BAB I PENDAHULUAN. publik, anggaran justru harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

ANALISIS STANDAR BELANJA: ASB Kota Tanjungbalai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya masing-masing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pengertian tertentu dalam dinamika perkembangan kehidupan masyarakat, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Standar Belanja (ASB) sudah diperkenalkan pertama kali kepada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang. fundamental dalam hubungan Tata Pemerintah dan Hubungan Keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sektor publik merupakan alat ( instrument) akuntabilitas atas

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dihindarkan. Organisasi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan

DEPARTEMEN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH TAHUN 2006

Anggaran Berbasis Kinerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan hak dan kewajiban serta untuk melaksanakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

PENDAHULUAN. Indonesia sejak orde lama sampai sekarang telah menerapkan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup

BAB I PENDAHULUAN. komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung mencerminkan arah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

Prinsip-Prinsip Penganggaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja manajerial hingga kini masih menjadi issue yang menarik diteliti,

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang. perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perubahan secara holistik terhadap pelaksaaan pemerintahan orde baru.

BAB I PENDAHULUAN. input yang ditetapkan. Untuk mengukur kinerja keuangan. Belanja Daerah. Di dalam Kepmendagri tersebut dalam pembagian struktur APBD

PERENCANAAN ANGGARAN BERDASARKAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan tersedianya fasilitas yang memadai untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0076

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang

BAB 7 PENGANGGARAN PUBLIK. Prof. Indra Bastian, Ph.D, MBA, Akt

BAB I PENDAHULUAN. tergambar tidak produktif, tidak efisien, rendah kualitas, dan miskin kreativitas.

MAKSI Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah akan berjalan seiring dengan pertumbuhan output ekonomi daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dewan melainkan juga dipengaruhi latar belakang pendidikan dewan,

BAB I PENDAHULUAN. yang bersih (good governance) bebas dari KKN sehingga hasil pelayanan dari

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang perimbangan keuangan antara

I. PENDAHULUAN. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD KOTA BATAM TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik (good government governance)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia telah bergulir selama lebih dari satu

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA (APLIKASI UNTUK PEMERINTAH PUSAT)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja dengan alokasi anggaran yang tersedia. Kinerja merupakan. organisasi (Nugroho dan Rohman, 2012: 1). Kinerja menurut Peraturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penganggaran partisipatif..., 1 Amaliah Begum, FE Universitas UI, 2009 Indonesia

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi. menjadi suatu fenomena yang umumnya sering terjadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program bukan pada unit organisasi semata dan memakai output measurement

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia pasca reformasi tahun 1998 telah menimbulkan tuntutan yang

BAB I PENDAHULUAN. cukup rumit. Karakteristik penganggaran sektor publik berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2. Pengertian anggaran menurut Mulyadi (2001), yaitu: 3. Pengertian anggaran menurut Mulyadi (2001), yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik merupakan tahapan yang cukup rumit. Hal tersebut berbeda

BELANJA HIBAH DAN BELANJA BANTUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi tersebut yaitu dengan diselenggarakannya otonomi daerah.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang baik perlu upaya perbaikan manajemen keuangan publik. Hal ini seiring

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO,

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG ANALISIS STANDAR BELANJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FARIDA NUR HIDAYATI B

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam organisasi sektor publik, penganggaran merupakan tahapan yang cukup rumit dan mengandung nuansa politik yang tinggi, berbeda dengan sektor swasta di mana anggaran bersifat rahasia yang tertutup untuk publik. Pada sektor publik, anggaran justru harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan dan diberi masukan. Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik. Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja merupakan wujud komitmen dari eksekutif kepada pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran (Mardiasmo, 2002) Sebelum berlakunya sistem anggaran berbasis kinerja, metode penganggaran yang digunakan adalah metoda tradisional atau item line budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisis rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan 1

dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal. Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan dengan hasil dari pelayanan. Anggaran kinerja mencerminkan beberapa hal. Pertama, maksud dan tujuan permintaan dana. Kedua, biaya dari program-program yang diusulkan dalam mencapai tujuan ini, serta yang ketiga, data kuantitatif yang dapat mengukur pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiap-tiap program. Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini berfokus pada efisiensi penyelenggaraan suatu aktivitas. Efisiensi itu sendiri adalah perbandingan antara output dengan input. Suatu aktivitas dikatakan efisien, apabila output yang dihasilkan lebih besar dengan input yang sama, atau output yang dihasilkan adalah sama dengan input yang lebih sedikit. Anggaran ini tidak hanya didasarkan pada apa yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi pada sistem anggaran tradisional, tetapi juga didasarkan pada tujuan/rencana tertentu yang pelaksanaannya perlu disusun atau didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dan penggunaan biaya tersebut harus efisien dan efektif (http://www.anggaran.depkeu.go.id/webprint-list.asp?contentid=633, diunggah pada 22 April 2015) Untuk mewujudkan azas efisiensi dan ekonomis dalam penyusunan APBD, perlu ditetapkan indikator kinerja dan target kinerja. Indikator tersebut digunakan sebagai standar dalam penyusunan anggaran program/ kegiatan dan sebagai standar dalam penilaian terhadap kewajaran oleh tim anggaran pemerintah 2

