BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

V. HASIL DAN ANALISIS

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui kondisi perusahaan dari waktu ke waktu selama pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

BAB V PERANCANGAN KEBIJAKAN DAN ANALISIS PERILAKU MODEL. V.1 Arah Kebijakan Direktorat Industri Alat Transportasi Darat dan Kedirgantaraan (IATDK)

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA. Sekretaris Badan Litbang Perhubungan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Jakarta, Februari 2013

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. interest dan pendapatan non bunga atau fee based income. Pendapatan bunga diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

KONSEP INTEGRATED PORT. SAPTONO R. IRIANTO DIREKTUR KOMERSIAL PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS)

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan dari mengekspor dan mengimpor.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kekhususan Jual Beli Perusahaan

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

Copyright Rani Rumita

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap negara membutuhkan modal untuk membiayai proyek

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pelabuhan umum di Indonesia terdiri dari pelabuhan umum yang

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan

Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor. Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

Organizational Theory & Design

BAB I PENDAHULUAN. Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana

Pesawat Polonia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2002 TENTANG TINDAKAN PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI DARI AKIBAT LONJAKAN IMPOR

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. zaman saat ini yang dipengaruhi oleh globalisasi telah. membuat interaksi antar negara semakin meningkat dalam perdagangan

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1.

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional menurut Heckscher-Ohlin merupakan model analisis perdagangan antara dua negara yang mempunyai karakteristik tersendiri. Teori ini mempunyai dua kondisi penting sebagai dasar dari munculnya perdagangan internasional, yaitu ketersediaan faktor produksi dan intensitas dalam pemakaian faktor produksi atau proporsi faktor produksi (Krugman 2003). Perdagangan dapat memberikan keuntungan bagi masing-masing negaranegara yang terlibat. Teori keunggulan komperatif menurut David Ricardo disebabkan adanya perdagangan yang mendorong spesialisasi produksi pada komoditi tertentu yang memiliki keuntungan komparatif, sehingga negara yang bersangkutan dapat memusatkan segenap sumber dayanya pada sektor tersebut dan mengekspor sebagian outputnya untuk memperoleh keuntungan komoditi lain yang keunggulan komparatifnya tidak ia kuasai (Mankiw, 2004). Negara-negara akan melakukan perdagangan bila mereka memperoleh manfaat atau keuntungan didalam perdagangan tersebut (gains from trade), karena dengan adanya perdagangan internasional akan berdampak cukup luas terhadap perekonomian suatu negara, baik aspek ekonomi maupun non-ekonomi. Ada dua alasan mengapa hal ini terjadi yaitu karena setiap negara mempunyai keunggulan 10

11 komparatif yang berbeda dan untuk tujuan skala ekonomis (economies of scale) (Halwani, 2005) 2.1.2. Hubungan GDP dan Perdagangan Internasional GDP (Gross Domestic Product) dapat menggambarkan pangsa pasar suatu negara, negara dengan GDP yang tinggi mengindikasikan pangsa pasar yang besar di negara tersebut. Perdagangan internasional yang dilakukan oleh berbagai negara tentu saja didasari oleh bagaimana pangsa pasar yang terjadi di negara lain maupun negara sendiri. Sehingga GDP dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pengukuran neraca perdagangan. Negara dengan tingkat GDP yang tinggi cenderung semakin terbuka dalam perdagangan. GDP akan menjelaskan kemampuan dari penawaran atau permintaan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara yang dapat digunakan sebagai gambaran dari perdagangan. Ukuran pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari pendapatan nasional negara tersebut. Ukuran pendapatan nasional yang sering digunakan GDP. GDP dapat diartikan sebagai total nilai atau harga pasar dari seluruh barang dan jasa akhir (final good and service) yang dihasilkan selama kurun waktu tertentu (Wicaksono, 2008) 2.1.3. Hubungan Trade Facilitation dan Perdagangan Tidak ada definisi yang tepat dan standar tentang trade facilitation. Hal ini dapat secara luas didefinisikan sebagai setiap tindakan kebijakan yang bertujuan

