Siapa Wagub Ahok?

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

Ahok: Pak Jokowi Tidak Bisa Jadi Presiden. Kalau Gak Disokong Pengembang

Ahok Gugat Cerai Veronica Tan

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

Semua Karena Ahok. Foto: Dikhy Sasra

Siapa di Belakang Ide Praperadilankan KPK?

Calon Gubernur DKI Tebar Janji. Ditulis oleh Seno Minggu, 25 Maret :30 -

"Ibu itu sering blusukan datang ke tempat warga. Saya pribadi nggak ada masalah dengan Bu Lurah Susan," jelasnya.

DAFTAR PUSTAKA. Kusuma Hikmat Ningrat, Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik, Teori dan Praktik, PT Remaja Rosdakarya, 2005.

NOTA PEMBELAAN. BASUKI TJAHAJA PURNAMA TERHADAP TUNTUTAN PENUNTUT UMUM DALAM PERKARA PIDANA No. 1537/Pid.B/2016/PN.JKT.UTR

Mengapa Ahok Harus Masuk Jeruji Besi

08/03/2013 Bin-Gaya Kerja-2007 (Direvisi 2013) 1

Press Release HASIL SURVEI

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar

Mantan Dubes RI untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal mengaku terhina andai calon presiden Indonesia wajib mendapatkan restu dari Amerika Serikat.

Reaksi dan Komentar Pertama Megawati

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

INI KATA PUBLIK JAKARTA TENTANG CALON GUBERNUR MEREKA

Bagaimana agar intoleransi tak berlanjut sesudah pilkada DKI Jakarta?

Vonis Ahok, kampanye anti-cina, dan trauma 98

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

Menelisik Peran Ahok. dalam Kasus Pembelian Lahan RS Sumber Waras

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau pemberian contoh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

Biografi Presiden Megawati Soekarnoputri. Oleh Otto Ismail Rabu, 05 Desember :20

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, tanggal 1 April 2014 Selasa, 01 April 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, termasuk dalam proses pemilihan kepala daerah. Pada Undang-

Mau Lihat Rusun Terakhir Era Jokowi-Ahok-Djarot?

Sutarmidji Pembicara Seminar Nasional Tata Kelola Guru

Headline Berita Hari Ini Periode: 16/10/2017 Tanggal terbit: 16/10/2017

Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya

Mengapa Pilkada Jakarta Kali Ini Penting?

Headline Berita Hari Ini Periode: 28/11/2014 Tanggal terbit: 28/11/2014

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

Template for Microsoft PowerPoint

Doorstop Presiden RI Usai Peresmian Pembukaan Rakornas Penanganan Narkoba, Jakarta, tgl. 4 Feb 2015 Rabu, 04 Pebruari 2015

Laporan Survei PREFERENSI POLITIK MASYARAKAT Menuju Pemilihan Langsung Gubernur/Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2017

SURVEI PILGUB DKI 2017 MEMAHAMI PETA KOMPETISI PUTARAN KE-2 PILGUB DKI. Media Survei Nasional

SBY-Megawati bersalaman di Istana,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi melalui sumber daya manusia yang dimiliki. organisasi dengan individu yang di dalamnya memiliki kinerja yang baik.

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

Doorstop Presiden RI - Kunjungan Kerja ke Korea Selatan, Seoul, 17 Mei 2016 Selasa, 17 Mei 2016

LAPORAN TELESURVEI PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PILKADA DKI JAKARTA JULI 2016

Tentu saja bukan hanya Amerika, menurut saya banyak negara, bahkan negara sekecil Singapura saja punya kepentingan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PILKADA lewat DPRD?

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait adalah pengisian jabatan kepala daerah. Dalam Pasal 18 ayat (4) UUD

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menjalankan pemerintahan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

LAPORAN SURVEI DKI JAKARTA Persepsi Publik Terhadap Pilkada DKI Jakarta OKTOBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka

Ahok Tampar Rizieq dengan Elegan

AHOK VS DPRD. LSI DENNY JA Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

LSM: ADA GEJALA KORUPSI DALAM PEMILUKADA DKI

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Modul ke: Fakultas TEKNIK. Program Studi SIPIL.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Polda Metro Jaya langsung menyelidiki kasus tersebut. Adegan mesum itu terjadi pada Jumat 13 September 2013 lalu, tepatnya pukul WIB.

