ANALISIS SFC PADA BANDAR UDARA SUPADIO PONTIANAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tingkat pelayanan (level of service) terminal dan apron Bandara. Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):

PENDAHULUAN BAB I. berpopulasi tinggi. Melihat kondisi geografisnya, transportasi menjadi salah satu

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Airport) berfungsi sebagai simpul pergerakan penumpang atau barang dari

Desain Bandara Binaka Nias Untuk Pesawat Airbus 300A ABSTRAK

KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat

OPTIMASI KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO

DESAIN TEBAL PERKERASAN DAN PANJANG RUNWAY MENGGUNAKAN METODE FAA; STUDI KASUS BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU SUMATERA UTARA

DAFTAR PUSTAKA. 1. Basuki, H Merancang, Merencana Lapangan Terbang. 2. Horonjeff, R. dan McKevey, F Perencanaan dan

Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya

PENGARUH LINGKUNGAN LAPANGAN TERBANG PADA PERENCANAAN PANJANG LANDASAN DENGAN STANDAR A.R.F.L. Oleh : Dwi Sri Wiyanti. Abstract

ANALISIS PENINGKATAN LANDASAN PACU (RUNWAY) BANDAR UDARA PINANG KAMPAI-DUMAI

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Singkatan dari Advisory Circular, merupakan suatu standar dari federasi penerbangan Amerika (FAA) yang mengatur mengenai penerbangan.

ANALISIS KAPASITAS APRON: PERMSALAHAN DAN USULAN KONSEP DESAIN TERMINAL BARU PADA BANDAR UDARA INTERNATIONAL SULTAN HASANUDDIN

SKEP /40/ III / 2010

ANALISIS PERKERASAN LANDAS PACU BANDARA SOEKARNO-HATTA MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FAARFIELD

KAJIAN TEKNIS PERENCANAAN PERKERASAN LANDAS PACU

ANALISA PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) APRON BANDAR UDARA SULTAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. jenis data yang diperlukan untuk menunjang proses penelitian, untuk kemudian diolah

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 C. Ruang Lingkup permasalah... 3 D. Metode Penyusunan Laporan... 3 E. Sistematika Penulisan...

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

Daftar Kecelakaan Pesawat di Indonesia

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

KEJADIAN CROSSWIND DI LANDASAN PACU BANDARA SUPADIO PONTIANAK TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KESIMPULAN DAN SARAN

PRAKIRAAN ARUS LALU LINTAS UDARA UNTUK PENGEMBANGAN BANDAR UDARA SUPADIO PONTIANAK

TUGAS AKHIR PEMETAAN NILAI KEKESATAN PADA PERMUKAAN PERKERASAN EKSISTING LANDAS PACU UTARA DI BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan salah satu infrastruktur penting yang diharapkan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan transportasi udara adalah tersedianya Bandar Udara (Airport)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) E-12

Analisa Kekuatan Perkerasan Runway, Taxiway, dan Apron (Studi Kasus Bandar Udara Soekarno Hatta dengan Pesawat Airbus A-380)

PA U PESAW PESA AT A T TER

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang

TUGAS Topik Khusus Transportasi BANDAR UDARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Bandara tersibuk di dunia tahun 2014 versi ACI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III NIM NIM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI PERBANDINGAN METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU UNTUK LAPANGAN TERBANG MONICA SARI

WARTA ARDHIA Jurnal Perhubungan Udara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERENCANAAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA TUANKU TAMBUSAI KABUPATEN ROKAN HULU. B U D I M A N 1 ARIFAL HIDAYAT, ST, MT 2 BAMBANG EDISON, S.

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG DAN MANAJEMEN KONSTRUKSI TAXIWAY DI BANDARA ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data yang ada yaitu pada tahun 2028 perkiraan jumlah penumpang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku Pada Apron Dengan Metode FAA, PCA dan LCN Dari Segi Daya Dukung: Studi Kasus Bandara Juanda

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN SISTEM PEMELIHARAAN PERKERASAN SISI UDARA PADA LAPANGAN TERBANG (Studi Kasus : Bandara Supadio Pontianak) TESIS MAGISTER

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 42 / III / 2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III METODOLOGI. (Runway) utara dapat dilihat pada bagan alir dibawah ini.