12 mengurangi biaya perdagangan. Artinya dapat bervariasi tergantung pada masalah yang terjadi. Dalam arti sempit, langkah-langkah trade facilitation berhubungan dengan penyederhanaan dan harmonisasi peraturan perdagangan, baik prosedural maupun administrasi (Perez & Wilson, 2010). Kemampuan suatu negara untuk mengirimkan barang dan jasa yang tepat waktu dengan biaya terendah adalah faktor kunci dari integrasi kedalam ekonomi dunia. Hal tersebut berkaitan dengan definisi trade facilitation yang tidak henti-hentinya dikembangkan. Trade facilitation hendak membuat prosedur perdagangan seefisien mungkin melalui penyederhanaan dan harmonisasi dokumentasi, prosedur, dan aliran informasi (Roy dan Shweta Bagai, 2005). Trade facilitation dapat didefinisikan sebagai penurunan atau pengurangan hambatan non tarif. Trade facilitation mencoba untuk menurunkan biaya-biaya dalam administrasi, standarisasi, teknologi, informasi, transaksi, tenaga kerja, komunikasi, asuransi dan keuangan, dan juga mengurangi biaya & waktu (Kim and Park, 2004). Dalam arti sempit, fasilitasi perdagangan dikaitkan dengan penurunan biaya transaksi selain pemotongan tarif, yang pada dasarnya merupakan penyederhanaan dan standarisasi kepabeanan dan prosedur administratif yang terkaitan dengan perdagangan internasional. (Perez dan Wilson, 2010). Langkah-langkah fasilitasi perdagangan dapat diwujudkan menjadi dua dimensi: hard dimension adalah suatu perwujudan nyata yang berkaitan dengan infrastruktur seperti pelabuhan, jalan raya, dan telekomunikasi. Kemudian untuk

13 soft dimension terkait dengan transparansi, manajemen kepabeanan, lingkungan bisnis, dan aspek kelembagaan yang tidak berwujud. Indikator utama yang digunakan dalam melihat soft dimension infrastruktur dan hard dimension infrastruktur antara lain : (Perez dan Wilson, 2010). Hard Infrastructure : a. Physical Infrastructure untuk mengukur tingkat perkembangan dan kualitas pelabuhan, bandar udara, jalan, dan infrastruktur kereta api yang meliputi prasarana transportasi baik darat, laut maupun udara. Arus perdagangan dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur transportasi, karena proses pengiriman merupakan hal yang diutamakan dalam perdagangan. Semakin baik kualitas dan pelayanan infrastruktur maka proses pengiriman barang akan semakin cepat, lancar, serta dapat mengurangi biaya transaksi. b. Information and Communications Technology (ICT) diinterpretasikan sebagai sejauh mana suatu negara menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas serta mengurangi biaya transaksi. Variabel ini pada intinya berusaha menunjukkan kualitas ketersediaan, penggunaan, dan penyerapan ICT. Fasilitas jaringan telekomunikasi dapat memudahkan aliran informasi antar negara sehingga memberikan kemudahan bagi pengguna jaringan dalam melakukan perdagangan internasional. Soft Infrastructure : a. Border and transport efficiency bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi bea cukai dan transportasi domestik yang tercermin dalam alokasi waktu, biaya,

