PENGARUH SUPLEMENTASI MULTINUTRIEN TERHADAP PERFORMANS SAPI POTONG YANG MEMPEROLEH PAKAN BASAL JERAMI JAGUNG (The Effect of Multinutrient Supplementation on Beef Cattle Performance at Corn Stover Basal Diet) YENNY NUR ANGGRAENY, UUM UMIYASIH dan DICKY PAMUNGKAS Loka Penelitian Sapi Potong, Grati Pasuruan ABSTRACT The used of corn stover as rhoughage on dry season in a long period can be critical effect to animal productivity because of nutrient shortage. The purpose of this research was to know the productivity response of beef cattle at corn stover basal diet. Corn stover from corn variety of Bisi, NK and Arjuna was tested as basal diet that combine by multuinutrient supplementation. The multinutrient consisted of mollases, sulfur, urea, calcium and water at ratio 25 : 0,25 : 1 : 0,5 : 73,25. The ratio of corn stover and multinutrient was 1 : 1. Experimental design was factorial 2 x 3completely randomized design. The first factor was corn variety and the second factor was suplementation treatment. The experimental was carried out at experimental station using 18 head of beef cattle during 10 weeks. The DM intake was not affected by corn variety and suplementation treatment but it was affected by interaction. The CP intake was affected by either corn variety or supplementation. The ADG was affected by either corn variety or supplementation. TDN intake was affected by corn variety. but not affected supplementaion. Average PP daily gain (adg) was affected by either corn variety or supplementation. The highest ADG was in Bisi corn stover basal diet (0,58 kg/head/day); suplementation increase ADG from 0,43 kg/head/hari (on control treatment) to 0,57 kg/head/day. Feed efficiency was not affected by either corn variety or suplementation. The in vivo digestibility of DM, CP, TDN, CF and organic matter were not affected by either corn variety or supplementation. B/C value of NK variety and Arjuna variety in supplementation treatment was higher than on control treatment (2,27 vs 1,59 on NK variety and 2, 22 vs 1, 99 on Arjuna variety). It was suggested that supplemented was not necessary on Bisi variety. Key Words: Beef Cattle, Supplementation, Multinutrient, Corn Stover ABSTRAK Pemanfaatan jerami jagung kering sebagai pakan ternak pada musim kemarau oleh peternak dalam jangka waktu yang cukup lama dikhawatirkan berpengaruh terhadap produktivitas karena terjadinya penurunan nilai nutrien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons produktivitas sapi potong yang memperoleh pakan basal limbah jagung (Zea mays). Jerami jagung kering dari varietas Bisi, NK dan Arjuna diujicobakan sebagai pakan basal dikombinasikan dengan peningkatan nilai nutrisi berupa penambahan multinutrient ( terdiri atas tetes tebu, sulfur, urea, kalsium dan air dengan perbandingan 25 : 0, 25 : 1 : 0, 5 : 73, 25). Perbandingan antara biomass limbah jagung dengan multinutrien adalah 1 : 1. Rancangan percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 2 dengan faktor 1 adalah varietas jagung dan faktor 2 adalah penambahan multinutrient. Percobaan dilaksanakan di kandang percobaan menggunakan 18 ekor sapi PO jantan (bobot hidup rata-rata 300 kg) dengan lama penelitian 10 minggu terdiri dari 2 minggu masa adaptasi dan 8 minggu masa pengumpulan data. Parameter yang di amati meliputi: konsumsi pakan, pertambahan bobot hidup harian (PBHH), effisiensi pakan serta nilai ekonomis ransum. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsumsi bahan kering (BK) tidak dipengaruhi oleh varietas maupun perlakuan suplementasi; namun dipengaruhi oleh intraksi keduanya. Konsumsi protein kasar (PK) dipengaruhi secara nyata (P 0,05) oleh varietas jerami maupun perlakuan suplementasi. Konsumsi terendah adalah varietas Bisi (0,60 kg/ekor/hari) dan tertinggi varietas NK (sebesar 0,65 kg/ekor/hari). Pemberian suplementasi menaikkan konsumsi PK dari 0,61 kg/hari menjadi 0,70 kg/hari. Konsumsi PK sejalan dengan nilai PBHH yakni dipengaruhi oleh varietas jagung dan perlakuan suplementasi. Konsumsi (total digestible nutrient) TDN dipengaruhi oleh varietas (P 0,05) namun tidak dipengaruhi oleh perlakuan suplementasi. Konsumsi TDN berturut-turut adalah 147
