NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 102,18

dokumen-dokumen yang mirip
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 102,63

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2014 SEBESAR 102,10

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2015 SEBESAR 99,24

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 103,94

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 102,54

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 103,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 100,79

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR 103,01

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 SEBESAR 102,22

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 105,26

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2017 SEBESAR 101,41

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR 105,47

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016 SEBESAR 102,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 SEBESAR 102,57

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2016 SEBESAR 103,21

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2013 SEBESAR 117,68

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2017 SEBESAR 101,32

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017 SEBESAR 101,64

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2017 SEBESAR

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2013

Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Sumatera Utara per Subsektor Maret-April 2012 (2007=100)

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

NTP Provinsi Aceh, September 2017 sebesar 94,18. Inflasi Pedesaan, September 2017 sebesar 0,46 persen.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Perkembangan Nilai Tukar Petani Dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2016 TURUN -0,90 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER 2015

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

2. Indeks Harga Dibayar Petani (Ib)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016.

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Transkripsi:

No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 102,18 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Agustus 2014, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 102,18 atau mengalami penurunan sebesar 0,35 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 102,54. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 96,35, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 96,72, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 116,49, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 103,91 dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 103,84. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya indeks NTP pada seluruh subsektor kecuali subsektor peternakan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Agustus 2014 secara umum mencapai 114,72 atau mengalami inflasi sebesar 0,54 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 114,11. Kenaikan indeks terjadi pada semua kelompok konsumsi rumah tangga dengan kelompok bahan makanan mengalami kenaikan terbesar, yaitu sebesar 0,92 persen. Kenaikan indeks terbesar selanjutnya terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,49 persen, diikuti kelompok sandang sebesar 0,41 persen, kelompok perumahan sebesar 0,29 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,24 persen, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,22 dan terakhir kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,19 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Agustus 2014 terdapat 13 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 19 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Lampung sebesar 1,06 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 1,34 persen. Sementara itu, Provinsi Sumatera Utara relatif tidak mengalami perubahan NTP pada bulan ini. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014 1

kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Agustus 2014, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,35 persen dibanding NTP Juli 2014, yaitu dari 102,54 menjadi 102,18. Turunnya NTP bulan Agustus 2014 ini disebabkan karena indeks harga produk pertanian yang diterima petani mengalami kenaikan yang lebih kecil dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. Turunnya angka NTP yang tercatat pada bulan Agustus 2014 disebabkan oleh turunnya NTP di semua subsektor kecuali subsektor peternakan yang mengalami kenaikan sebesar 0,97 persen. Subsektor tanaman perkebunan rakyat menjadi subsektor yang mengalami penurunan terbesar, yaitu mencapai 2,00 persen, diikuti oleh subsektor perikanan turun sebesar 0,59 persen, subsektor hortikultura turun sebesar 0,55 persen, dan subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,35 persen. 2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Agustus 2014, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,07 persen dibandingkan dengan It Juli 2014, yaitu dari 114,62 menjadi 114,70. Kenaikan It terjadi pada subsektor peternakan sebesar 1,30 persen dan subsektor tanaman pangan sebesar 0,20 persen. Sebaliknya, subsektor tanaman perkebunan rakyat, subsektor perikanan, dan subsektor hortikultura mengalami penurunan It masingmasing sebesar 1,70 persen, 0,17 persen dan 0,05 persen. 3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Agustus 2014, Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 0,43 persen bila dibandingkan Juli 2014, yaitu dari 111,77 menjadi 112,25. Kenaikan Ib terjadi pada semua subsektor di mana kenaikan terbesar dialami oleh subsektor tanaman pangan sebesar 0,55 persen. Selanjutnya diikuti oleh subsektor hortikultura naik sebesar 0,50 persen, subsektor perikanan naik sebesar 0,42 persen, subsektor peternakan naik sebesar 0,32 persen dan terakhir subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,30 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi bahan makanan konsumsi rumah tangga seperti cabai rawit, kacang panjang, dan daging ayam ras. 4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Agustus 2014 NTPP mengalami penurunan indeks sebesar 0,35 persen. Turunnya NTPP ini disebabkan karena kenaikan indeks yang diterima petani yang sebesar 0,20 persen lebih kecil dibanding dengan kenaikan indeks yang dibayar petani yang sebesar 0,55 persen. Kecilnya kenaikan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena turunnya indeks harga subkelompok palawija sebesar 0,70 persen meskipun subkelompok padi naik 0,98 persen. Komoditas yang menyebabkan relatif kecilnya kenaikan It pada subsektor ini terutama karena 2 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014

