BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam industri konstruksi, tenaga kerja adalah faktor penting di dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan tukang pada pekerjaan struktur proyek gudang multipurepose, dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari

TUGAS AKHIR KOMPETENSI TENAGA KERJA MANDOR DAN TUKANG KONSTRUKSI BAJA BERDASARKAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi dan persaingan bebas sekarang ini banyak kegiatan

SERTIFIKASI TENAGA KERJA KONSTRUKSI SEBAGAI UNSUR PENDUKUNG PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR. Abstrak

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2010

Tugas Akhir Kajian Pemberlakuan Syarat Sertifikasi Keterampilan Kerja bagi Tenaga Kerja Mandor BAB I PENDAHULUAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PEMBERLAKUAN SYARAT SERTIFIKASI KETERAMPILAN KERJA MANDOR DI LAPANGAN

Kata Kunci : Motivasi pekerja, Analisis faktor, Faktor dominan

PROGRAM PELATIHAN JARAK JAUH BIDANG KONSTRUKSI (PJJBK)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MEMBANGUN SDM KONSTRUKSI NASIONAL SAMPAI KE PELOSOK NUSANTARA MELALUI FASILITASI PELATIHAN JARAK JAUH/DISTANCE LEARNING BIDANG KONSTRUKSI (PJJBK)

PENGATURAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI DITINJAU BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003 (Studi Kasus di Kotamadya Medan)

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perencanaan proyek. Besarnya nilai upah dari pekerja ditentukan

Tugas Akhir Kajian Pemberlakuan Syarat Sertifikat Keterampilan Kerja bagi Tenaga Kerja Mandor DAFTAR PUSTAKA

PENILAIAN KUALIFIKASI PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MANDOR PADA BANGUNAN GEDUNG DI MEDAN BERDASARKAN SKKNI

BERITA NEGARA. KEMENPU-PR. Keprofesian Berkelanjutan. Tenaga Ahli. Konstruksi Indonesia. Pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bangunan gedung memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bida

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan proyek konstruksi di Kota Yogyakarta saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini industri konstruksi di Indonesia berkembang begitu pesat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. pekerjaan, baik pekerjaan yang dilelangkan ataupun yang dikerjakan sendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa lepas

BAB I PENDAHULUAN. Sektor konstruksi mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses permohonan Sertifikat Badan Usaha (SBU). Kualifikasi Usaha Jasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Crane konstruksi pertama kali diciptakan oleh orang Yunani kuno dan didukung

Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/ km 2 )

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR Pengertian kompetensi. keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam

Jurnal Teknologi Vol. 7, No. 1, April 2017, Hal E- ISSN : ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang

ARTIKEL HASIL PENELITIAN: SUDJANI, DRS., MPD.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR PER-06/MEN/1985 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA HARIAN LEPAS MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA,

MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA. oleh

BAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007.

BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Kompetensi Kerja. Jabatan Kerja. Manajer Energi. Industri dan Bangunan Gedung. Pemberlakuan. Pencabutan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angga Triadi Efendi, 2013

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG

ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI. Estimasi dalam arti luas pada hakekatnya adalah upaya untuk menilai atau memperkirakan suatu nilai melalui

- Laut Seram di sebelah utara - Papua Barat di sebelah timur - Laut Indonesia dan Laut Arafuru di sebelah selatan - Sulawesi di sebelah barat

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. penduduk 303 juta jiwa ( Hasil

PELATIHAN PEMBUATAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) DIKELURAHAN NEGLASARI BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESIAPAN BADAN USAHA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Oleh : Puji Muhardi Ketua Umum PP APEI

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG BADAN KOORDINASI SERTIFIKASI PROFESI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PENGELOLAAN LIMBAH KONSTRUKSI PEKERJAAN BETON PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG TINGGI SKRIPSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus.