Keselamatan Pekerjaan Bandar Udara

Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESAIN KEBERANGKATAN AREAL CURBSIDE PADA BANDAR UDARA SULTAN HASANUDDIN

Kajian Pengendalian Mutu Lapis Permukaan Landas Pacu Bandara Kuala Pembuang Palangkaraya, Kalimantan Tengah

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN

Analisis Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan Bandar Udara Bokondini Papua Indonesia

Bandar Udara. Eddi Wahyudi, ST,MM

Perencanaan Bandar Udara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum

2017, No Safety Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat Udara (Licensing of Aircraft Maintenance Engineer) Edisi 1 Amandemen

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

PENGARUH BEBAN PESAWAT BOEING B ER TERHADAP TEBAL PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA

Perencanaan Tahapan Pembangunan Fasilitas Terminal 3 Juanda Berdasarkan Pertumbuhan Penumpang

ANALISIS AWAL PERMASALAHAN TRANSPORTASI UDARA DAN ARAH PENGEMBANGAN BANDARA DI INDONESIA

DAFTAR lsi. ii DAFTAR lsi. iv DAFTAR TABEL. vi DAFTAR GAMBAR. vii DAFTAR LAMPIRAN. viii ISTILAH - ISTILAH. ix NOTASI- NOTASI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Evaluasi Kinerja Gate Assignment pada Terminal 1 Keberangkatan Domestik Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-4 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI ANALISA PENGEMBANGAN AIR SIDE AREAL LAPANGAN TERBANG TANJUNG HARAPAN, KABUPATEN BULUNGAN - KALTARA

ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS TERMINAL PENUMPANG DI BANDAR UDARA ADISUTJIPTO-YOGYAKARTA

KAPASITAS LANDASAN PACU BANDAR UDARA SOEKARNO-HATTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. strategis sehingga memiliki pengaruh positif dalam berbagai bidang. Moda

bergradasi halus, mineral filler, air dan bahan tambah lainnya dicampur secara merata dan dihampar di atas permukaan berbentuk bubur aspal atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Nilai ACN dan PCN untuk Struktur Perkerasan Kaku dengan menggunakan Program Airfield. Djunaedi Kosasih 1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II

BAB III LANDASAN TEORI. A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara

ANALISIS TEBAL DAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA

Transkripsi:

ANALISIS SFC PADA BANDAR UDARA SUPADIO PONTIANAK Roselina Rahmawati Staff Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta Jl. Prof. Dr. G.A Siwabessy, Kampus Baru UI Depok. 16425. Roselina43@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini mengenai keselamatan penerbangan dari infrastruktur sisi udara Kecelakaan pesawat sering terjadi pada landas pacu. Menurut data KNKT tahun 2007 2012 menyatakan bahwa Bandar udara yang paling banyak terjadi kecelakaan di landas pacu yaitu Bandar Udara Supadio, Pontianak. Penelitian ini dilakukan dalam rangka meningkatkan keselamatan penerbangan di landas pacu. Analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis kekesatan permukaan landas pacu yang dinyatakan dalam nilai SFC (Side Friction Coeffisien) pada setiap gridnya. Nilai SFC tidak bisa di ambil dari nilai rata rata keseluruhan nilai yang diperoleh karena jika diambil nilai rata rata tersebut nilai tersebut tidak sebagai penyebab tergelincirnya pesawat pada landas pacu. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa kondisi landas pacu Supadio, Pontianak memiliki sebaran nilai SFC yang berbeda pada setiap lokasinya dan hampir di semua lokasi memiliki kecenderungan untuk mengalami kecelakaan. Kata kunci : Keselamatan penerbangan, landas pacu, runway, SFC ABSTRACT This study about aviation safety of the air side infrastructure. Accident often occur on the runway. According to data from the year 2007 2012, KNKT states that airports are the most accidents on the runway is Supadio airport, Pontianak. This study aimed at improving aviation safety on runway. The analysis is done by analyzing the surface roughness of the runway which is expressed the SFC (Side Friction Coeffisien) value every grid. The SFC value cannot be generated from the average MU Meter test as it won t risk any accidents on runway. The result showed that Supadio airport, in Pontianak has different distribution of SFC value at each location and has risk in causing accidents. Keywords: aviation safety, runway, SFC 142