turunnya harga kacang kedelai, jagung, dan kacang tanah, meskipun harga komoditas gabah mengalami kenaikan yang signifikan. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,57 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,42 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan nya a. Indeks Diterima Petani (It) 110,07 110,29 0,20 - Padi 105,04 106,07 0,98 - Palawija 116,48 115,67-0,70 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 113,84 114,46 0,55 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 114,96 115,61 0,57 - Indeks BPPBM 107,13 107,58 0,42 c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 96,69 96,35-0,35 d. Nilai Tukar Usaha Petanian 102,74 102,52-0,22 b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Agustus 2014, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami penurunan sebesar 0,55 persen. Hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,05 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,50 persen. Turunnya It disebabkan oleh turunnya harga pada beberapa komoditas seperti bawang merah dan jahe. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,59 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,12 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan nya a. Indeks Diterima Petani (It) 109,58 109,52-0,05 - Sayur-sayuran 106,67 105,46-1,13 - Buah-buahan 110,91 112,07 1,05 - Tanaman Obat 114,53 112,47-1,80 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 112,68 113,24 0,50 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 114,29 114,96 0,59 - Indeks BPPBM 106,01 106,14 0,12 c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 97,25 96,72-0,55 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 103,36 103,19-0,16 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014 3

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Agustus 2014 NTPR mengalami penurunan indeks sebesar 2,00 persen, hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 1,70 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,30 persen. Turunnya It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 131,40 menjadi 129,17. Komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami penurunan harga di antaranya adalah kelapa, cengkeh, tebu, dan kopi. Sedangkan kenaikan pada Ib terjadi karena naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,48 persen, meskipun indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) turun sebesar 0,02 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan nya a. Indeks Diterima Petani (It) 131,40 129,17-1,70 - Tanaman Perkebunan Rakyat 131,40 129,17-1,70 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 110,55 110,89 0,30 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 113,55 114,09 0,48 - Indeks BPPBM 105,37 105,35-0,02 c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 118,86 116,49-2,00 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 124,71 122,62-1,68 d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan nya a. Indeks Diterima Petani (IT) 113,16 114,62 1,30 - Ternak Besar 113,43 115,13 1,50 - Ternak Kecil 111,53 113,55 1,81 - Unggas 118,99 120,95 1,65 - Hasil Ternak 107,68 106,99-0,64 b. Indeks Dibayar Petani (IB) 109,95 110,31 0,32 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 113,40 113,96 0,49 - Indeks BPPBM 106,56 106,71 0,15 c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 102,91 103,91 0,97 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 106,19 107,41 1,15 4 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014