KELOMPOK KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN MAHKAMAH AGUNG RI KOORDINATOR WILAYAH PROPINSI BENGKULU

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini mahasiswa telah banyak mempelajari mengenai transportasi khususnya pada Diploma Teknik Sipil Universitas Gadjah

BAB I PENDAHULUAN. maupun ekspor, yang berada di arus lalu lintas selat sunda dan sangat aktif dalam

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HALAMAN PERNYATAAN. Denpasar, Oktober Diky Allando Dirganata NIM

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah. untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

KERJASAMA PROGRAM PROFESI INSINYUR KEMENTERIAN PUPR DENGAN KEMENTERIAN RISTEK DIKTI. DIREKTUR JENDERAL BINA KONSTRUKSI Jakarta - Senin,10 Oktober 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. Daftar Isi... BAB I KONSEP PENILAIAN Bagaimana Instruktur Akan Menilai Tipe Penilaian... 1

Unsur Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Di Dua Puluh Tujuh Provinsi, dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 338/KPTS/M/2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. barang dalam proses produksi dana barang-barang yang tersedia, yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan untuk mengundurkan diri. Karyawan yang puas memiliki. tersebut akan dibawa ke luar dari organisasi.

BAB V PENERAPAN KEWAJIBAN SERTIFIKASI BAGI TENAGA AHLI KONSTRUKSI DI INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan profitabilitas dan kinerja perusahaan. Salah satu unsur yang sangat. pekerjaan yang diselesaikan dalam tiap periode

PEMBINAAN AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI

BAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PERATURAN MENTERI NO. 21 TH 2005

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

AANWIZJING AINUN HABIBIE II

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Efisiensi Tata Letak Fasilitas dan Sarana Proyek dalam Mendukung Metode Pekerjaan Konstruksi

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN PEMBANGUNAN TANGKI SEPTICK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya. Hal ini terlihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PENYAJIAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kajian Potensi Terjadinya Tuntutan Penyedia Jasa Pada Proyek Konstruksi BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Pengadaan Barang/Jasa. Prosedur. Pedoman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi selalu memerlukan resources (sumber daya) yaitu man (manusia),

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam industri konstruksi, tenaga kerja adalah faktor penting di dalam mengukur kinerja perusahaan. Hal ini disebabkan karena sifat pekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan padat karya yang berarti banyak menyerap tenaga kerja yaitu sekitar 30% dari biaya konstruksi digunakan untuk upah kerja. Dengan semakin berkembangnya kemajuan teknologi yang digunakan dalam usaha jasa konstruksi dibutuhkan tenaga kerja konstruksi yang berkualitas, dapat diandalkan dan bersertifikat bahwa untuk memenuhi tuntutan tersebut dibutuhkan Standar Kompetensi Kerja, yang digunakan sebagai acuan dalam melatih dan uji kompetensi bagi tenaga kerja terampil dan tenaga kerja ahli jasa konstruksi, sehingga dapat membangun terciptanya keseragaman kualitas/ kompetensi suatu jabatan kerja. Peraturan menteri pekerjaan umum No : 07/PRT/M/2010 tentang memberlakukan standart kopetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) sektor jasa konstruksi di Indonesia dan Undang-Undang No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi Pasal ke 9, secara tersirat menyebutkan bahwa tenaga kerja yang melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan atau keahlian kerja Kompetensi I-1

merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan,keterampilan dan sikap kerja. Salah satu upaya pemerintah dalam menjalankan amanat UU tersebut adalah dengan adanya sistem sertifikasi. Dalam Manajemen Mutu BNSP, edisi I 2011, Sertifikasi kerja yang dimaksudkan untuk menjamin bahwa suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh tenaga kerja yang berkompeten dibidangnya. Standar kompetensi kerja tersebut dapat berupa Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), atau standar kompetensi yang berlaku secara internasional, atau standar kompetensi yang mengacu khusus dan terbatas. Salah satu standar untuk mengukur kompetensi adalah SKKNI.Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : PER.21/MEN/X/2007 tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia menjelaskan bahwa SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan dikuasainya standar kompetensi tersebut, maka tenaga kerja dapat mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan dan dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda. Berdasarkan data LPJKN dan Asia Construct Tahun 2009 yang dikutip Doedoeng Zenal Arifin (2010) 1 tentang evaluasi kebijakan sertifikat tenaga ahli kontruksi, total tenaga kerja konstruksi di Indonesia berjumlah sekitar I-2

