EVALUASI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL ANTARA JALAN SULTAN HAMENGKUBUWONO 9 DAN JALAN CAKUNG CILINCING RAYA

dokumen-dokumen yang mirip
2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan...

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Data Masukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

BAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri

PERENCANAAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN SULTAN HASANUDIN DAN JALAN ARI LASUT MENGGUNAKAN METODE MKJI

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan pengerjaan Tugas Akhir secara ringkas dapat dilihat dalam bentuk flow chart 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG

Dari gambar 4.1 maka didapat lebar pendekat sebagai berikut;

ANALISIS KINERJA SIMPANG TIGA PADA JALAN KOMYOS SUDARSO JALAN UMUTHALIB KOTA PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Jalan Kemuda 3 Jalan Padma Jalan Seroja Jalan Kemuda)

EVALUASI KINERJA JALAN DAN PENATAAN ARUS LALU LINTAS PADA AKSES DERMAGA FERRY PENYEBERANGAN SIANTAN

Kata kunci : Tingkat Kinerja, Manajemen Simpang Tak Bersinyal.

PANJANG ANTRIAN KENDARAAN PADA SIMPANG IR. H. JUANDA- DIPATIUKUR BERDASARKAN MKJI 1997 ABSTRAK

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 7 (Tujuh)

IV. ANALISA DATA BAB IV ANALISIS DATA. 4.1 Geometri Simpang. A B C D. Gambar 4.1 Geometri Jl. Sompok Baru IV - 1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH BANDUNG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Kondisi Lingkungan Jalan Simpang Bersinyal Gejayan KODE PENDEKAT

Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS

BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

UNSIGNALIZED INTERSECTION

Gambar 2.1 Rambu yield

ANALISA KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL DI RUAS JALAN S.PARMAN DAN JALAN DI.PANJAITAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Ruas Jalan A. Data Umum, Kondisi Geometrik, Gambar dan Detail Ukuran

STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG

EVALUASI KINERJA SIMPANG TIGA TAK BERSINYAL DENGAN METODE MKJI 1997 (Studi Kasus Simpang Tiga Jalan Ketileng Raya-Semarang Selatan)

EVALUASI KINERJA SIMPANG RE.MARTADINATA- JALAN CITARUM TERHADAP LARANGAN BELOK KIRI LANGSUNG ABSTRAK

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Telukan Grogol Sukoharjo) Naskah Publikasi Tugas Akhir

BAB III LANDASAN TEORI. yang mempegaruhi simpang tak bersinyal adalah sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

METODE BAB 3. commit to user Metode Pengamatan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB IV PEMBAHASAN. arus dan komposisi lalu lintas. Kedua data tersebut merupakan data primer

BAB V ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN

KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN KOPO-SOEKARNO HATTA BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuantitatif yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang dan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. saling berpotongan, masalah yang ada pada tiap persimpangan adalah kapasitas jalan dan

MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR JALAN RAYA ABEPURA DI JAYAPURA

BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KINERJA DAN ALTERNATIF PENGATURAN SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jalan Sunset Road-Jalan Nakula-Jalan Dewi Sri di Kabupaten Badung)

ANALISA PEMILIHAN MODEL PENYELESAIAN PERSIMPANGAN BERDASARKAN VOLUME KENDARAAN (STUDI SIMPANG JL. DEMAK JL. DUPAK/DUPAK RUKUN)

Kata kunci : Simpang Bersinyal, Kinerja, Bangkitan Pergerakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL (Studi Kasus: Jalan Anyelir Jalan Akasia Jalan Hayam Wuruk)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pertemuan dari jalan-jalan yang terlibat pada sistem jaringan jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan yang sebenarnya, atau merupakan suatu penjabaran yang sudah dikaji.