daerah (TAPD) atas anggaran program/ kegiatan yang diajukan oleh tiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Standar yang digunakan oleh SKPD dalam menentukan jumlah rupiah dianggarkan dari rekening belanja dan total belanja kegiatan adalah standar satuan harga (atau biasa juga disebu t standar biaya / standar harga barang dan jasa (SHBJ)). Dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan transparansi serta menjamin terlaksananya kegiatan di lingkungan Pemerintah Kota Padang, telah ditetapkan Peraturan Walikota Padang Nomor 34.A Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Biaya Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran tahun 2015 di lingkungan Pemerintah Kota Padang. Peraturan ini telah mengalami dua kali perubahan yakni melalui Peraturan Walikota Padang Nomor 8 tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Padang Nomor 34.A Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Biaya Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran tahun 2015 dan Peraturan Walikota Padang Nomor 15 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Walikota Padang Nomor 34.A Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Biaya Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran tahun 2015 di lingkungan Pemerintah Kota Padang. Perubahan ini dilakukan sehubungan dengan usulan beberapa SKPD terhadap perubahan dan penambahan standar biaya pada beberapa kegiatan, sehingga perlu penyermpurnaan atas peraturan sebelumnya. Standar yang seharusnya digunakan oleh TAPD dalam menentukan kewajaran anggaran belanja kegiatan yang diajukan oleh tiap SKPD adalah analisis standar belanja (ASB). Penetapan standar biaya dan ASB bertujuan untuk 3

menjamin bahwa anggaran yang ditetapkan merupakan anggaran yang efisien dan ekonomis. Standar biaya dan ASB perlu ditetapkan dalam bentuk peraturan Kepala Daerah sehingga menjadi pedoman yang dimengerti dan ditaati oleh seluruh SKPD. Pada akhirnya, diharapkan bahwa penentuan jumlah rupiah belanja yang dianggarkan merupakan proses yang transparan dan akuntabel. Undang-undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk berpedoman pada standar teknis, standar harga satuan serta pada analisis standar belanja dalam menetapkan belanja daerahnya. Pasal 298 ayat (3) menyatakan : Belanja d aerah untuk pendanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada snalisis standar belanja dan standar harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Dengan ditetapkannya undang-undang ini seluruh pemerintah daerah di Indonesia wajib mempedomani analisis standar belanja dalam menetapkan belanja daerahnya. Penerapan penganggaran berbasis kinerja mensyaratkan adanya ASB disamping instrumen anggaran berbasis kinerja lainnya. Untuk mendukung hal tersebut perlu dilakukan kajian dan penyempurnaan implementasi penganggaran berbasis kinerja. Instrumen-instrumen yang belum ada atau masih dalam taraf penyusunan seperti ASB perlu secara berkelanjutan dilengkapi dan disempurnakan, sebagaimana pemerintah Kota Padang pernah menyusun draft ASB pada tahun 2012 bekerja sama dengan pihak luar namun hingga saat ini belum terlaksana dalam aplikasi penyusunan anggarannya. Pentingnya 4