5.439.000 orang. Menurut Doedoeng, tenaga kerja langsung yang terlibat dalam struktur jasa konstruksi dikelompokkan menjadi tenaga ahli, tenaga terampil, dan buruh kasar. Kajian distribusi data kelompok tersebut memberikan data kelompok tenaga ahli sekitar 10%, kelompok tenaga terampil 30 %, dan 60 % sisanya adalah kelompok buruh kasar. Dua kelompok pertama berdasarkan Undang Undang 18/1999 dan Peraturan Pemerintah 28/2000 wajib memiliki sertifikat. Artinya, dari 5.439.000 orang tenaga kerja konstruksi, sebanyak 40% atau 2,18 juta tenaga kerja wajib memiliki sertifikat. Berdasarkan data LPJKN dan Asia Construct tersebut, jumlah tenaga kerja konstruksi yang bersertifikat baru mencapai 396.571 orang ( sekitar 18,2 % dari 2,18 juta tenaga kerja konstruksi). Jumlah tersebut terdiri dari 106.283 tenaga kerja yang memiliki sertifikat keahlian kerja ( SKA ) atau 18,5 % dari 543.000 tenaga ahli; dan 290.288 tenaga kerja yang memiliki sertifikat keterampilan kerja ( SKT ) atau 18,4 % dari 1.575.600 tenaga terampil. Dari data yang disampaikan tersebut menunjukkan bahwa penerapan proses sertifikasi tenaga kerja masih jauh dari harapan dan amanat UU No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi. Dalam bidang jasa konstruksi, tenaga kerja terampil yang ada terkadang kurang dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan teknik yang memadai. Tenaga kerja kontruksi yang ada pada umumnya mendapatkan keahlian di bidang konstruksi tersebut secara turun temurun atau otodidak, di karenakan keterbatasan kemampuan ekonomi maupun pendidikan yang mampu dicapai oleh masyarakat pada umumnya. hal ini lah yang mengakibatkan tenaga kerja I-3

terampil biasanya hanya memiliki kemampuan teknik yang terbatas dan mereka berperan sebagai tenaga mandor dan tukang. Banyak di antaranya pekerja tersebut tumbuh dan berkembang melalui proses learning by doing tanpa di dukung oleh pengetahuan keteknikan yang cukup. Diharapkan dengan adanya Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dapat meningkatkan mutu tenaga kerja Indonesia dan hasil pekerjaan di lapangan. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka akan dianalisa tentang kompetensi tenaga kerja mandor dan tukang di proyek pembangunan Gudang Multipurpose milik PT.PELABUHAN INDONESIA II (PELINDO) berdasarkan pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Penelitian ini sebelumnya mengenai kompetensi kerja ini pernah dilakukan oleh saudara Deni Haryanto mahasiswa UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA pada tahun 2012.dengan judul KOMPETENSI TENAGA KERJA MANDOR DAN TUKANG BERDASARKAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) analisa dilakukan di proyek d Green Pramuka Residences di Jakarta pada pekerjan struktur. Kontraktor pada proyek d Green Pramuka Residences adalah kontraktor yang baru pertama kali mengerjakan gedung tingkat tinggi, hasil dari analisa di proyek tersebut belum memenuhi syarat jabatan kerja mengikuti sertifikasi keterampilan mandor dan sertifikasi keterampilan tukang. Analisis ini dilakukan terhadap tenaga kerja mandor dan tukang pada pekerjaan bangunan konstruksi baja proyek Gudang Multipurpose. penetapan proyek milik PT.PELABUHAN INDONESIA II (PELINDO) sebagai lokasi penelitian atas dasar, bahwa proyek gudang tersebut akan digunakan sebagai I-4

