INDUSTRI KERAJINAN GEDEG SEBAGAI ALTERNATIF PEMANFAATAN WAKTU LUANG PETANI DI DESA KUBU KABUPATEN BANGLI. I Ketut Arnawa 1 * dan Dian Tariningsih 1)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Analisis Faktor Produksi Dan Efisiensi Alokatif Usahatani Bayam (Amarathus Sp) Di Kota Bengkulu. Fithri Mufriantie*, Anton Feriady*

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

KAJIAN EKONOMI USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

EFISIENSI EKONOMI FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI BROKOLI DI KELURAHAN KAKASKASEN. Juliana R. Mandei Christy P. Tuwongkesong

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati*

Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus di Subak Pacung Babakan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Vifi Nurul C, M. Muslich Mustadjab, Fahriyah * Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. *

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis memerlukan data-data yang lengkap serta cara menganalisis yang

Analisis Usahatani Bawang Merah di Desa Sumberkledung Kecamatan Tegalsiwalan Kabupaten Probolinggo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFISIENSI PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI MIKRO DI INDONESIA. Asrizal Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

Tingkat Optimasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha Tempe di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN KERINCI Oleh : Hadi Ismanto, Efrizal Syofyan, Yulhendri ABSTRACT

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI WORTEL (Daucus carota L.) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROPINSI ACEH. Hermansyah Putra* dan Muhammad Nasir** ABSTRACT

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PRODUKSI USAHATANI CABAI (Kasus Kelurahan Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun)

NASKAH PUBLIKASI JURNAL. Oleh MOHAMMAD SHOIMUS SHOLEH

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

EFISIENSI USAHATANI PADI DI KABUPATEN MERAUKE. Marthen Adrian Izaak Nahumury ABSTRACT

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 63

BAB I PENDAHULUAN. Usaha logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Novi Anggraeni 1) Dedi Darusman 2) Dedi Sufyadi 3)

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

HALAMAN PENGESAHAN...

Efektivitas dan Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Besar di Desa Baturiti Kecamatan Baturiti Tabanan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI STROBERI DI DESA DOLAT RAYAT KECAMATAN DOLAT RAYAT KABUPATEN KARO

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Identifikasi Faktor Penentu Produksi di Sentra UKM (Usaha Kecil Menengah ) Rajut Binong Jati Kota Bandung Kecamatan Batununggal

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI CABAI MERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi

metode penulisan, serta sistematika penyajian.

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012) efisiensi produksi kain batik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI. Oleh : YULIANA

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

ANALISIS EFISIENSI BISNIS KOMODITAS BUAH-BUAHAN DAN PERKEBUNAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI. Oleh : Ridwan Lutfiadi

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA TERHADAP PELAYANAN KUD WERDHI MENDALA DESA SINGAPADU GIANYAR. * HP : ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGGUNAAN TENAGA KERJA LUAR KELUARGA PADA USAHA TANI PADI SAWAH

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR JIMBARAN, KELURAHAN JIMBARAN

IV. METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus di Subak Guama, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV. METODE PENELITIAN

Keywords : GDRP, learning distribution, work opportunity

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

IV. METODE PENELITIAN

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN. menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

Analisis Optimasi Input Produksi Jagung di Desa Waimangurah, Kecamatan Wewewa Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya

Transkripsi:

INDUSTRI KERAJINAN GEDEG SEBAGAI ALTERNATIF PEMANFAATAN WAKTU LUANG PETANI DI DESA KUBU KABUPATEN BANGLI I Ketut Arnawa 1 * dan Dian Tariningsih 1) 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar (Email Koresponding : arnawa_62@yahoo.co.id, HP: 081338530019 ABSTRACT The main objective of this study was to determine the efficiency of the use of factors of production in the craft industry gedeg in the village of Kubu Bangli. This study uses a model of Cobb - Douglas. The study found the use of production factors capital has been used efficiently while labor factors of production are no longer efficient. The use of children's labor should be reduced, job specialization is necessary, so that the efficient use of labor and production quality can be improved. Guidance for maintaining the continuity of the craft industry gedeg farmers in the village of Kubu Bangli needs to be done Keywords: industrial, gedeg, efficiency, labor, capital I. PENDAHULUAN Masalah utama yang dihadapi penduduk di Bali yang bekerja di sektor pertanian saat ini adalah sempitnya pemilikan lahan pertanian. Ternyata 73 persen petani mengerjakan lahan pertanian yang luasnya kurang dari satu hektar dan hanya 27 persen petani mengerjakan lahan pertanian yang luasnya lebih dari satu hektar (BPS, 2012). Sempitnya pemilikan lahan pertanian akan menimbulkan berbagai masalah, terutama di daerah pedesaan antara lain : (1) kurangnya kesempatan kerja di sektor pertanian; (2) pengangguran disektor pertanian akan semakin meningkat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka satu-satunya harapan adalah di luar sektor pertanian. Di luar sektor pertanian petani dapat mencari pekerjaan tambahan sehingga dapat menambah pendapatan guna memenuhi atau mencukupi kebutuhan hidupnya. Adapun di luar sektor pertanian yang mempunyai andil besar dalam penyerapan tenaga kerja adalah sektor pariwisata dan sektor industri, khususnya industri kecil di perdesaan. Menurut Kasryno (1997) semakin terbukanya kesempatan kerja diluar sektor pertanian menyebabkan adanya aliran tenaga kerja dari kegiatan pertanian ke luar sektor pertanian. Industri yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Bangli adalah industri kecil dan menengah, dimana industri kerajinan bambu termasuk salah satu yang menonjol perkembangannya, hal ini didukung ketersediaan bahan baku yang cukup melimpah dan penyerapan tenaga kerja yang signifikan. Adapun potensi industri kerajinan bambu sampai saat ini adalah : jumlah unit usaha : 4.713 unit, tenaga kerja : 9.239 orang, nilai investasi : Rp. 306.142.000,-,nilai produksi, Rp. 27.558.635.000,- nilai bahan penolong, Rp. 7.500.642.000,- nilai ekspor rata-rata 45 % dari nilai produksi, persentase tenaga kerja sektor industri kerajinan bambu adalah 33,3 % (8.576 orang ) ( Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan, 2014). Di Desa Kubu, Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli sebagian besar mata pencaharian penduduknya sebagai petani. Tanaman yang diusahakan pada lahan tegalan/lahan kering maupun pada sebagian lahan pekarangan yang tidak ada bangunannya adalah tanaman musiman dan tanaman tahunan. Petani di Desa Kubu memanfaatkan waktu luangnya sebagai AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 38

