Multiple Indicator Cluster Survey Kabupaten Terpilih di Papua dan Papua Barat Temuan Kunci Awal



dokumen-dokumen yang mirip
Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

BAB IV P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari

BAB I PENDAHULUAN. meninggal. Selain itu, setiap jam seorang perempuan meninggal karena

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BULAN BAKTI IKATAN SENAT MAHASISWA KEDOKTERAN INDONESIA 2014 KESEHATAN IBU DAN ANAK

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

CAPAIAN MDGs. provinsi KALIMANTAN TENGAH

SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

RingkasanKajian. MDG, Keadilan dan Anak-anak: Jalan ke depan bagi Indonesia. Gambaran umum Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) berusaha mengangkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TUJUAN 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

Indonesia. Survei Demografi dan Kesehatan Ringkasan Hasil

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LAMPIRAN DATA INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut World Health Organization (WHO) (2008), angka prevalensi anemia

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indikator status 1.Health. 2.World kesehatan. Layanan 3.Health - statistik. 4.Mortality. 5.Morbidity. 6.Life harapan.

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

Bab III Sistem Kesehatan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. n % n % Total % %

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

Oleh : Tarjuman, SKp.,MNS. Fakultas Ilmu Kesehatan, UNIBBA

Transkripsi:

Multiple Indicator Cluster Survey Terpilih di dan Temuan Kunci Awal Seminar Diseminasi November 12 Multiple Indicator Cluster Survey 11 di Terpilih di dan Multiple Indicator Cluster Survey Multiple Indicator Cluster Survey merupakan program survei rumah tangga internasional yang dikembangkan oleh UNICEF untuk membantu negara-negara mengisi kesenjangan data dalam memantau pembangunan manusia pada umumnya dan situasi ibu dan anak khususnya. MICS memberi kesempatan bagi negara-negara untuk memantau kemajuan dalam mencapai tujuan nasional dan komitmen global, termasuk Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) yang ditargetkan pada tahun 15. MICS membantu negaranegara menangkap perubahan indikatorindikator kunci dengan cepat dan memperluas bukti-dasar bagi kebijakan dan program. MICS juga terus menangani isu-isu yang muncul dan bidang-bidang minat baru, dengan metodologi yang valid dan standard dalam pengumpulan data yang relevan. Badan Pusat Statistik (BPS) di bawah pimpinan Bappenas dan Bangda serta dengan dukungan teknis dan keuangan dari UNICEF melaksanakan MICS, sebagai bagian dari putaran global survei MICS yang keempat, di enam kabupaten terpilih di propinsi dan pada tahun 11. Multiple Indicator Cluster Survey (MICS) 11 di kabupaten terpilih dan telah dilakukan dari Oktober sampai Desember 11. Tujuan utamanya: Menyediakan informasi terkini untuk menilai situasi ibu dan anak di enam kabupaten terpilih di propinsi dan Barat. Memberikan data yang diperlukan untuk memantau kemajuan pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam Deklarasi Milenium dan kesepakatan internasional lainnya, sebagai dasar untuk aksi di masa depan. Memberikan kontribusi pada perbaikan sistem data dan pemantauan di Indonesia, serta memperkuat keahlian teknis dalam mendesain, melaksanakan, dan menganalisis sistem tersebut. Menghasilkan data tentang situasi ibu dan anak, termasuk mengidentifikasi kelompok rentan dan kesenjangannya, untuk informasi bagi kebijakan dan intervensi. Disain Sampel Sampel MICS 11 di kabupaten terpilih di propinsi dan Barat dirancang untuk memberikan perkiraan bagi sejumlah besar indikator yang berkaitan dengan situasi ibu dan anak di tingkat kabupaten. Enam kabupaten yaitu Merauke, Jayawijaya, Biak Numfor () dan Kaimana, Manokwari () dilibatkan dalam survei ini. Sampel dipilih dalam dua tahap. Dalam setiap kabupaten, sejumlah blok sensus dipilih secara sistematis dengan menggunakan metode Proportional to Size. Setelah daftar rumah tangga disusun dalam blok sensus terpilih, secara sistematis 25 rumah tangga dipilih sebagai sampel dari masing-masing blok sensus tersebut. Total jumlah sampel adalah 6 rumah tangga (1 untuk masing-masing kabupaten). Sampel itu tidak terbobot sendiri dan perlu dilakukan pembobotan sampel. Empat set kuesioner digunakan dalam survei ini: 1) kuesioner rumah tangga, 2) kuesioner untuk perempuan, 3) kuesioner untuk laki-laki dan 4) kuesioner untuk balita. Dua laporan dibuat dan akan dipublikasikan terpisah, satu untuk kabupaten terpilih di dan satu lagi untuk kabupaten terpilih di. Temuan kunci awal disajikan di sini. Di ringkasan ini dan dalam laporan akhir, hasilnya disajikan untuk masing-masing kabupaten terpilih. Untuk analisis hasil menurut karakteristik latar belakang masing-masing, data ketiga kabupaten di setiap propinsi akan digabungkan. Namun, presentasi hasilnya tidak mewakili perkiraan angka propinsi. Untuk informasi lebih lanjut silakan menghubungi: Sekretariat Kerjasama Program Pemerintah RI-UNICEF di 62-21-5794219 atau Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat, BPS di 62-21-3841195 ext. 421 1

Tujuan Pembangunan Milenium 1 MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN Sasaran 1C: Antara 199 dan 15, proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berat saat lahir adalah indikator yang baik tidak hanya dari kesehatan ibu dan status gizi, tetapi juga peluang bayi baru lahir peluang untuk bertahan hidup, bertumbuh, kesehatan jangka panjang dan perkembangan psikososial. Berat badan lahir rendah (kurang dari 2.5 gram) membawa berbagai risiko kesehatan serius bagi anak-anak. Bayi yang kekurangan gizi saat berada di rahim sangat meningkat risikonya terhadap kematian selama bulan-bulan dan tahun-tahun awal. Mereka yang bertahan hidup memiliki gangguan fungsi kekebalan tubuh dan peningkatan risiko penyakit, mereka cenderung tetap kurang gizi, dengan kekuatan otot berkurang, sepanjang hidup mereka, dan menderita insiden diabetes dan penyakit jantung yang lebih tinggi di kemudian hari. Anak yang lahir kekurangan berat badan juga cenderung memiliki IQ lebih rendah dan cacat kognitif, mempengaruhi kinerja mereka di sekolah dan kesempatan pekerjaan mereka sebagai orang dewasa. Pada kabupaten terpilih untuk MICS 11 di dan, informasi ukuran anak saat lahir berdasarkan penilaian ibu, tidak dikumpulkan. Oleh karena itu melaporkan persentase kelahiran dengan berat dibawah 25 gram hanya didasarkan pada ingatan ibu tentang berat badan anak atau berat sebagaimana dicatat pada kartu kesehatan jika anak ditimbang saat lahir. Secara keseluruhan, di enam kabupaten 28 hingga 71 persen bayi baru lahir ditimbang, dan di antaranya kira-kira 8 hingga 16 persen beratnya saat lahir kurang dari 25 gram. Gambar 1. Berat badan lahir rendah bayi menurut karakteristik Merauke Jayawijaya Biak Numfor Pendidikan ibu 13 8 17 13 13 13 14 12 9 18 14 12 11 Kaimana Manokwari Pendidikan ibu 12 15 14 9 17 13 3 14 14 12 6 32 41 6 8 1% 6 8 1% 2

