BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012) efisiensi produksi kain batik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012) efisiensi produksi kain batik"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012) efisiensi produksi kain batik cap. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor input terhadap produksi, menganalisis pengaruh lama usaha dan tipe produksi terhadap efisiensi produksi, dan menganalisis tingkat efisiensi produksi kain batik cap. Alat analisis yang dipakai stochastic production frointer, model stochastic production frointer - technical efficiency effect model dalam penelitian menggunakan model battesa dan coelli, statistik diskriptif untuk memberikan gambaran dan diskripsi profil responden di peroleh. Hasil penelitian yang diperoleh : 1. Faktor input modal (X1), tenaga kerja (X2), bahan baku kain (X3), bahan penolong (X4) dan alat cap (X6) berpengaruh nyata positif terhadap produksi kain batik cap adalah pada tingkat kepercayaan nyata 90 persen. Hasil tersebut semakin memperkuat faktor modal, tenaga kerja, kain, bahan penolong dan alat cap menentukan tingkat produksi kain batik cap. Sedangkan variabel bahan bakar (X5) tidak signifikan berpengaruh negatif terhadap produksi kain batik cap (Y). Bahan bakar (X5) berpengaruh negative masih bisa diuji lagi dalam penelitian selanjutnya, karena bahan bakar berpengaruh positif terhadap produksi kain batik. Nilai RTS yaitu 1,04 menunjukkan bahwa produksi batik dalam kondisi constant return to scale. 2. Disturbance term (vit) dan technical inefficiency (uit) berpengaruh secara nyata terhadap tingkat produksi kain batik cap. Selain kombinasi faktor 10

2 11 produksi yang menentukan efisiensi produksi, variabel lama usaha dan perbedaan tipe produksi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi produksi kain batik cap. 3. Lama usaha signifikan berpengaruh negative terhadap tingkat inefisiensi dan variabel dummy tipe produksi mampu membedakan tingkat inefisiensi produksi. Pengalaman dan lama usaha menjadikan produksi batik cap sesmakin efisien. Industri batik yang memperoleh pesanan dari industri lain akan semakin efisien sehingga kepercayaan diperoleh untuk memperoleh pesanan lebih banyak lagi. Produksi batik secara berdasarkan pesanan (outsourcing) lebih efisien dibanding dikerjakan sendiri. Hal ini disebabkan adanya tanggung jawab untuk menjaga kualitas dan memperkecil produk batik yang cacat. Jika pesanan batik banyak yang rusak maka pemesan tidak akan membayarnya. Hasilnya, tingkat efisiensi produksi batik tinggi rata-rata mencapai 91,05 persen. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) analisis efisiensi faktor faktor produksi usahatani padi sawah di Kabupaten Karang Anyar. Tujuan penelitian mengkaji faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi padi, penggunaan faktor-faktor produksi yang dialokasikan oleh petani padi dalam mencapai efisiensi ekonomis dan kondisi skala usahatani pada sawah di Kabupaten Karang Anyar. Alat analisis menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan rumus : Y=A K a L b...(2.1) disusun model fungsi produksi : Y = ax1 b ¹X2 b ²X3 b ³X4 b4 X5 b5 X6 b6 X7 b7 X8 b8 X9 b... (2.2)

3 12 hubungan fungsional antara faktor produksi dan hasil produksi dianalisis menggunakan regresi linier berganda : Ln Y=a + b 1 LnX 1 + b 2 LnX 2 + b 3 LnX 3 + b 4 LnX 4 + b 5 LnX 5 + b 6 LnX 6 + b 7 LnX 7 + b 8 LnX 8 + b 9 LnX 9...(2.3) Dilanjutkan dengan Uji F dan Uji t. Penggunaan faktor produksi yang sudah optimal dilakukan dengan melihat perbandingan antara marginal faktor produksi dengan harga faktor produksi NPMxi/Pxi. Hasil penelitian yang diperoleh : 1. Faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah di Kabupaten Karanganyar adalah luas lahan, tenaga kerja, benih dan pupuk urea. 2. Petani padi sawah di Kabupaten Karanganyar dalam mengkombinasikan faktor produksi luas lahan belum mencapai efisiensi ekonomi, penggunaan faktor produksi tenaga kerja dan benih tidak efisien, sedangkan faktor produksi pupuk urea sudah mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. 3. Nilai elastisitas produksi (RTS) adalah 1,055. Ini berarti bahwa secara umum usahatani padi sawah di Kabupaten Karanganyar masih bisa beroperasi dengan skala usaha yang meningkat (increasing return to scale), tetapi sudah mendekati kondisi konstan (constan return to scale). Penelitian yang dilakukan oleh Rovil, Kevin, dan Salmiah (2012) analisis efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi pada usahatani stroberi di Desa Dolat Rayat Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo. Tujuan penelitian Menganalisis berapa produksi dan produktivitas stroberi di daerah penelitian,

