BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah adalah ibu primigravida yang mengalami nyeri persalinan kala 1 fase aktif di RSB Mutiara Bunda-Salatiga. Jumlah seluruh responden adalah 31 orang, tetapi pada saat persalinan ternyata 6 orang diantaranya tidak memenuhi kriteria inklusi yang telah di tetapkan maka dianggap tidak terhitung sebagai responden. Jadi responden yang diteliti berjumlah 25 orang. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisa Univariat Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk satu variabel atau tiap variabel. Analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase data tiap variabel (Notoadmodjo, 2002). Analisa data demografi responden dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden Variabel Mean SD Minimal Maksimal Usia 27,00 3,02765 21 33 61
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata usia responden penelitian adalah 27 tahun. Dengan standar deviasi 3,02765. Usia termuda responden adalah 21 tahun dan tertua adalah 33 tahun. Dengan demikian data menunjukkan bahwa semua responden tidak ada yang merupakan ibu beresiko. Gambar 4.1 Distribusi Usia Responden 0% Usia 20% 48% 32% 20-25 tahun 26-30 tahun 31-35 tahun Berdasarkan data gambar 4.1 menunjukkan bahwa responden yang terlibat dalam penelitian berkisar antara usia 20-35 tahun. Rentang usia ini merupakan usia produktif sehingga sangat baik untuk ibu primigravida. Responden lebih banyak berusia 26-30 tahun sebesar 48%. 62
Gambar 4.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan SD 0% SMP 0% Sarjana 36% SMA 32% Diploma (D3) 32% Berdasarkan data gambar 4.2 menunjukkan bahwa Pendidikan tertinggi responden yaitu SMA, diploma (D3) dan sarjana (S1), dengan angka pendidikan tertinggi adalah sarjana (S1) sebesar 36%. Gambar 4.3 Distribusi Pekerjaan Responden Pekerjaan 24% 20% 24% 32% Ibu Rumah Tangga Karyawan Swasta Wiraswata PNS 63
Berdasarkan data gambar 4.3 menunjukkan bahwa pekerjaan responden yaitu ibu rumah tangga (24%), karyawan swasta (32%), wiraswasta (20%), dan PNS (24%). Pekerjaan yang banyak digeluti responden adalah karyawan swasta sebesar 32%. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengukuran Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah diberi Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing Variabel Mean SD Minimal Maksimal Skala Nyeri Sebelum Perlakuan 6,60 1,08 5,00 9,00 Skala Nyeri Sesudah Perlakuan 5,84 0,94 4,00 8,00 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata skala nyeri sebelum diberi perlakuan sebesar 6,60 (nyeri sedang) dengan standar deviasi 1,08. Skala nyeri sebelum diberi perlakuan berada pada rentang skala nyeri sedang (5,00)-skala nyeri berat (9,00). Rata-rata skala nyeri sesudah diberi perlakuan sebesar 5,84 (nyeri sedang) dengan standar deviasi 0,94. Skala nyeri sesudah diberi perlakuan berada pada rentang skala nyeri sedang (4,00)-skala nyeri berat (8,00). Tabel 4.3 Pengukuran Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah diberi Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing (n=25) N Frekuensi Persentase (%) Skala Nyeri o Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 1 0 (tidak nyeri) 0 0 0% 0% 2 1-3 (nyeri ringan) 0 0 0% 0% 3 4-6 (nyeri sedang) 12 20 48 % 80% 64
4 7-10 (nyeri berat) 13 5 52% 20% Total 25 25 100 % 100% Tabel 4.3 Menunjukkan bahwa skala nyeri pada responden dengan nyeri persalinan berada pada rentang skala nyeri sedang dan skala nyeri berat. Skala nyeri sebelum diberi perlakuan distraksi imajinasi terbimbing sebanyak 12 responden (48%) dengan skala nyeri 4-6 (nyeri sedang), dan sebanyak 13 responden (52%) dengan skala nyeri 7-10 (nyeri berat). Sedangkan skala nyeri sesudah diberi perlakuan distraksi imajinasi terbimbing sebanyak 20 responden (80%) skala nyeri 4-6 (nyeri sedang ) dan sebanyak 5 responden (20%) skala nyeri 7-10 (nyeri berat). Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengukuran Respon Psikologi Pasien Terhadap Nyeri Sebelum dan Sesudah diberi Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing Variabel Mean SD Minimal Maksimal Respon Psikologi Sebelum Perlakuan 36,16 2,74 31 41 Respon Psikologi Sesudah Perlakuan 36,76 2,38 32 41 Dari tabel 4.4 Rata-rata nilai observasi pengungkapan respon psikologi responden terhadap nyeri pada kelompok sebelum diberi perlakuan sebesar 36,16 dengan standar deviasi 2,74. Skor terendah pengungkapan respon psikologi terhadap nyeri sebesar 31 dan skor tertinggi sebesar 41. Hasil ini dapat dikatakan rata-rata responden kelompok sebelum perlakuan tidak mampu mengontrol 65
