, 2005: 12) adalah 1) Sebagai alat untuk melatih ketelitian dan kerapian, 2) Sebagai alat antuk mengembangkan fantasi dan kreativitas, 3) Sebagai alat untuk memupuk pengamatan, pendengaran dan daya fikir, 4) Sebagai alat untuk melatih motorik halus anak, 5) sebagai alat untuk mengambangkan imajinasi anak, 6) Sebagai alat untuk mengenalkan cara mengekspresikan diri melalui ciptaannya dengan menggunakan teknik yang telah dikuasai, 7) Sebagai alat untuk melatih kerjasama dan tenggang rasa dengan teman. d. Upaya meningkatkan motorik halus anak TK Menurut Imanuella R. Rachmani (http://pembelajarananak.blogspot.com) upaya meningkatkan motorik halus anak dapat melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1) Menggunting kertas Kegiatan memegang dan menggerakkan gunting melatih otototot yang sama yang akan digunakan untuk menulis. Posisi yang benar adalah ibu jari dan jari tengah berada dalam lubang gunting jari telunjuk berada dibagian luar lubang gunting untuk

14 menstabilkan gerak gunting. Sementara jari keempat dan kelima menekuk kearah telapak tangan. 2) Melipat kertas Latihan melipat kertas akan memperkuat otot-otot telapak tangan anak, yaitu saat anak melipat dan menekan lipatan itu. Kekuatan bagian telapak tangan dan jari dibutuhkan untuk memegang dan menggerakkan pensil. 3) Menyambung titik-titik Ajak anak melatih keterampilan motoriknya dengan menyambung titik-titik kecil membentuk sebuah gambar karena keterampilannya ini dibutuhkannya untuk menulis. Jangan paksa anak ketika anak tidak mau menyelesaikan latihannya karena otot lengan bagian atas memegang masih terbatas. 4) Meronce dan menjahit Kegiatan ini mengandalkan kekuatan otot ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Cara anak memegang benang untuk dimasukkan kedalam lubang sama anak ketika anak memegang pensil untuk menulis. e. Tahapan Kemampuan Motorik Halus Tahapan kemampuan motorik halus anak usia dini dan cara menstimulasinya (http://pembelajaran-anak.blogspot.com) sebagai berikut:

15 Tabel 1 Tahapan kemampuan motorik halus Usia Kemampuan Stimulasi 5 tahun Mewarnai dengan rapi Belajar mewarnai bentuk (tidak keluar dari sederhana gambar) Berlatih memakai pakaian Menulis namanya yang berkancing dan sendiri Melipat sehelai sepatu tanpa tali Berlatih melipat kertas pakaian Memakai pakaian dengan sederhana bentuk yang Mencoba untuk mengancingkan baju dan memakai sepatu walaupun masih dibantu Melakukan aktivitas mandi dengan bantuan 6 tahun Dapat menulis huruf cetak ataupun latin dengan rapi termasuk menulis angka Dapat membuat berbagai bentuk geometris Berpakaian tanpa dibantu Memakai sepatu bertali dengan sedikit bantuan mewarnai dengan rapi Menggunting tanpa ada hambatan dapat melakukan aktivitas di kamar mandi tanpa bantuan Dapat menyelesaikan puzzle 12 keping f. Karakteristik Pengembangan Motorik Latihan menulis dengan beberapa variasi huruf Latihan membuat bentuk geometris Bermain puzzle dengan kesulitan yang lebih kompleks Membiasakan anak mandi sendiri Membiasakan anak berpakaian tanpa dibantu Karakteristik perkembangan yang berhubungan dengan motorik halus (Depdiknas, 2007: 6) antara lain: 1) Dapat mengoles mentega dengan roti.

16 2) Dapat mengikat tali sepatu sendiri dengan sedikit bantuan. 3) Dapat membentuk dengan menggunakan tanah liat atau plastisin. 4) Membangun menara yang terdiri dari 5-9 balok. 5) Memegang kertas dengan satu tangan dan mengguntingnya. 6) Menggambar kepala dan wajah tanpa badan. 7) Meniru melipat kertas satu-dua kali lipatan. 8) Mewarnai gambar sesukanya. 9) Memegang krayon atau pensil yang berdiameter lebar. g. Teori Pengembangan Motorik Halus Teori dan konsep dasar tentang pengembangan motorik halus (Depdiknas, 2007: 11) yaitu: 1) Teori J.H.Pestalozzi tentang pengajaran rupa Sumber pengetahuan adalah alat indera, yaitu pengamatan permulaannya. Oleh karena itu, dalam pelajaran harus digunakan benda-benda sebenarnya. Benda tersebut diamati dari segala segi dengan alat indera peserta didik di TK di bawah bimbingan pendidik/guru, serta dipelajari jumlah, bentuk dan namanya. Setelah diamati, peserta didik di TK mengukur dan menggambarkannya. Setelah menggambar, barulah peserta didik di TK diajarkan pula menulis. 2) Teori Friederich Frobel tentang asas bekerja sendiri Dasar utama untuk mempelajari pengetahuan dan kecekatan adalah keaktifan peserta didik itu sendiri (auto-activity). Cara

