PROSES PEMISAHAN FISIK

dokumen-dokumen yang mirip
RESIDU DAN FRAKSI-FRAKSI PETROLEUM CAIR

HIDROKARBON AROMATIK

Pengolahan Minyak Bumi

MAKALAH KIMIA PEMISAHAN

Ilmu Kimia Proses PETROKIMIA

GAS ALAM (Gas Alam Terasosiasi dan Tak-terasosiasi)

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi

Proses Pengolahan Gas Alam Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan uap air yang bervariasi.

Pengantar Edisi Kedua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

EKSTRAKSI ASPHALTENE DARI MINYAK BUMI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROSES KONVERSI. Proses konversi di industri umumnya digunakan untuk:

PRODUKSI OLEFIN PERENGKAHAN KUKUS HIDROKARBON. (Produksi Olefin)

INDUSTRI MINYAK BUMI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

MINYAK BUMI DAN GAS ALAM

II. DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

1. Densitas, Berat Jenis. Gravitas API

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Addres: Fb: Khayasar ALKANA. Rumus umum alkana: C n H 2n + 2. R (alkil) = C n H 2n + 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

DESTILASI, RESIN PENUKAR ION DAN PEMURNIAN

4025 Sintesis 2-iodopropana dari 2-propanol

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MINYAK BUMI KOMPOSISI MINYAK BUMI. Campuran minyak bumi dikelompokkan sebagai berikut:

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

BAB 5 INDUSTRI MINYAK BUMI

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM :

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BAHAN BAKU TETES MENGGUNAKAN PROSES FERMENTASI DAN PENAMBAHAN ASAM STEARAT

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I

KOMPOSISI MINYAK BUMI

MINYAK BUMI DAN PETROKIMIA

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia

LEMBARAN SOAL 6. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH )

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

Prarancangan Pabrik Metil Merkaptan dari Metanol dan Hidrogen Sulfida dengan Kapasitas ton /tahun BAB I PENDAHULUAN

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV UJI MINYAK BUMI DAN PRODUKNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4022 Sintesis etil (S)-(+)-3-hidroksibutirat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERCOBAAN 01 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR: DISTILASI, TITIK DIDIH (KI- 2051)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. teori tumbuh-tunbuhan (Hofer,1966), senyawa-senyawa organik penyusun minyak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENGUJIAN KADAR AIR DAN KADAR FRAKSI RINGAN DALAM CAMPURAN PERKERASAN BERASPAL

4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol)

BAB I DISTILASI BATCH

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

Metoda-Metoda Ekstraksi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4].

MKA PROSES KIMIA. Sri Wahyu Murni Prodi Teknik Kimia FTI UPN Veteran Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kapasitas..., Prolessara Prasodjo, FT UI, 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ISOLASI EUGENOL DALAM MINYAK CENGKEH DENGAN PROSES DISTILASI FRAKSIONASI TEKANAN RENDAH

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

1. Destilasi bertingkat ( fraksional )

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

Pemisahan Campuran 1.Filtrasi(Penyaringan) 2.Destilasi

Minyak Bumi. Proses pembentukan minyak bumi

4024 Sintesis enantioselektif pada etil (1R,2S)-cishidroksisiklopentana

METODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan

BAB II LANDASAN TEORI

Kelompok 2: Kromatografi Kolom

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Titik Leleh dan Titik Didih

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

Transkripsi:

PROSES PEMISAHAN FISIK Teknik pemisahan fisik akan memisahkan suatu campuran seperti minyak bumi tanpa merubah karakteristik kimia komponennya. Pemisahan ini didasarkan pada perbedaan sifat fisik tertentu dari komponennya seperti titik didih dan titik leleh, afinitas adsorpsi pada padatan tertentu, dan difusi melalui membran tertentu. Proses pemisahan fisik penting yang didiskusikan di sini adalah distilasi, absorpsi, dan ekstraksi pelarut. DISTILASI ATMOSFERIK Distilasi atmosferik memisahkan campuran ruwet minyak bumi menjadi fraksifraksi berbeda dengan rentang pendidihan yang relatif lebar. Secara umum, pemisahan suatu campuran menjadi fraksi-fraksi terutama didasarkan pada perbedaan titik didih komponennya. Pada unit distilasi atmosferik, satu atau beberapa kolom fraksionasi dipergunakan. Pendistilasian minyak bumi dimulai dengan pemanasan-awal umpan pada penukar panas dengan aliran produk panas. Umpan ini dipanaskan lebih lanjut hingga sekitar 320 o C dengan mengalir umpan melalui pipa pemanas (alat pemanas bejana pipa). Umpan panas memasuki fraksionator, yang normalnya terdiri dari 30-50 nampan fraksionasi. dimasukkan di bagian bawah fraksionator ini untuk melucuti komponen ringannya. Efisiensi pemisahannya merupakan fungsi dari banyaknya pelat teoritikal dari menara fraksionasi dan rasio refluks. Refluks didapat dengan mengembunkan sebagian uap atas dari menara. Rasio refluks adalah perbandingan uap yang mengembun balik ke dalam bejana terhadap uap yang mengembun keluar bejana (distilat). Semakin besar rasio refluks, semakin baik pemisahan campuran itu. Produk-produk diambil dari menara distilasi sebagai aliran samping, sedangkan refluks didapat dengan mengembalikan sebagian uap yang didinginkan di kondenser bagian atas menara. Tambahan refluks dapat diberikan dengan mengembalikan sebagian produk aliran samping yang dingin ke menara. Pada prakteknya, rasio refluks berubah dalam rentang yang lebar sesuai dengan pemisahan tertentu yang diinginkan. Dari kondenser bagian atas, gas yang tak terembunkan dipisahkan, dan cairan nafta ringan yang terembunkan diambil dan dikirim ke penyimpanan. Nafta berat, minyak-tanah, dan solar diambil sebagai produk aliran samping. Tabel 3-1 memperlihatkan rentang pendidihan untuk fraksifraksi minyak bumi. Residunya (minyak bumi atas) diambil dari bagian bawah menara distilasi dan mungkin digunakan sebagai bahan bakar minyak. Residu mungkin juga dimasukkan ke unit distilasi vakum, ke proses perengkahan katalitik atau perengkahan kukus. Gambar 3-1 adalah aliran diagram untuk unit distilasi atmosferik dan vakum. DISTILASI VAKUM Distilasi vakum akan meningkatkan jumlah distilat-tengah dan akan menghasilkan bahan baku dasar minyak pelumas dan aspal. Umpan ke unit ini