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Perhubungan udara semakin hari semakin dibutuhkan. Hal ini dapat dilihat dari makin meningkatnya arus penumpang dan banyak dibukanya trayek perhubungan udara baru diseluruh Indonesia. Disamping itu juga terdapat peningkatan dibidang kuantitas dan kualitas jenis pesawat udara, untuk pesawat kecil maupun besar. Seiring dengan peningkatan tersebut maka diiringi pula kenaikkan jumlah kecelakaan yang terjadi pada perhubungan udara. Kecelakaan penerbangan yang sering terjadi tersebut tidak sedikit meminta korban jiwa. Menurut International Civil Aviation Organization (ICAO, 2012) kecelakaan pesawat adalah situasi atau kejadian yang muncul selama pengoperasian pesawat terbang, pada saat seseorang dengan sengaja naik ke pesawat terbang untuk tujuan penerbangan sampai waktu dimana dia telah turun dari pesawat, dan dalam hal pesawat yang tidak berpenumpang (unmanned aircraft). Berikut adalah kondisi keselamatan penerbangan pada tahun 2007 2012. Kondisi ini dapat dilihat dari jumlah kecelakaan penerbangan yang diperoleh dari Komisi Nasional Keselamatan Transportasi. Gambar 1 Statistik kecelakaan penerbangan Sumber: Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (2013) Dengan jumlah kecelakaan rata rata 20 30 jumlah kecelakaan, pada tahun 2007 korban meninggal / hilang berjumlah paling banyak diantara tahun tahun berikutnya. Pada tahun 2008 korban meninggal / hilang dan korban luka luka mempunyai jumlah yang paling sedikit diantara tahun sebelum dan sesudahnya. 1.2 Tujuan Dan Manfaat Jurnal ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan penerbangan di landas pacu dengan cara menganalisis kekesatan permukaan landas pacu yang mendorong terjadinya kecelakaan pada landas pacu di Bandar Udara Supadio, Pontianak. Kontribusi penelitian ini adalah agar masyarakat dapat lebih aman, nyaman dan selamat dalam menggunakan transportasi udara. Selain itu kontribusi dapat dimanfaatkan oleh stake holder bidang perhubungan udara dalam 143

menentukan rekomendasi terbaik pada penanganan keselamatan di landas pacu sehingga dapat mengurangi angka korban jiwa dan mengurangi angka kecelakaan yang dapat terjadi. 1.3 Dasar Teori Pengetahuan tentang kekesatan permukaan perkerasan sebagai suatu tambahan alat berguna dalam membantu menilai karakteristik permukaan. Data kekesatan permukaan mungkin memiliki data yang terbatas sehingga dapat digunakan untuk menentukan material perkerasan yang cocok atau untuk menentukan teknik penyelesaian akhir pekerjaan perkerasan. Namun bagaimanapun bila digabungkan penggunaan dengan pengujian secara fisik dan kimia, nilai kekesatan permukaan dapat memberikan kontribusi dalam menilai sifat sifat permukaan perkerasan dan resiko yang terjadi. Alat pengukur kekesatan permukaan yaitu MU Meter dan grip tester. a. MU Meter Kekesatan permukaan diukur dengan cara mengukur friksi antara roda dan permukaan perkerasan dan dilakukan pada permukaan perkerasan dalam kondisi basah (membasahi permukaan) dengan alat MU Meter. Selanjutnya pengujian kekesatan permukaan dilakukan dengan cepat dan menerus yang hasilnya berupa grafik serta menunjukkan besaran nilai SFC (side friction coefficient), kemudian hubungan antara nilai kekesatan permukaan (SFC) dengan kondisi permukaan perkerasan dan resiko yang akan terjadi disampaikan pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Hubungan antara nilai kekesatan permukaan (SFC) dengan resiko kecelakaan yang mungkin terjadi Nilai SFC > 0,6 0,55 0,60 Resiko yang terjadi Kemungkinan kecelakaan sangat kecil, permukaan perkerasan dapat dikatakan kasar Kemungkinan kecelakaan akan mulai terjadi, permukaan perkerasan masih dalam kondisi kasar Kecelakaan terjadi dan resiko fatal, terjadi dalam bentuk 0,40 0,55 slip Sumber : Departemen Perhubungan Udara (2005) Angka kekesatan permukaan yang direkomendasikan untuk operasional permukaan perkerasan oleh Departemen Perhubungan Udara tahun 2005 adalah dengan menggunakan alat MU Meter. b. Grip Tester Angka kekesatan permukaan yang direkomendasikan untuk operasional permukaan perkerasan dengan alat grip tester adalah: 4 0.53 (ICAO, 2013). 2. METODE PENELITIAN Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 2. Penelitian ini dimulai dengan merumuskan masalah yang tejadi pada landas pacu sebagai faktor mendorong terjadinya kecelakaan khususnya yang terkait dengan tingkat kekesatan permukaan pada landas pacu tersebut. Berdasarkan data KNKT tahun 2007 2012 bandar udara yang ditinjau adalah Bandar Sultan Supadio, Pontianak, dimana pada bandar udara tersebut sering terjadi kecelakaan di landas 144