respon nyeri yang dirasakan, karena berada dalam rentang skor rata-rata sebesar 36-48 (respon tidak terkontrol). Rata-rata nilai observasi pengungkapan respon psikologi responden terhadap nyeri pada kelompok sesudah diberi perlakuan sebesar 36,76 dengan standar deviasi 2,38. Skor terendah pengungkapan respon psikologi terhadap nyeri sebesar 32 dan skor tertinggi sebesar 41. Hasil ini, dapat dikatakan rata-rata responden kelompok sesudah perlakuan tidak mampu mengontrol respon nyeri yang dirasakan, karena berada dalam rentang skor rata-rata sebesar 36-48 (respon tidak terkontrol). Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengukuran Skala Nyeri Respon Fisiologi Tekanan Darah Sistole Sebelum dan Sesudah diberi Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing Variabel Mean SD Minimal Maksimal Respon Fisiologi (TDS*) Sebelum Perlakuan 122,40 13,31 90 160 Respon Fisiologi (TDS*) Sesudah Perlakuan 117,60 7,23 110 140 TDS* Tekanan Darah Sistole Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rata-rata tekanan darah sistole sebelum diberi perlakuan sebesar 122,40 dengan standar deviasi 13,31. Tekanan darah sistole sebelum diberi perlakuan berada pada rentang tekanan darah terendah (90mmHg) dan dan tekanan darah tertinggi (160mmHg). Rata-rata tekanan darah sistole sesudah diberi perlakuan sebesar 117,60 dengan standar deviasi 7,23. Tekanan darah sistole sesudah diberi 66
perlakuan berada pada rentang tekanan darah terendah (110mmHg) dan tekanan darah tertinggi (140mmHg). Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengukuran Skala Nyeri Respon Fisiologi Tekanan Darah Diastole Sebelum dan Sesudah diberi Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing Variabel Mean SD Minimal Maksimal Respon Fisiologi (TDD*) Sebelum Perlakuan 78,40 9,86 60 110 Respon Fisiologi (TDD*) Sesudah Perlakuan 76,80 6,90 70 100 TDD* Tekanan Darah Diastole Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa rata-rata tekanan darah diastole sebelum diberi perlakuan sebesar 78,40 dengan standar deviasi 9,86. Tekanan darah diastole sebelum diberi perlakuan berada pada rentang tekanan darah terendah (60 mmhg) dan dan tekanan darah tertinggi (110 mmhg). Rata-rata tekanan darah diastole sesudah diberi perlakuan sebesar 76,80 dengan standar deviasi 6,90. Tekanan darah diastole sesudah diberi perlakuan berada pada rentang tekanan darah terendah (70 mmhg) dan dan tekanan darah tertinggi (100 mmhg). Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Respon Fisiologi Tekanan Darah Responden Terhadap Nyeri Sebelum dan Sesudah diberi Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing N o Tekanan Darah Frekuensi Persentase (%) Sistole Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 86-100 mmhg 1-4% 0% 101-115 mmhg 3 9 12% 36% 67
116-130 mmhg 16 15 64% 60% 131-145 mmhg 4 1 16% 4% 146-160 mmhg 1-4% 0% Diastole 67-77 mmhg 8 10 32% 40% 78-88 mmhg 12 14 48% 56% 89-99 mmhg 4-16% 0% 100-110 mmhg 1 1 4% 4% Berdasarkan data tabel 4.7 dapat dilihat bahwa tekanan darah sistole dikategorikan dalam 5 kelas, diastole sebanyak 4 kelas. Sebanyak 16 responden (64%) memiliki tekanan darah sistole antara 116-130 mmhg sebelum diberi perlakuan. Sedangkan sesudah diberikan perlakuan sebanyak 15 responden (60%) memiliki tekanan darah sistole antara 116-130 mmhg. Sebanyak 1 (4%) responden memiliki tekanan darah sistole antara 86-100 mmhg sebelum diberi perlakuan. Sebanyak 3 (12%) responden memiliki tekanan darah sistole antara 101-115 mmhg sebelum diberi perlakuan, sedangkan sesudah diberi perlakuan responden bertambah sebanyak 9 (36%) responden. Sebanyak 1 (4%) responden memiliki tekanan darah sistole antara 100-110 mmhg sebelum diberi perlakuan. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengukuran Skala Nyeri Respon Fisiologi Nadi Sebelum diberi Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing Variabel Mean SD Minimal Maksimal Respon Fisiologi Nadi Sebelum Perlakuan 76,80 11,74 54 96 Respon Fisiologi Nadi Sesudah Perlakuan 75,44 9,47 52 92 68
