III. METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

Gambar 7. Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

III. METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 8 NOMOR 1 FEBRUARI Pemetaan Ancaman Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Konawe

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KOTA BEKASI. Dyah Wuri Khairina

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG ABSTRACT

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencapai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

III. METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

PETUNJUK PRAKTIKUM KARTOGRAFI TEMATIK (DIGITAL) Oleh : Prima Widayani

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk

III. BAHAN DAN METODE

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

DAFTAR ISI. II. LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Kerangka Alur Pikir Penelitian... 22

BAB III METODE PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

RINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

III. BAHAN DAN METODE

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

PEMETAAN ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN UNTUK KAWASAN FUNGSI LINDUNG DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu

III. BAHAN DAN METODE

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

Sabaruddin

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian Sub DAS Cikapundung

Gambar 3 Peta lokasi penelitian

Transkripsi:

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Provinsi Sumatera Barat (Gambar 5), dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Kota merupakan salah satu dari kota-kota besar di Indonesia yang sering terjadi banjir, dan selalu menelan korban harta maupun jiwa. 2. Lokasi terpilih mempunyai karakteristik wilayah yang merupakan hasil bentukan banjir sehingga perlu dilakukan zonasi daerah rawan banjir akibat pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah terbangun. Waktu pelaksanaan penelitian mulai dari penyusunan proposal hingga penulisan tesis selama 10 bulan dimulai pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat Penelitian Bahan dan alat penelitian yang digunakan dalam penelitian berupa peta dan citra satelit serta peralatan untuk survei lapangan dan survei penelitian sosial. Bahan dan alat penelitian dapat di lihat pada Tabel 1. 27

28 Tabel 1. Bahan dan Alat penelitian No Bahan dan alat Kegunaan Sumber 1. Peta Administrasi Mengetahui batas administrasi lokasi penelitian Bappeda kota 2. Peta Bentuk Lahan Mengetahui sebaran bentuk lahan lokasi penelitian Bappeda kota 3. Peta Jenis Tanah Mengetahui sebaran jenis tanah lokasi penelitian Bappeda Kota 4. Peta Geologi Mengetahui sebaran Direktorat Geologi Bandung 5. Peta Kemiringan Lereng Mengetahui Kelas Lereng di Lokasi Penelitian Bappeda Kota 6. Citra Landsat 7+TM tahun 1994 dan 2007 Untuk melihat tutupan lahan di lokasi penelitian tahun 1994 dan 2007 PPLH IPB Bogor, Biotrop, LAPAN 7. Data Curah hujan Mengetahui data curah hujan harian maksimum, bulanan, dan tahunan serta data temperatur 8. Data Jumlah Penduduk Kota tahun 1994 dan tahun 2007 11. Peralatan survey dan kuisioner 12. Perangkat keras komputer dan software ERDAS 8.5 dan software Arc View 3.3 Mengetahui laju pertumbuhan penduduk lokasi penelitian Mengetahui peristiwa banjir, lama genangan dan kedalaman banjir serta wawancara dengan pihak yang terkait Untuk analisis perubahan tutupan lahan terbangun dan analisis tingkat bahaya banjir PSDA Sumatera Barat Badan Pusat Statistik Kota 3.3. Tahap-Tahap Penelitian Tahapan pelaksanaan penelitian dan metode analisis untuk menjawab tujuan penelitian dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan a. Studi kepustakaan yang berkaitan dengan topik penelitian untuk merumuskan tujuan penelitian, metode yang digunakan, hasil yang diharapkan dan daerah yang akan dijadikan sebagai objek penelitian b. Pengumpulan dan pembacaan peta dan citra penginderaan jauh (citra Landsat TM/ETM) daerah penelitian.