Di negara berkembang, berat badan lahir rendah terutama berasal dari status gizi dan kesehatan ibu yang buruk. Tiga faktor yang paling memiliki dampak: Status gizi buruk ibu sebelum hamil, perawakan pendek (terutama karena gizi dan infeksi selama masa kecilnya), dan gizi buruk selama kehamilan. Berat badan yang tidak memadai selama kehamilan sangat penting karena menyumbang sebagian besar keterlambatan pertumbuhan janin. Selain itu, penyakit seperti diare dan malaria, yang umum di banyak negara berkembang, secara signifikan dapat mengganggu pertumbuhan janin jika ibu menjadi terinfeksi penyakit ini saat hamil. Menurut karakteristik latar belakangnya, perbedaan di daerah perkotaan dan pedesaan hanya berlaku di 3 kabupaten, di mana tingkat berat lahir rendah di daerah pedesaan lebih tinggi. Demikian pula, perempuan dengan pendidikan yang lebih rendah di kabupaten terpilih Barat cenderung melahirkan anak-anak dengan berat badan lahir rendah. Tapi pendidikan ibu tidak menunjukkan banyak perbedaan dalam BBLR di 3 kabupaten propinsi. Para ibu miskin di 3 kabupaten cenderung memiliki bayi BBLR. Kecenderungan yang sama terjadi di 3 kabupaten di propinsi, meskipun perbedaan tersebut tidak selebar di. Menyusui Menyusui untuk beberapa tahun pertama kehidupan melindungi anak-anak dari infeksi, menyediakan sumber nutrisi yang ideal, ekonomis dan aman. Namun, banyak ibu berhenti menyusui terlalu cepat dan sering ada tekanan untuk beralih ke susu formula, yang dapat memberikan kontribusi terhadap gangguan pertumbuhan dan kekurangan gizi mikro, serta tidak aman jika air bersih tidak tersedia. WHO / UNICEF memiliki rekomendasi pemberian makan sebagai berikut: ASI eksklusif untuk enam bulan pertama Terus menyusui hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih Memulai pemberian makanan tambahan yang aman, sesuai dan memadai saat bayi berusia 6 bulan Frekuensi pemberian makanan tambahan: 2 kali per hari selama bayi berusia 6-8 bulan usia, 3 kali per hari selama bayi berusia 9-11 bulan Awal menyusui disarankan untuk dimulai dalam waktu satu jam setelah melahirkan. Indikator kunci yang terkait dengan rekomendasi praktek pemberian makan pada anak adalah sebagai berikut: Awal inisiasi menyusui (dalam waktu 1 jam setelah melahirkan) Tingkat Pemberian ASI eksklusif (usia <6 bulan) Tingkat menyusui Lanjutan (pada usia 1 tahun dan pada usia 2 tahun) Pemberian makan melalui botol (usia -23 bulan) Gambar 2. Indikator menyusui yang direkomendasikan oleh WHO/UNICEF Inisiasi Menyusui Dini Early initiation of breastfeeding ASI eksklusif Exclusive breastfeeding Terus menyusui hingga usia 1 tahun Continued breastfeeding at 1 year old Terus menyusui hingga usia 2 tahun Continued breastfeeding at 2 years old Persentase anak usia -23 bulan yang Percentage of diberi children minum -23 dengan months dot botol with 19 23 23 41 46 42 49 55 66 75 74 6 8 1% Kaimana Manokwari 3

Early initiation Inisiasi of Menyusui breastfeeding Dini 19 38 Exclusive breastfeeding ASI eksklusif 38 55 23 Continued Terus menyusui breastfeeding hingga usia at 1 1 year tahun old 62 9 87 Terus menyusui hingga usia 2 tahun Continued breastfeeding at 2 years old 79 34 Persentase anak usia -23 bulan yang Percentage of children -23 months with 5 diberi minum dengan dot botol 17 46 6 8 1 % Biak Numfor Jayawijaya Merauke Inisiasi menyusui dini pada ibu berbeda menurut kabupaten, terutama ketika mempertimbangkan inisiasi menyusui dalam satu hari kelahiran. Perempuan di Kaimana adalah yang paling kurang mungkin untuk memulai menyusui dalam satu hari (45 persen) dibandingkan dengan perempuan di Jayawijaya (86 persen), Biak Numfor (7 persen), dan Manokwari (69 persen). Sedangkan untuk menyusui dalam satu jam setelah melahirkan yang tertinggi adalah kabupaten Merauke ( persen) dibanding yang terendah di Biak Numfor (19 persen). Gambar 3. Persentase ibu yang mulai menyusui dalam satu jam setelah melahirkan menurut karakteristik Merauke Jayawijaya Biak Numfor Penolong kelahiran Tenaga kesehatan Dukun bersalin Lainnya Missing Tempat melahirkan Faskes umum Faskes swasta Rumah 19 39 19 34 35 29 35 31 61 6 8 1% Kaimana Manokwari Penolong kelahiran Tenaga kesehatan Dukun bersalin Lainnya Missing Tempat melahirkan Faskes umum Faskes swasta Rumah 3 23 23 23 24 15 32 29 26 24 24 26 23 6 8 1% Anak yang lahir di rumah sakit swasta lebih mungkin Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dalam waktu satu jam setelah melahirkan dibandingkan mereka yang lahir di rumah sakit umum dan di rumah. Kelahiran yang dibantu tenaga kesehatan akan lebih didorong untuk melaksanakan IMD dalam satu jam pertama setelah lahir. Tempat tinggal di perkotaan/pedesaan dan indeks kuintil kekayaan tidak menunjukkan banyak perbedaan dalam hal menyusui dini. 4