Reaksi Cepat SMS Ahok

EXIT POLL PILGUB DKI JAKARTA 11 Juli 2012

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PILKADA OLEH DPRD DINILAI PUBLIK SEBAGAI PENGHIANATAN PARTAI

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

{mosimage} Ahmad Wirawan Adnan Anggota Tim Pengacara Muslim (TPM)

Lima Rapor Merah Satu Rapor Biru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Ahok Coba Dilibatkan Korupsi Lahan Cingkareng

Kwin Kian Gie Tentang Kontroversi Pilkada Langsung

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dilakukan secara berlebihan sebagaimana beberapa kandidat kepala daerah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

Sambutan Presiden RI pd Silaturahim Presiden RI ke-7 dg Pemprov. DKI, Jakarta, tgl. 22 Okt 2014 Rabu, 22 Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era demokrasi ini, khususnya di Inodonsia, musik tidak hanya sebagai

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

M E M U T U S K A N. Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

Targetnya harus menang, dan tidak siap kalah. Itu yang menyebabkan yang kalah jadi gila.

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai negara demokrasi, pada tahun 2014 Indonesia kembali menyelenggarakan

BAB Latar Belakang.

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Siapa Wagub Ahok? http://politik.kompasiana.com/2014/11/29/justru-boy-sadikin-lah-yang-pertama-kali-menolak-ahok-689241.html Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. MI/Sumaryanto (Metrotvnews.com) Kalau sampai Ahok tidak mengakomodasi Boy sebagai wagub, dia bukan hanya mengecewakan keluarga besar PDI-P. Dia juga akan menimbulkan masalah politik yang serius dengan Fraksi PDI-P di DKI Jakarta! Ahok tidak boleh melupakan sejarah yang menjadikannya sekarang sebagai Gubernur DKI. (Jika opsi PDI-P tidak dipertimbangkan), tidak menutup kemungkinan dukungan politik kepada Ahok di DPRD DKI Jakarta akan kami cabut! Demikian ancaman-ancaman yang dilontarkan oleh Wakil Sekjen PDIP, yang juga Ketua Fraksi PDIP di DPRD DKI Jakarta, Ahmad Basarah, Jumat, 28/11/2014, kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, karena Ahok tidak memilih calon wakil gubernur yang diajukan oleh PDIP, Boy Sadikin. Basarah mengatakan, Ahok harus mengakomodasi keinginan PDI-P dalam memilih wagub. Ahok tidak bisa seenaknya memutuskan pendamping tanpa mempertimbangkan keinginan PDIP (Kompas.com). Memaksa Ahok Melakukan Praktik Politik Transaksional Dengan kata lain, menurut Basarah, tiada pilihan lain bagi Ahok, selain harus menerima bakal calon wakil gubernur yang diajukan oleh PDIP, yaitu Boy Sadikin. Karena PDIP punya jasa besar terhadap Ahok, sehingga sekarang ini dia bisa menjadi Gubernur DKI Jakarta. Jika Ahok menolak, maka dia akan menanggung akibat politiknya, yaitu Fraksi PDIP di DPRD DKI Jakarta akan mencabut dukungannya terhadapnya. Jadi, PDIP mau bergabung dengan KMP, demi menentang Ahok? Ini jelas namanya pemaksaan kehendak, Ahok tidak diberi pilihan; harus menerima Boy Sadikin sebagai wakilnya! Titik. Ini kan cara-cara ala preman, ya? Lalu, di mana penghormatan terhadap ketentuan hukum yang memberi kebebasan hak kepada Ahok sebagai Gubernur untuk memilih wakilnya sendiri? 1