14 dan jumlah dokumen yang diperlukan untuk mengurus prosedur ekspor dan impor. Sehingga semakin sedikit alokasi biaya, waktu, dan jumlah dokumen yang diperlukan maka akan meningkatkan efisiensi arus transaksi dalam suatu perdagangan. b. Business and regulatory environment mengukur tingkat perkembangan peraturan dan transparansi. Transparansi pemerintah didasarkan pada langkahlangkah untuk memerangi korupsi. Indikator ini terkait dengan tingkat kepercayaan baik eksportir dan importir dalam melakukan perdagangan maupun memulai usaha. Salah satu penjelasan mengapa beberapa negara gagal menuai keuntungan dari peningkatan perdagangan adalah faktor kebijakan domestik. Distorsi kebijakan domestik membatasi efek positif dari perdagangan pada kinerja ekonomi. Oleh sebab itu, kebijakan domestik yang membatasi mobilitas faktor dapat membatasi keuntungan dari perdagangan (Freund & Bolaky 2007). 2.1.4. Cost & Time to Export Trading Across Border dalam Doing Business 2012 menjelaskan bagaimana mekanisme cost & time to export bekerja. Eksportir mengatur barang di gudang/pabrik yang akan dikemas ke dalam kontainer. Transportasi darat dari gudang ke palabuhan dilakukan dengan truk, kereta api atau tongkang perahu atau dengan kombinasi tersebut. Setelah sampai di pelabuhan, kontainer menjalani pemeriksaan terlebih dahulu sebelum akhirnya dimuat kedalam kapal. Perusahaan

15 ekspor seringkali mempekerjakan agen untuk melengkapi dokumen yang diperlukan dan formalitas lain. Gambar 2.1 Mekanisme Pengiriman Barang Ekspor maupun Impor Sumber : Doing Business 2012 Waktu yang diperlukan untuk melakukan ekspor dihitung mulai dari usaha untuk mengumpulkan semua dokumen yang diperlukan, waktu pemindahan barang ke dalam kontainer dari pabrik sampai ke pelabuhan, waktu pemeriksaan/inspeksi kepabeaan, hingga proses pemindahan kontainer ke dalam kapal. Waktu perjalanan laut tidak termasuk dalam hitungan. Biaya yang diperlukan untuk melakukan ekspor sama halnya seperti time to export, dihitung mulai dari biaya untuk pengurusan semua dokumen yang diperlukan, biaya pemindahan barang ke dalam kontainer dari pabrik sampai ke pelabuhan, biaya

16 pemeriksaan/inspeksi kepabeaan, hingga biaya proses pemindahan. Perhitungan time to export dan cost to export tersebut merupakan standar yang digunakan oleh World Bank Indicators dan Doing Business. Sedangkan untuk mengukur tingkat efisiensi keseluruhan Border and transport efficiency index, didasari oleh 3 indikator yang meliputi dokumen, waktu dan biaya. Gambar 2.2 Indikator dalam Border and transport efficiency Sumber : Doing Business 2012 2.1.4. Time to Start Doing Business Konsep perdagangan internasional pada hakikatnya mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional. Ilmu perdagangan internasional merupakan bagian dari ilmu

17 ekonomi yang mempelajari dan menganalisis saling ketergantungan antar negara. Ilmu ini menganalisis arus barang, jasa, pembayaran-pembayaran antara suatu negara dengan negara lain di dunia, kebijakan yang mengatur arus tersebut serta pengaruhnya pada kesejahteraan negara (Oktaviani, 2009). Menurut Behar (2010) ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat efisiensi perdagangan, diantaranya indikator Doing Business, indeks kinerja logistik, dan indeks pengaktifan perdagangan. Starting a Business dalam Doing Business 2012 menyebutkan bahwa proses pendirian bisnis yang mudah juga memiliki manfaat yang lebih luas bagi ekonomi. Sebuah badan penelitian empiris telah menyelidiki hubungan antara bisnis entry dengan hasil sosial dan ekonomi. Analisis dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa berdirinya bisnis sangat penting untuk mengembangkan kewirausahaan yang tentunya diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan baru, sehingga berdampak pada lingkungan sosial dan ekonomi. Perusahaan baru memberikan kontribusi penting terhadap produktivitas pertumbuhan dan spillover teknologi terutama di negara-negara berkembang (Bartelsman et al., 2004) Menurut Doing Business 2012, Time to start doing business merupakan waktu yang diperlukan bagi pengusaha untuk mengurus semua prosedur dengan tujuan mendirikan dan mengoperasikan industri atau bisnis komersial. Waktu terhitung sejak pengusaha mulai mengumpulkan semau lisensi atau dokumene dan izin yang diperlukan, serta menyelesaikan setiap prosedur yang ada dari awal hingga akhir. Suatu prosedur dianggap selesai ketika perusahaan telah menerima dokumen akhir seperti sertifikat pendaftaran perusahaan atau nomor pajak

