III. PROSEDUR PENELITIAN. dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan

dokumen-dokumen yang mirip
III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model yang

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

III. METODE PENELITIAN

III. METODE TINDAKAN KELAS. dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak

III. METODE PENELITIAN. berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik (Kusuma, 2009:141).

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. pembelajaran dan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik,

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, tepatnya pada tahun pelajaran 2012/2013. waktu 2 bulan yaitu bulan Januari sampai dengan Februari 2013.

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk

III. PROSEDUR TINDAKAN. dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan. Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas

METODE PENELITIAN. ini adalah model Kemmis & MC Taggart dengan pertimbangan model penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbicara, menurut Arsjad dan Mukti (1988: 36) dapat berlangsung. tertentu dan menggunakan metode tertentu pula.

BAB III METODE PENELITIAN. siklus dapat dihentikan meskipun masih ada siklus kedua. Hubungan keempat

BAB III METODE PENELITIAN. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah pembelajaran di dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research. Wardhani, dkk. (2008: 1.4) mengungkapkan

BAB III METODE PENELITIAN. dialog interaktif dalam rekaman televisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 19

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : V (lima)/ II (dua) : 1 (satu) / siklus I

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

III. METODE PENELITIAN. Kemampuan menulis surat undangan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB III METODE PENELITIAN. oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak pada peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas, penelitian tindakan

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sekolah meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan

I. METODE PENELITIAN. Subjek dalam peneltian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 5 Talang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) yang

PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. (PTK). Pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. situasi kelas, atau lazim dikenal dengan istilah classroom action research. Metode

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIME TOKEN ARENDS DI SEKOLAH DASAR

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. SMA Negeri 14 Bandung pada waktu melaksanakan kegiatan belajar mengajar di

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. (2011: 4) penelitian tindakan kelas istilah dalam bahasa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Jagabaya I Kecamatan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BANJAREJO PURING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Prosedur penelitian dilaksanakan dengan menggunakan siklus-siklus

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan terhadap siswa kelas V SD Negeri 1

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

BAB III. model yang mudah dipahami dan sesuai dengan rencana kegiatan yang akan

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

III. METODE PENELITIAN. tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktekprektek

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Classroom Action Research. PTK merupakan penelitian yang dilakukan

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

Maksimum. 1. Kebenaran jawaban Bahasa (ejaan dan tambahan) Ketepatan waktu 20. Pagerpelah, 13 Juli Mengetahui

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : SD Negeri 2 Kampung Baru. Membaca teks percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (clasroom action

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan untuk meningkatkan dan menyempurnakan proses pembelajaran.

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan jumlah siswa 20 anak yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11. Lugusari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 001 RIMBA SEKAMPUNG DUMAI

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

III. METODE PENELITIAN. dan pembelajaran secara aktif profesional dan merupakan penelitian yang

PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LKS UNTUK MEMPERBAIKI KEMAMPAUN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN. 2008: 58). Sedangkan menurut Kunandar (2010: 46) PTK dapat juga

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

Transkripsi:

III. PROSEDUR PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), ruang lingkupnya adalah pembelajaran di dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik (Kusuma, 009:). Dalam konsep PTK terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hubungan keempatnya dipandang sebagai siklus. Untuk jelasnya siklus kegiatan dengan rancangan PTK model Kusuma adalah sebagai berikut. Tindakan (acting) Perencanaan (planning) Pengamatan (observating) Refleksi (reflecting) + Bagan. Hubungan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi

Penilitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang secara terus menerus. Bila pembelajaran memandu acara degan teknik pelatihan belum dapat meningkatkan kemampuan memandu acara pada siklus pertama, penulis merencanakan tindakan siklus kedua, dan seterusnya sampai mencapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian, jumlah siklus tidak terikat dan tidak ditentukan sampai siklus tertentu. Siklus disesuaikan dengan kebutuhan dalam peningkatan hasil pembelajaran. Jika ada peningkatan sesuai dengan indikator yang diharapkan, maka siklus dapat diberhentikan meskipun masih dalam siklus kedua. Siklus juga dapat dihentikan apabila dirasa tidak ada peningkatan hasil belajar dalam setiap tahapan yang telah dilalui sehingga mencapai tingkat kejenuhan. B. Subjek Penelitian Subjek yang terlibat dalam penelitian ini, adalah siswa kelas VIII- SMP Utama Bandar Lampung dengan jumlah 0 orang, terdiri atas laki-laki 8 orang dan wanita orang. C. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu penelitian diuraikan sebagai berikut.. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Utama, beralamat di Jln. Jend. Sudirman no.9 Rawa Laut. SMP Utama memiliki rombongan belajar yang terdiri dari kelas IX ruang, kelas VIII 5 ruang, kelas VII 5 ruang.. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester (genap) tahun pelajaran 009/00. Pelaksanaan PTK sesuai dengan jadwal pelajaran, dan penelitian akan berlangsung sampai mencapai indikator yang telah ditentukan. D. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini ditentukan pada aspek proses dan hasil pelaksanaan tindakan sampai pada perubahan yang dialami siswa. Dari segi proses 80% siswa aktif dalam pembelajaran. Sementara itu, dari segi hasil penelitian tindakan kelas dapat berhasil, jika siswa mendapat nilai 65 atau lebih sebanyak 75%. E. Rencana Penelitian Tindakan Kelas Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti merencanakan dalam beberapa siklus dan setiap siklusnya terdiri atas a) rencana tindakan, b) pelaksanaan tindakan, c) observasi, d) refleksi. Siklus kedua dan ketiga akan dilakukan apabila berdasarkan hasil refleksi pada siklus satu dengan menerapkan teknik pelatihan untuk meningkatkan keterampilan berbicara tidak berhasil atau tidak mencapai KKM. Dalam tindak lanjut, peneliti menganalisis hasil setiap siklus dengan berdiskusi dengan teman sejawat atau kolabarator. F. Prosedur Tindakan Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dibuat dalam bentuk siklus. Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan untuk setiap siklusnya sebagai berikut.. Perencanaan Tindakan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:

a) Menyusun RPP sesuai dengan materi yang direncanakan. b) Menyusun lembar pengamatan untuk pembelajaran keterampilan berbicara dengan menerapkan teknik pelatihan dan lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru di dalam kelas. c) Menyiapkan lembar wawancara dengan siswa.. Pelaksanaan Tindakan Proses tindakan berlangsung di kelas pada jam pelajaran bahasa Indonesia. Siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-, selama (dua) kali pertemuan (X0 menit) dengan menggunakan langkah - langkah sebagai berikut. A. Pertemuan Pertama. Kegiatan Awal a) Guru mengondisikan kelas. b) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran. c) Guru mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.. Kegatan Inti a) Guru menjelaskan mekanisme pemandu acara dengan penerapan teknik pelatihan. b) Siswa bertanya jawab tentang pemandu acara menggunakan teknik pelatihan. c) Guru menjelaskan tentang definisi teknik pelatihan.. Kegiatan Akhir Guru dan siswa melakukan refleksi hasil pembelajaran memandu acara.

B. Pertemuan Kedua. Kegiatan Awal a). Guru mengondisikan kelas; b). Guru mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari.. Kegiatan Inti a). Siswa mempresentasikan hasil pelatihan di depan kelas. b). Guru dan siswa memberikan tanggapan dan penilaian.. Kegiatan akhir Guru dan siswa melakukan refleksi keterbatasan pada saat pelatihan memandu acara.. Observasi Observasi ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan, baik terhadap siswa maupun guru dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan. Observasi dilakukan secara kolaborasi bersama teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan difokuskan pada proses pembelajaran menggunakan teknik pelatihan yang dilakukan oleh guru dan melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.. Refleksi Setelah hasil data yang diuji coba, maka peneliti melakukan diskusi kepada rekan sejawat yang melakukan kolaborasi hasil yang sudah didapat. Diskusi meliputi keberhasilan, kegagalan, dan hambatan yang dijumpai pada saat melakukan

tindakan. Data-data yang diperoleh, dipilih yang benar-benar dibutuhkan dan dapat dijadikan acuan dalam menyusun laporan dalam hasil penelitian. Setelah mendapatkan gambaran tentang permasalahan dan hambatan yang dijumpai, maka langka selanjutnya peneliti menyusun kembali rencana kegiatan yang mengacu pada kekurangan yang belum didapat, sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik pada siklus kedua dan siklus selanjutnya. G. Teknik Pengumpulan Data Instrumen-instrumen penelitian yang peneliti susun digunakan untuk mengumpulkan data yang peneliti butuhkan. Pengumpulan data-data tersebut diperoleh melalui langkah-langkah berikut.. Observasi Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Adapun yang diamati siswa kelas VIII-, selain menyampaikan materi pembelajaran dan melakukan tes lisan yang berbentuk memandu acara, peneliti juga mengamati perilaku siswa selama peroses pembelajaran. Pedoman observasi atau pengamatan ini diisi selama aspek yang diamati sesuai dengan kategori (keadaan di kelas), apakah termasuk kurang, cukup, baik, atau baik sekali.. Wawancara Wawancara dilakukan setiap akhir siklus di luar jam pelajaran. Wawancara tidak dilakukan kepada semua siswa, tetapi dilakukan kepada 0 orang siswa yang mendapatkan nilai tertinggi dan 0 orang siswa yang mendapatkan nilai terendah pada setiap siklus. Siswa diminta menuliskan jawaban hasil wawancara tersebut