varietas NK sebesar 3,21 kg/hari; Bisi sebesar 3,44 kg/ekor/hari dan varietas Arjuna sebesar 3,52 kg/ekor/hari. PBHH tertinggi dicapai pada pemberian varietas Bisi (0,58 kg/ekor/hari); pemberian suplementasi secara nyata meningkatkan PBHH dari 0,43 kg/ekor/hari menjadi 0,57 kg/ekor/hari. Efisiensi pakan tidak dipengaruhi oleh varietas jagung maupun perlakuan suplementasi. Nilai B/C pada varietas NK dan Arjuna dengan perlakuan suplementasi menunjukan angka yang masing masing lebih tinggi daripada perlakuan tanpa suplementasi yakni sebesar 2,27 vs 1,59 (Varietas NK) dan 2,22 vs 1,99 (varietas Arjuna). Disimpulkan bahwa suplementasi diperlukan pada penggunaan jerami jagung varietas NK dan Arjuna sebagai pakan basal; namun tidak dianjurkan pada penggunaan jerami jagung Varietas Bisi karena tidak effisien (B/C tanpa suplementasi> B/C dengan suplementasi) Kata Kunci: Sapi Potong, Suplementasi, Multinutrient, Jerami Jagung PENDAHULUAN Perkembangan usaha pertanian tanaman pangan merupakan satu potensi yang dapat di gunakan sebagai strategi dalam pengembangan sapi potong. Usaha tanaman pangan dapat diintegrasikan dengan usaha peternakan dalam hal penyediaan pakan melalui pemanfaatan limbahnya. Potensi limbah pertanian masih belum dimanfaatkan sepenuhnya sebagai pakan ternak karena sebagian ada yang digunakan sebagai bahan bakar, pupuk organik dan bahan baku industri (DIWYANTO et al., 2001) Salah satu tanaman pangan yang limbahnya cukup potensial adalah jagung. Jagung merupakan komoditas utama yang memiliki arti strategis bagi perekonomian baik sebagai pangan, maupun bahan baku industri. Namun produksi nasional masih belum mencukupi kebutuhan. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman jagung adalah penggunaan varietas lokal atau unggul generasi lanjut (KASIJADI et al., 2001), sehingga salah satu cara penanggulangannya adalah dengan penggunaan varietas unggul. Peningkatan produksi jagung berarti pula peningkatan produksi limbah, baik berupa jerami maupun tongkol jagung. Penggunaan jerami jagung semakin populer, karena berkurangnya ketersediaan hijauan akibat keterbatasan lahan dan berkembangnya ternak ruminansia. Jerami jagung banyak digunakan di Indonesia terutama di Pulau Jawa, Madura dan Bali yang sudah menerapkan sistem usaha tani terpadu. Limbah jagung secara produktivitas per hektar menduduki tempat terendah dibandingkan dengan limbah lain (0,86 BK/ha) namun karena luas areal pertanaman yang cukup luas maka hasil produksi totalnya cukup berimbang dengan limbah lain (TANGENDJAJA dan GUNAWAN, 1988). Pemanfaatan jerami jagung sebagai pakan ternak belum dilakukan secara optimal terutama yang dipanen di atas umur 90 hari. Pemanfaatan jerami jagung secara optimal memerlukan teknologi seperti pengecilan partikel dikombinasikan dengan suplementasi. Suplementasi pada sapi potong diperlukan untuk membentuk keseimbangan kondisi rumen dan memenuhi kebutuhan ternak akan zat nutrisi kritis. Sebelum memilih jenis suplemen yang akan digunakan perlu diketahui lebih dulu sumber pakan basal yang ada sehingga dapat ditentukan suplemen yang tepat. Jenis suplemen pertama yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia yang menggunakan pakan basal asal limbah pertanian adalah N mudah larut. Penggunaan pupuk urea pada umumnya adalah 1% dalam konsentrat. Suplemen kedua dapat berupa