pacu. Data yang selanjutnya diperoleh adalah data yang bersumber dari Angkasa pura II mengenai data nilai SFC (Side friction Coeffisien), adapun nilai SFC ini akan menunjukan nilai kekesatan permukaan landas pacu setiap grid/ stasioning. Kemudian dianalisis data yang telah diperoleh dari Angkasa Pura II tersebut. Analisa yang digunakan dengan cara membandingkan nilai SFC dari data Angkasa Pura II tersebut dengan standar Departemen Perhubungan Udara tahun 2005. Gambar 2 Diagram alir penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan didasarkan pada data KNKT 2012 yang menunjukkan bahwa Bandar Udara Supadio, Pontianak merupakan Bandar udara di wilayah Indonesia yang paling banyak mengalami kecelakaan di landas pacu pada tahun 2007 2012. Menurut data Angkasa Pura 2 tahun 2013 licinnya permukaan landas pacu dinyatakan dengan nilai SFC pada Bandar Udara Supadio yang bernilai. Nilai tersebut diambil dari nilai rata rata seluruh nilai SFC pada landas pacu Bandar Udara tersebut adapun nilai SFC keseluruhannya dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengetahuan tentang kekesatan permukaan perkerasan sebagai suatu tambahan alat berguna dalam membantu menilai karakteristik permukaan. Data kekesatan permukaan mungkin memiliki data yang terbatas sehingga dapat digunakan untuk menentukan material perkerasan yang cocok atau untuk menentukan teknik penyelesaian akhir pekerjaan perkerasan. Namun 145