29 2. Tahap Pelaksanaan a. Interpretasi citra Landsat TM tahun 1994 dan citra Landsat ETM tahun 2007. b. Identifikasi dan menganalisis daerah sasaran banjir dan pembuatan peta tingkat bahaya banjir menggunakan model MAFF-Japan. c. Menganalisis seberapa besar pengaruh perubahan kawasan terbangun terhadap tingkat bahaya banjir d. Melakukan analisis kebijakan pengendalian dan mitigasi bencana banjir. 3. Tahap Penulisan Keseluruhan hasil kerja dalam penelitian ini yang meliputi tahap persiapan dan tahap pelaksanaan diwujudkan dalam bentuk laporan hasil penelitian. Bagan alir tahapan penelitian disajikan dalam Gambar 6. Mulai Interpretasi Overlay Citra Landsat 7+ETM Tahun 1994 Citra Landsat 7+ETM Tahun 2007 ERDAS Perubahan Tutupan lahan Peta Land Use Skala 1:50.000 Peta Jenis Tanah Skala 1:50.000 Peta Geologi Skala 1:50.000 Peta Lereng Skala 1:50.000 Peta Curah Hujan Skala 1:50.000 Peta Bentuk Lahan Skala 1:50.000 Perubahan tutupan lahan alami ke tutupan lahan terbangun Arc View Model Tingkat Bahaya Banjir (MAFF) Tutupan lahan terbangun Analisis Kuantitatif & Deskriptif Wawancara dg penduduk: - Peristiwa banjir - Karakteristk banjir (periode ulang, lama genangan dan kedalaman genangan Update Verifikasi Lapangan Respon perkembangan wilayah terbangun dan pertumbuhan penduduk terhadap Bahaya banjir Kebijakan Pengendalian dan Mitigasi Bencana Banjir Bekelanjutan (wawancara kepada setiap stekholder) Analisis Deskriptif Gambar 6. Diagram Alir Penelitian

30 3.4. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran langsung pada setiap daerah contoh. Oleh karena daerah contoh yang diambil dengan dengan teknik random sampling ini merupakan satuan bentuk lahan, maka jenis sampelnya adalah area sample. Sampel tersebut diambil secara acak pada masing-masing bentuk lahan, sehingga secara keseluruhan metode pengambilan sampel secara acak dengan satuan wilayah (area random sampling). Data sekunder didapat dari instansi terkait dan dari hasil sebelumnya. 1. Data Primer a. Hasil pengukuran, pengamatan dan pengujian di lapangan 1) Verifikasi bentuklahan dan tutupan lahan. 2) Bentuk-bentuk adaptasi manusia terhadap banjir (seperti bangunan rumah, saluran drainase, tanggul buatan) 3) Lingkungan binaan, tataguna lahan, perkembangan area terbangun b. Hasil wawancara dengan penduduk 1) Peristiwa banjir (lama genagan, kedalaman genangan, asal-mula banjir, frekuensi banjir), 2) Penyesuaian penduduk terhadap banjir (pemilihan lahan permukiman) c. Kuisoner 2. Data Sekunder a. Data curah hujan time series antara tahun 1996 sampai 2005, diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Tabing, Stasiun Curah Hujan Ladang Padi, Stasiun Curah Hujan Simpang Alai, Stasiun Curah Hujan Gunung Nago, Stasiun Curah Hujan Teluk Bayur, Stasiun Curah Hujan Kasang, Stasiun Curah Hujan Gunung Sarik. b. Peta Kemampuan Tanah Kota skala 1 : 75.000 tahun 1998 c. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50.000 tahun 2001 Lembar, Solok dan Kayu Ara. d. Peta Geologi lembar dan solok skala 1 :100.000 e. Peta Bentuklahan Kota, skala 1:75.000 f. Peta saluran drainase dan irigasi Kota padang skala 1:25.000 g. Peta Daerah Aliran Sungai Kota, skala 1 :50.000 h. Peta RTRW Kota tahun 2004-2014 i. Data Jumlah Penduduk Kota tahun 1994 dan 2007