Sekali pun benar PDIP punya jasa besar yang membuat Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta, lalu dengan demikian, apakah Ahok harus balas budi dengan wajib menerima Boy Sadikin, meskipun dia tidak sepenuhnya memenuhi kriteria dan syarat-syarat yang dikehendaki Ahok sebagai pendampingnya di Pemprov DKI Jakarta? Ancaman Basarah itu mencerminkan watak politikus yang sudah terbiasa dengan politik transaksional, lebih mementingkan kepentingan partainya daripada kepentingan rakyatnya. Revolusi mental belum terjadi di sini. Mental pejabat yang tidak bisa menerima perubahan dari pimpinan yang membawa perubahan. Kalau begini caranya, lalu apa beda Basarah dengan M Taufik dari Gerindra itu? Basarah bilang, Ahok tidak bisa seenaknya memutuskan pendampingnya tanpa mempertimbangkan keinginan PDIP, padahal sebelumnya Ahok sudah beberapakali mengutarakan kriteria calon pendampingnya itu, dan dari kriteria itu juga diketahui bahwa Boy Sadikin tidak termasuk di dalamnya. Salah satu kriteria yang diajukan Ahok adalah pendampingnya itu harus betul-betul berpengalaman dalam birokrasi pemerintahan daerah, terutama sekali di Pemprov DKI Jakarta. Kriteria ini hanya dipenuhi oleh Deputi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta Sarwo Handayani dan mantan Walikota Blitar Djarot Saiful Hidayat. Sebenarnya, ada satu nama lagi, yaitu mantan Walikota Surabaya, Bambang Dwi Hartono, tetapi sudah dicoret Ahok karena terindikasi bermasalah dengan hukum kasus gratifikasi. Ahok ingin sekali kelak mengajak wakilnya itu langsung tancap gas bekerja membangun DKI Jakarta karena sisa waktunya memimpin Jakarta itu tinggal tiga tahun lagi. Hal ini hanya mungkin bisa dilakukan jika wakilnya itu sudah berpengalaman dalam menjalankan birokrasi pemerintahan daerah. Kalau wakilnya bukan dari unsur demikian, tentu memerlukan waktu lagi untuk beradaptasi. Sedangkan jabatan wakil gubernur itu bukan jabatan coba-coba atau bisa dipakai untuk bekerja sambil belajar. Bukan hanya itu, Ahok juga sudah melakukan langkah berani dengan berkunjung langsung kepada Megawati di rumahnya di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Di sana, menurut Ahok dia berkonsultasi dengan Megawati, menyangkut pemilihan wakilnya itu. Di antaranya juga mengemukakan langsung kepada Megawati mengenai alasan-alasan penolakannya terhadap tiga nama calon dari PDIP, termasuk Boy Sadikin. Alasan saya, apa saya sebutin satu-satu. Si A kenapa, kita tukar pikiran. Si B gimana, kita sebut satu-satu. Bu Mega sih ngertisaja, kok, jelas Ahok kepada para wartawan ( Jawa Pos, Jumat, 28/11/2014). 2

Bu Mega juga tidak ingin saya kerja setengah mati kayak dikawinkan paksa gitu. Kalian pasti juga tidak mau kan punya suami atau istri yang enggak cocok gitu, enggak naksir? kata Ahok kepada para wartawan. (Koran online Suara Pembaruan) Terhadap ancaman yang dilontarkan oleh Basarah itu, Ahok menanggapinya dengan tenang. Dia mengatakan, hubungannya dengan Boy Sadikin selama ini baik-baik saja. Boy juga bukan calon wakil gubernur tidak bagus, tetapi masih ada calon yang lebih bagus lagi daripadanya. Kalau memang ada yang kw-1, kenapa harus memilih yang kw-2? Demikian yang dapat kita tangkap dari pernyataan Ahok itu. (Hubungan) aku sama Boy baik kok, bagus. Mana bisa dia (Basarah) ancam-mengancam begitu? kata Ahok di Balaikota, Jumat (28/11/2014). Saya enggak bilang Pak Boy itu enggak baik, lho. Kalau kamu bisa mendapat pilihan terbaik, ngapain ambil pilihan yang kurang baik? ujar dia (Kompas.com). Jadi, sebetulnya semua itu sudah klir. Basarah dan PDIP harus ikhlas menerima kenyataan bahwa calon dari mereka tidak bisa diterima oleh Ahok. Tidak perlu memaksa kehendak dengan main ancam-ancam segala seperti itu. Apalagi menurut Ahok, hasil pertemuannya dengan Megawati itu positif. Mega bisa memahami argumen-argumen yang dikemukakan dalam pertemuan di antara mereka berdua itu, mskipun belum tentu setuju. Boy Sadikin-lah yang Pertama Kali Menolak Ahok Satu hal penting yang juga harus diingat oleh Ahmad Basarah, oleh PDIP, dan oleh Boy Sadikin sendiri bahwa sesungguhnya sangat tidak tepat sekarang ini mereka mempermasalahkan penolakan Ahok terhadap Boy Sadikin, sebab jauh hari sebelumnya, bahkan sebelum Jokowi maju sebagai calon presiden di Pilpres 2014, Boy Sadikin sendiri-lah yang menyatakan dirinya tidak cocok dengan Ahok. Dia bahkan dengan tegas mengatakan, tidak setuju Ahok naik menjadi Gubernur, jika kelak Jokowi terpilih sebagai presiden. Alasannya, karena karakter Ahok yang dinilainya temperamental, tidak cocok 3