pengerajin gedeg. Industri kerajian gedeg dapat memanfaatkan tenaga kerja keluarga lebih banyak, serta dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga petani. Bahan utama gedeg adalah bambu, pilihan memanfaatkan waktu luang sebagai pengerajin gedeg tidak terlepas dari cukup melimpahnya bambu sebagai bahan utama gedeg. Kabupaten Bangli merupakan salah satu sentra produksi bambu di Bali, mempunyai 6.119,72 hektar luas tegakan bambu dengan produksi 2.330.000 batang per tahun (Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan, 2014). Untuk keberlanjutan dari industri gedeg yang menjadi alternatif pemanfaatan waktu luang bagi petani, perlu dikaji bagaimana efisiensi penggunaan faktor produksi industri gedeg tersebut. Soekirno (1999) memberikan batasan bahwa efisiensi adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) atau hasil dan daya usaha, antara pendapatan dan pengeluaran, atau efisiensi fisik adalah ratio antara hasil produksi (output) yang dihasilkan dengan input yang digunakan. Efisiensi ekonominya diukur dengan ukuran nilai produk yang dihasilkan setiap nilai input yang digunakan. Semakin besar nilai rupiah output yang dihasilkan untuk setiap rupiah input yang digunakan, maka semakin besar efisiensi ekonominya. Dalam suatu proses produksi gedeg untuk menganalisis peranan dari setiap faktor produksi yang digunakan, maka dari sejumlah faktor produksi yang digunakan tersebut salah satu dianggap faktor produksi dapat diubah, sedangkan yang lainnya dianggap tetap atau konstan. Besar kecilnya peranan dari setiap faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi gedeg ditunjukkan oleh besarnya sumbangan dari setiap faktor produksi yang digunakan. Sumbangan dari setiap faktor produksi yang digunakan ditunjukkan oleh Marginal physical product (MPP) dari setiap faktor produksi yang digunakan. Marginal physical product (MPP) adalah menunjukkan tambahan hasil produksi fisik sebagai akibat adanya tambahan satu satuan faktor produksi yang digunakan. Marginal value product dapat diperoleh dengan mengalikan Marginal physical product dengan harga dari produk (output) per unit yang dihasilkan. Kemudian setelah diketahui nilai tambah dari setiap faktor produksi yang digunakan (MVP) maka dapat diketahui efisiensi dari masingmasing faktor produksi tersebut, dengan jalan membagi Marginal value product dengan harga dari setiap faktor produksi yang digunakan (Soekartawi, 1999). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada industri kerajinan gedeg di Desa Kubu Bangli II. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kubu Bangli, jumlah sampel ditentukan secara simple random sampling sebanyak 20 persen dari total pengerajain gedeg di Desa Kubu. Untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan faktor-faktor produksi yang diidentifikasikan seperti : modal, tenaga kerja, bahan baku, peralatan terhadap produksi kerajinan gedeg, digunakan fungsi produksi model Cobb Douglas. Secara matematika, model fungsi produksi dalam penelitian ini dapat dituliskan sebagai persamaan berikut : Y = ß 0 X 1 ß1 ß 0 X 2 ß2..(1) Dimana Y adalah jumlah produksi, X 1 adalah modal, X 2 adalah tenaga kerja, ß 0 adalah Intersef /bilangan konstanta, ß i adalah koefisien regresi atau elastisitas produksi. Untuk mempermudah pendugaan persamaan (1), maka persamaan (1) diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan (1) menjadi persamaan (2) AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 39