31 3.5. Teknik Pengolahan Data Data yang telah terkumpul kemudian diolah sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan pertama adalah mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan sebagai wilayah terbangun. Data yang diperlukan spasial wilayah terbangun adalah peta administrasi, citra satelit Landsat 5 TM tahun 1994 dan citra landsat 7 ETM tahun 2007. Tujuan kedua adalah mempelajari karakteristik dan penyebab banjir. Data yang diperlukan adalah peta bentuklahan, peta kontur/peta topografi, peta jenis tanah, peta geologi, peta Daerah Aliran Sungai, peta penggunaan lahan, peta geologi, peristiwa banjir (lama genangan, kedalaman genangan, asal-mula banjir, frekuensi banjir), penyesuaian penduduk terhadap genangan banjir (pemilihan lahan pemukiman), peta sebaran curah hujan, temperatur. Tujuan ketiga adalah mengetahui respon perkembangan kawasan terbangun di kota terhadap bahaya banjir. Sumber data yang diperlukan peta tutupan lahan tahun 1994 dan 2007, serta data karakteristik banjir. Tujuan keempat adalah mengetahui bentuk dan tingkat partisipasi setiap stekholder dalam kebijakan pengendalian bencana banjir yang berkelanjutan di kota. Untuk sampai pada tujuan keempat ini maka data yang diolah adalah; (1) data wawancara dengan masyarakat dan dinas terkait; (2) melakukan telaah terhadap kebijakan pemerintah tentang pengendalian dan mitigasi bencana banjir; dan (3) inventarisasi dan pengamatan terhadap kondisi bangunan pengendalian banjir. 3.6. Analisa Data Analisis yang dipergunakan untuk mengidentifikasi perubahan tutupan lahan sebagai wilayah terbangun menggunakan analisis interpretasi citra remote sensing. Analisis interpretasi citra dilakukan melalui beberapa tahap yaitu; (1) koreksi geometrik, dan (2) klasifikasi tak terbimbing, serta (3) uji ketelitian. Kemudian data citra yang berbentuk raster tersebut dapat dideteksi secara spasial (bertambah, berkurang atau tetap) dengan menggunakan metode overlay matrik antara 2 layer/citra penggunaan lahan yang berbeda waktunya. Formula Overlay Matrik yang digunakan menurut Dirgahayu (1994) adalah sebagai berikut:

32 C i-j = K*(A i 1) + B j... (1) C i-j : Konversi lahan pada kelas ke-i pada tahun ke-1 menjadi kelas ke-j pada tahun ke 2 i dan j : Indeks penggunaan lahan tahun 1994 dan 2007 Ai : Penggunaan lahan pada tahun ke-1 dengan kelas ke-i (i = 1,2,,k) Bj : Penggunaan lahan pada tahun ke-2 dengan kelas ke-j (j = 1,2,,k) K : Jumlah kelas kategori penggunaan lahan pada faktor B Analisa tingkat bahaya banjir memerlukan beberapa data, yaitu; peta curah hujan, peta penggunaan lahan, peta tanah, peta geologi dan peta bentuklahan. Dari data yang sudah diperoleh dilakukan analisis data untuk mengidentifikasikan tingkat bahaya banjir daerah penelitian. Zonasi tingkat bahaya banjir dilakukan dengan simulasi model Ministry of Agriculture, Forestry and Fishery-Japan (Hamazaki et al., 1993; Zain, 2002; Zain et al., 2006), yaitu: P + 3 (LU) + 2 (S) + 2 (ST) + G + LF... (2) Keterangan: P : Curah Hujan; LU: Penggunaan Lahan; S : Lereng; ST: Jenis Tanah; G: Tipe Geologi; LF: Bentuklahan Analisis data dilakukan dengan GIS yang terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) tahap tumpangsusun data spasial, (2) tahap editing data atribut, (3) tahap analisis tabuler, dan (d) presentasi grafis (spasial) hasil analisis. Metode yang digunakan dalam tahap analisis tabuler adalah metode scoring. Setiap parameter penentu tingkat bahaya longsor diberi skor tertentu, dan kemudian pada setiap unit analisis skor tersebut dijumlahkan. Hasil penjumlahan skor selanjutnya dikalsifikasikan untuk menentukan tingkat bahaya banjir. Klasifikasi tingkat bahaya banjir berdasarkan jumlah skor parameter banjir. Skor penilaian setiap indikator tingkat bahaya banjir disajikan dalam Tabel 2. Analisis untuk menentukan tingkat bahaya banjir digunakan formula yang dikemukakan oleh Dibyosaputro (1999), yaitu: c b I =... (3) k Dimana: I : besar jarak interval kelas; c : jumlah skor tertinggi; b : jumlah skor terendah; k : jumlah kelas yang diinginkan