sumber pakan hijauan yang mudah tercerna terutama leguminosa. Hijauan tersebut dapat diberikan 10 20% dalam pakan yang bertujuan untuk membantu pencernaan serat kasar. Sementara itu, suplemen ketiga adalah berupa bungkil (limbah industri pengolahan minyak) misalnya bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil sawit, bungkil biji kapuk, dan lain-lain. Pemberian suplemen ketiga ini tidak boleh lebih dari 20% karena dapat menurunkan konsumsi energi tercerna. Selain penggunaan ketiga jenis suplemen di atas, penggunaan suplemen berupa mineral digunakan untuk memperbaiki produktivitas ternak ruminansia akibat kekurangan mineral. Aplikasi pemberian mineral dapat berupa tablet yang kelarutannya rendah, pupuk, bentuk blok atau melalui injeksi rutin (LENG and PRESTON, 1987). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi multinutrient dan nilai pemanfaatannya bagi sapi potong. 148
MATERI DAN METODE Uji coba jerami jagung sebagai pakan basal dilakukan dengan menggunakan 3 varietas jagung yaitu Bisi, NK dan Arjuna. Varietas Bisi dan NK di tanam di Kecamatan Muneng, Kabupaten Probolinggo sedangkan Varietas Arjuna ditanam di Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. Jerami jagung yang digunakan pada penelitian ini dipanen umur 100 hari. Masing masing varietas jerami jagung diberi perlakuan pencacahan (5 10 cm) dan suplementasi multinutrient (berupa molases, sulfur, urea, Ca dan air dengan perbandingan 25: 0,25 : 1 : 0,5 : 73,5) dengan perbandingan 1:1. Uji coba jerami jagung sebagai pakan ternak sebagai pakan basal menggunakan 18 ekor sapi PO jantan (Umur = I 2, kisaran bobot hidup 248 336 kg). Jerami jagung diberikan ad libitum dan konsentrat (PK ± 10% dan TDN ± 60%) sebanyak 1%. Kandungan nutrisi jerami jagung tertera pada Tabel 1. Rancangan percobaan adalah RAL pola faktorial 2 x 3 dengan lama penelitian 10 minggu. Faktor 1 adalah perlakuan suplemen yaitu S 0 (tanpa suplemen/kontrol) dan S 1 (dengan suplemen/ perlakuan). Faktor 2 adalah varietas tanaman jagung yaitu J 1 = Bisi, J 2 = NK dan J 3 = Arjuna. Parameter yang diukur pada uji coba pakan basal jagung meliputi konsumsi Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK), Total Digestible Nutrien (TDN) dan Serat Kasar (SK) dan nilai ekonomis ransum. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi zat nutrien dan efisiensi ransum Hasil pengamatan terhadap pemberian jerami jagung sebagai pakan basal dan pemberian suplementasi multi nutrien berupa molasses dan mineral berpengaruh secara nyata terhadap konsumsi pakan maupun nilai PBHH, tertera pada Tabel 2. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa konsumsi BK tidak dipengaruhi oleh perlakuan baik jenis varietas maupun perlakuan suplementasi; namun dipengaruhi oleh interaksinya. Konsumsi BK varietas Bisi (7,14 kg/ekor/hari) dan Arjuna (7,37 kg/ekor/hari) adalah sama dengan varietas NK (7,41 kg/ekor/hari) dengan suplementasi. Secara nyata lebih tinggi dari perlakuan yang lain. Konsumsi PK dipengaruhi secara nyata oleh varietas jerami dan suplementasi. Konsumsi terendah adalah varietas Bisi (0, 60 kg/ekor/hari) dan tertinggi varitas NK (sebesar 0,65 kg/ekor/hari). Pemberian suplementasi menaikkan konsumsi PK dari 0,61 kg/hari menjadi 0,70 kg/ekor/hari. Konsumsi PK sejalan dengan nilai PBHH yakni dipengaruhi oleh varietas jagung dan perlakuan suplementasi. Satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan limbah tanaman pangan adalah adanya beberapa sifat karakteristik yang negatif bagi ternak seperti kandungan N yang rendah, tingginya kandungan selulosa dan defisiensi mineral antara lain kalsium (Ca), fosfor (P), kobalt (Co), tembaga (Cu), sulfur (S) dan sodium (Na). Karakteristik tersebut diatas menyebabkan kecernaan rendah selanjutnya