18 perusahaan. Asumsi dalam perhitungan time to start doing business adalah sebagai berikut : a. Pengusaha tidak membuang-buang waktu dan berkomitmen untuk menyelesaikan setiap prosedur tanpa penundaan. b. Jangka waktu yang diperlukan pengusaha untuk mengumpulkan informasi diabaikan. c. Sejak awal, pengusaha telah memahami semua persyaratan dan urutan dalam mengurus prosedur yang berlaku. d. Pengusaha tidak memiliki kontak sebelumnya dengan salah satu pejabat terkait. Selanjutnya, trade facilitation yang akan ditinjau lebih jauh dalam penelitian ini adalah border and transport efficiency melalui pendekatan time to export dan cost to export. Serta business and regulatory environment melalui pendekatan time to start doing business. Border and transport efficiency dan business and regulatory environment merupakan bagian dari Soft Infrastructure trade facilitation yang disebutkan oleh Perez & Wilson, 2010. 2. 2. Penelitian Sebelumnya Penelitian Wilson dan Perez (2010) menggunakan gravity model dalam mengestimasi dampak dari hard infrastructure dan soft infrastructure dalam trade facilitation terhadap ekspor negara berkembang, hard infrastructure meliputi infrastruktur fisik dan teknologi informasi dan komunikasi (ICT), sedangkan soft infrastructure meliputi efisiensi transportasi dan regulasi

19 kebijakan bisnis. Pada penelitian ini estimasi dilakukan terhadap 101 negara pada periode 2004 hingga 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi terhadap infrastruktur fisik dan perbaikan regulasi sangat penting. Efek marginal dari peningkatan infrastruktur untuk ekspor akan menurunkan pendapatan perkapita, sedangkan dampak dari teknologi informasi dan komunikasi pada ekspor sangat penting bagi negara kaya. APEC (2004) menggunakan gravity model untuk menganalisis perekonomian negara anggota APEC, dengan menggunakan indikator trade facilitation efisiensi pelabuhan, bea cukai, mobilitas bisnis, dan e-commerce. Hasil penelitian menunjukkan bahwa trade facilitation dapat mendorong peningkatan impor intra-apec dengan adanya penurunan 0,5% prosedur administratif bea cukai (costum procedure). Djankov, Freund, dan Pham (2006) melakukan penelitian dengan fokus utama pengaruh time to export terhadap kinerja ekspor di 126 negara. Objek penelitian adalah waktu yang dibutuhkan untuk pemindahan produk dalam peti kemas (kontainer) dari pabrik hingga ke kapal. Penelitian mereka menyimpulkan bahwa rata-rata setiap satu hari keterlambatan mengurangi setidaknya satu persen nilai ekspor. Efek yang lebih besar terjadi untuk pemindahan produk pertanian dan manunfaktur, terutama di negara-negara yang terkurung daratan (tidak memiliki pelabuhan). APEC (2001) menggunakan CGE model dalam mempelajari pengaruh dari trade facilitation dan membandingkannya dengan pengaruh liberalisasi perdagangan pada perekonomian APEC. Penelitian menunjukkan bahwa pengaruh