17 mendidik yang baik, menurut Frobel adalah metode yang banyak memberi kesempatan kepada peserta didik di TK untuk sibuk dan aktif mengerjakan, membuat dan menciptakan sesuatu atas inisiatif sendiri (ekspresi). Bentuk pengajaran menurut teori Frobel adalah sebagai berikut: a) Menggambar, diawali dengan garis vertikal dan horizontal. b) Spielgaben dan Spielformen dengan permainan bentuk. c) Alat permainan untuk ber-frobel (pekerjaan tangan), misalnya mozaik, cincin, anyaman, kertas lipat dan tanah liat. 3) Teori Montessori tentang latihan motorik halus Untuk melatih fungsi-fungsi motorik, peserta didik di TK tidak perlu diadakan alat-alat tertentu, kehidupan sehari-hari cukup memberi latihan bagi motorik peserta didik. Asas-asas metode pembelajaran Montessori adalah sebagai berikut: a) Pembentukan sendiri. Perkembangan itu terjadi dengan berlatih, dapat dikerjakan sendiri oleh peserta didik di TK. b) Masa peka. Masa peka ini merupakan masa ketika bermacammacam fungsi muncul dan menampilkan diri dengan tegas untuk dilatih. c) Kebebasan. Mendidik untuk kebebasan dengan kebebasan, dengan tujuan agar masa peka dapat menampakkan diri secara leluasa dengan tidak dihalang-halangi di dalam ekspresinya.

18 4) Teori Ovide Decroly tentang centres d interet atau pusat minat dan perhatian Menurut Ovide Declory, pelajaran yang diberikan harus berkaitan dengan hal-hal yang dapat mengikat perhatian peserta didik di TK, yaitu hal-hal yang menjadi pusat-pusat minat dan perhatian mereka. Cara pembelajaran bagi suatu pusat minat dan perhatian mereka adalah sebagai berikut: a) Mengamati untuk memperoleh pengalaman. b) Mengolah pengalaman. c) Ekspresi, baik yang bersifat abstrak maupun konkret. d) Kegiatan mengukur, menimbang dan menghitung. Khusus mengenai ekspresi abstrak biasanya berhubungan dengan pemakaian bahasa, sedangkan ekspresi konkret biasanya berhubungan dengan kegiatan melipat, menggunting, merekat, menggambar, menjahit, bersandiwara, bersenam, dan bermain. Khusus mengenai seni melipat sebagai bagian dalam ekspresi konkret akan diuraikan lebih lanjut dalam model pembelajaran ini. 2. Tinjauan tentang origami a. Pengertian origami Origami adalah seni melipat kertas dari bentuk segi empat menjadi berbagai objek yang ornamental. Seni origami ini bervariasi, mulai dari mainan anak-anak yang relatif mudah dan sederhana hingga bentuk yang sangat kompleks (http://my.opera.com). Kata

19 origami berasal dari bahasa Jepang, yakni gabungan dari kata oru bermakna melipat dan kami berarti kertas. Ketika kedua kata itu bergabung, ada perubahan sedikit namun tidak merubah artinya yakni dari kata kami menjadi gami, sehingga yang terjadi bukan orikami tetapi origami, maksudnya melipat kertas (http://arsitektur.net/2008-2/origami-folding-topologi). Disebutkan juga oleh Fajar Ismayanti (www.sanggarorigami.com) bahwa pengertian origami tidak hanya sekedar seni melipat kertas yang mengubah selembar atau beberapa kertas menjadi sebuah model atau barang yang berguna, melainkan juga mengajarkan kreativitas, ketekunan, ketelitian, imajinasi serta keindahan. b. Manfaat Origami Manfaat origami (www.sanggar-origami.com) antara lain: 1) Anak belajar meniru/mengikuti arahan Ketika seorang anak mengikuti tahap demi tahap lipatan dengan baik, maka sebenarnya ia telah belajar bagaimana mengikuti petunjuk dan arahan baik dari orang tua, instruktur maupun dari gambar/foto origami. Dari sanalah ia belajar membuat sesuatu dari cara yang paling mendasar yakni meniru. 2) Anak berkreativitas Origami memang dunia kreatifitas. Begitu banyak model origami baik model tradisional maupun model dari karya-karya terbaru. Seorang anak tinggal memilih model apa dan mana yang ia