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa rata-rata denyut nadi sebelum diberi perlakuan sebesar 76,80 dengan standar deviasi 11,74. Denyut nadi sebelum diberi perlakuan berada pada rentang nadi rendah (54 x/menit) dan nadi normal (96 x/menit). Rata-rata denyut nadi sesudah diberi perlakuan sebesar 75,44 dengan standar deviasi 9,47. Denyut nadi sesudah diberi perlakuan berada pada rentang nadi rendah (52 x/menit) dan nadi normal (92 x/menit). Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi dan Persentase Respon Fisiologi Denyut Nadi Responden Terhadap Nyeri Sebelum diberi Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing N o Denyut Nadi Frekuensi Persentase (%) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah < 60 x/menit 4 1 16% 4% 60-100 x/menit 21 24 84 % 96% > 100 x/menit - - 0% 0% Pada tabel 4.9 didapat bahwa denyut nadi seluruh ibu bersalin adalah 52-96 kali/menit. Denyut nadi terendah yaitu < 60 kali/menit (52, 54, 56 kali/menit) sebanyak 4 (16%) responden sebelum diberi perlakuan. Sedangkan setelah diberi perlakuan sebanyak 1 (4%) responden. Sebanyak 21 (84%) responden memiliki denyut nadi sebesar 60-100 kali/menit sebelum diberi 69
perlakuan dan 24 (96%) responden setelah diberi perlakuan dengan denyut tertinggi sebesar 96 kali/menit. 4.2.2. Uji Normalitas Pada penelitian ini penulis menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov untuk menguji normalitas data. Dari hasil uji normalitas diperoleh skala intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberi perlakuan berdistribusi normal terlihat dari nilai koefisien uji Kolmogorov-Smirnov, p=0,323 dan p=0,094 (p > 0,05). Uji normalitas juga dilakukan untuk menguji data respon psikologi dan respon fisiologi responden terhadap nyeri sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan hasil (p < 0,05) yang berarti data berdistribusi tidak normal. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran 9. 4.2.3 Analisa Bivariat Analisa bivariat merupakan analisa yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2002). Analisa bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh teknik distraksi imajinasi terbimbing terhadap intensitas nyeri inpartu kala 1 fase aktif sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Hasil penelitian dapat ditunjukkan pada tabel 4.10. 70
Tabel 4.10 Hasil Uji Pair t-test Intensitas Nyeri Inpartu Sebelum dan Sesudah diberi Distraksi Imajinasi Terbimbing Variabel Mean SD df P-value Intensitas Nyeri 0,76 0,66 24 0,000 Data responden sebelum perlakuan dan setelah perlakuan merupakan data rasio. Hasil rata-rata Uji Pair t-test adalah 0,76 dengan standar deviasi sebesar 0,66. Pada pengujian Pair t-test kriteria pengujian: jika pvalue < 0,05, maka H0 ditolak, jika pvalue > 0,05, maka H0 diterima. Dari hasil pengujian Pair t-test pada penelitian ini, diketahui pvalue adalah 0,000. Karena pvalue < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa ada pengaruh teknik distraksi imajinasi terbimbing terhadap penurunan intensitas nyeri inpartu kala 1 fase aktif pada persalinan normal ibu primigravida di Rumah Sakit Bersalin Mutiara Bunda-Salatiga. 4.3 Pembahasan 4.3.1 Intensitas Nyeri Responden Persalinan Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing Berdasarkan pengukuran nyeri yang dilakukan sebelum diberi perlakuan, didapatkan bahwa intensitas nyeri responden berada pada rentang skala nyeri sedang dan nyeri berat dengan posisi nyeri berat yang lebih banyak dirasakan responden (52%). Sesudah diberi perlakuan, nyeri yang dirasakan responden mengalami 71