Pada Agustus 2014 terjadi kenaikan pada NTPT sebesar 0,97 persen. Naiknya NTPT terjadi karena kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,30 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,32 persen. Kenaikan It ini disebabkan oleh naiknya It pada subkelompok ternak besar yang mencapai 1,50 persen, subkelompok ternak kecil naik sebesar 1,81 persen, dan subkelompok ungggas yang naik sebesar 1,65 persen. Penurunan It pada subkelompok hasil ternak sebesar 0,64 persen tidak berpengaruh besar pada kenaikan It pada subsektor peternakan pada bulan Agustus 2014 ini. Naiknya harga beberapa komoditas seperti sapi potong, kambing, dan daging ayam ras menjadi penyebab utama kenaikan It pada subsektor ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,49 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,15 persen. e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Agustus 2014, NTN mengalami penurunan sebesar 0,59 persen, hal ini dikarenakan indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,17 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,42 persen. Turunnya It subsektor ini disebabkan oleh turunnya It subkelompok budidaya sebesar 0,29 persen meskipun It subkelompok penangkapan mengalami kenaikan sebesar 1,86 persen. Sedangkan, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,71 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,06 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan nya a. Indeks Diterima Petani 114,83 114,64-0,17 - Penangkapan 120,63 122,87 1,86 - Budidaya 114,51 114,19-0,29 b. Indeks Dibayar Petani 109,95 110,41 0,42 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 114,78 115,60 0,71 - Indeks BPPBM 104,32 104,38 0,06 c. Nilai Tukar Petani (NTN) 104,45 103,84-0,59 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 110,07 109,83-0,22 Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Agustus 2014 mengalami kenaikan indeks sebesar 1,36 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 1,86 persen lebih tinggi dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani (nelayan) yang hanya sebesar 0,49 persen. Naiknya It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti tongkol, manyung, dan kuwe pada bulan ini. Sedangkan kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,71 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,23 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014 5

Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan nya a. Indeks Diterima Petani 120,63 122,87 1,86 - Penangkapan Perairan Umum 100,00 100,00 0,00 - Penangkapan Perairan Laut 120,65 122,89 1,86 b. Indeks Dibayar Petani 113,02 113,58 0,49 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 114,64 115,45 0,71 - Indeks BPPBM 111,14 111,39 0,23 c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 106,73 108,17 1,36 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 108,54 110,30 1,62 Sementara itu, NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 0,70 persen pada Agustus 2014. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,29 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,42 persen. Turunnya It banyak disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti lele dan udang. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,71 persen, dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,04 persen dibanding bulan sebelumnya. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan nya a. Indeks Diterima Petani 114,51 114,19-0,29 - Budidaya Air Tawar 114,51 114,19-0,29 b. Indeks Dibayar Petani 109,77 110,23 0,42 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 114,79 115,61 0,71 - Indeks BPPBM 103,95 103,99 0,04 c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan 104,32 103,59-0,70 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 110,17 109,80-0,33 5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Agustus 2014 mencapai 102,13 atau turun sebesar 0,35 persen dibanding bulan Juli 2014. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,08 persen lebih kecil dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang mencapai 0,43 persen. 6 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014

Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan nya Indeks Harga yang Diterima Petani 114,61 114,70 0,08 Indeks Harga yang Dibayar Petani 111,83 112,31 0,43 Konsumsi Rumah Tangga 114,09 114,70 0,53 BPPBM 106,38 106,58 0,19 Nilai Tukar Petani 102,49 102,13-0,35 Nilai Tukar Usaha Pertanian 107,74 107,62-0,11 6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada Agustus 2014, Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) atau IHK di daerah perdesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan atau inflasi 0,54 persen. Kenaikan indeks terjadi pada semua kelompok konsumsi rumah tangga dengan kelompok bahan makanan mengalami kenaikan terbesar, yaitu sebesar 0,92 persen. Kenaikan indeks terbesar selanjutnya terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,49 persen, diikuti kelompok sandang sebesar 0,41 persen, kelompok perumahan sebesar 0,29 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,24 persen, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,22 dan terakhir kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,19 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan nya Kelompok Konsumsi Rumah Tangga 114,11 114,72 0,54 - Bahan Makanan 121,09 122,20 0,92 - Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 111,57 112,12 0,49 - Perumahan 110,40 110,72 0,29 - Sandang 111,77 112,23 0,41 - Kesehatan 106,54 106,80 0,24 - Pendidikan,Rekreasi, dan Olahraga 104,79 104,99 0,19 - Transportasi dan Komunikasi 112,91 113,16 0,22 7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada bulan Agustus 2014 ada sebanyak 13 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Lampung yaitu sebesar 1,06 persen, sedangkan kenaikan NTP terendah sebesar 0,02 persen terjadi di Provinsi Sulawesi Utara. Kenaikan NTP tertinggi di Provinsi Lampung terutama disebabkan oleh kenaikan NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga lada/merica, kopi, dan kakao. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014 7