Log Y = Log ß 0 + ß 1 Log X 1 + ß 2 Log X 2 (2) Dengan persamaan penduga persamaan (3) Y * = ß 0 * + ß 1 X 1 * + ß 2 X 2 *....(3) Dimana Y * adalah log Y, X * adalah log X, ß * 0 adalah log * dan ß i sekaligus merupakan elastisitas.. Untuk mengetahui efisiensi penggunaan faktor produksi dihitung Produk Fisik Marginal (PFM) dari faktor produksi tersebut dengan formulasi persamaan (4). Y PFM Xi = ßi.....(4) Xi Dimana PFM X i adalh perubahan produk fisik yang diakibatkan karena penggunaan faktor produksi X i., Xi adalah raata-rata geometric input ke i ( X i ), adalah rata rata geometric out put Y, ß 1 adalah koefisien regresi X i. Setelah Produk Fisik Marginal diperoleh, selanjutnya dicari nilai produk marginal, dengan rumus persamaan (5) NPM X i = PFM X i. P y. (5) Dimana NPM X i adalah nilai produk marginal faktor produksi X i, P y adalah harga produk per meter. Dengan membandingkan Nilai Produk Marginal dengan harga persatuan faktor produksi yang bersangkutan ( Px i ), dapat diketahui efisien penggunaan faktor produksi pada industri kerjainan gedeg di Desa Kubu Bangli. NPMX i = PX i 1 penggunaan faktor produksi efisien, NPMX i > PX i 1 penggunaan faktor produksi belum efisien Y III. HASIL DAN PEMBAHASAN Gedeg bahan bakunya adalah bambu. Bambu terlebih dahulu dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang akan dibuat, setelah dipotong bambu dicacah tipis-tipis. Gedeg yang dihasilkan ada beberapa jenis diantaranya : (1) gedeg halus terbuat dari kulit bambu yang tidak ada cincinnya; (2) gedeg kulit yang biasa; (3) gedeg campuran antara kulit dengan kulit bagian dalam bambu dan (4) gedeg kasar terbuat dari kulit bagian dalam bambu. Sedangkan gedeg yang dihasilkan oleh petani di Desa Kubu ada dua jenis yaitu gedeg halus dan gedeg kasar. Dalam analisis tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi modal dan tenaga kerja dalam penelitian ini hanya dari gedeg halus. Gedeg kasar tidak dianalisis karena petani jarang mengerjakannya kecuali ada pesanan. Gedeg kasar dibuat apabila ada pesanan, gedeg kasar biasanya digunakan untuk atap dan dinding rumah, gubuk untuk berteduh di sawah atau untuk atap kandang ternak. Untuk dapat berlangsungnya suatu kegiatan dalam proses produksi, maka diperlukan adanya faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi yang di gunakan dalam industri gedeg adalah modal dan tenaga kerja. Modal yang digunakan dalam industri kerajinan gedeg terdiri dari pembelian bahan baku bambu dan alat-alat seperti gergaji dan golok. Tetapi dalam penelitian ini pembelian alat-alat gergaji dan golok tidak dimasukkan karena kecil sekali pengaruhnya dan alat ini sekali dibeli dapat dipergunakan bertahun-tahun. Perhitungan modal dalam penelitian ini hanya dari pembelian bahan baku bambu saja. NPMX i < Hasil penelitian menemukan 16,67 PX i persen petani mempergunakan modal 1 penggunaan faktor produksi tidak efisien kurang dari Rp. 350.000/tahun. Dan, sebagian besar 40,00 persen petani mempergunakan modal Rp. 350.000 sampai AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 40

Tabel 1. Hasil perhitungan koefisien regresi antara hasil produksi dengan modal dan tenaga kerja pada industri kerajinan gedeg di Desa Kubu Bangli. Koefisien Regresi Nilai t- hitung ß 0 (Konstanta) ß 1 (Modal) ß 2 (Tenaga kerja) - 0,254 0,471** 0,449* 3,386 2,010 F hitung 46,891 ** R² 0,776 Keterangan : * = Berpengaruh nyata pada tingakt 5 % ** = Berpengaruh sangat nyata pada tingkat 5 % - - - Rp. 450.000/tahun, 23,33 persen mempergunakan modal Rp. 450.000 sampai Rp. 550.000/tahun dan 20,00 persen petani mempergunakan modal lebih dari Rp. 550.000/tahun. Modal merupakan kendala yang dihadapi pengerajin industri gedeg di Desa Kubu Bangli, sehingga ketika petani mendapat pesanan yang berlimpah dan modal yang dimiliki tidak cukup untuk memenuhi pesanan tersebut, biasanya petani meminjam modal dari sesama pengerajin dan pinjaman biasanya dikembalikan setelah dibayar pemesan, oleh karena itu perhatian pemerintah sangat diperlukan dalam membantu kesulitan modal bagi petani pengerajin gedeg. Petani pengerajin gedeg di Desa Kubu, sering mendapat pesanan lebih dari pelanggan, karena kualitas gedeg yang dihasilkan termasuk kualitas super, pesanan selesai tepat waktu. Oleh karena itu kepercayaan pelanggan terhadap petani pengerajin gedeg di Desa Kubu perlu terus dipertahankan dan dikembangkan, pembinaan dari pemerintah perlu terus dilakukan terutama mengenai disain dan motif gedeg sesuai dengan permintaan pasar. Permintaan gedeg sangat potensial untuk properti interior hotel, restoran, dan villa. Penggunaan faktor produksi tenaga kerja, 20,00 persen penggunaan jumlah jam kerja petani kurang dari 1800 jam/tahun 40,00 persen penggunaan jumlah jam kerja petani 2.160 sampai 2.520 jam/tahun, 26,67 persen penggunaan jumlah jam kerja petani 2.880 sampai 3.240 jam/tahun, dan 13,33 persen penggunaan jumlah jam kerja petani lebih besar dari 3.240 jam/tahun. Tingginya penggunaan tenaga kerja keluarga pada industri kerajinan gedeg karena petani pengerajin gedeg hampir melibatkan seluruh anggota keluarganya, yaitu petani selaku kepala keluarga, istri ketika sudah selesai memasak, dan anak-anak pada saat sudah pulang sekolah. Hasil analisis dengan menggunakan fungsi produksi model Cobb Douglas diperoleh hasil sebagai berikut : ß 0 sebesar 0,254, ß 1 sebesar 0,471, ß 2 sebesar 0,449, R² sebesar 0,776, F hitung sebear 46,891 serta t- hitung untuk faktor poduksi modal sebesar 3,386 dan t- hitung untuk faktor produksi tenaga kerja sebesar 2,010 (Tabel 1). Dari Tabel 1 dapat dilihat nilai koefisien faktor produksi modal sebesar 0,471 dan nilai koefisien faktor produksi tenaga kerja sebesar 0,449. Untuk faktor produksi modal (ß 1 ) menunjukkan bahwa setiap dilakukan penambahan modal sebesar 100 % dengan anggapan faktor produksi tenaga kerja konstan, maka akan mengakibatkan produksi meningkat sebesar 47,10 %. AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 41