gudang multipurpose, untuk bongkar muat barang kapal dan kontainer yang beratnya mecapai puluhan ton, dan di gudang tersebut mempunyai dua crane hoeis yang mempunyai kapasitas 50 ton. Aktivitas gudang ini akan di pakai selama 1 x 24 jam nonstop. Dikarenakan gudang ini akan di gunakan sebagai bongkar muat barang yang beratnya mencapai puluhan ton, maka pembagunan gudang tersebut harus di kerjakan oleh tenaga kerja yang berkualitas, dapat diandalkan dan bersertifikat. Maka kompleksitas masalah di dalam proyek juga semakin tinggi, terutama dalam masalah kompetensi tenaga kerjanya. Pada saat observasi pendahuluan, proyek gudang multipurpose di jalan ambon sedang pemancangan. Dari hasil observasi pendahuluan dan hasil wawancara pada tanggal 1 oktober 2012 dengan beberapa tukang, mandor,dan staf kontraktor, Mandor dan tukang yang bekerja pada pembangunan gudang tersebut tidak mengetahui dan tidak memiliki sertifikat keterampilan, Dari paparan yang di sampaikan, maka akan dianalisi tentang kompetensi tenaga kerja mandor dan tukang di proyek Gudang Multipurpose milik PT.PELABUHAN INDONESIA II (PELINDO), apakah tenaga kerja mandor dan tukang pekerjaan konstruksi baja yang tidak bersertifikat sudah memenuhi kompetensi kerja dalam SKKNI. I-5

1.2 Indentifikasi Masalah Atas dasar latar belakang tersebut, maka dapat identifikasikan masalahmasalah sebagai berikut : 1. Apakah tenaga kerja terampil di bidang jasa kostruksi baja yang belum memiliki sertifikat keterampilan kerja berdasarkan SKKNI sudah memenuhi kompetensi kerja yang sesuai dengan persyaratan dalam SKKNI? 2. Apakah tenaga kerja mandor dan tukang pekerjaan konstruksi baja di proyek pembangunan milik PT.PELABUHAN INDONESIA II (PELINDO) sudah memenuhi kompetensi kerja yang sesuai dengan persyaratan dalam suatu jabatan kerja dan unit kompetensi dalam SKKNI? 1.3 Pembatasan Masalah Karena keterbatasan waktu dan kemampuan, maka analisis ini di batasai hanya pada, bagaimana kompetensi tenaga kerja mandor dan tukang konstruksi baja yang tidak memiliki sertifikat pada proyek Gudang Multipurpose sudah memenuhi kompetensi kerja berdasarkan SKKNI. I-6

1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan indentifikasi masalah dari latar belakang sebelumnya,maka rumusan masalah kompetensi tenaga kerja mandor dan tukang adalah : Bagaimanakah kompetensi tenaga kerja mandor dan tukang pekerjan konstruksi baja pada proyek Gudang Multipurpose milik PT.PELABUHAN INDONESIA II (PELINDO) di jalan ambon berdasarkan SKKNI. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui kompetensi dari tenaga kerja mandor dan tukang pada pekerjaan konstruksi baja pada proyek Gudang Multipurpose milik PT.PELABUHAN INDONESIA II (PELINDO) berdasarkan SKKNI. Memberikan data hasil penelitian kepada kontraktor sebagai reverensi. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan akan memberikan kontribusi tersendiri bagi pihak pihak, antara lain : 1. Bagi peneliti ; Dapat mempelajari lebih mendalam mengenai kompetensi kerja bagi mandor dan tukang pekerjaan konstruksi baja, sehingga mengetahui penerapan nyata standar kompetensi kerja bagi mandor dan I-7

tukang proyek milik PT.PELABUHAN INDONESIA II (PELINDO) di jalan ambon berdasarkan SKKNI. 2. Bagi perusahaan kontraktor ; Memberikan data informasi mengenai kompetensi tenaga kerja mandor dan tukang pekerjaan konstruksi baja yang bekerja dalam proyek konstruksinya, sehingga dapat dijadikan referensi dalam penggunaan tenaga kerja pada proyek tersebut. I-8