penurunan skala nyeri beratnya dari rentang sebesar 52% menjadi 20% yang artinya sebanyak 32% responden mengalami penurunan skala nyeri beratnya menjadi nyeri sedang. Pada hasil penelitian juga diperoleh bahwa ketika diberi perlakuan distraksi imajinasi terbimbing skala nyeri sedangnya mengalami peningkatan sebesar 48% menjadi 80 %. Hal ini disebabkan karena, nyeri persalinan bersifat alamiah sehingga tidak dapat dihilangkan. Hasil ini menunjukkan bahwa intensitas nyeri sedikit menurun sesudah diberi distraksi imajinasi terbimbing. Price & Wilson (2005) mengatakan bahwa teknik distraksi dapat membantu mengurangi nyeri. Lubkin (2006) juga mengatakan bahwa mengalihkan perhatian ke hal yang lain dapat menurunkan persepsi nyeri seseorang. 4.3.2 Respon Psikologi Responden Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing Kozier (2010) mengatakan bahwa ketika mengalami nyeri tubuh akan mengalami perubahan pada aspek psikologi dan fisiologi. Faktor-faktor yang menyebabkan rasa nyeri pada persalinan secara psikologis yaitu panik, ketakutan, otot rahim tegang, ligamen uterus meregang (Regina, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon psikologi yang tampak pada saat responden tidak mampu mengontrol nyeri seperti tidak tenang, berkeringat, merasa lelah, kening berkerut, lemas, mengeluh, mengadu, menjerit, menangis, 72
berteriak dsbnya. Bobak (2005) juga berpendapat bahwa ketika responden mengalami nyeri maka ekspresi sikap juga mengalami perubahan meliputi peningkatan kecemasan dengan penurunan lapang persepsi, menangis, mengerang, tangan mengepal dan menggengam serta otot mudah terangsang. 4.3.3 Respon Fisiologi Responden Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing Berbagai sistem tubuh ibu beradaptasi selama proses persalinan. Selama proses persalinan terjadi perubahan pada beberapa sistem diantaranya sistem kardiovaskular, respirasi, termoregulasi, perkemihan dan persarafan. Hasil penelitian didapat bahwa tekanan darah sistole pada responden sebelum diberi perlakuan ada yang termasuk dalam kategori tekanan darah sistole melebihi batas normal (TD > 120 mmhg) yaitu pada responden dengan nomor urut 3, 5, 6, 20 dan 24, sedangkan sesudah diberi perlakuan tekanan darah responden kembali dalam batas normal hanya responden dengan nomor urut 24 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah sistole dalam batas normal. Peningkatan tekanan darah ibu selama kala I persalinan dapat disebabkan berbagai hal. Ibu bersalin yang bereaksi terhadap nyeri dengan rasa takut dan kecemasan akan meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis dan hasilnya adalah 73
peningkatan sekresi katekolamin (Kinney, 2000). Berdasarkan data tekanan darah sistole keseluruhan reponden maka rata-rata tekanan darah sistole sebelum dan sesudah diberi perlakuan distraksi imajinasi terbimbing berada dalam rentang normal (90-120 mmhg). Rata-rata tekanan darah sistole sebelum diberi perlakuan sebesar 122,40 mmhg sedangkan rata-rata tekanan sistole sesudah diberi perlakuan sebesar 117,60 mmhg. Peningkatan tekanan darah yang terjadi tiba-tiba sebanyak lebih dari 30 mmhg pada sistole dan 15 mmhg pada diastole dari batas normal menunjukkan tanda munculnya preeklampsia (Detiana Prilia, 2010). Tekanan darah diastole responden sebelum diberi perlakuan distraksi imajinasi terbimbing berada dalam kategori tekanan darah diastole normal (60-90 mmhg), kecuali responden dengan nomor urut 24 yang memilki tekanan darah diastole melebihi batas normal sebesar 110 mmhg. Rata-rata tekanan darah diastole responden sebelum dan sesudah diberi perlakuan berada dalam rentang normal (60-90 mmhg). Rata-rata tekanan darah diastole sebelum diberi perlakuan sebesar 78,40 mmhg sedangkan rata-rata tekanan darah diastole sesudah diberi perlakuan sebesar 76,80 mmhg. Denyut nadi yang stabil menandakan bahwa ibu dalam kondisi yang baik. Kecepatan denyut nadi normal adalah 60 sampai 100 kali per menit (Hillman, 2011). Jika denyut nadi meningkat menjadi lebih dari 100 kali per menit, maka dapat mengindikasikan 74