20 sukai. Seiring dengan itu, jika anak sudah mulai mahir melipat dan sudah banyak model yang ia lipat, maka pada saat tertentu nanti akan muncul gagasan ingin membuat sesuatu dari teknik-teknik lipatan yang telah dikenalnya. Ini artinya ia belajar berkreasi untuk menghasilkan sesuatu. 3) Anak belajar berimajinasi Model origami biasanya juga merupakan miniatur dari makhluk atau benda-benda kebutuhan hidup. Modelnya merupakan hasil dari imajinasi para pembuatnya. Ada model-model yang sangat jelas atau sangat natural dari bentuk-bentuk atau modelmodel kehidupan. Namun ia juga begitu abstrak sehingga lebih diperlukan imajinasi yang kuat untuk menangkapnya. Seorang anak akan belajar berimajinasi melalui origami ini. Apabila ketika ia telah mencoba berkreasi dengan sesuatu bentuk yang baru tanpa meniru atau mengikuti diagramnya. 4) Anak belajar berkarya (seni) Origami adalah seni melipat kertas, sehingga ketika seorang anak membuat origami berarti ia telah belajar berkarya (seni). Seni disini bisa diartikan dalam dua hal, yakni pertama seni melipatnya (teknik dan cara melipatnya, proses pada setiap lipatan, dsb), yang kedua adalah modelnya itu sendiri yang menjadi karya seni. Hasil karya origami jelas dapat dimasukkan dalam seni visual (visual art). Penggunaan dan jenis ragam dan warna kertas akan

21 menjadikan model yang juga berbeda, termasuk komposisi yang diiginkan. 5) Anak belajar menghargai atau mengapresiasi Bicara soal karya dan seni, tentu tidak lepas dari kata apresiasi dan penghargaan. Mempraktekkan origami berarti juga belajar mengapresiasi sebuah cabang karya seni dari seni visual. Seorang anak ketika berorigami berarti juga akan belajar mengapresiasi seni dan keindahan sejak dini, artinya ia juga belajar kehalusan jiwa. 6) Anak belajar membuat model Origami adalah melipat kertas untuk membuat suatu model, maka ketika seorang anak berorigami berarti ia sedang belajar membuat dari selembar kertas (atau lebih) menjadi sebuah model sesuai dengan kemampuan dan kesukaannya. Model dalam origami sangatlah banyak dan terus berkembang seiring dengan karyakarya baru yang dihasilkan oleh para pelipat. Namun model origami yang disukai anak biasanya adalah model origami tradisional yang berupa mainan (miniatur) binatang, pesawat (anak laki-laki), rumah dan alat rumah tangga (anak wanita) dan sebagainya. Model origami untuk anak ini biasanya terdiri dari lipatan sederhana dengan sedikit tahapan dalam diagramnya. Namun tidak menutup kemungkinan, seorang anak yang telah banyak mencoba jenis lipatan akan bisa membuat model origami

22 yang mempunyai kesulitan lebih tinggi. Semakin banyak mencoba jenis lipatan, seorang anak tentu dapat membuat model origami lebih banyak lagi. 7) Anak belajar membuat mainannya sendiri Banyak model origami yang digunakan untuk bermain anak, misalnya kodok lompat, piring terbang, bola besar, pesawatpesawat terbang, perahu, suara tembakan, baling-baling, model peralatan rumah mulai lemari, kursi, meja, tempat tidur, dan lainlain. Model-model itu umumnya dapat cukup dibuat dari selembar kertas saja. Untuk model tertentu yang berukuran besar bisa menggunakan kertas koran, seperti membuat topi, bola besar, pesawat dan lain-lain. Perlu digaris bawahi bahwa dalam berorigami, melipatnya itu sendiri adalah bagian dari bermain, setelah menjadi model, juga dapat dimainkan baik sendiri atau bersama. 8) Anak belajar membaca diagram atau gambar Belajar berorigami selain melalui bimbingan seorang guru atau instruktur, dapat pula melalui animasi atau melalui diagram dari sebuah buku origami. Jadi seorang anak dapat membuat origami dengan mengikuti diagram yang ada dalam buku, meskipun harus dipilih dan disesuaikan dengan tingkat kemampuannya. Ini diharapkan agar anak tidak kesulitan untuk menyelesaikannya. Bahkan dianjurkan, bila kemampuan sang anak