dilembar jawaban yang peneliti sediakan. Wawancara ini digunakan untuk mengungkapkan efektivitas memandu acara menggunakan teknik pelatihan dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa ketika mengikuti pembelajaran memandu acara. H. Teknik Analisis Data Hal-hal yang dinilai dalam penelitian ini ada dua aspek, yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan, meliputi ketepatan ucapan, intonasi (penempatan tekanan, nada, dan kecepatan berbicara), pilihan kata (diksi). Faktor nonkebahasaan, meliputi sikap yang wajar, tenang, tidak kaku, kelancaran, kenyaringan suara, pandangan, dan mimik/gerak-gerik. Indikator uji kemampuan memandu acara ini merupakan gabungan dari beberapa pendapat, yaitu Arsjad dan Mukti, dan Nurgiantoro yang disesuaikan dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Indikator uji kemampuan memandu acara sebagai berikut. Tabel. Indikator Uji Kemampuan Memandu Acara No Indikator Sub indikator Deskriptor Skor. Faktor Pelafalan/ Semua kata yang diucapkan tepat 5 kebahasaan Ketepatan Terdengar -5 pengucapan kata Uacapan yang tidak tepat Terdengar 6-0 pengucapan kata yang tidak tepat Terdengar -5 pengucapan kata yang tidak tepat Terdengar lebih dari 6 pengucapan kata yang tidak tepat Intonasi Pembicara berbicara dengan 5

. Faktor Nonkebahasaan Kosa Kata Kelengkapan acara yang disampaikan intonasi (tekanan, nada, dan kecepatan berbicara) tepat Pembicara berbicara dengan tekanan dan nada yang tepat, tetapi terlalu cepat Pembicara berbicara dengan nada kecepatan yang tepat tetapi kurang memberi tekanan Pembicara berbicara dengan nada kecepatan yang tepat tetapi terlalu lambat Pembicara berbicara dengan intonasi yang datar Semua kosa kata yang digunakan tepat Terdapat -5 kosa kata yang tidak tepat Terdapat 6-0 kosa kata yang tidak tepat Terdapat lebih dari 0-6 kosa kata yang tidak tepat Terdapat lebih dari 6 kosa kata yang tidak tepat Acara yang disampaikan sangat lengkap mencakup pembuka, isi, dan penutup Acara yang disampaikan hanya terdapat dua bagian pembuka dan isi saja Acara yang disampaikan hanya dua bagian isi dan penutup saja Acara yang disampaikan hanya pembuka saja Hanya terdapat isi saja 5 5 Kesesuaian acara dengan kegiatan Acara yang disampaikan sangat sesuai dengan kegiatan yang berlangsung Acara yang disampaikan sesuai dengan kegiatan yang berlangsung Acara yang disampaikan kurang sesuai dengan kegiatan yang berlangsung Acara yang disampaikan tidak sesuai dengan kegiatan yang berlangsung 5

Kelancaran Mimik dan gerak/gerik Pandangan Acara yang disampaikan menyimpang dengan kegiatan yang berlangsung Pembicara dapat menyampaikan topik pembicaraan dengan lancar Pembicara menyampaikan topik pembicaaraan sebagian kecil tidak lancar Terdapat beberapa bagian yang kurang lancar Sering ragu-ragu dalam berbicara, sehingga sering terpaksa diam dan penguasaan bahasanya terbatas Pembicaraannya banyak berhenti dan pendek-pendek, percakapannya tidak dapat berlanjut Pembicara berbicara dengan mimik/gerak-gerik yang tepat Pembicara berbicara dengan mimik/gerak-gerik terlalu ekspresif Pembicara berbicara dengan mimik/ gerak-gerik kurang ekspresif Pembicara berbicara dengan mimik/gerak-gerik yang kurang percaya diri Pembicara berbicara dengan mimik datar dan tanpa gerk-gerik Pembicara mengarahkan pandangannya kepada semua pendengar secara merata Pembicara mengarahkan pandangannya terpusat hanya pada sebagian pendengar Pembicara seolah-olah mengarahkan pandangannya kepada pendengar, tetapi sebenarnya tidak Pembicara tidak mengarahkan pandangannya kepada pendengar, tetapi Pembicara hanya menunduk karena tidak berani menatap pendengar Jumlah skor 0 5 5 5