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH, BANDUNG, DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK KAJI

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH KINERJA LALU-LINTAS TERHADAP PEMASANGAN TRAFFIC LIGHT PADA SIMPANG TIGA (STUDI KASUS SIMPANG KKA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun

TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran. Kinerja ruas jalan pada umumnya dapat dinyatakan dalam kecepatan,

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA JALAN KALIGARANG JALAN KELUD RAYA JALAN BENDUNGAN RAYA

TUGAS AKHIR. ANALISA KARAKTERISTIK KONFLIK LALU LINTAS PADA SIMPANG TAK BERSINYAL TIGA KAKI (studi kasus pada Jalan RC Veteran)

DAFTAR ISI. Judul. Lembar Pengesahan. Lembar Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL TIPE C KENDUNG BENOWO SURABAYA

STUDI PENGARUH ADANYA PAGAR PEMBATAS TROTOAR PADA SIMPANG JL.PASIR KALIKI JL.PADJAJARAN, BANDUNG ABSTRAK

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diambil kesimpulan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA A KINERJA SIMPANG DAN RUAS JALAN AKIBAT PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT ROYAL DI KAWASAN RUNGKUT INDUSTRI SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

BAB III LANDASAN TEORI

Simpang Tak Bersinyal Notasi, istilah dan definisi khusus untuk simpang tak bersinyal di bawah ini :

BAB III LANDASAN TEORI Kondisi geometri dan kondisi lingkungan. memberikan informasi lebar jalan, lebar bahu, dan lebar median serta

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 10 (Sepuluh)

PENDAHULUAN. Traffic light merupakan sebuah teknologi yang mana kegunaannya adalah untuk mengatasi antrian dan dapat mempelancar arus lalu lintas

KAJIAN KINERJA PERSIMPANGAN TAK BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG TAROK JALAN SULTAN SYAHRIR JALAN PROFESOR HAMKA JALAN SULTAN SYAHRIR KOTA BUKIT TINGGI)

Kajian Kinerja Persimpangan Jalan Harapan Jalan Sam Ratulangi Menurut MKJI 1997

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA DAN ALTERNATIF PENANGANAN SIMPANG PADA JALAN YA M SABRAN JALAN PANGLIMA AIM KOTA PONTIANAK

PERENCANAAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN HARAPAN DAN JALAN SAM RATULANGI

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

THE PERFORMANCE ANALYSIS OF A SIGNALIZED JUNCTION (Case Study:Jalan Teuku Umar Barat Jalan Gunung Salak)

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

BAB II LANDASAN TEORI. bertemu dan lintasan arus kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masingmasing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

JURNAL EVALUASI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL PADA SIMPANG TIGA JALAN CIPTOMANGUNKUSUMO JALAN PELITA KOTA SAMARINDA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saling berhubungan atau berpotongan dimana lintasan-lintasan kendaraan

BAB V ANALISIS DATA 5.1 UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Waktu hilang total : LTI = 18 KONDISI LAPANGAN. Tipe Lingku ngan Jalan. Hambatan Samping Tinggi/ren dah. Belok kiri langsung Ya/Tidak

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober

TINJAUAN PUSTAKA. ruas jalan bertemu, disini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk. persimpangan (

BAB 4 ANALISIS DATA. 1) Pergerakan yang menuju luar kota Tangerang (Batu Ceper, Bandara, Kober, Kota Bumi dan sekitarnya) maupun sebaliknya.

Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Sudirman & Simpang A.Yani Kota Pacitan. Ir. Sri Utami, MT

Transkripsi:

EVALUASI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL ANTARA JALAN SULTAN HAMENGKUBUWONO 9 DAN JALAN CAKUNG CILINCING RAYA Dwinanta Utama Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Industri dan Sistem Transportasi BPP Teknologi Abstract Unsignalize intersection is very effective because it has less average delay compare to signalize intersection. But when the traffic volume getting higher the capacity of unsignalize intersection may not be able to maintain a proper intersection performance. Several alternatives improvement should be analyzed to overcome the unsignalize intersection problem. If the improvement alternatives fail then the unsignalize intersection should be changed as a signalize one. This condition will be implemented at 4 legs intersection between jalan Sultan Hamengkubuwono 9 and Jalan Cakung Cilincing Raya. Kaji software was implemented to do this intersection evaluation. Kata kunci : Analisis kinerja simpang tak bersinyal dan solusinya 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan tipe simpang tak bersinyal sangat efektif karena perilaku lalu lintas simpang tak bersinyal dalam tundaan rata-rata selama periode waktu yang lebih lama lebih rendah. Dibandingkan dengan tipe simpang yang lain, simpang ini disukai karena kapasitas tertentu masih bisa dipertahankan pada keadaan lalu lintas puncak. Perubahan dari simpang tak bersinyal menjadi bersinyal dan bundaran dapat disebabkan karena volume kendaraan yang tinggi dan pertimbangan keselamatan lalu lintas untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara kendaraan yang berlawanan arah. Maka perencanan harus disarankan untuk menghindari nilai derajat kejenuhan > 0,8 selama jam puncak. Masalah-masalah transportasi di perkotaan dapat dibagi menjadi dua unsur yaitu unsur prasarana seperti pertumbuhan jalan yang kurang mencukupi kebutuhan, serta unsur manusia masih rendahnya kesadaran pengemudi sebagai pengguna jalan sehingga mengakibatkan kemacetan. Kondisi lalu lintas diwarnai oleh kepadatan yang tinggi terutama pada simpang, sebab dipersimpangan terdapat masalah konflik pergerakan membelok.serta besarnya arus lalu lintas kurang didukung dengan kapasitas simpang.dengan kata lain kapasitas simpang yang ada sudah tidak sebanding dengan volume kendaraan,sehingga menggakibatkan kemacetan pada ruas-ruas jalan utama. I.2. Permasalahan Permasalah yang timbul berbagai permasalahan sebagai berikut : 1. Kepadatan lalu lintas pada jam sibuk sangat tinggi diukur dari banyaknya volume lalu lintas. 2. Simpang belum ada sinyal. 3. Kapasitas simpang tidak sebanding dengan volume kendaraan. 4. Kesadaran berlalu lintas pengemudi masih rendah. I.3. Batasan Masalah Penelitian ini memfokuskan pada Simpang tak bersinyal 4-lengan antara Jalan Sultan Hamengku Buwono 9 dan Jalan Cakung Cilicing Raya. 1.4. Tujuan Untuk mengetahui berapa besar kapasitas simpang, derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian pada simpang tak bersinyal 4-lengan dan solusi / alternatif pemecahan masalah kemacetan lalu lintas pada simpang tersebut. Evaluasi Kinerja Simpang Tak...( Dwinanta Utama) 75