Tujuan Pembangunan Milenium 2 dan 3 MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN Sasaran 2A: Memastikan bahwa, pada tahun 15, anak-anak di mana-mana, anak laki-laki dan perempuan, akan dapat menyelesaikan pendidikan dasar Sasaran 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di pendidikan dasar dan menengah, pada tahun 5, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 15 Akses universal terhadap pendidikan dasar dan pencapaian pendidikan dasar anak-anak di dunia adalah salah satu tujuan yang paling penting dari Tujuan Pembangunan Milenium dan Dunia yang Layak bagi Anak. Pendidikan merupakan prasyarat penting untuk memerangi kemiskinan, pemberdayaan perempuan, melindungi anak-anak dari eksploitasi seksual dan kerja yang berbahaya, mempromosikan hak asasi manusia dan demokrasi, melindungi lingkungan, dan mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Indikator-indikator kunci pendidikan mencakup: Angka murni masuk sekolah dasar Angka partisipasi murni sekolah dasar (yang disesuaikan) Angka partisipasi murni sekolah menengah (yang disesuaikan) Tingkat melek/buta huruf perempuan/ laki-laki usia 15-2 tahun Rasio pendidikan perempuan terhadap laki-laki (atau Indeks Paritas Gender - IPG) di sekolah dasar dan menengah. Dari anak-anak usia masuk sekolah (usia 7 tahun) yang masuk kelas1 SD di 6 kabupaten terpilih di dan, tertinggi ada di kabupaten Biak Numfor (83 persen) dibanding yang terendah di Jayawijaya (52 persen). APM usia 7-12 APM usia 13-18 Angka murni masuk sekolah dasar Angka buta huruf pada perempuan (15-24 thn) Angka kesiapan sekolah Gambar 4. Ringkasan indikator -indikator pendidikan 5 13 26 28 42 48 77 68 77 6 8 1 % Kaimana Manokwari 78 77 96 94 94 APM usia 7-12 APM usia 13-18 Angka murni masuk sekolah dasar Angka buta huruf pada perempuan (15-24 thn) Angka kesiapan sekolah 82 96 97 54 75 71 52 83 78 1 1 13 29 48 6 8 1 % Biak Numfor Jayawijaya Merauke 5

Lebih dari 9 persen anak-anak usia sekolah dasar yang masih bersekolah, kecuali di Jayawijaya (82 persen). Namun, tiga sampai enam persen anak-anak keluar dari sekolah ketika mereka diharapkan berpartisipasi di sekolah. Berkisar 48-78 persen anak-anak usia sekolah menengah (13 sampai 18 tahun) di enam kabupaten terpilih masih menghadiri sekolah menengah. Selebihnya, beberapa dari mereka ada yang sudah keluar dari sekolah atau masih duduk di sekolah dasar. APM sekolah menengah di Kaimana merupakan yang terendah yaitu menunjukkan angka mencolok 52 persen anak-anak usia sekolah menengah yang tidak duduk di sekolah menengah, terdiri dari 24 persen masih di sekolah dasar, sementara 28 persen berada di luar sekolah. Gambar 5. Persentase APM sekolah menengah, anak usia sekolah menengah yang masih di SD dan yang tidak sekolah 1% 8% 6% % % 16% 8% 75% 39% 7% 54% 23% 6% 71% 1% 8% 6% % % 28% 24% 48% 16% 13% 7% 9% 78% 77% % % Biak Numfor Jayawijaya Merauke Kaimana Manokwari sedang di sekolah menengah (APM) masih di SD tidak bersekolah Dalam MICS, melek huruf dinilai pada kemampuan perempuan dan pria usia 15-24 tahun untuk membaca pernyataan pendek yang sederhana atau tingkat kehadiran siswa. MICS di kabupaten terpilih dan menunjukkan bahwa hanya 6 persen khususnya dari wanita usia 15-24 di kabupaten Jayawijaya yang melek huruf, ini merupakan yang paling rendah dibandingkan dengan lima kabupaten terpilih lainnya. Di Kaimana dan kemelek-aksaraan perempuan lebih baik dari pada laki-laki. Gambar 6. Angka Melek Huruf menurut Gender % 1 9 92 9 92 % 1 8 72 8 6 6 6 74 73 87 89 95 9 Biak Numfor Jayawijaya Merauke Kaimana Manokwari perempuan usia 15-24 laki-laki usia 15-24 6

Gambar 7. Indeks Paritas Gender untuk Pendidikan 1.5 1.2.9 1.1.92 1.3 1.4.98 1.17 1.5 1.2.9 1.32.98 1.7 1.2 1.1 1.1.6.6.3.3. Biak Numfor Jayawijaya Merauke. Kaimana Manokwari Indeks parity gender sekolah dasar Indeks parity gender sekolah menengah Rasio anak perempuan terhadap anak laki-laki yang mengikuti pendidikan dasar dan menengah lebih dikenal sebagai Indeks Paritas Gender (IPG). Perhatikan bahwa rasio yang disertakan di sini diperoleh dari rasio Angka Partisipasi Murni (APM) daripada rasio Angka Partisipasi Kasar (APK). Rasio APK akan memberikan gambaran yang salah tentang IPG terutama karena di sebagian besar kasus mayoritas anak yang usianya telah lewat usia pendidikan dasar yang masih menghadiri SD adalah anak laki-laki. Angka ini menunjukkan bahwa gender paritas untuk sekolah dasar, yang tidak jauh dari 1, mengindikasikan bahwa anak perempuan dan anak laki-laki hampir sama dalam menghadiri sekolah dasar (Mearuke.98; Jayawijaya 1.5; Biak Numfor 1.14; Manokwari 1.2; 1.1; Kaimana 1.1). Paritas gender pada sekolah menengah menunjukkan situasi yang sama, kecuali untuk Merauke dan Kaimana yang sedikit lebih tinggi, yang artinya APM perempuan lebih tinggi dari APM laki-laki. 7