membatasi konsumsi pakan. Oleh sebab itu suplementasi multinutrien yang bertujuan untuk membentuk keseimbangan kondisi rumen dan memenuhi kebutuhan zat nutrisi ritis perlu dilakukan (PRESTON and LENG, 1987). Terhadap konsumsi TDN, hasil pengujian menunjukkan dipengaruhi oleh varietas jerami jagung namun tidak dipengaruhi oleh perlakuan suplementasi. Konsumsi TDN berturut-turut adalah varietas NK sebesar 3,21 kg/ekor/hari; Bisi 3,44 kg/ekor/hari dan varietas Arjuna sebesar 3,52 kg/ekor/hari. PBHH dipengaruhi oleh varietas jerami jagung maupun suplementasi. PBHH tertinggi dicapai pada pemberian varietas Bisi (0,58 kg/ekor/hari); pemberian suplementasi secara nyata meningkatkan PBHH dari 0,43 kg/ekor/hari menjadi 0,57 kg/ekor/hari. Ditinjau dari efisiensi pakan, varietas Bisi adalah yang paling efisien (sebesar 12,75) diantara 2 varietas yang lain. Secara keseluruhan pemberian suplementasi mengakibatkan peningkatan efisiensi dari 17,50 menjadi 13,15. Nilai konsumsi nutrient hampir pada semua perlakuan tidak memenuhi standar. Hal ini ditunjukkan dengan tingkatan konsumsi yang lebih rendah dari standar di semua perlakuan kecuali untuk konsumsi BK pada perlakuan varietas NK dengan suplementasi (+ 0,14 kg/ekor/hari) dan konsumsi PK pada Varietas 149
Arjuna dengan suplementasi (sebesar +0,10 kg/ekor/hari) tertera pada Tabel 3. Hal tersebut diduga adanya fektor seleksi ternak terhadap batang jagung. Tabel 1. Komposisi zat nutrisi jerami jagung Zat makanan Jerami jagung + suplemen multinutrient Jerami jagung tanpa suplemen multinutrien Bisi NK Arjuna Bisi NK Arjuna BK (%) 62,67 68,88 61,66 83,04 83,20 83,54 PK (%) 5,44 6,75 7,30 4,46 5,37 4,90 Lemak (%) 0,82 0,71 0,97 0,85 0,60 0,86 SK (%) 25,46 28,18 24,63 33,12 31,73 31,11 BETN (%) 55,74 52,59 54,38 50,26 54,09 53,93 Abu (%) 12,54 12,77 12,75 11,30 8,22 8,40 Sumber: Hasil analisa proksimat Lab. Nutrisi Loka Penelitian Sapi Potong Tabel 2. Konsumsi pakan, PBHH dan nilai efisiensi ransum pada masing-masing perlakuan Uraian Varietas Jagung Bisi NK Arjuna Konsumsi BK (kg/ekor/hari) 7,14 op 6,89 o 7,37 p + Suplementasi 6,71 o 7,41 p 6,86 o Rata-rata 7,07 7,10 7,03 Konsumsi PK (kg/ekor/hari) 0,6 0,61 0,64 + Suplementasi 0,57 0,71 0,67 Rata-rata 0,60 a 0,66 b 0,65 b Konsumsi TDN (kg/ekor/hari) 3,51 3,29 3,51 + Suplementasi 3,37 3,13 3,53 Rata-rata 3,44 b 3,21 a 3,52 b PBHH (kg/ekor/hari) 0,53 0,34 0,42 + Suplementasi 0,63 0,54 0,54 Rata-rata 0,58 b 0,44 ab 0,48 b Efisiensi ransum 13,77 22,38 13,08 + Suplementasi 11,73 14,63 16,33 Rata-rata 12,75 18,50 14,71 Rata-rata 7,13 7,17 0,61 k 0,70 l 3,44 3,34 0,43 k 0,57 l 17,50 13,15 a,b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata P<0,05) k,l Superkrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata (P<0,05) 150
Analisis ekonomi penggunaan jerami jagung Hasil perhitungan ekonomi pemanfaatan jerami jagung dengan suplementasi tertera pada Tabel 3. Pendapatan diperhitungkan dari harga PBHH sedangkan biaya produksi adalah biaya pakan yang terdiri dari jerami dan konsentrat. Nilai B/C pada varietas NK dan Arjuna dengan perlakuan suplementasi menunjukkan angka yang masing masing lebih tinggi daripada perlakuan kontrol yakni sebesar 2,27 vs 1,59 (Varietas NK) dan 2,22 vs 1,99 (varietas Arjuna), suplementasi nampaknya tidak diperlukan untuk jerami jagung Varietas Bisi karena tidak effisien (B/C kontrol >B/C perlakuan). Tabel 3. Perbandingan antara konsumsi zat nutrien ransum dengan standar kebutuhan pada masing-masing perlakuan Uraian/Perlakuan BK (kg/ekor/hari) Suplementasi Varietas Jagung Bisi NK Arjuna K ST SL K ST SL K ST SL 7,14 6,71 7,53 7,17-0,39-46 6,89 7,41 7,13 7,27-0,24 + 0,14 7,37 6,86 7,53 7,20-0,16 -,34 PK (kg/ekor/hari) 0,57 0,67-10 0,61 0,65-0,04 0,64 0,67-0,03 Suplementasi 0,6 0,56-0,56 