Sebanyak 19 provinsi pada bulan Agustus 2014 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,34 persen. Sebaliknya provinsi yang mengalami penurunan terkecil adalah Sumatera Barat dengan penurunan sebesar 0,03 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan banyak disebabkan oleh penurunan harga karet dan kopi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat. Sementara itu, provinsi yang tidak mengalami perubahan NTP yang signifikan pada bulan ini adalah Provinsi Sumatera Utara. Tabel 10 NTP Provinsi dan nya Provinsi Nasional 102,12 102,06-0,06 NAD 99,58 98,65-0,93 Sumatera Utara 99,82 99,81 0,00 Sumatera Barat 100,53 100,50-0,03 Riau 97,55 96,41-1,17 Jambi 98,24 97,12-1,14 Sumatera Selatan 102,77 101,40-1,34 Bengkulu 96,81 96,00-0,84 Lampung 104,84 105,94 1,06 Bangka Belitung 101,75 102,47 0,71 Kepulauan Riau 101,77 101,95 0,18 DKI Jakarta 101,27 100,87-0,40 Jawa Barat 104,79 104,20-0,56 Jawa Tengah 100,22 100,41 0,19 Yogyakarta 102,54 102,18-0,35 Jawa Timur 104,32 104,58 0,25 Banten 104,54 103,68-0,82 Bali 105,14 105,21 0,07 Nusa Tenggara Barat 100,13 99,72-0,42 Nusa Tenggara Timur 100,78 101,32 0,54 Kalimantan Barat 96,61 96,77 0,16 Kalimantan Tengah 101,11 101,62 0,50 Kalimantan Selatan 99,40 99,11-0,29 Kalimantan Timur 99,71 100,11 0,40 Sulawesi Utara 99,73 99,75 0,02 Selawesi Tengah 102,87 102,71-0,16 Sulawesi Selatan 105,72 105,28-0,42 Sulawesi Tenggara 102,27 101,57-0,68 Gorontalo 101,75 101,66-0,09 Sulawesi Barat 102,85 102,74-0,11 Maluku 100,90 101,08 0,18 Maluku Utara 104,61 104,15-0,44 Papua Barat 100,13 100,29 0,16 Papua 97,77 97,26-0,53 8 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014

Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan nya Provinsi Nasional 102,06 101,98-0,08 NAD 99,46 98,54-0,93 Sumatera Utara 99,83 99,82-0,01 Sumatera Barat 100,31 100,26-0,05 Riau 97,07 95,81-1,29 Jambi 98,08 96,93-1,17 Sumatera Selatan 102,78 101,36-1,39 Bengkulu 96,64 95,80-0,87 Lampung 104,90 106,04 1,08 Bangka Belitung 101,56 102,25 0,68 Kepulauan Riau 99,23 99,01-0,22 Jawa Barat 104,97 104,37-0,57 Jawa Tengah 100,17 100,36 0,19 Yogyakarta 102,49 102,13-0,35 Jawa Timur 104,26 104,51 0,24 Banten 104,51 103,62-0,85 Bali 105,10 105,19 0,08 Nusa Tenggara Barat 100,13 99,68-0,45 Nusa Tenggara Timur 100,72 101,26 0,54 Kalimantan Barat 96,49 96,64 0,16 Kalimantan Tengah 100,81 101,32 0,51 Kalimantan Selatan 98,53 98,30-0,23 Kalimantan Timur 99,43 99,79 0,36 Sulawesi Utara 99,24 99,20-0,04 Selawesi Tengah 102,92 102,72-0,19 Sulawesi Selatan 105,66 105,16-0,47 Sulawesi Tenggara 101,89 101,17-0,71 Gorontalo 101,78 101,68-0,09 Sulawesi Barat 103,10 102,98-0,11 Maluku 99,95 100,20 0,25 Maluku Utara 104,89 104,44-0,43 Papua Barat 99,64 99,70 0,06 Papua 97,58 97,04-0,55 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014 9

Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan nya Provinsi Nasional 106,02 106,44 0,39 NAD 104,29 102,64-1,58 Sumatera Utara 102,47 102,94 0,46 Sumatera Barat 102,71 102,56-0,15 Riau 107,93 109,15 1,14 Jambi 105,33 104,93-0,38 Sumatera Selatan 98,20 98,69 0,51 Bengkulu 101,21 102,22 1,01 Lampung 106,73 108,02 1,21 Bangka Belitung 104,74 105,89 1,10 Kepulauan Riau 107,25 108,48 1,15 DKI Jakarta 106,16 105,13-0,96 Jawa Barat 107,66 106,64-0,95 Jawa Tengah 106,88 107,88 0,94 Yogyakarta 106,73 108,17 1,36 Jawa Timur 108,72 110,36 1,51 Banten 115,78 117,01 1,06 Bali 115,71 115,48-0,20 Nusa Tenggara Barat 102,68 103,60 0,90 Nusa Tenggara Timur 104,73 105,30 0,54 Kalimantan Barat 102,65 102,53-0,12 Kalimantan Tengah 109,10 109,73 0,57 Kalimantan Selatan 110,91 109,71-1,07 Kalimantan Timur 108,51 109,50 0,92 Sulawesi Utara 110,46 110,81 0,31 Selawesi Tengah 103,24 103,76 0,50 Sulawesi Selatan 107,81 109,09 1,19 Sulawesi Tenggara 108,12 108,03-0,08 Gorontalo 103,62 103,83 0,21 Sulawesi Barat 97,05 96,95-0,11 Maluku 107,62 107,39-0,21 Maluku Utara 100,07 99,37-0,70 Papua Barat 105,52 106,69 1,10 Papua 102,32 102,30-0,01 10 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014

Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan nya Provinsi Nasional 101,89 101,79-0,10 NAD 100,89 100,50-0,38 Sumatera Utara 96,14 96,36 0,23 Sumatera Barat 106,07 106,60 0,50 Riau 105,36 106,19 0,78 Jambi 100,97 101,24 0,27 Sumatera Selatan 106,87 106,02-0,79 Bengkulu 103,53 103,43-0,09 Lampung 101,05 100,60-0,45 Bangka Belitung 97,26 97,44 0,18 Kepulauan Riau 113,69 115,07 1,22 DKI Jakarta 96,14 96,38 0,25 Jawa Barat 101,08 100,69-0,38 Jawa Tengah 100,79 100,80 0,01 Yogyakarta 104,32 103,59-0,70 Jawa Timur 106,28 106,47 0,18 Banten 97,51 97,45-0,06 Bali 94,58 94,12-0,49 Nusa Tenggara Barat 96,06 96,03-0,03 Nusa Tenggara Timur 101,85 102,16 0,30 Kalimantan Barat 95,11 96,01 0,95 Kalimantan Tengah 97,72 98,02 0,30 Kalimantan Selatan 105,81 105,05-0,72 Kalimantan Timur 93,80 94,18 0,40 Sulawesi Utara 99,14 100,80 1,68 Selawesi Tengah 99,52 99,34-0,18 Sulawesi Selatan 106,07 106,14 0,06 Sulawesi Tenggara 103,16 101,99-1,14 Gorontalo 94,19 93,80-0,42 Sulawesi Barat 99,47 99,39-0,08 Maluku 114,56 113,36-1,05 Maluku Utara 109,20 109,15-0,05 Papua Barat 93,68 93,74 0,07 Papua 95,23 94,55-0,72 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014 11