Tujuan Pembangunan Milenium 4 MENGURANGI KEMATIAN ANAK Sasaran 4A: Mengurangi dua pertiga, antara 199 dan 15, angka kematian balita Ini adalah salah satu tujuan menyeluruh dari Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs). Pemantauan kemajuan menuju tujuan ini merupakan tujuan penting tetapi sulit. Angka kematian bayi adalah probabilitas bayi yang baru lahir meninggal sebelum ulang tahun pertama. Angka kematian balita adalah probabilitas anak meninggal sebelum ulang tahun kelima. Dalam survei MICS, angka kematian bayi dan balita dihitung berdasarkan teknik estimasi tidak langsung yang dikenal sebagai metode Brass. Data yang digunakan dalam estimasi adalah: rata-rata jumlah anak yang pernah dilahirkan perempuan usia 15 sampai 49 tahun dari setiap kelompok umur lima tahunan, dan proporsi anak-anak yang mati dari jumlah tersebut yang juga untuk perempuan dari kelompok umur lima tahunan. Berdasarkan informasi kematian sebelumnya di Indonesia, tabel kehidupan model West yang dipilih sebagai model yang paling tepat. Perlu dicatat bahwa estimasi kematian bayi dan anak yang disajikan dalam laporan ini didasarkan pada jumlah kasus yang relatif kecil yang dapat menyebabkan perkiraan yang tidak stabil. Oleh karena itu penafsiran dari estimasi tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati. Tingkat kematian bayi di propinsi diperkirakan sebesar 39, 86, dan 48 per seribu kelahiran hidup secara berturut-turut di kabupaten Merauke, Jayawijaya, dan Biak. Probabilitas kematian di bawah usia 5 (U5MR) masing-masing adalah 48, 1, dan 62 per seribu kelahiran hidup di kabupaten Merauke, Jayawijaya, dan Biak Numfor. Sementara itu, tingkat kematian bayi di propinsi diperkirakan mashing-masing sebesar 5, 6 dan 42 per seribu kelahiran hidup di kabupaten Kaimana, Manokwari dan. Probabilitas kematian di bawah usia 5 tahun (U5MR) masingmasing adalah 65, 81 dan 54 per seribu di kabupaten Kaimana, Manokwari dan. Merauke Jayawijaya Biak Numfor Pendidikan ibu Asli Non Gambar 8a. Angka kematian bayi menurut karakteristik 15 39 39 21 48 7 68 66 79 86 16 112 3 6 9 1 per 1. kelahiran hidup Kaimana Manokwari Pendidikan ibu Asli Non 5 6 42 46 57 55 7 47 29 35 74 57 61 7 3 6 9 1 per 1. kelahiran hidup 8

Gambar 8b. Angka kematian balita menurut karakteristik Merauke Jayawijaya Biak Numfor Pendidikan ibu Asli Non 48 45 48 32 45 41 17 25 62 96 94 9 1 11 153 162 8 1 16 per 1. kelahiran hidup Kaimana Manokwari Pendidikan ibu Asli Non 65 81 54 59 76 73 96 61 28 43 73 82 57 13 96 8 1 16 per 1. kelahiran hidup Estimasi ini dihitung dengan menghitung rata-rata estimasi angka kematian yang diperoleh dari perempuan usia 25-29 dan 3-34, dan secara kasar merujuk hingga tahun 6. Estimasi kematian ini jelas menunjukkan keadaan yang tidak menguntungkan di kabupaten Manokwari dibandingkan dengan Kaimana dan, dan Jayawijaya dibandingkan dengan Merauke dan Biak Numfor. Untuk tiga kabupaten gabungan di setiap provinsi, ada beberapa perbedaan antara probabilitas kematian dalam hal daerah tempat tinggal, tingkat pendidikan, kekayaan dan etnis. Tingkat mortalitas kira-kira dua kali lipat di daerah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan. Seperti yang diperkirakan, terdapat asosiasi negatif yang tajam antara kematian dan pendidikan. Demikian pula angka kematian balita menurun tajam dari di atas 1 per seribu kelahiran hidup di antara anakanak yang tinggal di rumah tangga termiskin menjadi di bawah 6 per seribu kelahiran hidup di antara mereka yang tinggal di rumah tangga kaya. Kematian adalah jauh lebih besar di antara anakanak yang kepala rumah tangganya asli dibandingkan dengan yang bukan asli. 9

Rangkaian Perawatan Konsep "rangkaian perawatan" mempromosikan intervensi yang efektif biaya bagi perawatan ibu dan anak mulai dari pra-kehamilan, kelahiran dan periode pasca-neonatal hingga masa kanak-kanak. Di sisi lain juga mempromosikan perawatan ibu dan anak dari tingkat komunitas hingga klinik. Gambar 9. Rangkaian perawatan dari pra-kehamilan hingga masa kanak-kanak % 1 9 8 7 6 5 3 1 28 5253 Angka prevalensi KB 54 73 67 4 kali kunjungan antenatal (K4) 62 57 Perlindungan tetanus neonatal 76 75 75 58 Persalinan oleh tenaga kesehatan 23 23 Inisiasi menyusui dini 41 46 46 19 ASI eksklusif Imunisasi lengkap 25 Tidur pakai kelambu ITN Pra-kehamilan Kehamilan Melahirkan Pasca lahir Masa bayi Masa kanak-kanak Kaimana Manokwari % 1 9 8 7 6 5 3 1 38 16 5 Angka prevalensi KB 66 9 4 kali kunjungan antenatal (K4) 74 47 71 Perlindungan tetanus neonatal 77 86 Persalinan oleh tenaga kesehatan 19 38 Inisiasi menyusui dini 55 38 23 ASI eksklusif 16 58 Imunisasi lengkap 42 9 42 Tidur pakai kelambu ITN Pra-kehamilan Kehamilan Melahirkan Pasca lahir Masa bayi Masa kanak-kanak Biak Numfor Jayawijaya Merauke 1