Sedangkan untuk faktor produksi tenaga kerja (ß 2 ) menunjukkan bahwa setiap dilakukan penambahan 100 % tenaga kerja yang digunakan dengan anggapan faktor produksi modal konstan, mengakibatkan produksi meningkat sebesar 44,90 %. Berdasarkan perhitungan menggunakan uji t dengan level of significant 5 %, faktor produksi modal menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap produksi. Demikian juga halnya untuk faktor produksi tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi. Disamping pengaruh dari masing-masing faktor produksi dari hasil perhitungan juga diperoleh pengaruh dari kedua faktor produksi tersebut secara bersama-sama terhadap produksi yang ditunjukkan oleh nilai R² (determinasi) sebesar 0,776, yang berarti bahwa 77,60 % variasi daripada produksi dipengaruhi oleh variasi dari penggunaan faktor produksi modal dan tenaga kerja, sedangkan 24,71 % dipengaruhi oleh faktor produksi yang lainnya. Uji F menunjukkan faktor produksi modal dan tenaga kerja secara bersamasama berpengaruh sangat nyata terhadap produksi. Untuk dapat memberikan gambaran tentang efisiensi penggunaan faktor produksi modal dan tenaga kerja pada industri kerajinan gedeg, maka langkah selanjutnya setelah diketahui koefisien regerensi dari masing masing faktor produksi modal dan tenaga kerja yang digunakan adalah menghitung besarnya tambahan hasil produksi pisik yang diakibatkan adanya tambahan satu satuan faktor produksi yang digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh nilai marginal physical product dari masing masing faktor produksi yang digunakan. Marginal Physical Product ( MMP) dari faktor produksi modal diproleh sebesar 0,3908 ini berarti bahwa setiap adanya tambahan Rp 1000 modal yang digunakan akan mengakibatkan produksi meningkat sebesar 0,3908 m². Demikian juga halnya dengan faktor produksi tenaga kerja diperoleh nilai marginal physical product (MMP) sebesar 0,0477 ini berarti stiap adanya tambahan jam kerja mengakibatkan produksi meningkat sebesar 0,0477 m². Setelah diketahui nilai marginal physical product dari masing masing faktor produksi ( modal dan tenaga kerja ) maka selanjutnya akan dihitung besarnya nilai tambah dari masing masing faktor produksi yang digunakan dengan jalan mengalikan marginal physical product dengan harga per m² gedeg di daerah penelitian. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata harga gedeg per m² adalah Rp 15.000 sehingga nilai produk marginal (NPM) dari masing masing faktor produksi yang digunakan dapat dihitung. Nilai produk marginal faktor produksi modal diperoleh sebesar Rp 977,0755, ini berarti setiap adanya tambahan modal Rp 1000 yang digunakan akan dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp. 977,0755. Demikian juga untuk faktor Tabel 2. Hasil perhitungan efisiensi penggunaan faktor produksi modal dan tenaga kerja pada industri kerajinan gedeg di Desa Kubu Bangli. No Faktor Produksi MPPXi NPMXi Efisiensi Xi 1 Modal (X 1 ) 0,3908 977,0755 0,8143 2 Tenaga Kerja (X 2 ) 0,0477 119,2415 0,1589 AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 42