adalah residu dari distilasi atmosferik. Pada distilasi vakum, pengurangan tekanan dilakukan untuk menghindarkan perengkahan hidrokarbon rantai-panjang yang ada dalam umpan. Pertama-tama umpan dipanaskan-awal melalui pertukaran panas dengan produknya, lalu dimasukkan ke pemanas unit vakum, dan kemudian dilewatkan ke menara vakum yang beratmosfer kukus lewat-panas. Pemakaian kukus lewatpanas sangat penting: ini mengurangi tekanan parsial hidrokarbon dan mengurangi terbentuknya kokas dalam buluh tungku. Distilasi normalnya terjadi pada rentang temperatur 400-440 o C dan tekanan absolut 25-40 mmhg. Temperatur menara bagian atas diatur dengan merefluks sebagian produk solar (produk atas). Ukuran (diameter) menara distilasi vakum biasanya jauh lebih besar daripada menara atmosferik karena volume dari uap/satuan-volume umpan adalah jauh lebih besar daripada distilasi atmosferik. 2 Tabel 3-1 Perkiraan rentang titik didih ASTM untuk fraksi-fraksi minyak bumi Fraksi o F Rentang didih Nafta ringan 85-210 30-99 Nafta berat 190-400 88-204 Minyak-tanah 340-520 171-271 Solar atmosferik 540-820 288-438 Solar vakum 750-1.050 399-566 Residu vakum 1.000+ 538+ o C Gas flash Nafta ringan Minyak bumi Nafta berat Minyak-tanah Diesel Umpan perengkahan Ke sistem vakum Solar vak. rgn. Solar vk. brt. Solar vakum (umpan perengkahan) (opsional) Aspal Gambar 3-1. Diagram alir dari unit distilasi atmosferik dan vakum: 1 (1,3) penukar panas; (2) penghilang garam, (3,4) pemanas; (5) kolom distilasi, (6) kondenser