menjadi Gubernur DKI Jakarta. Pernyataan itu dia sampaikan kepada para awrtawan pada 13 Maret 2014. Mungkin saja Boy itu sosok yang jujur, tidak korupsi, dan mau bekerja keras. Tetapi, belum tentu dia itu secara personal cocok dengan Ahok. Bahkan saya berani bilang, Boy Sadikin tidak cocok dengan Ahok. Jika dipaksakan hanya akan bermunculan perselisihan-perselisihan, yang akan sangat mengganggu kinerja Pemprov DKI Jakarta. Bisa-bisa sejarah hubungan Fauzi Bowo dengan Prijanto, dan antara Tri Rismaharini dengan Wisnu Sakti Buana terulang lagi. Indikasinya, yaitu itu tadi, belum apa-apa Boy sendiri sudah menyatakan ketidakcocokannya dengan Ahok. Pada 13 Maret 2014, Boy meminta wartawan bertanya kepada warga Jakarta, apakah mereka setuju kalau Ahok menjadi Gubernur mengganti Jokowi. Kalau saya pribadi tidak setuju, karena (Ahok itu) tempramental, katanya ketika itu. Silakan baca arsip beritanya di Tempo.co. Saat itu, Boy mengaku dulu memang setuju, dan sangat mendukung Ahok sebagai Gubernur Jakarta apabila Jokowi terpilih sebagai Presiden. Bahkan dia juga adalah ketua tim pemenangan Jokowi-Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2012. Namun, kata dia, sekarang dia sudah tidak suka lagi dengan Ahok, karena sifatnya yang tidak pantas, tempramental. Hal ini dikemukakan Boy saat mengetahui Ahok marah-marah kepada beberapa orang anak buahnya di Dinas Pelayanan Pajak, yang mengenakan pajak reklame kepada perusahaan-perusahaan penyumbang total 30 bus. Menurutnya hal itu wajar, karena memang ada peraturan tentang pajak reklame tersebut. Sedangkan menurut Ahok, Pemprov sengaja mau menerima sumbangan 30 bus TransJakarta dari perusahaan-perusahaan itu, supaya meringankan beban Pemprov dalam pengenaan unit-unit bus tersebut, dan sebagai imbalannya, perusahaanperusahaan penyumbang itu boleh memasang iklan produknya secara gratis di badan dan di dalam bus TransJakarta. Yang dilakukan para anak buahnya di Dirjen Pajak itu adalah tetap menagih pajak reklame kepada mereka. Jadi, perusahaan-perusahaan itu sudah menyumbangkan 30 bus itu secara gratis, tetapi mereka tetap ditagih pajak reklamenya. Karena kejadian Ahok marah-marah secara terbuka kepada Plt Sekretaris Daerah Wiriatmoko, Kepala Dinas Pelayanan Pajak Iwan Setiawandi, Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Endang Widjajanti, Kepala Biro Hukum Pemprov DKI Sri Rahayu, Kepala UP Transjakarta Pargaulan Butar-Butar itulah, Boy Sadikin menetapkan 4

talaknya kepada Ahok. Dia menyatakan, menolak Ahok naik menjadi Gubernur DKI, mengganti Jokowi. Dia mempunyai kesan, Ahok lebih membela pengusaha. Padahal kan ada aturannya, katanya, jika memang hibah ya pengusaha tidak perlu minta embel-embel promosi iklan di bus yang diberikan kepada pemerintah provinsi. Jadi, ini sebenarnya soal perbedaan pendapat. Boleh-boleh saja. Tetapi, kalau hanya berbeda pendapat begini, terus Boy menyatakan penolakannya kepada Ahok sebagai Gubernur DKI, bagaimana bisa pribadi seperti ini dijadikan pendamping Ahok di Pemprov DKI Jakarta? Penggunaan istilah pengusaha pun sebenarnya kurang tepat, karena konotasinya hanya kepada perusahaan swasta. Padahal 3 perusahaan penyumbang masing-masing 10 unit bus itu adalah PT Telkomsel (milik pemerintah), PT T-Phone, dan PT Rodamas.Dua. Lalu, sekarang setelah punya peluang menjadi wakil gubernur-nya Ahok, Boy Sadikin berbalik mengatakan, siap menjadi pendamping Ahok? *** 5