bagaimanapun bila digabungkan penggunaan dengan pengujian secara fisik dan kimia, nilai kekesatan permukaan dapat memberikan kontribusi dalam menilai sifat sifat permukaan perkerasan dan resiko yang terjadi.salah satu alat pengukur kekesatan permukaanyaitu MU Meter. Kekesatan permukaan diukur dengan cara mengukur friksi antara roda dan permukaan perkerasan dan dilakukan pada permukaan perkerasan dalam kondisi basah (membasahi permukaan) dengan alat MU Meter. Selanjutnya pengujian kekesatan permukaan dilakukan dengan cepat dan menerus yang hasilnya berupa grafik serta menunjukkan besaran nilai SFC (side friction coefficient), kemudian hubungan antara nilai kekesatan permukaan (SFC) dengan kondisi permukaan perkerasan disampaikan pada Tabel 1. Angka kekesatan permukaan yang direkomendasikan untuk operasional permukaan perkerasan oleh Departemen Perhubungan Udara tahun 2005 adalah dengan menggunakan alat MU Meter. Data MUMeter Run Report yang berupa nilai SFC (Side Friction Coefisien) diperoleh dari Angkasa Pura 2 pada tahun 2013 menyatakan bahwa resiko kecelakaan yang terjadi sangat kecil dan permukaan perkerasan dapat dikatakan kasar. Kemudian dilakukan analisis SFC setiap grid pada landas pacu. Analisis dilakukan dengan menganalisa nilai SFC yang diperoleh pada saat sebelum dan sesudah pembersihan rubber deposit yang telah dilakukan dengan melakukan pengujian menggunakan alat MUmeter. Rubber deposit yang berada dalam area landas pacu, berfungsi untuk menghilangkan genangan pada permukaan landas pacu pada saat basah. Rubber deposit yang telah terakumulasi pada permukaan landas pacu mengakibatkan ancaman pada operasi keselamatan pesawat selama mendarat dan lepas landas yang merugikan. Rubber deposit yang terakumulasi pada area touch down di 09L permukaan landas pacu. Rata rata sebanyak 700 g rubber pada lapisan tipis landas pacu. Interaksi panas yang menyebabkan reaksi kimia yang dinamakan dengan polimerisasi yang mengubah rubber deposit menjadi kaku. Rubber (karet) disini tidak seperti pada ban pesawat. Karet pada ban pesawat relatif lembut dan fleksible dan di desain untuk meredam goncangan pada saat pesawat mendarat. Pada saat pesawat menyentuh permukaan landas pacu, karet bertemu dengan permukaan landas pacu sekitar 300 500 meter. Selama waktu itu, ban pesawat dibawah tekanan yang hebat antara ban dan permukaan landas pacu. Pada kondisi umumnya, titik kontak tersebut menimbulkan friksi dan panas. Panas menghasilkan polimerisasi pada karet, mengubah menjadi material yang keras yang menyebar tipis pada permukaan landas pacu. Rubber deposit dapat dilihat pada Gambar 3. Dengan pengulangan proses pendaratan pesawat, karet yang keras tersebut mengisi tekstur perkerasan yang lembut, sehingga lapisan permukaan perkerasan terasa seperti kaca sehingga dapat membuat kesulitan pada saat mendarat dan pada saat pesawat akan berhenti, di tambah lagi ketika kondisi perkerasaan basah makan akan lebih sulit. 146

Gambar 3 Akumulasi rubber deposit pada permukaan landas pacu. Sumber: Penelitian Jian Shiuh Chen (2013) Analisis daerah yang mempunyai nilai SFC dibawah 0,55 dimana kecelakaan dapat terjadi dengan resiko fatal, terjadi dalam bentuk slip pada Bandar Udara Supadio, Pontianak dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini dan gambar Grafik Nilai SFC Bandar Udara Supadio Pontianak lainnya disajikan pada Lampiran 2. Gambar 4 Grafik nilai SFC sesudah pembersihan rubber deposit pada STA 0+ 10 STA 0+100 Bandar Udara Supadio, Pontianak Dari gambar grafik diatas dapat diketahui bahwa lokasi yang bermasalah dan fatal dimana nilai SFC dibawah 0,55 pada saat sesudah pembersihan rubber deposit adalah sebagai berikut : a. Pada STA 0+10 STA 0+100 (Gambar 4) Berada 2 m kanan pada STA 0+50 dan STA 0+90 dan STA 0+100. Dengan demikian dapat dihitung persentase lokasi yang bermasalah adalah sebesar 5%. b. Pada STA 0+110 STA 0+200 147