2. BAHAN DAN METODE 2.1. Pengumpulan Data Data primer yang dikumpulkan meliputi data volume lalu lintas pada jam sibuk pagi, siang dan sore, data geometrik simpang, kondisi tata guna lahan sekitar simpang serta aktivitasnya. 2.2. Metode Prosedur analisis simpang tak bersinyal (Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997): Data Masukan Kondisi geometrik Kondisi lalu-lintas Kondisi lingkungan Kapasitas Lebar pendekatan dan simpang Kapasitas dasar Faktor penyesuaian lebar pendekatan Faktor penyesuaian median jalan utama Faktor penyesuaian ukuran kota Faktor penyesusian tipe lingkungan Faktor penyesuaian belok kiri Faktor penyesuaian belok kanan Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor Hasil perhitungan Derajat kejenuhan Tundaan Peluang antrian Keterangan : C = kapasitas ( smp/jam ) C O = nilai kapasitas dasar F W = faktor penyesuaian lebar masuk F W = 0.61 + (0.0740 X W1) F M = faktor penyesuaian tipe median pada jalan F CS = faktor penyesuaian ukuran kota F RSU = faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan hambatan samping dan kendaraan bermotor. F LT = faktor penyesuaian belok kiri Flt = 0,84 + (1.61 x Plt) F RT = faktor penyesuaian belok kanan F RT = 1 untuk simpang 4 lengan =faktor penyesuaian rasio arus jalan minor F MI Derajat Kejenuhan Qtotal DS = (4) C Tundaan 1. Tundaan lalu-lintas simpang ( DT 1 ) UNTUK DS < 0,6 DT 1 = 2 + 8,2078 x DS-(1-DS) x 2 (5) UNTUK DS > 0,6 DT 1 = 1,0504 / (0,2742-0,2042 x DS)-(1-DS) x 2 (6) 2. Tundaan lalu-lintas jalan utama (DT MA ) UNTUK DS < 0,6 DT MA = 1,8 + 5,8234 x DS-(1-DS) x 1,8 (7) UNTUK DS >0,6 DT MA = 1,05034 / (0,346-0,246 x DS)-(1-DS) x1,8 (8) 3. Tundaan lalu-lintas jalan minor (DT MI ) DT MI = (Q TOTAL x DT 1 ) (Q MA x DT MA )/Q MI (9) Penilaian perilaku lalu lintas 4. Tundaan geometri simpang ( DG ) UNTUK DS < 1,0 Alternatif perubahan DG = (1-DS) x (P T x 6 + (1 P T ) + DS x 4 (10) Gambar 1. Prosedur Analisis Kinerja Simpang Geometrik. Lebar rata-rata simpang Wi ditentukan dengan rumus : Wi = (A+B+C+D)/4 (1) Volume lalu lintas jam puncak simpang : Q total = A + B + C + D (smp/jam) (2) Kapasitas simpang Nilai kapasitas aktual,c (smp/jam) dapat dihitung dengan rumus : C = Co x Fw x Fm x Fcs x Frsu x Flt x Frt x Fmi (3) DG = 4 UNTUK DS 1,0 (11) Dimana : DG = Tundaan geometrik simpang. DS = Derajat kejenuhan P T = Rasio belok total 5. Tundaan simpang (D) smp / jam D = DG + DT 1 (12). 76 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 8 No. 2 Agustus 2006 Hlm. 75-80