. Indikator Pelafalan Pelafalan bunyi bahasa yang kurang tepat, baik artikulasi maupun pemenggalan suku kata dapat mengalihkan perhatian pendengar. Kata-kata yang diucapkan baik jika tepat arti, tepat penempatannya, seksama dalam pengungkapan, lazim, dan sesuai dengan kaidah ejaan. Misalnya pengucapan kata belom, yang benar adalah belum, kata apotik yang benar adalah apotek, kata Rebo yang benar adalah Rabu, kata gimana yang benar adalah bagaimana, kata kebon yang benar adalah kebun. Apabila semua kata yang diucapkan tepat dan benar sesuai dengan kaidah ejaan, maka siswa mendapat skor 5. Apabila terdengar -5 pengucapan kata yang tepat, maka siswa mendapat skor. Apabila terdengar 6-0 pengucapan kata yang tidak tepat, maka siswa mendapat skor. Apabila terdengar -5 pengucapan kata yang tidak tepat, maka siswa mendapat skor. Apabila terdengar lebih dari 6 pengucapan kata yang tidak tepat, maka siswa mendapat skor.. Indikator Intonasi Ketepatan penggunaan intonasi mempunyai daya tarik tersendiri dalam berbicara. Dengan tinggi rendahnya dan keras lambutnya suara, tidak akan menimbulkan suatu kejenuhan pendengar. Apabila pembicara berbicara dengan intonasi (tekanan, nada, dan kecepatan berbicara) tepat, maka siswa mendapat skor 5. Apabila pembicara berbicara dengan tekanan dan nada yang tepat, tetapi terlalu cepat, maka siswa mendapat skor. Apabila pembicara berbicara dengan nada dan kecepatan yang tepat, tetapi kurang memberi tekanan, maka siswa mendapat skor. Apabila pembicara

berbicara dengan nada dan tekanan yang tepat, tetapi terlalu lambat, maka siswa mendapat skor. Apabila pembicara berbicara dengan intonasi yang datar, maka siswa mendapat skor.. Indikator Kosa Kata Kosa kata yang disampaikan hendaknya tepat, jelas dan bervariasi, serta mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih paham apabila kata-kata yang kita gunakan sudah di kenal oleh pendengar yang menjadi sasaran. Apabila kosa kata yang digunakan pembicara tepat dan sesuai dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara (pendengar ), misalnya kita berbicara pada perpisahan kelas IX, pendengar adalah siswa-siswi SMP, kosa kata yang dipakai sesuaikan dengan bahasa anak SMP, apabila pemakaian kosa kata sudah tepat, maka siswa mendapat skor 5. Apabila terdapat -5 kosa kata yang tidak sesuai dengan pokok pembicaraan, maka siswa mendapat skor. Apabila terdapat 6-0 kosa kata yang tidak sesuai dengan pokok pembicaraan, maka siswa mendapat skor. Apabila terdapat lebih dari -5 kosa kata yang tidak tepat, maka siswa mendapat skor. Apabila terdapat 6 kosa kata atau lebih, maka siswa mendapat skor.. Indikator Kelengkapan Acara yang Disampaikan Suatu acara dikatakan lengkap apabila mencakup pembuka, isi, dan penutup. Apa bila siswa memandu acara dengan lengkap yang didalamnya mencakup pembuka, isi, dan penutup pada suatu acara, maka siswa mendapat skor 5. Apabila dalam acara tersebut hanya terdapat dua bagian yaitu pembuka dan isi, maka siswa mendapat skor. Apabila acara tersebut hanya terdapat isi dan