Imunisasi Imunisasi memainkan bagian penting dalam mengurangi angka kematian bayi dan balita. Imunisasi telah menyelamatkan nyawa jutaan anak-anak dalam tiga dekade sejak peluncuran Program Perluasan Imunisasi (EPI) pada tahun 1974. Di seluruh dunia masih ada juta anak diabaikan oleh imunisasi rutin dan sebagai hasilnya, penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin telah menyebabkan lebih dari 2 juta kematian setiap tahun. Menurut pedoman WHO dan UNICEF, seorang anak harus menerima vaksinasi BCG untuk perlindungan terhadap TBC, tiga dosis DPT untuk perlindungan terhadap difteri, pertusis, dan tetanus, tiga dosis vaksin polio, dan vaksinasi campak sebelum mencapai usia 12 bulan. Menurut jadwal imunisasi nasional, melalui program imunisasi rutin, sebelum ulang tahun pertama setiap anak di Indonesia harus menerima - vaksinasi BCG untuk perlindungan terhadap TBC, tiga dosis DPT untuk perlindungan terhadap Difteri, Pertusis, dan Tetanus, empat dosis vaksin polio, empat dosis vaksin Hepatitis B, serta campak atau vaksinasi MMR pada usia 9 bulan atau lebih. Dengan mempertimbangkan jadwal vaksinasi ini, perkiraan untuk cakupan imunisasi lengkap di kabupaten terpilih dari survey MICS dan ini didasarkan pada data imunisasi anak usia 12-23 bulan. Dari semua kabupaten terpilih, hasil survei menunjukkan bahwa kabupaten Jayawijaya cenderung memiliki cakupan rendah untuk sebagian besar jenis vaksinasi, dengan cakupan vaksinasi lengkap hanya 16 persen, sedangkan cakupan terendah di adalah kabupaten Kaimana ( persen). Cakupan vaksinasi lengkap tertinggi adalah di kabupaten Merauke untuk propinsi, dan untuk propinsi, masing-masing sebesar 58 dan 46 persen. Merauke Jayawijaya Biak Numfor Pendidikan ibu Gambar 1. Vaksinasi lengkap menurut karakteristik 4 9 16 37 32 28 49 58 47 53 37 41 49 63 Kaimana Manokwari Pendidikan ibu 7 26 28 46 46 28 26 5-6 8 1% 6 8 1% Untuk tiga kabupaten gabungan di setiap provinsi, anak-anak usia 12-23 bulan yang tinggal di daerah perkotaan lebih cenderung diimunisasi lengkap dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah pedesaan. Pada 3 kabupaten, pendidikan ibu dan kuintil indeks kekayaan lebih berpengaruh dalam membuat perbedaan perolehan vaksinasi lengkap, dibandingkan di 3 kabupaten. 11

Perlindungan Tetanus Neonatal Salah satu tujuan Pembangunan Milenium adalah untuk mengurangi sampai tiga perempatnya, rasio kematian ibu, dengan satu strategi untuk menghilangkan tetanus ibu. Selain itu, tujuan lain adalah untuk mengurangi kejadian tetanus neonatal menjadi kurang dari 1 kasus tetanus neonatal per 1 kelahiran hidup di setiap kabupaten. Tujuan Dunia Layak untuk Anak adalah untuk menghilangkan tetanus maternal dan neonatal pada tahun 5. Pencegahan tetanus ibu dan bayi adalah untuk menjamin semua ibu hamil menerima setidaknya dua dosis vaksin toksoid tetanus. Namun, jika ibu belum menerima dua dosis vaksin selama kehamilan, mereka (dan bayi mereka) dapat dianggap sudah terlindungi jika kondisi berikut ini terpenuhi: Menerima setidaknya dua dosis vaksin toksoid tetanus, yang terakhir dalam 3 tahun sebelumnya; Menerima setidaknya 3 dosis, yang terakhir dalam 5 tahun sebelumnya; Menerima setidaknya 4 dosis, yang terakhir dalam waktu 1 tahun; Menerima setidaknya 5 dosis selama hidup. Survei ini menunjukkan cakupan tetanus toxoid di 6 kabupaten terpilih di dan ini, paling rendah pada 47 persen di kabupaten Jayawijaya, dibandingkan dengan Kaimana (62 persen), Merauke (71 persen), Biak Numfor (74 persen), dan tertinggi di kabupaten (76 persen). Malaria Malaria adalah penyebab utama kematian anak di bawah usia lima tahun di Tanah. Hal ini juga memberikan kontribusi untuk anemia pada anak-anak dan merupakan penyebab umum dari absensi sekolah. Langkah-langkah pencegahan secara dramatis dapat mengurangi tingkat kematian malaria di antara anak-anak. Di daerah di mana malaria adalah hal yang biasa, WHO merekomendasikan Penyemprotan Residual di Dalam Ruangan (IRS), penggunaan kelambu berinsektisida (ITN) dan pengobatan yang tepat terhadap kasus yang dikonfirmasi dengan mengonsumsi obat anti-malaria yang direkomendasikan. Rekomendasi internasional juga menyarankan mengobati setiap demam pada anak-anak seolah-olah sebagai malaria dan segera memberikan anak tablet anti-malaria yang direkomendasikan secara penuh. Anak-anak dengan gejala malaria berat, seperti demam atau kejang-kejang, sebaiknya dibawa ke fasilitas kesehatan. Selanjutnya, anak-anak yang pulih dari malaria harus terus diberikan cairan ekstra dan makanan, serta bayi harus terus disusui. Kelambu yang telah diinsektisida, atau ITN, jika digunakan dengan benar, sangat efektif dalam menawarkan perlindungan terhadap nyamuk dan serangga lainnya. Kuesioner MICS mencakup pertanyaan tentang ketersediaan dan penggunaan kelambu, baik di tingkat rumah tangga, di antara anak-anak balita dan ibu hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang dari 5 persen anak-anak balita yang tidur di bawah kelambu berinsektisida. Dibandingkan dengan kabupaten lain persentase anak-anak balita yang tidur di bawah kelambu berinsektisida di kabupaten Jayawijaya paling rendah, hanya 9 persen. Selanutnya adalah Manokwari (25 persen), Merauke dan Biak Numfor (masing-masing 42 persen), Kaimana ( persen), dan tertinggi adalah (46 persen). 12