terjadinya infeksi, ketosis atau hemoragi (Uprichard, 1999). Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa sebelum diberi perlakuan denyut nadi responden dengan nomor urut 3, 5, 6 dan 24 berada pada rentang dibawah batas normal, sedangkan sesudah diberi perlakuan denyut nadi seluruh responden berada pada batas normal, kecuali responden dengan nomor urut 24. Rata-rata denyut nadi responden sebelum dan sesudah diberi perlakuan berada dalam rentang normal (60-100 x/menit). Rata-rata denyut nadi sebelum diberi perlakuan sebesar 76,80 kali/menit sedangkan ratarata denyut nadi sesudah diberi perlakuan sebesar 75,44 kali/menit. 4.3.4 Pengaruh Teknik Distraksi Imajinasi Terbimbing terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase Aktif Persalinan Primigravida Berdasarkan hasil uji Paired t-test menunjukkan bahwa secara signifikan terdapat pengaruh teknik distraksi imajinasi terbimbing terhadap intensitas nyeri inpartu kala 1 fase aktif. Didapatkan nilai koofisien pvalue 0,000 (p < 0,05). Hasil ini didukung oleh National Safety Council (2004) yang mengatakan bahwa ketika seseorang mampu mencapai efek positif misalnya imajinasi terbimbing maka akan membawanya menuju ketenangan. Selain itu, Brunner & Suddarth (2002) juga mengungkapkan bahwa dengan mengalihkan perhatian responden ke hal lain dapat menurunkan persepsi nyeri yang dirasakan. Teknik ini hanya bekerja pada waktu singkat pada nyeri untuk beberapa menit selama prosedur invasif (Brunner & 75
Suddarth, 2002). Dr. Prabowo PB, MM (2009) juga mengungkapkan bahwa sebuah sensasi lembut atau perhatian yang teralihkan merupakan suatu stimuli yang dapat mengubah keseimbangan aktivitas neuron sensorik yang ikut mengatur proses nyeri. Walaupun teknik distraksi imajinasi terbimbing menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan tetapi kalau dilihat dari mean tingkat nyeri sesudah diberi perlakuan distraksi imajinasi terbimbing responden masih mengalami nyeri hal ini mengiindikasikan pasien belum terbebas dari rasa nyeri tetapi tujuan dari imajinasi terbimbing bukan untuk menghilangkan rasa nyeri sekaligus tetapi bagaimana responden dapat mengontrol nyerinya sehingga pada saat memasuki kala 2 persalinan dapat berlangsung dengan lancar (Mander, 2002). Muttaqin (2008) juga berpendapat bahwa imajinasi terbimbing bisa efektif jika dipraktekkan secara terus menerus dan membutuhkan waktu yang banyak agar dapat menjelaskan tekniknya sehingga responden juga dapat mempraktekkannnya dengan baik. Penelitian teknik distraksi imajinasi terbimbing terhadap intensitas nyeri pasien inpartu kala 1 fase aktif terhadap persalinan normal ibu primigravida sampai saat ini masih jarang yang menggunakan teknik ini dalam kasus yang diangkat peneliti sehingga menyebabkan kesulitan terhadap penulis untuk dijadikan sebagai bahan acuan. Untuk mendukung penelitian ini penulis 76
mendapat beberapa penelitian yang juga mendukung hasil penelitian penulis tetapi dalam kasus yang berbeda, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Urip Rahayu, S.Kp.,M.Kep (2010) Hasilnya menunjukkan guided imagery berpengaruh dalam menurunkan tingkat nyeri pada pasien cedera kepala ringan secara signifikan dengan uji statistik (p=0,01), tetapi pasien belum terbebas rangsang nyeri karena metode ini hanya bersifat meminimalkan rasa nyeri. Hal ini juga didukung oleh Aprilina Nurhayati dkk (2012) dalam penelitiannya dengan hasil yang diperoleh teknik relaksasi imajinasi terbimbing mampu menurunkan hipertensi dengan uji statistik (p=0,01). Kwekkeboom, et al (2006) dalam penelitiannya dengan hasilnya menunjukkan guided imagery berpengaruh dalam menurunkan nyeri pada pasien kanker dengan uji statistik (p=0,01). Maj Eric A. et al (2010) dalam penelitiannya dengan hasil yang diperoleh guide imagery berpengaruh dalam menurunkan tingkat kecemasan pasien (p=0,002). Kelompok yang mengalami nyeri mengalami penurunan intensitas nyeri (p=0,041). Moffatt FW, et al (2010) dalam penelitiannya dengan hasil yang diperoleh guided imagery berpengaruh dalam menurunkan hipertensi pada wanita hamil dengan uji statistik (p=0,02). 77
4.4 Keterbatasan Penelitian - Pada penelitian ini penulis hanya memberikan perlakuan pada satu kelompok yaitu kelompok sebelum perlakuan dan kelompok sesudah perlakuan tanpa menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding akibatnya bisa berpengaruh pada hasil penelitian. - Kurangnya tenaga profesional dalam penelitian ini sehingga penulis harus menangani beberapa responden yang akan diberikan perlakuan. - Terbatasnya sampel yang digunakan. 78