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Geometrik Simpang merupakan simpang tak bersinyal 4 lengan antara Jalan Sultan Hamengku Buwono 9 sebagai jalan utama dan Jalan Cakung Cilicing Raya sebagai jalan minor. Adapun kondisi geometrik simpang eksisting adalah sebagai berikut : 1. Tipe simpang 444 (simpang 4-lengan, 4-lajur jalan minor,4-lajur jalan utama) 2. Lebar jalan utama (B dan D) 16 meter. 3. Lebar jalan minor (A dan C) 12 meter. 4. Median jalan utama 0,5 meter. 5. Median jalan minor 9 meter 6. Trotoar 1 meter. 7. Bahu jalan utama 2 meter kiri kanan. 8. Tipe lingkungan jalan komersial. KAJI- UNSIGNALISED INTERSECTIONS Province : DKI JAKARTA Date : 19-04-2006 Form USIG-I: Geometry, City : JAKARTA TIMUR Handled by: Dwinanta Traffic flows City size: 3.00 millions Case : Purpose: Operation Period : Jam puncak pagi +----------------------------------+-----------------------------+---+----------------------------------+ Major road (B+D) : Jl.hamengku buwono 9 Environment : COM (COM, RES or RA) Minor road (A+C) : Jl.cakung cilicing raya Side friction: High (High/Med/Low) +-------------------------------------------------------------+--+--------------------------------------+ INTERSECTION -,A,B,C *. TRAFFIC CL - Classified, hourly GEOMETRY or D: A * / \ N FLOW DATA: CL UN - Un-classified, hourly * 6.00 m AA - AADT (Average daily) Entry widths and * +----+ ( traffic ) major road median * * Flows are * * in veh/h A -,A,B,C * v * -,A,B,C or D: D * * or D: B 504 <-+ +-> 158 * * v * * *-+-* * * * * * * 257 8.00 m ---> 314 594 -+- --- ----- -+- ^ ^ <--- 8.00 m ----+ +---- * * * * * * * *-+-* * D ------> 591 1134 <------ B * * ----+ +---- * + - * 10 m - - + v v NB. Deduct * * 201 254 1.5-2 m -,A,B, C * ^ * 168 from width C ord: * * ^ if parking * * +---------------------+ 285 <-+ +-> 266 in approach! +----+ * Major road (B-D) 6.00 m median: Narrow C +--+------------------------------------+---------------------+-----------------------------------------+ Gambar 2. Data Geometrik Simpang dan Volume Lalu Lintas. rata-rata simpang Wi = (A+B+C+D)/4 = 3.2. Arus Lalu Lintas (6+8+6+8)/4 = 7 meter Data arus lalu lintas yang didapat dari survey diambil satu jam puncak pagi, siang,dan sore. Kemudian dikonversikan ke faktor emp menjadi smp/jam. Dalam analisis digunakan hanya jam puncak pagi karena volume lalu lintas saat jam puncak pagi merupakan volume jam puncak tertinggi dibandingkan dengan volume lalu lintas jam siang dan sore. 3.3. Evaluasi Eksisting Kinerja Simpang JamPuncak Pagi Jalan Hamengku Buwono 9 (Jl. Utama) dan Jalan Cakung Cilicing Raya (Jl.minor ), lebar b. Volume lalu lintas Jam puncak pagi jam Q total (smp/jam) = 954+1983+721+1107 = 4765 smp/jam Nilai kapasitas simpang aktual, C (smp/jam) = 3607 smp/jam d. Derajat Kejenuhan DS = 1.321 > 0.8 Karena Derajat kejenuhan simpang lebih besar dari 0,8 maka simpang tersebut dalam kondisi macet (Shirley Hendarsin, 2000). Tundaan lalu-lintas simpang ( DT 1 ) = 236.59 Evaluasi Kinerja Simpang Tak...( Dwinanta Utama) 77