23 masih tahap pemula, baiknya senantiasa didampingi orang dewasa, agar ketika mendapat kesulitan ada yang membantu untuk menyelesaikannya. Semakin sering anak berlatih melalui diagramdiagram yang ada, maka akan meningkat pula kemampuan membaca diagramnya termasuk pengenalan terhadap jenis lipatan yang digunakan. Proses membaca diagram akan merangsang logikanya untuk memikirkan rangkaian tahapan hingga selesai. 9) Anak belajar menemukan solusi bagi persoalannya Sebuah diagram origami dari beberapa tahapan, dimana setiap tahapannya merupakan rangkaian persolan-persoalan lipatan yang beraneka ragam. Ketika seorang anak membuat origami dengan cara mengikuti alur sebuah diagram, sebetulnya dia sedang menghadapi persoalan pada setiap tahapan diagram itu. Bila mana dia berhasil mengikuti tahap demi tahap, artinya ia dapat menyelesaikan persoalan origami. Pada saat seperti itu, untuk anak umur tertentu akan berjalan logikanya. Bagaimana mengikuti, membaca gambar dan menyelesaikan persoalan-persoalan itu. Bahkan jika sudah mulai membuat karya sendiri, ia akan berusaha mencari solusi hingga berhasil membentuk sebuah model origami yang diharapkan. Tentu ini latihan yang sangat baik bagi anak untuk belajar memecahkan persoalan.

24 10) Anak belajar perbandingan (proporsi) dan berfikir matematis Satu diantara yang sangat menentukan keindahan model origami adalah yang disebut dengan proporsi bentuk (perbandingan). Mengapa model ini atau itu mirip bentuk tertentu adalah karena teori proporsi. Tingkat keindahan sebuah model origami (meski sudah jelas modelnya) adalah juga sangat terletak pada proporsi ini. Dari sisi lain jenis lipatan origami tradisional umumnya merupakan jenis lipatan berdasarkan teori matematis, artinya bukan asal lipatan (berbeda dengan banyak teknik untuk model kontemporer). Dengan demikian, aktivitas origami dapat membimbing seorang anak untuk mengenal konsep perbandingan bentuk dan sekaligus konsep matematis. c. Kelebihan origami Kelebihan origami antara lain: 1) Bahan yang digunakan mudah di dapat. 2) Bahan tidak berbahaya bagi anak. 3. Karakteristik Anak Usia Dini Karakteristik anak usia dini berdasarkan ilmu jiwa modern menurut Kartini Kartono (1990: 109) adalah: a. Bersifat egosentif-naif mementingkan diri sendiri, sebab secara naif dia sangat terkait pada dirinya sendiri sebagai akibat dari awal

25 perkembangan kehidupan jiwanya. Anak berpendapat bahwa pribadi jiwanya adalah satu dan terpadu erat dengan lingkungannya. b. Mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif. Anak berkeyakinan bahwa orang lain itu menghayati dan merasakan setiap peristiwa seperti penghayatan sendiri (anak membangun dunianya sesuai dengan khayalan dan keinginannya), kehidupan individual dan sosial masih belum terpisahkan oleh anak. c. Ada kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas. Dunia lahiriah dan batiniah anak masih belum terpisahkan, oleh karena itu pribadi anak tampak polos, yang tampak polos dengan perilakunya. d. Sikap hidup yang fisiognomis, anak secara langsung memberikan atitut/sifat lahiriah/meteriil (sifat konkrit, nyata, seperti sifatnya bendabenda) pada setiap penghayatannya. B. Kerangka Berpikir Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Sedangkan kegiatan origami adalah seni melipat kertas yang bertujuan untuk mendidik anak belajar meniru, berkreativitas, belajar berimajinasi, belajar berkarya, belajar mengapresiasi, belajar membuat model, belajar

26 membuat diagram, belajar menemukan solusi dan belajar proporsi yang kesemuanya itu dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan motorik halus anak. Berdasarkan uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa melalui kegiatan seni melipat dapat meningkatkan motorik halus anak khususnya pada anak Kelompok B TK Pertiwi 12 Gadingsari Sanden. C. Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Kegiatan melipat kertas dapat meningkatkan motorik halus anak kelompok B di TK Pertiwi 12 Gadingsari, Sanden, Bantul Tahun Pelajaran 2010/2011.