produksi tenaga kerja diperoleh nilai produk marginal (NPM) sebesar Rp. 119,2415 ini berarti setiap adanya tambahan satu jam kerja akan memberikan nilai tambah sebesar Rp. 119,2415. Kemudian dengan membandingkan nilai produk marginal dengan harga dari masing-masing faktor produksi maka dapat ditentukan nilai efisiensi dari masingmasing faktor produksi yang digunakan. Hasil penelitian menemukan harga dari faktor produksi modal sebesar Rp. 1.200 untuk di daerah penelitian. Sedangkan untuk faktor produksi tenaga kerja diperoleh harganya sebesar Rp. 750 untuk per meter persegi. Berdasarkan perhitungan diketahui nilai efisiensi daripada faktor produksi modal dan tenaga kerja seperti nampak pada tabel 2. Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa faktor produksi modal mempunyai nilai efisiensi lebih kecil dari satu (0,8143). Uji statistik pada tingkat 5 % menunjukkan bahwa nilai efisiensi faktor produksi modal tidak berbeda nyata dengan satu, berarti penggunaan faktor produksi modal telah dipergunakan secara efisien oleh pengerajin di Desa Kubu. Sedangkan faktor produksi tenaga kerja mempunyai nilai efisiensi lebih kecil dari satu (0,1589). Uji statistik pada tingkat 5% menunjukkan bahwa faktor produksi tenaga kerja berbeda nyata dengan satu, berarti penggunan faktor produksi tenaga kerja sudah tidak efisien. Tidak efisiennya penggunaan faktor produksi tenaga kerja disebabkan oleh penggunaanya sudah melebihi dari kebutuhan yang optimal. Spesialisasi tenaga kerja perlu dilakukan untuk meningkatakan efisiensi dan kualitas produksi, penggunaan tenaga kerja anak-anak sebaiknya dikurangi, memberikan kesempatan pada anak-anak memanfaatkan waktu luang untuk belajar, dan hak bermain sesama anak-anak di lingkungannya. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan, penggunaan faktor produksi modal dan tenaga kerja secara bersama sama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi. Pada industri kerajinan gedeg, penggunaan faktor produksi modal telah dipergunakan secara efisien sedangkan faktor produksi tenaga kerja sudah tidak efisien. Penggunaan tenaga kerja anak-anak harus dikurangi, perlu dilakukan spesialisasi pekerjaan, sehingga efisiensi penggunaan tenaga kerja dan kualitas produksi dapat ditingkatkan. Oleh karena itu pembinaan dan pemberian bantuan modal untuk menjaga kesinambungan industri kerajinan gedeg di Desa Kubu Bangli perlu dilakukan. V. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2012. Distribusi Pendapatan Rumah tangga. BPS, Kantor Statistik Propinsi Bali, Denpasar. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. 2014. Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli. Kasryno, Faisal (1997). Prospek Pengembanagn Ekonomi Pedesaan Indonesia, Yayasan Obor, Indonesia, Jakarta. Sukirno, Sandono (1999). Beberapa Aspek Dalam Persoalan Pembangunan Daerah, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Soekartawi (1999). Teori Ekonomi Produksi. Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb Douglas. Rajawali Pers, Jakarta AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 43