Tujuan Pembangunan Milenium 5 MENINGKATKAN KESEHATAN IBU Sasaran 5A: Mengurangi sampai tiga perempatnya, antara 199 dan 15, rasio kematian ibu Sasaran 5B: Di tahun 15, mencapai akses universal terhadap kesehatan reproduksi Investasi pada kesehatan reproduksi, termasuk keluarga berencana dan perawatan ibu sangat penting untuk memenuhi tujuan MDGs. Komplikasi selama kehamilan dan persalinan merupakan penyebab utama kematian dan ketidakmampuan perempuan usia reproduksi di negara berkembang. Tiga perempat dari seluruh kematian ibu terjadi selama kelahiran dan segera setelah melahirkan hingga enam minggu sesudahnya. Gambar 11. Ringkasan indikator-indikator kesehatan ibu dan reproduksi % 1 9 8 7 6 5 3 1 75 75 54 58 Institusional Persalinan Kelahiran Skilled delivery di Faskes (%) attendance oleh tenaga of (%) delivery kesehatan (%) (%) 86 66 91 67 84 73 52 53 54 53 19 3 28 15 17 16 17 Content Isi layanan of Antenatal Periksa Antenatal Periksa Prevalensi Modern Early Melahirkan child Adolescent Fertilitas birth antenatal pemeriksaan care kehamilan four care kehamilan at leas contraceptive KB (%) bearing dini (%) rate remaja (per 1, (per care kehamilan (%) times 4 kali (%) min. once 1 (%) kali prevalence 1 female remaja (%) (%) rate (%) adolescents) perempuan) Kaimana Manokwari 8 72 64 56 48 32 24 16 8 per 1. remaja perempuan % 1 9 8 7 6 5 3 1 43 28 61 Institusional Persalinan delivery di Faskes (%) (%) 86 77 Kelahiran Skilled attendance oleh tenaga of kesehatan delivery (%) 19 12 66 9 9 57 96 38 Content Isi layanan of Antenatal Periksa Antenatal Periksa Modern Prevalensi Early Melahirkan child Adolescent Fertilitas birth antenatal pemeriksaan care kehamilan four care kehamilan at leas contraceptive KB (%) bearing dini (%) (%) rate remaja (per 1, (per care kehamilan (%) times 4 kali (%) (%) once min. (%) 1 kali prevalence 1 female remaja (%) (%) rate (%) adolescents) perempuan) 16 5 1 37 11 59 145 77 16 1 128 112 96 8 64 48 32 16 per 1. remaja perempuan Biak Numfor Jayawijaya Merauke 13

Tingkat Melahirkan (Fertilitas) Remaja Pada MICS4, tingkat kesuburan total dan tingkat melahirkan remaja dihitung dengan menggunakan informasi tentang tanggal melahirkan terakhir dari setiap perempuan dan berdasarkan pada satu tahun periode (1-12 bulan) sebelum survei. Angkanya kurang memberi estimasi karena margin yang sangat kecil akibat dari tidak tercakupnya informasi kelahiran ganda (kembar dua, kembar tiga, dst.) dan perempuan yang melahirkan beberapa kali selama satu tahun sebelum survei. Tingkat melahirkan remaja (tingkat kesuburan perempuan usia 15-19 tahun) didefinisikan sebagai jumlah melahirkan untuk wanita usia 15-19 tahun selama periode satu tahun sebelum survei, dibagi dengan jumlah rata-rata wanita usia 15-19 tahun selama periode yang sama, dinyatakan per 1 wanita usia 15-19 tahun. Tingkat melahirkan remaja (tingkat kesuburan perempuan usia 15-19 tahun) bervariasi antara enam kabupaten terpilih. Tingkat melahirkan remaja lebih tinggi di kabupaten Kaimana (66 kelahiran per 1. perempuan) dibandingkan dengan angka di (53 kelahiran per 1. perempuan) dan Manokwari ( kelahiran per 1. perempuan) di Provinsi. Namun, angka melahirkan tertinggi remaja di kabupaten terpilih propinsi ada di Jayawijaya (145 kelahiran per 1. perempuan), meskipun di dua kabupaten terpilih lainnya juga menunjukkan angka yang tinggi, Merauke (77 kelahiran per 1. perempuan) dan Biak Numfor (59 kelahiran per 1. perempuan). Aktivitas seksual dan melahirkan anak di usia dini membawa risiko signifikan bagi remaja di seluruh dunia. Sekitar 11 sampai 37 persen dari perempuan usia -24 tahun melahirkan sebelum mencapai usia 18 tahun. Persentase melahirkan sebelum usia 18 untuk kelompok usia ini tidak bervariasi banyak antar kabupaten terpilih (Biak Numfor, 1 persen, Merauke, 11 persen, Kaimana, 16 persen, Manokwari, 15 persen, dan, 17 persen), kecuali di Jayawijaya yang menunjukkan tingkat tertinggi (37 persen). Kontrasepsi Keluarga berencana yang tepat adalah penting untuk kesehatan perempuan dan anak-anak dengan: 1) mencegah kehamilan yang terlalu dini atau terlalu terlambat, 2) memperpanjang periode antar kelahiran, dan 3) membatasi jumlah anak. Akses oleh semua pasangan kepada informasi dan layanan untuk mencegah kehamilan yang terlalu dini, terlalu dekat jarak, terlambat atau terlalu banyak, sangat penting. Penggunaan kontrasepsi di tiga kabupaten terpilih di propinsi, kebanyakan metode modern, yang terendah terlihat di kabupaten Jayawijaya (16 persen), dibandingkan dengan 38 persen di kabupaten Biak Numfor dan 5 persen di Merauke. Hal ini bahkan lebih buruk daripada kabupaten Kaimana (28 persen) di propinsi, di mana yang tertinggi di sana adalah di Manokwari (52 persen) dan (53 persen), dan kebanyakan juga menggunakan metode modern. Perawatan Kehamilan Periode masa kehamilan menjadi peluang penting untuk mengakses ibu hamil dengan sejumlah intervensi yang penting bagi kesehatan dan kesejahteraan mereka dan bayi mereka. Pemahaman yang lebih baik tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dan hubungannya dengan kesehatan ibu telah menghasilkan peningkatan perhatian terhadap potensi pelayanan kehamilan sebagai intervensi untuk meningkatkan kesehatan baik ibu maupun bayi yang baru lahir. 14