Berada 2 m kanan pada STA 0+140. Dengan demikian dapat dihitung persentase lokasi yang bermasalah adalah sebesar 2%. c. Pada STA 0+210 STA 0+300 Berada 1 m kiri pada STA 0+280 s/d STA 0+300. dan pada 2 m kiri pada STA 0+300. Dengan demikian dapat dihitung persentase lokasi yang bermasalah adalah sebesar 6%. d. Pada STA 0+310 STA 0+400 Berada 1 m kiri pada STA 0+380 dan STA 0+390. Dengan demikian dapat dihitung persentase lokasi yang bermasalah adalah sebesar 3%. Adapun lokasi yang bermasalah dan fatal dimana nilai SFC dibawah 0,55 pada saat sebelum pembersihan rubber deposit adalah sebagai berikut : a. Pada STA 0+10 STA 0+100 Berada 2 m kanan pada STA 0+40, STA 0+80, STA 0+100. Dengan demikian dapat dihitung persentase lokasi yang bermasalah adalah sebesar 5%. b. Pada STA 0+110 STA 0+200 Berada 2 m kiri pada STA 0+180; 2 m kanan pada STA 0+140. Dengan demikian dapat dihitung persentase lokasi yang bermasalah adalah sebesar 3%. c. Pada STA 0+210 STA 0+300 Berada 2 m kanan pada STA 0+210, STA 0+220, STA 0+280; 3 m kanan pada STA 0+220. Dengan demikian dapat dihitung persentase lokasi yang bermasalah adalah sebesar 7%. Dari hasil analisis SFC setiap grid pada landas pacu Bandar Udara Supadio, Pontianak diperoleh rata rata nilai dibawah 10 persen lokasi yang bermasalah untuk setiap gridnya. Dari hasil tersebut dinyatakan bahwa nilai SFC tidak dapat diambil dari hasil nilai rata rata keseluruhan grid lokasi pada landas pacu namun di analisis dari setiap gridnya agar diperoleh hasil yang baik untuk mengetahui faktor penyebab kecelakaan pada landas pacu khususnya kondisi perkerasannya. 4. KESIMPULAN Kondisi landas pacu Bandar Udara Supadio, Pontianak memiliki sebaran nilai SFC yang berbeda pada setiap lokasinya. Kondisi ini berpotensi menimbulkan kecelakaan. Nilai SFC tidak bisa di ambil dari nilai rata rata keseluruhan nilai yang diperoleh karena jika diambil nilai rata rata tersebut nilai tersebut tidak sebagai penyebab tergelincirnya pesawat pada landas pacu. Bentuk penanganan dapat dilakukan dengan pelapisan ulang perkerasan untuk memberikan kekesatan permukaan yang lebih baik sehingga hal ini dapat menjadi solusi untuk meningkatkan keselamatan di landas pacu. Ada beberapa jenis pelapisan ulang perkerasan. Perkerasan beton dapat dilapisi dengan beton tambahan, permukaan aspal atau dengan kombinasi lapis pondasi agregat dan permukaan aspal. Demikian dengan jenis perkerasan lentur dapat dilapisi dengan beton, permukaan aspal atau kombinasi dari lapis pondasi agregat dan permukaan aspal. 148

DAFTAR PUSTAKA [1] Annex 14. 2013. Aerodrome Design and Operations. International Civil Aviation Organization. [2] Ashford, N.J., Wright, P.H., Mumayiz, S. 2011. Airport Engineering. Planning, design, and development of 21 ST Century Airports, 320 333. [3] Badan Standarisasi Nasional.. 2008. SNI 6748 2008 Tentang Cara Uji Kekesatan pada Permukaan Perkerasan Menggunakan Alat MU- meter, Badan Standarisasi Nasional, [4] Departemen Perhubungan Udara. 2005. Skep 77 VI 2005 Tentang Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik bandar udara, Peraturan Direktur Departemen Perhubungan Udara. [5] Horonjeff, R., McKelvey F.X., Sproule, W.J., Young, S.B. 2010. Planning and design of Airports. [6] Krause, S.S. 2003. Aircraft Safety. Accident Investigations, Analyses and Aplications. [7] U.S Departement of transportation. 2009. Advisory Circular No: 150/5380-9 Guidelines and Procedures for Measuring Airfield Pavement Roughness. [8] Wells, A.T, Rodrigues, C.C. 2003. Commercial Aviation Safety. 149