penutup, maka siswa mendapat skor. Apabila acara tersebut hanya terdapat salah satu, misalnya pembuka saja, maka siswa mendapat skor. Apabila acara tersebut hanya terdapat isi saja, atau hanya penutup, maka siswa mendapat skor. 5. Indikator Kesesuaian Acara dengan Kegiatan Acara yang disampaikan harus disesuaikan dengan kegiatan yang dilaksanakan. Contoh kegiatan perpisahan kelas IX, maka acaranya yang disampaikan tentang perpisahan, baik dari segi bahasa yang digunakan maupun isi suatu acara. Apabila acara yang disampaikan sesuai dengan kegiatan yang berlangsung, maka siswa mendapat skor 5. Apabila acara yang disampaikan kurang sesuai dengan kegiatan yang berlangsung, maka siswa mendapat skor. Apabila acara yang disampaikan kurang sesuai dengan kegiatan yang berlangsung, maka siswa mendapat skor. Apabila acara yang disampaikan menyimpang jauh dengan kegiatan yang berlangsung, maka siswa mendapat skor. Apabila acara yang disampaikan bertolak belakang dengan kegiatan yang berlangsung, maka siswa mendapat skor. 6. Indikator Kelancaran Kelancaran seseorang dalam berbahasa akan lebih memudahkan pendengar dalam menangkap isi pembicaraan. Apabila siswa memandu acara dengan lancar dan tepat dalam pengucapan katakata, maka siswa mendapat skor 5. Apabila siswa dalam memandu acara sebagian kecil tidak lancar, maka siswa mendapat skor. Apabila siswa memandu acara terputus-putus, misalnya sering menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan sebagainya, maka siswa mendapat skor. Apabila siswa ragu-ragu dalam memandu acara,

maka siswa mendapat skor. Apabila pembicaraannya banyak berhenti dan pendek-pendek, percakapannya tidak dapat berlanjut, maka siswa mendapat skor. 7. Indikator Mimik/Gerak-Gerik Seseorang yang bercerita di hadapan umum tidak hanya melakukan komunikasi melalui ucapan-ucapan, melainkan juga mengadakan komunikasi melalui gerakgerik. Ketepatan mimik dan gerak-gerik dapat menunjang keefektifan berbicara dan dapat menghidupkan komunikasi, semua gerak-gerik itu harus diekspresikan sesuai dengan isi pembicaraan. Apabila siswa berbicara dengan mimik/gerak-gerik yang tepat, misalnya acaranya sedih mimiknya juga sedih, jika acaranya gembira, mimiknya juga gembira, maka siswa mendapat skor 5. Apabila siswa berbicara dengan mimik/gerak-gerik terlalu ekspresif (terlalu cepat), maka siswa mendapat skor. Apabila siswa berbicara dengan mimik/gerak-gerik kurang ekspresif(terlalu lambat), maka siswa mendapat skor. Apabila siswa berbicara dengan mimik/gerak-gerik yang kurang percaya diri, maka siswa mendapat skor. Apabila siswa berbicara dengan mimik datar dan tanpa gerak-gerik, maka siswa mendapat skor. 8. Indikator Pandangan Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara secara menyeluruh, supaya pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam kegiatan berbicara. Apabila siswa berbicara mengarahkan pandangannya kepada semua pendengar secara merata, maka siswa mendapat skor 5. Apabila siswa berbicara

mengarahkan pandangannya terpusat hanya pada sebagian pendengar, akan menyebabkan pendengar kurang diperhatikan, maka siswa mendapat skor. Apabila siswa berbicara seolah-olah mengarahkan pandangannya kepada pendengar, tetapi sebenarnya tidak, maka siswa mendapat skor. Apabila siswa berbicara tidak memperhatikan pandangannya kepada pendengar, tetapi melihat ke samping, ke atas akibatnya perhatian pendengar berkurang, maka siswa mendapt skor. Apabila siswa berbicara hanya menunduk karena tidak berani menatap pendengar, maka siswa mendapat skor. Langkah-langkah dalam menganalisis data, sebagai berikut.. Siswa mempresenatsikan pembelajaran memandu acara di depan kelas.. Penulis melakukan penilaian terhadap faktor kebahasaan, yaitu ketepatan ucapan, intonasi, dan kosa kata, serta faktor nonkebahasaan, yaitu kelengkapan acara, kesesuaian acara dengan kegiatan, kelancaran, mimik/ gerak-gerik, dan pandangan.. Menjumlahkan skor memandu acara secara keseluruhan baik faktor kebahasaan maupun nonkebahasaan dengan berpedoman pada tolok ukur pada tabel... Menghitung rata-rata kemampuan siswa dalam memandu acara pada faktor kebahasaan dan nonkebahasaan dengan memakai rumus sebagai berikut. Nilai akhir = Skor yang diperoleh x 00 Skor maksimal 5. Menentukan tingkat kemampuan siswa dengan tolok ukur di bawah ini. Tabel. Tolok Ukur Penilaian Kebahasaan dan Nonkebahasaan dalam Memandu Acara Siswa

Nilai 76-00 65-75 Tingkat Kemampuan Baik Cukup 0-6 Kurang Sumber: Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII (007:69)