33 Dari persamaan di atas, maka besar julat untuk masing-masing kelas bahaya banjir adalah sebagai berikut: Dimana: Jumlah skor terendah 10 ( b); Jumlah skor tertinggi 48 ( c ). 48 10 I = 4... (4) Tabel 2. Hasil Perhitungan Interval Daerah Rawan Banjir (MAFF-Japan) Zona Interval Tingkat Rawan Banjir I 10 19,5 Sangat Aman II 19,6 29 Aman III 29,1 38,5 Potensi Banjir IV 38,6-48 Rawan Banjir Sumber: Dibyosaputro, 1999 Setelah diperoleh distribusi tingkat bahaya banjir, dilakukan uji ketelitian dan verifikasi data melalui cross check ke lapangan. Uji ketelitian dan verifikasi data dimaksudkan untuk mencocokkan atau menguji kebenaran hasil interpretasi dengan keadaan sesungguhnya di lapangan. Dalam hal ini uji ketelitian mencakup beberapa kegiatan yaitu : 1. Memilih titik-titik pada peta yang akan digunakan untuk uji ketelitian, metode yang digunakan adalah purposive sampling dan stratified sampling. 2. Mencocokkan parameter hasil analisis penginderaan jauh dengan parameter yang ada di lapangan menggunakan alatalat survei seperti GPS dan kamera. 3. Wawancara dengan penduduk setempat untuk memperoleh keterangan mengenai banjir, meliputi: - Peristiwa banjir (tahun terjadinya banjir) - Karakteristk banjir (periode ulang, lama genangan dan kedalaman genangan) Analisa terhadap peran stekholder dalam manajemen pengendalian dan bencana banjir menggunakan analisa deskriptif. Data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalis dengan menggunakan uji trianggulasi. Triangulasi data penelitian ini dilakukan saat observasi umum, terfokus dan terseleksi. Catatan lapangan diperoleh dikomunikasikan lagi kepada informan lainnya. Guna memenuhi kriteria triangulasi sumber, maka peneliti mengkonfirmasikan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, yang disampaikan didepan umum dengan data yang secara pribadi, data dari informan yang berusia lebih muda dengan informan yang lebih tua. Disamping itu triangulasi juga dilakukan

34 dengan teori yang relevan, teori yang dapat memberikan penjelasan terhadap temuan penelitian (Sugiyono, 2005). Selanjutnya, untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam manajemen pengendalian bencana banjir dianalisis menggunakan analisis kebijakan publik yaitu content analysis. Content Analysis adalah melakukan analisa terhadap isi dari peraturan-peraturan yang telah di buat oleh pemerintah melalui dinas terkait (Dunn, 1989). Disamping itu, juga dilakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengidentifikasi kondisi bangunan-bangunan pengendalian banjir yang telah ada. Tabel 3. Harkat Kriteria Tingkat Bahaya Lonsor MAFF-Japan No Unit Model Kriteria Skor 1 Curah Hujan (mm/tahun) 2.500-3.000 2,5 3.000-3.500 3,0 3.500-4.000 3,5 4.000-4.500 4,0 4.500-5.000 4,5 >5.000 5,0 2 Penggunaan Lahan (Tipe) Lahan Terbangun 4 Sawah 4 Kebun Campuran 2 Semak Belukar 2 Hutan 1 Lahan Kosong 3 3 Lereng (%) 0-2 5 >2-15 2 15-40 1 >40 0 4 Jenis Tanah Alluvial 1 Regosol 4 Organosol 4 Latosol 2 Komplek Pedsolik Merah Kuning 3 Andosol 4 5 Tipe Geologi Aluvium 5 Batuan Gunung Api 1 Batuan Intrusi 1 Batuan Metamorf 3 Batu Kapur 3 Formasi Palepat 2 Formasi Painan 1 6 Bentuklahan Bura Pasir 2 Dataran Aluvial Pantai 5 Depresi Antar Beting 4 Beting Gisik 2 Kipas Aluvial 2 Tanggul Alam 2 Rawa Belakang 4 Dataran Banjir 5 Gosong Sungai 4 Kipas Fluvial-Vulkanik 1 Teras Aliran Piroklastik 1 Perubahan Manusia* 3 Sumber: MAFF-Japan (Zain, 2002)