atas, (7-10) aliran yang dipompakan, (11) pemanas distilasi vakum; (12) menara vakum. Produk yang didapat sebagai aliran samping adalah solar vakum (VGO) yang merupakan bahan baku dasar minyak pelumas, dan aspal. Aspal mungkin digunakan untuk pelapis jalan raya atau mungkin diumpankan ke unit delayed coking. PROSES ABSORPSI Proses ini secara selektif mengambil gas tertentu dari suatu campuran gas dengan memakai suatu absorben cair. Pada industri pengilangan minyak, proses ini digunakan secara luas untuk membebaskan aliran-aliran produk gas dari gasgas asam (terutama H 2 S) baik dengan memakai absorben fisik ataupun kimia. Absorpsi gas asam dari gas alam didiskusikan di Bab 1. PROSES ADSORPSI Proses adsorpsi menggunakan bahan (adsorben) padat yang memiliki luas permukaan yang besar dan memiliki kemampuan untuk melakukan adsorpsi secara selektif suatu gas atau suatu cairan pada permukaannya. Contoh adsorben adalah silika (SiO 2 ), alumina anhidrous (Al 2 O 3 ), dan saringan molekular (kristal silika/alumina). Proses adsorpsi mungkin digunakan untuk mengambil gas asam dari gas alam dan aliran-aliran gas kilang. Sebagai contoh, saringan (sieve) molekular digunakan untuk menghilangkan hidrat dari gas alam dan untuk mengurangi gas-gas asamnya. Proses adsorpsi juga dipakai untuk memisahkan campuran cairan. Sebagai contoh, saringan molekular 5A secara selektif mengadsorp n-parafin dari fraksi nafta beroktana-rendah. Parafin bercabang dan aromatik dalam campuran tidak teradsorp pada permukaan padatan. Fraksi yang terkumpulkan terutama mengandung aromatik dan parafin bercabang yang memiliki bilangan oktana lebih tinggi daripada umpannya. Proses desorpsi n-parafin berlangsung dengan menukarnya dengan pelarut lain atau dengan menggunakan panas. n-parafin yang didapat pada rentang ini adalah bahan baku yang bagus untuk perengkahan kukus bagi produksi olefin. Adsorpsi n-parafin (C 10 -C 14 ) dari minyak-tanah atau fraksi solar dapat dilakukan dengan proses adsorpsi fasa-cair ataupun uap. Normal parafin dari rentang ini adalah bahan-antara penting bagi pengalkilasi benzena untuk produksi deterjen buatan (Bab 10). Normal parafin ini juga bahan baku yang bagus untuk protein seltunggal (SCP = single-cell protein). Proses IsoSiv adalah suatu teknik adsorpsi isobarik dan isotermal yang dipakai untuk memisahkan n-parafin dari solar. Kondisi operasinya mendekati 370 o C dan 6,8 atm. 3 Desorpsi dilakukan dengan memakai n-pentana atau n-heksana. Pelarut ini mudah didistilasi dari n-parafin lebih berat dan kemudian didaur-ulang. EKSTRAKSI PELARUT

Pelarut cair dipergunakan untuk mengekstrak senyawa yang diinginkan atau tak diinginkan dari suatu campuran cairan. Proses ekstraksi pelarut menggunakan suatu pelarut cair yang memiliki tenaga solvolitik yang tinggi untuk senyawa tertentu dari campuran umpan. Sebagai contoh, etilena glikol memiliki afinitas lebih besar pada hidrokarbon aromatik sehingga mengekstraksi aromatik lebih banyak dari suatu campuran reformata (suatu produk aromatik dan parafinik cair dari reforming katalitik). Raffinata yang terutama mengandung parafin, dibebaskan dari sedikit etilena glikol dengan distilasi. Pelarut lain yang dapat digunakan untuk maksud ini adalah sulfur dioksida cair dan sulfolana (tetrametilena sulfona). Proses sulfolana menghasilkan suatu ekstraktan yang fleksibel bagi pembuatan aromatik BTX (benzena, toluena, xilena) dengan kemurnian tinggi. Proses ini juga mengekstrak aromatik dari minyak-tanah untuk membuat bahan bakar jet beraromatik-rendah. Pada sisi lain, propana cair juga memiliki afinitas tinggi terhadap hidrokarbon parafinik. Deaspalting propana akan mengambil bahan-bahan aspaltik dari bahan baku dasar minyak pelumas berat. Bahan aspaltik ini mengurangi indeks viskositas dari minyak pelumas. Pada proses ini, propana cair terutama melarutkan hidrokarbon parafinik dan membiarkan bahan aspaltik. Temperatur ekstraksi lebih tinggi akan menguntungkan proses pemisahan komponen aspaltik. Minyak terdeaspalt dilucuti untuk mengambil propananya, yang kemudian didaur-ulang. Ekstraksi pelarut mungkin juga digunakan untuk mengurangi aspaltena dan logam dari fraksi-fraksi lebih berat dan residu sebelum dipakai di perengkahan katalitik. Pelarut organik memisahkan residu ini menjadi minyak ter-demetalisasi dengan kadar aspaltena dan logam yang lebih rendah. Gambar 3-2 menunjukkan proses deaspalting IFP dan Tabel 3-2 memperlihatkan analisa umpan sebelum dan sesudah pengolahan pelarut. 4 Umpan Tambahan pelarut Daur ulang pelarut Aspall Gambar 3-2. Proses penghilangan aspal IFP: 4 pengambilan kembali pelarut. (1,2) ekstraktor, (3-6) menara

Tabel 3-2 Contoh analisa residu vakum Arabian ringan sebelum dan sesudah pengolahan pelarut yang menggunakan pelarut hidrokarbon C 4 dan C 5 4 Umpan DAO Pelarut - C 4 C 5 Hasil, %-brt - 70,1 85,5 Gr. sp. 1,003 0,959 0,974 Visk., cst @ 99 o C 345 63 105 Karbon Conradson, %-brt 16,4 5,3 7,9 Aspaltena (terlarut C 7), %-brt 4,20 <0,05 <0,05 Ni, ppm 19 2,0 7,0 V, ppm 61 2,6 15,5 S, %-brt 4,05 3,3 3,65 N 2, ppm 2.875 1.950 2.170 Ekstraksi pelarut digunakan secara luas di industri pengilangan minyak. Setiap proses mempergunakan pelarut selektif tertentu, tetapi prinsip dasarnya adalah sama seperti di atas.