20 trade facilitaton jauh lebih unggul dan lebih mudah dipraktekkan dari pada liberalisasi perdagangan melalui peniadaan atau penurunan tarif impor. Dalam perhitungannya, liberalisasi perdagangan akan meningkatkan GDP APEC sebesar 0,98 persen (US$154 milyar), sementara itu trade facilitation akan meningkatkan GDP APEC sebesar 1,3 persen (US$204 milyar). Penelitian Susan (2012) mengukur bagaimana indikator trade facilitation suatu negara dapat mempengaruhi ekspor negara tersebut. Objek penelitian menggunakan sampel 40 negara WTO dengan periode 2006-2008. Hasil dari penelitian menujukkan bahwa tiga dari empat indikator trade facilitation dalam suatu negara mampu mempengaruhi ekspor negara tersebut. Hanya variabel Regulatory Environment yang tidak signifikan mempengaruhi ekspor. Penelitian dilakukan melalui regresi data panel FEM. Hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya menujukkan peran trade facilititaion dalam suatu negara terhadap perdagangan. Meskipun dalam penelitian-penelitian diatas menggunakan berbagai macam metode yang berbeda, namun mereka memilki hasil yang mengindikasikan bahwa trade facilitation berperan dalam mempengaruhi perdagangan suatu negara. 2. 3. Hipotesis dan Model Analisis 2.3.1 Hipotesis Hipotesis yang dapat ditarik berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian dan landasan yang teori yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut ;

21 1. Cost to export disuatu negara yang merupakan bagian dari indikator trade facilitation Border and transport efficiency diduga dapat mempengaruhi negatif neraca perdagangan. 2. Time to export disuatu negara yang merupakan bagian dari indikator trade facilitation Border and transport efficiency diduga dapat mempengaruhi negatif neraca perdagangan. 3. Time to start doing business sebagai pendekatan dari indikator trade facilitation Business and regulatory environment diduga memiliki pengaruh positif terhadap neraca perdagangan. 4. GDP suatu negara diduga memiliki pengaruh positif terhadap neraca perdagangan negara tersebut. 2.3.2 Model Analisis Model yang dapat disusun untuk meneliti pengaruh trade facilitation dan GDP terhadap neraca perdagangan didasari oleh penilitian yang dilakukan oleh Perez dan Wilson 2010 dengan beberapa modifikasi. Modifikasi ini dilakukan agar sesuai dengan tujuan penelitian. Model ekonometri dari penelitian ini dirumuskan ssebagai berikut (dalam logaritma) ; NP it = β 0 + β 1 GDP it + β 2 CX it + β 3 TX it + β 4 TB it + μ it Dimana ; NP it = Nilai ekspor dikurangi impor negara i di tahun t dalam US$ atau yang disebut neraca perdagangan (US$) GDP it = nilai GDP Negara i pada tahun t (US$)

22 CX it = Biaya yang dibutuhkan untuk ekspor negara i pada tahun t (US$) TX it = Waktu yang dibutuhkan untuk ekspor negara i tahun t (hari). TB it = Waktu yang dibutuhkan untuk memulai bisnis di negara i di tahun t (hari). μ it = error term 2. 4 Kerangka Berfikir Gambar 2.3 Kerangka Berfikir Trade Facilitation Border and transport efficiency Business and regulatory environment Cost to export & import Time to export & import Time to start doing business Pengaruh trade facilitation dan ukuran Negara terhadap neraca perdagangan GDP (Country size) Kerangka berfikir dalam penelitian ini didasari oleh indikator trade facilitation untuk Border and transport efficiency serta Business and regulatory environment. Border and transport efficiency diwakili dengan variabel cost to

23 export & import, time to export & import. Sedangkan Business and regulatory environment digambarkan melalui time to start doing business. Variabel-variabel trade facilitation ditunjang dengan variabel GDP yang dapat berperan sebagai indikator ukuran negara, sehingga terlihat seberapa besar pengaruh trade facilitation dan ukuran negara terhadap neraca perdagangan. Pada akhirnya hasil penelitian diharapkan mampu memberi saran terhadap kebijakan pemerintah terkait dengan perdagangan dan lingkungan bisnis.