penyusunan ASB ini dimaksudkan agar dampak positif dari penerapan anggaran berbasis kinerja dapat dirasakan dan berjalan secara efektif dan efisien. Kegiatan penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor merupakan salah satu kegiatan di pemerintahan yang menunjang terlaksananya administrasi untuk mendukung tugas pokok berupa pembelian aset dan fungsi SKPD. Penyediaan sarana perkantoran dari kegiatan tersebut dapat dilakukan melaui proses pengadaan baik secara langsung dengan menggunakan kuitansi biasa ataupun secara lelang. Belanja modal atau aset dalam kegiatan ini memegang peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian di daerah karena melibatkan para penyedia barang dan jasa dari pihak ketiga. Dalam proses pengadaannya seringkali melibatkan mata anggaran belanja pegawai seperti honor panitia pelaksana kegiatan, honor pengguna anggaran, honor PPTK, serta belanja barang dan jasa seperti belanja ATK, belanja cetak dan penggandaan, belanja makan minum sebagai belanja administrasi pengadaan. Agar anggaran yang disediakan untuk memperoleh aset dari belanja modal menjadi efisien dan efektif perlu kecermatan dalam mengalokasikan belanja administrasi untuk menunjang perolehan aset tersebut. Dalam prakteknya, pengalokasian belanja administrasi untuk memperoleh aset melalui kegiatan penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor tersebut terdapat keragaman dalam mempedomani standar yang ada, terutama pedoman standar biaya penyusunan anggaran yang ditetapkan melalui Peraturan Walikota No. 15 tahun 2015 tersebut. Sebagai contoh, SKPD dengan pagu anggaran di atas 50 juta, ada SKPD yang menganggarkan honor panitia pelaksana kegiatan untuk pengadaan belanja modalnya, sementara ada SKPD 5

yang tidak menganggarkan, demikian juga untuk belanja alat tulis kantor, panitia pengadaan dan belanja administrasi lainnya, masih sangat beragam. Dengan demikian penyusunan ASB ini ditujukan untuk mengendalikan besaran belanja untuk administrasi pelaksanaan kegiatan pengadaan peralatan dan perlengkapan kantor tersebut. Berpijak dari uraian di atas ASB sebagai dasar penyusunan anggaran guna mengimplementasikan anggaran berbasis kinerja, masih belum banyak diterapkan oleh pemerintah daerah, termasuk Pemerintah Kota Padang yang sampai saat ini belum berhasil menyusun Peraturan Daerah tentang Analisis Standar Belanja, meski pada tahun 2012 sempat bekerja sama dengan pihak luar untuk menyusun draft ASB kota Padang, namun dalam prakteknya penyusunan anggaran ASB tersebut belum digunakan sehingga masalah ini cukup krusial untuk ditindaklanjuti guna memenuhi amanat undang-undang dan penerapan anggaran berbasis kinerja. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sejauh mana Peraturan Walikota Padang tentang Pedoman Standar Biaya penyusunan DPA tahun 2015 telah digunakan dalam penyusunan anggaran kegiatan penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor di lingkungan Pemerintah Kota Padang? 6

2. Bagaimana model ASB untuk kegiatan penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor di lingkungan Pemerintah Kota Padang dengan anggaran yang terdapat dalam dokumen pelaksanaan anggaran tahun 2015? 3. Bagaimana model ASB kegiatan penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor yang disesuaikan dengan standar biaya dalam Peraturan Walikota Padang No. 15 tahun 2015 tersebut? 4. Bagaimana perbedaan antara kedua model ASB tersebut serta model manakah yang lebih baik? 1.3. Batasan Masalah Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD pada dasarnya dapat dikelompokkan berdasarkan jenis kegiatannya. Prinsip dasar pengelompokkan kegiatan berdasarkan jenis kegiatannya adalah dengan melihat apakah kegiatan yang dilaksanakan memiliki kesamaan output yang dihasilkan dan kesamaan cost driver untuk melaksanakannya Fokus penelitian ini adalah Kegiatan penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor untuk anggaran tahun 2015, karena kegiatan ini merupakan kegiatan di dalam kelompok program administrasi perkantoran yang hampir setiap tahun dianggarkan oleh sebagian besar SKPD. 7

1.4. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menilai kesesuaian Perwako tentang Pedoman Standar Biaya penyusunan DPA tahun 2015 dalam penyusunan anggaran kegiatan penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor di lingkungan Pemerintah Kota Padang. 2. Membuat model ASB pada Kegiatan penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor di lingkungan Pemerintah Kota Padang dengan menggunakan anggaran yang terdapat dalam DPA tahun 2015 3. Membuat model ASB kegiatan penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor di lingkungan Pemerintah Kota Padang yang sesuai dengan pedoman standar biaya menurut Perwako No. 15 Tahun 2015 4. Mengetahui perbedaan/varian antara kedua model tersebut untuk melihat model yang terbaik. 1.5. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, diharapkan penelitian ini akan bermanfaat untuk : 1. Memberi bahan masukan dan informasi kepada Pemerintah Kota Padang mengenai penerapan Peraturan Walikota Padang tentang Pedoman Standar Biaya dalam penganggaran khususnya penganggaran pada kegiatan penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor 8

2. Membuat model ASB sebagai acuan dalam penyusunan anggaran sekaligus menganalisis kewajaran belanja kegiatan penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor untuk anggaran tahun 2015 pada Pemerintah Kota Padang. 9