Tundaan lalu-lintas jalan utama (DT MA ) = 50.51 Tundaan lalu-lintas jalan minor (DT MI ) = 579.86 Tundaan geometri simpang (DG) = 240.59. Dari hasil evaluasi kinerja eksisting simpang dapat disimpulkan bahwa kinerja simpang sudah buruk, karena nilai derajat kejenuhan (DS) = 1,321 > 0,8. Nilai DS = 0,8 menunjukkan kondisi pelayanan yang kritis (macet). Dengan DS = 1.321 maka lalu lintas disimpang sudah macet total. 3.4. Alternatif Penanganan Simpang Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di simpang ini maka diambil beberapa alternatif penanganan (Tata Cara Perencanaan Geometrik Persimpangan Sebidang, 2002) yaitu : 3.4.1. Alternatif pertama Menghilangkan hambatan samping dari tinggi menjadi rendah, misalnya dengan pemasangan rambu lalu lintas larangan berhenti disekitar simpang. Sehingga diharapkan berkurangnya hambatan samping akibat kendaraan yang berhenti di sekitar simpang. = 7 meter b. Volume lalu lintas jam puncak pagi Q = 4765 smp/jam Dengan berkurangnya hambatan samping maka kapasitas aktual simpang meningkat menjadi, C = 3685.15 (smp/jam) d. Derajat Kejenuhan DS = 1.293 > 0. 8 Karena derajat kejenuhan lebih besar Dari 0,8 maka simpang tersebut masih macet. Tundaan lalu-lintas simpang ( DT 1 ) = 103 Tundaan lalu-lintas jalan utama (DT MA ) = 38 Tundaan lalu-lintas jalan minor (DT MI ) = 223 Tundaan geometri simpang ( DG ) = 107 3.4.2. Alternatif Kedua Pada jalan minor A dan C untuk kendaraan yang lurus dan belok kanan dilarang dan harus belok kiri, serta hambatan samping rendah. Jl. Hamengku Buwono 9 (Jl. Utama) dan Jl. Cakung Cilicing Raya (Jl. Minor ), lebar ratarata simpang Wi = 7 meter b. Volume lalu lintas Jam puncak pagi Q = 4765 smp/jam. Nilai kapasitas aktual meningkat menjadi, C = 4973.41 (smp/jam) d. Derajat Kejenuhan DS = 0.96 > 0. 8 f. Tundaan Tundaan lalu-lintas simpang ( DT 1 ) = 13.3 Tundaan lalu-lintas jalan utama (DT MA ) = 9.49 Tundaan lalu-lintas jalan minor (DT MI ) = 20/49 Tundaan geometri simpang ( DG )= 4.03 Tundaan simpang (D) DG + DTI = 17.36 = smp/jam. Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja simpang masih berada dalam kondisi kirtis, macet karena nilai derajat kejenuhan (DS) = 0,96 > 0,8. 3.4.3. Alternatif Ketiga Dilakukan pelebaran jalan dengan pelebaran tambahan 3 meter pada setiap pendekat. Jl. Hamengku Buwono 9 (Jl. Utama) dan Jl.Cakung Cilicing Raya (Jl. Minor ), lebar ratarata simpang Wi = (9+11+9+11)/4 = 10 meter b. Volume lalu lintas Jam puncak pagi jam, Q total = 4765 smp/jam Nilai kapasitas aktual, C = 4410.43 (smp/jam) d. Derajat Kejenuhan 4765 DS = = 1.08 > 0.8 4410.43 Tundaan lalu-lintas simpang ( DT 1 ) = 19.73 Tundaan lalu-lintas jalan utama (DT MA ) = 13.22 78 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 8 No. 2 Agustus 2006 Hlm. 75-80

Tundaan lalu-lintas jalan minor (DT MI ) = 31.76 Tundaan geometri simpang ( DG ) = 23.73 Kesimpulan alternatif ketiga pada simpang tak bersinyal 4-lengan pada keadaan jam puncak pagi didapat DS=1,08 > 0.8. Artinya kondisi simpang juga belum membaik dan harus dicarikan alternatif lain (Shirley Hendarsin, 2000). 3.4.4. Alternatif keempat Alternatif ini merupakan gabungan alternatif kedua dan ketiga. Jalan Sultan Hamengku Buwono 9 (Jl. Utama ) dan Jalan Cakung Cilicing Raya (Jl.minor ), lebar rata-rata simpang Wi = 10 meter b. Volume lalu lintas Jam puncak pagi Q = 4765 smp/jam Nilai kapasitas aktual, C = 5952.22 (smp/jam) d. Derajat Kejenuhan 4765 DS = = 0.80 5952.22 Tundaan lalu-lintas simpang ( DT 1 ) = 9.07 Tundaan lalu-lintas jalan utama (DT MA ) = 6.67 Tundaan lalu-lintas jalan minor (DT MI ) = 13.49 Tundaan geometri simpang ( DG ) = 4.13. Tundaan simpang (D) = DG + DTi = 13.07 smp/ jam. Kesimpulan setelah diadakan pelebaran jalan atau ditambah satu lajur dan gerakan belok kanan serta lalu lintas dilarang lurus, didapat DS = 0,80; tundaan simpang 13.07. Ternyata simpang tersebut masih macet (Shirley Hendarsin, 2000). 3.4.5. Alternatif Pelebaran Simpang dan Diberi Sinyal 2 Fase (Tata Cara Perencanaan Geometrik Persimpangan Sebidang, Jakarta, 2002) Perhitungan simpang bersinyal 4-lengan dengan skenario hambatan samping rendah dan pelebaran jalan ditambah 3 meter. a. Data geometri pada : Jalan minor A Wc = 9 meter lebar masuk (belok kiri tidak langsung) Jalan minor C Wc = 9 meter lebar masuk (belok kiri tidak langsung) Jalan minor B Wc = 11 meter lebar masuk (belok kiri tidak langsung) Jalan minor D Wc = 11-2.75=8.25 meter lebar masuk (belok kiri langsung) b. Volume lalu lintas Jalan A, Q = 666 smp/jam Jalan c, Q = 672 smp/jam Jalan B, Q = 1778 smp/jam Jalan D, Q = 577 smp/jam c. Waktu siklus sebelum penyesuaian CUA = (1.5 x Lti + 5)/(1-IFR) = (1.5 x 12 + 5)/(1-0.404) = 38.59 detik d. Waktu siklus yang disesuaikan ci = 100 detik e. Waktu hijau Jalan C, D waktu hijau G = (CUA - Lti) x PR = (100 12) x 0.334 = 29.39 detik = 29 detik Jalan A,B waktu hijau G = (CUA - Lti) x PR = (100 12) x 0.665 = 58.52 detik = 59 detik Total waktu hijau ( G) = 88 detik f. Kapasitas ( C ) Jalan A, C = 3092.29 smp/jam Jalan C, C = 1446.72 smp/jam Jalan B, C = 3895.65 smp/jam Jalan D, C = 1416.84 smp/jam g. Derajat kejenuhan Jalan A, DS = Q/C = 666/3092.29 = 0.215 Jalan C, DS = Q/C = 672/1446.72 = 0.464 Jalan B, DS = Q/C = 1778/3895.65 = 0.456 Jalan D, DS = Q/C = 577/1416.84 = 0.407 h. Jumlah antrian yang datang selama fase merah Jalan A, GR = g/ci = 59/100 = 0.59, NQ 2 = 8.687 smp Jalan C, GR = g/ci = 29/ i. Panjang antrian Jalan A, QL = 26.67 meter Jalan C, QL = 44.44 meter Evaluasi Kinerja Simpang Tak...( Dwinanta Utama) 79