0,71 0,71-0,06 0,67 0,57 +0,10 TDN (kg/ekor/hari) 3,51 4,37-0,86 3,29 4,21-0,92 3,51 4,44-0,93 Suplementasi 3,37 4,19-0,82 3,13 3,91 0,78 3,53 4,20 0,67 K : Konsumsi zat nutrien ransum ST : Standar kebutuhan menurut NRC (1983) SL : Selisih antara konsumsi dengan standar kebutuhan Tabel 4. Pengaruh suplementasi mineral pada berbagai varietas jerami jagung terhadap PBHH sapi potong dan B/C Uraian Varietas Bisi Varietas NK Varietas Arjuna + suplem + suplem kontrol + suplem kontrol Pemberian jerami (kg/hari) 7,10 5,23 7,07 6,67 7,50 6,00 Pemberian kons. (kg/hari) 2,90 2,97 2,90 3,10 2,93 3,13 PBHH (kg/hari) 0,63 0,53 0,54 0,34 0,54 0,42 Harga jerami (Rp) 1313,5 696 1307,95 886,67 1387,5 798,00 Harga konsentrat (Rp) 1885,00 1930,50 1885,00 2015,00 1904,5 2034,50 Biaya pakan total (Rp) 3198,50 2626,50 3192,5 2902,00 3292,00 2832,50 Harga PBHH (Rp) 8532 7141 7249 4603 7303 5643 Keuntungan 5333,50 4505,00 4056,55 1701,50 401,5 2810,5 B/C 2,67 2,72 2,27 1,59 2,22 1,99 Harga jerami jagung (kering, 80%BK) = Rp 133/kg Harga jerami jagung (suplementasi, 70% BK) = Rp 185/kg Harga konsentrat = Rp 650/kg Harga PBHH = Rp 13.500/kg 151
Nilai PBHH pada semua varitas jagung yang tersuplementasi menunjukkan angka yang lebih tinggi; pada varietas Bisi sebesar 0,63 kg/h vs 0,53 kg/h dan Arjuna sebesar 0,54 kg/h vs 0,42 kg/h. Dari hasil perhitungan nilai B/C ternyata suplementasi mineral pada jerami jagung varietas NK dan Arjuna mampu memberikan keuntungan yang lebih tinggi dari yang lain meski harga jagung tersuplementasi lebih mahal: ditunjukkan dengan B/C yang lebih tinggi dari B/C kontrol masing-masing sebesar 2,27 vs 1,59 (varietas NK) dan 2,22 vs 1,99 (varietas Arjuna). Keseimbangan kondisi rumen dan terpenuhinya nutrisi kritis pada ternak sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kecernaan limbah tanaman pangan sehingga dapat meningkatkan effisiensi pakan. Suplementasi mineral (N dan S) dan karbohidrat mudah larut (molases) bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kritis bakteri selulolitik dalam ekosistem rumen (PRESTON dan LENG, 1987), sehingga dapat meningkatkan kecernaan pakan dan konsumsi pakan. Fungsi mineral Ca bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kritis ternak karena limbah tanaman pangan pada umumnya mengalami defisiensi mineral tersebut (PRESTON dan LENG, 1987). KESIMPULAN DAN SARAN Penggunaan jerami jagung dikombinasikan dengan suplementasi multinutrient berpengaruh secara nyata terhadap nilai capaian PBHH. Perlakuan suplementasi mampu meningkatkan PBHH dari rata rata 0,43 kg/ekor/hari menjadi 0,50 kg/ekor/hari. Ditinjau dari nilai B/C yang lebih tinggi daripada yang lain maka varitas NK dengan suplementasi lebih dianjurkan untuk dapat diaplikasikan. Agar pelaksanaan aplikasinya oleh peternak tidak sulit, maka perlu dicari upaya lain yang lebih sederhana, misalnya dengan membuat suplemen menjadi bentuk blok atau pellet. DAFTAR PUSTAKA DIWYANTO, K., B. R. PRAWIRADIPUTRA, D. LUBIS. 2001. Integrasi Tanaman Ternak dalam Pengembangan Agribisnis yang Berdaya Saing, Berkelanjutan dan Berkerakyatan. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 17 18 September 2001. Puslitbang Peternakan, Bogor. KASIJADI, F., W. ISMAIL, H. SUSENO, W. ISTUTI. 2001. Pengkajian Sistem Usaha Pertanian (Sup) Jagung di Lahan Kering. Pros. Seminar dan Ekspose Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. NATIONAL RESEARCH COUNCIL. 1983. Nutrient Requirement of Beef Cattle. PRESTON, T.R. and R.A. LENG, 1987, Matching Ruminant Production System With Available Resources in the Tropic and Sub Tropic. Penambul Book. Armidale. TANGENDJAJA, B dan GUNAWAN. 1988. Jagung dan Limbahnya untuk Makanan Ternak. Pros. Jagung. Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian. 152