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH AGUSTUS 2014 Berdasarkan hasil observasi terhadap 82 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Agustus 2014, sebagian besar atau 74,39 persen berkualitas rendah dan sisanya 25,61 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP). Dibandingkan Juli 2014, rata-rata harga gabah kualitas GKP mengalami kenaikan 0,32 persen menjadi Rp. 4.309,52 per kg di tingkat petani dan naik 0,26 persen menjadi Rp. 4.352,38 per kg di tingkat penggilingan. Sebaliknya, rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 2,12 persen menjadi Rp. 3.493,44 per kg di tingkat petani dan turun 2,04 persen menjadi Rp. 3.543,44 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 4.800,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.350,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Bantul (Bantul). Selama Agustus 2014, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP. Pada Agustus 2014, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 82 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas rendah sebanyak 61 observasi dan kualitas GKP sebanyak 21 observasi. Kelompok Kualitas GKG GKP Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Agustus 2014 Jumlah Observasi (%) Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Harga* Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg) Selisih Harga Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.150,00 - - - - - - (0,00%) (penggilingan) Gabah Kualitas Rendah Total 21 (25,61%) 61 (74,39%) 82 (100,00%) 4.000,00 4.800,00 4.309,52 4.352,38 3.300,00 (petani) 3.350,00 (penggilingan) 1.002,38 29,92 1.009,52 30,59 3.350,00 4.000,00 3.493,44 3.543,44 - - - - - - - - - - Keterangan : GKG : kadar air 14% dan kadar hampa/kotoran 3% GKP : kadar air (14,01%-25%) dan kadar hampa/kotoran (3,01%-10%) atau kadar air 14% an kadar hampa>3% Diluar kualitas : kadar air >25% atau kadar hampa/kotoran >10% * HPP berdasarkan INPRES nomor 3 Tahun 2012 tgl.27 Agustus 2012 mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan. 12 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014

1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 21 observasi atau 25,61 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Agustus 2014. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP. Berdasarkan 61 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 74,39 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Agustus 2014, yang berpotensi mengalami kasus harga berasal dari Kabupaten Bantul (73,17 persen) dan Kabupaten Sleman (1,22 persen). Tabel 15 Jumlah dan Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Agustus 2014 Kelompok Kualitas Jumlah Observasi Jumlah Observasi Harga Gabah di Bawah HPP Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP Jumlah Observasi Harga Gabah di Atas HPP Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan (5) (6) (7) (8) GKG 0-0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) GKP 21 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 21 (100,00 %) 21 (100,00 %) GKG dan GKP 21-0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) - 21 (100,00 %) Kualitas Rendah 61 2. Harga Terendah, Tertinggi, dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 4.800,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.350,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Bantul. Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Juni-Agustus 2014 Kelompok Kualitas Kadar Air (KA) Kadar Hampa/Kotoran (KH) Jun 2014 Jul 2014 Ags 2014 Jun 2014 Jul 2014 Ags 2014 (5) (6) (7) GKG - - - - - - GKP 13,57 15,21 13,21 6,44 7,03 6,15 KualitasRendah 24,76 30,45 26,59 12,34 10,01 9,71 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014 13

Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 13,21 persen dan 6,15 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Agustus 2014 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 26,59 persen dan 9,71 persen. Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Juni-Agustus 2014 Tingkat Petani (Rp / Kg) Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Kelompok Kualitas Perub (4) Perub (4) Jun 2014 Jul 2014 Ags 2014 thd (3) (%) Jun 2014 Jul 2014 Ags 2014 thd (3) (%) (5) (6) (7) (8) (9) GKG - - - - - - - - GKP 4.058,33 4.295,65 4.309,52 0,32 4.103,13 4.341,30 4.352,38 0,26 Kualitas Rendah 3.758,33 3.569,23 3.493,44-2,12 3.797,92 3.617,31 3.543,44-2,04 Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik Rp. 13,87 per kg (0,32 persen) menjadi Rp 4.309,52 per kg dan di tingkat penggilingan naik Rp. 11,08 per kg (0,26 persen) menjadi Rp. 4.352,38 per kg. Sebaliknya, rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar Rp. 75,79 per kg (2,12 persen) menjadi Rp. 3.493,44 per kg, dan rata-rata harga di tingkat penggilingan turun Rp. 73,87 per kg (2,04 persen) menjadi Rp. 3.543,44 per kg. Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Agustus 2013 - Agustus 2014 Rp/Kg 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Agst-2013 Sept-2013 Okt-2013 Nov-2013 Des-2013 Jan-2014 Feb-2014 Mar-2014 Apr-2014 Mei-2014 Jun-2014 Jul-2014 Agst-2014 GKG GKP Kualitas Rendah HPP GKG HPP GKP 14 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014