Periode kehamilan juga memberikan kesempatan untuk menyampaikan informasi tentang jarak kelahiran, yang diakui sebagai faktor penting dalam meningkatkan kelangsungan hidup bayi. UNICEF dan WHO merekomendasikan minimal setidaknya empat kali kunjungan pelayanan pemeriksaan selama kehamilan. Persentase ibu yang menerima pemeriksaan kehamilan setidaknya empat kali, yang terendah adalah di Jayawijaya ( persen), disusul masing-masing oleh Kaimana (54 persen), Biak Numfor (66 persen), Manokwari (67 persen), (73 persen), dan tertinggi adalah di Merauke (9 persen). Penolong Persalinan Tiga perempat dari seluruh kematian ibu terjadi saat melahirkan dan sesaat setelah melahirkan. Intervensi yang paling penting untuk menyelamatkan ibu adalah memastikan kehadiran tenaga kesehatan yang kompeten dengan ketrampilan kebidanan di setiap persalinan, dan transportasi yang tersedia ke fasilitas rujukan untuk perawatan kebidanan dalam keadaan darurat. Salah satu tujuan Dunia yang Layak untuk Anak adalah memastikan bahwa perempuan memiliki akses siap dan terjangkau terhadap kehadiran penolong persalinan yang terampil. Indikatornya adalah proporsi kelahiran yang ditolong petugas terampil dan proporsi kelahiran di lembaga kesehatan. Indikator tenaga terampil persalinan juga digunakan untuk melacak kemajuan dalam pencapaian sasaran Pembangunan Milenium dalam mengurangi rasio kematian ibu. Survei MICS mencakup sejumlah pertanyaan untuk menilai proporsi kelahiran yang dibantu oleh tenaga terampil yang meliputi dokter, perawat atau bidan. Persentase terendah dari perempuan yang melahirkan dibantu oleh tenaga terampil ada di Jayawijaya ( persen), dan tertinggi di Merauke (86 persen). Di antaranya, adalah Kaimana (58 persen), Manokwari dan (masing-masing 75 persen), dan Biak Numfor (77 persen). Gambar 12. Persentase perempuan usia 15-49 tahun yang melahirkan dua tahun terakhir menurut penolong kelahiran % 1 8 6 52 43 29 26 18 8 11 1514 3 5 11 13 4 1 1 6 1 1 Dokter Bidan Perawat Dukun bersalin Kader kesehatan Teman/ keluarga Lainnya Tanpa bantuan Kaimana Manokwari % 1 8 6 56 17 21 13 18 64 Dokter Bidan Perawat Dukun bersalin 4 4 7 2 9 9 1 1 1 6 4 1 1 7 Kader kesehatan 53 Teman/ keluarga Lainnya Tanpa bantuan Biak Numfor Jayawijaya Merauke 15

Sebagian besar persalinan dibantu oleh bidan. Penolong persalinan oleh tenaga terampil yang tertinggi adalah pada ibu-ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan, baik umum maupun swasta (masing-masing 1 persen) daripada ibu-ibu yang melahirkan di rumah (54 persen). Persalinan ibu yang tinggal di daerah perdesaan, tidak berpendidikan, dari keluarga miskin dan dari rumah tangga dengan kepala keluarga asli cenderung tidak ditolong oleh tenaga yang terampil. Tempat Melahirkan Meningkatkan proporsi kelahiran yang dilakukan di fasilitas kesehatan merupakan faktor penting dalam mengurangi risiko kesehatan bagi ibu dan bayi. Perhatian medis yang tepat dan kondisi higienis selama persalinan dapat mengurangi risiko komplikasi dan infeksi yang dapat menyebabkan morbiditas dan kematian baik untuk ibu maupun bayi. Gambar berikut ini menyajikan distribusi perempuan usia 15-49 tahun yang melahirkan pada periode dua tahun sebelum survei menurut tempat melahirkan. Kecuali di kabupaten Manokwari dan Merauke, rumah masih dominan sebagai tempat persalinan. Hanya sekitar sampai 61 persen kelahiran di enam kabupaten terpilih dari Tanah yang berlangsung di fasilitas kesehatan. Persentase perempuan melahirkan di fasilitas kesehatan adalah masing-masing, 28,, 43, 54 dan 61 persen di kabupaten, Jayawijaya, Kaimana, Biak Numfor, Manokwari, dan Merauke. Gambar 13. Persentase perempuan yang melahirkan di fasilitas kesehatan, umum dan swasta, menurut karakteristik Merauke Jayawijaya Biak Numfor Pendidikan responden Asli Non 12 11 28 43 23 3 37 52 61 62 62 73 8 86-6 8 1 % Kaimana Manokwari Pendidikan responden Asli Non 35 3 54 69 48 61 14 29 58 35 52 79-6 8 1 % Di semua kabupaten terpilih, baik di propinsi dan, perempuan yang tinggal di daerah perkotaan, yang memiliki pendidikan lebih tinggi, yang non- dan lebih kaya cenderung melahirkan di fasilitas kesehatan, baik publik maupun swasta. 16

Tujuan Pembangunan Milenium 6 MEMERANGI HIV/AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAIN Sasaran 6A: Mengendalikan pada tahun 15 dan mulai membalik tingkat penyebaran HIV / AIDS Sasaran 6C: Mengendalikan pada tahun 15 dan mulai membalik tingkat penyebaran malaria dan penyakit utama lainnya Indikator untuk mengukur MDG dan tujuan ini yaitu dari mengurangi infeksi HIV hingga separuhnya, termasuk juga meningkatkan tingkat pengetahuan tentang HIV dan pencegahannya, serta mengubah perilaku untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari penyakit ini. Pengetahuan yang Komprehensif tentang Penularan HIV Salah satu prasyarat yang paling penting untuk mengurangi tingkat infeksi HIV adalah pengetahuan yang akurat tentang bagaimana HIV ditularkan dan strategi untuk mencegah penularan. Informasi yang benar adalah langkah pertama menuju peningkatan kesadaran dan memberikan orang-orang muda alat untuk melindungi mereka dari infeksi. Satu indikator yang merupakan indikator MDG dan UNGASS adalah persentase perempuan muda yang memiliki pengetahuan komprehensif dan benar tentang pencegahan dan penularan. Dalam MICS yang dilakukan di tiga kabupaten di dan, semua perempuan yang telah mendengar tentang AIDS ditanya apakah mereka tahu dua cara utama untuk mencegah penularan HIV - memiliki dan setia hanya pada satu pasangan yang tidak terinfeksi dan menggunakan kondom setiap kali berhubungan seksual. Pada enam kabupaten terpilih dari propinsi dan, lebih dari 6 persen perempuan yang diwawancarai pernah mendengar tentang AIDS dengan perbedaan yang jelas antar kabupaten (Jayawijaya, 63 persen; Kaimana, 64 persen;, 72 persen; Merauke dan Manokwari, masingmasing 84 persen; dan Biak Numfor, 96 persen). Namun, dari orang-orang tersebut, yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang penularan HIV sangatlah kecil, yaitu hanya 13 persen di Jayawijaya, 18 persen di Kaimana, 23 persen di, 24 persen di Biak Numfor, dan 25 persen di Manokwari dan kabupaten Merauke. Gambar 14. Pengetahuan komprehensif perempuan usia 15-49 tentang penularan HIV Merauke Jayawijaya Biak Numfor Pendidikan responden Asli Non 25 13 24 12 2 1 2 15 18 28 13 34 31 41 48-6 8 1 % Kaimana Manokwari Pendidikan responden Asli Non 18 25 23 29 21 1 8 6 14 21 34 15 3 46-6 8 1 % 17