Sesudah Pembersihan Ruber Deposit Runway 15-33 Sebelum pembersihan Rubber deposit ` Runway 15-33 Jarak Jarak 0+10 2 8 8 0+10 3 3 2 0+20 6 8 4 6 0+20 9 4 9 1 3 2 0+30 4 2 3 0+30 3 3 9 4 0+40 1 1 4 0+40 0+50 0.52 1 0+50 0+60 0+60 1 1 4 0+70 5 0+70 4 1 0+80 1 5 0+80 0+90 0+90 0.56 0+100 0.54 1 0+100 1 4 1 0.54 Distance 0+110 Distance 0+110 3 3 1 0+120 0+120 0+130 4 4 0+130 1 0+140 4 0.56 0+140 0.54 1 0+150 4 0+150 1 1 0+160 1 4 0.56 0+160 1 0+170 1 4 0+170 1 1 1 0+180 1 0+180 0.54 2 1 0+190 1 1 2 0+190 4 0+200 4 0+200 1 1 Lampiran 1 Nilai SFC keseluruhan Bandar Udara Sultan Supadio, Pontianak

Sesudah Pembersihan Rubber Deposit Runway 15-33 Sebelum pembersihan Rubber deposit Runway 15-33 Jarak Jarak 0+210 4 4 0+210 0+220 0+220 0.52 0+230 0+230 2 2 4 4 0+240 2 2 0+240 3 Nilai Kategori DOL (Design Objective Level) Nilai Kategori MPL (Maintenance Planning Level) Nilai Kategori MFL (Minimum Friction Level) Nilai Kategori Below MFL 0+250 0+250 4 1 0+260 0+260 0+270 1 4 0+270 4 1 1 0+280 0.49 0+280 0+290 0.42 2 0+290 2 0+300 0.53 0.54 Distance 0+310 1 Distance 0+300 1 0+310 0+320 1 0+320 1 0+330 1 5 1 0+330 2 2 0+340 1 3 3 1 0+340 5 3 4 0+350 5 5 4 4 0+350 2 1 8 0+360 1 2 2 2 0+360 3 2 3 0+370 0+370 0+380 0.51 1 0+380 4 0+390 4 3 0+390 0+400 1 0.56 1 0+400 1 1

Nilai SFC Nilai SFC Lampiran 2 Gambar Grafik Nilai SFC Bandar Udara Supadio Pontianak 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0+110 0+120 0+130 0+140 0+150 0+160 0+170 0+180 0+190 0+200 STA Garis batas minimum Gambar 1 Grafik nilai SFC sesudah pembersihan rubber deposit pada STA 0+ 110 STA 0+200 Bandar Udara Supadio, Pontianak 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0+210 0+220 0+230 0+240 0+250 0+260 0+270 0+280 0+290 0+300 STA Garis batas minimum Gambar 2 Grafik nilai SFC sesudah pembersihan rubber deposit pada STA 0+ 210 STA 0+300 Bandar Udara Supadio, Pontianak

Nilai SFC Nilai SFC 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0+310 0+320 0+330 0+340 0+350 0+360 0+370 0+380 0+390 0+400 STA Garis batas minimum Gambar 3 Grafik nilai SFC sesudah pembersihan rubber deposit pada STA 0+ 310 STA 0+400 Bandar Udara Supadio, Pontianak 0.9 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0+10 0+20 0+30 0+40 0+50 0+60 0+70 0+80 0+90 0+100 STA Gambar 4 Grafik nilai SFC sebelum pembersihan rubber deposit pada STA 0+ jarak 10 STA 0+100 Bandar Udara Supadio, Pontianak

Nilai SFC Nilai SFC 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0+110 0+120 0+130 0+140 0+150 0+160 0+170 0+180 0+190 0+200 STA Garis batas minimum Gambar 5 Grafik nilai SFC sebelum pembersihan rubber deposit pada STA 0+ 110 STA 0+200 Bandar Udara Supadio, Pontianak 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0+210 0+220 0+230 0+240 0+250 0+260 0+270 0+280 0+290 0+300 STA Garis batas minimum Gambar 6 Grafik nilai SFC sebelum pembersihan rubber deposit pada STA 0+ 210 STA 0+300 Bandar Udara Supadio, Pontianak

Nilai SFC 0.9 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0+310 0+320 0+330 0+340 0+350 0+360 0+370 0+380 0+390 0+400 STA Garis batas minimum Gambar 7 Grafik nilai SFC sebelum pembersihan rubber deposit pada STA 0+ 310 STA 0+400 Bandar Udara Supadio, Pontianak