Jalan B, QL = 65.45 meter DAFTAR PUSTAKA Jalan D, QL = 43.64 meter j. Tundaan lalu lintas Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Jalan A, DT = 9.20 (Dep Kimpraswil), 2002. Tata Cara Jalan C, DT = 28.957 Perencanaan Geometrik Persimpangan Jalan B, DT = 11.42 Sebidang, Jakarta, Jalan D, DT = 28.179 k. Tundaan geometri Jalan A, DG = 3.334 Jalan C, DG = 3.878 Jalan B, DG = 2.997 Jalan D, DG = 3.357 l. Tundaan simpang Jalan A, D = DT + DG = 9.20 + 3.33 = 12.53 Jalan C, D = DT + DG = 28.95+ 3.87 = 32.83detik/ smp Jalan B, D = DT + DG = 11.42 + 2.99 = 14.42 Jalan D, D = DT + DG = 28.17 + 3.35 = 31.53 4. KESIMPULAN Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Februari 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Jakarta. Hendarsin, Shirley, 2000. Perencanaan Teknik Jalan Raya, Politeknik Negeri Bandung, Jurusan Teknik Sipil. Kondisi tingkat pelayanan eksisting simpang tak bersinyal antara jalan Hamengkubuwono 9 dan jalan Cakung Cilicing Raya, menunjukkan bahwa tingkat pelayanannya sudah rendah. Sehingga perlu dilakukan penanganan agar permasalahan kemacetan dapat diatasi segera. Empat skenario alternatif penanganan simpang tak bersinyal dilakukan, tetapi tidak menunjukkan hasil yang menggembirakan untuk mengatasi masalah tersebut. Hasil analisis menunjukkan alternatif pelebaran jalan 3 m pada pendekat simpang dan dengan mengaplikasikan simpang bersinyal 2 fase, dapat mengatasi masalah kemacetan di simpang ini. 80 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 8 No. 2 Agustus 2006 Hlm. 75-80