Seperti yang diperkirakan, persentase perempuan dengan pengetahuan komprehensif meningkat sejalan dengan tingkat pendidikannya. Pengetahuan yang komprehensif memiliki tingkat terendah di antara perempuan tanpa pendidikan dan meningkat menjadi 46-48 persen di kalangan perempuan dengan pendidikan tinggi. Perempuan yang tinggal di rumah tangga termiskin memiliki pengetahuan komprehensif yang kurang dibandingkan rumah tangga kaya. Perempuan yang tinggal di rumah tangga dengan kepala keluarga non- memiliki pengetahuan komprehensif yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang asli. Pengetahuan penularan HIV dari ibu-ke-bayi juga merupakan langkah pertama yang penting bagi perempuan untuk mencari tes HIV ketika mereka sedang hamil demi menghindari infeksi pada bayi. Perempuan harus tahu bahwa HIV dapat ditularkan selama kehamilan, saat melahirkan dan melalui menyusui. Perbedaan antar kabupaten untuk indikator ini dengan selisih persentase tertinggi adalah di kabupaten Manokwari dan terendah di Kaimana. Gambar 15. Pengetahuan tentang penularan HIV dari ibu ke anak % 1 % 1 87 86 87 78 81 78 78 8 7 8 58 6 55 6 66 78 Biak Numfor Jayawijaya Merauke Kaimana Manokwari perempuan Women Men laki-laki 18

Tujuan Pembangunan Milenium 7 MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP Sasaran 7C: Menurunkan, pada tahun 15, proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar Air minum yang aman adalah kebutuhan dasar untuk kesehatan yang baik. Air minum yang tidak aman dapat secara signifikan menjadi pembawa penyakit seperti trachoma, kolera, tipus, dan schistosomiasis. Air minum juga dapat tercemar oleh bahan kimia, terkontaminasi secara fisik dan radiasi yang memiliki efek berbahaya pada kesehatan manusia. Selain hubungannya dengan penyakit, akses terhadap air minum sangat penting bagi perempuan dan anak-anak, terutama di daerah pedesaan, yang bertanggung jawab dalam mengangkut air, seringkali dengan jarak yang jauh. Situasi di kabupaten dan Biak Numfor lebih baik daripada di kabupaten lain karena sekitar 8 persen penduduk di kabupaten-kabupaten ini mendapatkan air minum dari sumber yang layak, sebagian besar dari pengumpulan air hujan dan air minum kemasan. Persentase terendah penduduk yang mendapatkan air minum dari sumber yang layak adalah di Jayawijaya (35 persen), diikuti oleh Merauke. Angka-angka di Manokwari dan kabupaten Kaimana sudah di atas 6 persen. Gambar 16. Ringkasan indikator-indikator akses air dan sanitasi Penggunaan Use of improved sumber drinking air minum water source layak 66 69 8 Penggunaan sumber Use of improved air minum layak drinking water source 35 54 87 Pengolahan air sebelum Water treatment diminum 76 88 92 Pengolahan air sebelum Water treatment diminum 26 71 77 Penggunaan sanitasi Use sendiri of improved yang layak sanitation (not shared) 56 49 Penggunaan sanitasi Use sendiri of improved yang layak sanitation (not shared) 24 64 74 6 8 1% 6 8 1 % Kaimana Manokwari Biak Numfor Jayawijaya Merauke Di antara penduduk yang mendapatkan air minum dari sumber yang tak layak, di kabupaten Jayawijaya hanya 26 persen yang melakukan pengolahan air sebelum menggunakannya untuk minum. Di kabupaten, meskipun hanya kurang dari persen yang minum dari sumber air yang tak layak, sebagian besar dari mereka (92 persen) melakukan pengolahan air minum. Pembuangan kotoran manusia dan kebersihan pribadi yang tidak memadai dikaitkan dengan berbagai penyakit termasuk penyakit diare dan polio. Fasilitas sanitasi yang baik antara lain didefinisikan sebagai memisahkan secara higienis kotoran manusia dari kontak manusia. Sanitasi 19

yang baik dapat mengurangi penyakit diare hingga lebih dari sepertiga, dan secara signifikan dapat mengurangi dampak kesehatan yang merugikan dari gangguan lain yang menyebabkan kematian dan penyakit jutaan anak-anak di negara berkembang. Fasilitas sanitasi yang baik untuk pembuangan tinja mencakup menyiram atau mengguyur sistem saluran pembuangan pipa, penggunaan tangki septik, atau jamban: jamban layak berventilasi, lubang jamban dengan tutup, dan penggunaan toilet kompos. Meskipun sebagian besar penduduk (68 hingga 88 persen), kecuali di kabupaten Jayawijaya ( persen), menggunakan fasilitas sanitasi yang layak tetapi fasilitas ini digunakan bersama-sama dengan orang lain. Persentasenya jauh berkurang pada mereka yang menggunakannya tanpa berbagi dengan yang lain. Sekitar setengah dari penduduk di tiga kabupaten terpilih di menggunakan fasilitas sanitasi yang layak tanpa berbagi dengan orang lain (Kaimana, persen; Manokwari, 56 persen;, 49 persen). Sementara itu, tiga kabupaten terpilih di menunjukkan cakupan yang lebih baik, kecuali kabupaten Jayawijaya (24 persen). Ada 64 dan 74 persen penduduk yang menggunakan sanitasi layak sendiri, masing-masing di kabupaten Merauke dan Biak Numfor. Seperti yang diperkirakan, fasilitas sanitasi berkorelasi kuat dengan daerah tinggal, pendidikan kepala rumah tangga dan kekayaan rumah tangga. Gambar 17. Akses sumber air minum dan sanitasi yang layak Merauke Jayawijaya Biak Numfor Pendidikan KK Asli Non 2 16 11 29 39 65 59 31 48 65 34 52 6 82-6 8 1 % Kaimana Manokwari Pendidikan KK Asli Non 5 32 45 45 38 57 32 49 61 24 31 54 62 84-6 8 1 %