4 13 menganalisis apakah faktor produksi lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja dan obatobatan mempengaruhi produksi usahatani stroberi di daerah penelitian, dan menganalisis tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi usahatani stroberi di daerah penelitian. Alat analisis yang digunakan masalah 1 dianalisis secara deskriptif, dengan membandingkan produksi dan produktivitas yang dihasilkan petani di daerah penelitian dengan produktivitas menurut anjuran (literatur), masalah 2 dianalisis dengan menggunakan analisis fungsi produksi, yaitu regresi linier berganda dengan menganalisa apakah faktor luas lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja dan obat-obatan mempengaruhi produksi stroberi di daerah penelitian. malasah 3 dianalisis dengan menggunakan analisis efisiensi penggunaan faktor produksi yaitu efisiensi ekonomi. Efisiensi Ekonomi yaitu nilai produk marginal input (NPMXi) sama dengan harga input (Pxi). Hasil penelitian yang diperoleh : 1. Total Produksi stroberi di daerah penelitian adalah Kg, dengan produksi rata-rata 1559,6 Kg dan produktivitasnya 6033,3 Kg/Ha, masih terlalu rendah apabila dibandingkan menurut anjuran/literatur yaitu sebesar ,85 Kg/Ha. 2. Penggunaan faktor produksi di daerah penelitian secara serempak mempengaruhi produksi stroberi, sedangkan secara parsial faktor produksi yang mempengaruhi produksi stroberi adalah lahan, insektisida dan fungisida, sementara faktor produksi bibit, pupuk daun, NPK, pupuk kandang dan tenaga kerja tidak mempengaruhi produksi stroberi.

5 14 3. Penggunaan faktor produksi di daerah penelitian belum optimal. Hal ini dikarenakan faktor produksi bibit, pupuk daun, pupuk kandang dan tenaga kerja melebihi optimal, agar penggunannya menjadi optimal pemakaian faktor produksi tersebut harus dikurangi, sedangkan luas lahan, NPK, insektisida dan fungsida belum optimal, agar penggunannya menjadi optimal pemakaian faktor produksi tersebut harus ditambah. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu tersebut terdapat perbedaan dengan penelitian sekarang dimana terletak pada tingkat efisiensi. Dimana penelitian kali ini untuk mengetahui tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga, efisiensi ekonomi usaha tani Mendong di Desa Blayu, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. B. Landasan Teori 1. Teori Produksi Menurut Sukirno (2010:195) teori produksi merupakan hubungan antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Produksi adalah kegiatan menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang/jasa. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. 2. Fungsi Produksi Menurut Sukirno (2010:193) fungsi produksi merupakan hubungan antara faktor-faktor produksi dan jumlah produksi, dimana faktor produksi disebut

6 15 dengan istilah input dan jumlah produksi disebut dengan output. Fungsi produksi dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut : Q = f ( K,L )...(2.4) Dimana : K = jumlah modal L = jumlah tenaga kerja Q = jumlah produksi yang dihasilkan Di dalam sebuah fungsi produksi perusahaan terdapat tiga konsep produksi yang penting, yaitu produksi total, produksi marjinal, dan produksi rata-rata. Produksi total (Total Product, TP) adalah total output yang dihasilkan dalam unit fisik. Produksi marjinal (Marginal Product, MP) dari suatu input merupakan tambahan produk atau output yang diakibatkan oleh tambahan satu unit input tersebut (yang bersifat variabel), dengan menganggap input lainnya konstan. Produksi rata-rata (Average Product, AP) adalah output total yang dibagi dengan unit total input Teori ekonomi menjelaskan satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi, yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing Return. Hukum ini mengatakan bila satu macam input ditambah penggunaannya sedangkan input-input lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula menaik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input terus ditambah.(sadono Sukirno, 2010:196).

7 16 Hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang dapat ditunjukan melalui hubungan antara produksi total, produksi rata-rata dan produksi marjinal. Gambar 2.1. Kurva TP, AP dan MP Kurva di atas menunjukkan hubungan antara produksi total, produksi ratarata, dan produksi marjinal. Kurva produksi total adalah kurva produksi total yang menunjukkan hubungan antara jumlah produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunkan untuk menghasilkan produksi tersebut. 3. Fungsi Produksi Cobb-Douglass Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi yang melibatkan dua atau lebih variabel, di mana variabel satu disebut variabel dependen (Y) dan yang lainnya disebut variabel independen (X), penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah dengan cara regresi, di mana variasi dari Y akan dipengaruhi variasi dari X. (Soekartawi, 2003:153)

8 17 Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis dengan persamaan Q = AK α L β...(2.5) Dimana : Q = Output K = Input modal L = Tenaga Kerja A = Parameter efisien/koefisien teknologi α = Elastisitas input modal β = Elastisitas input tenaga kerja Fungsi Produksi Cobb Douglas pada penelitian ini menggunakan fungsi produksi bentuk linear berganda dengan persamaan fungsi produksi Cobb Douglas sebagai berikut: Ln Y = a + b1 ln X1 + b 2ln X2 + bn ln Xn + e...(2.6) Keterangan : Y = Variabel yang dijelaskan X = Variabel yang menjelaskan a,b = besaran yang akan diduga e = kesalahan (disturbance term) b1, b2,,bn pada fungsi Cobb Douglas menunjukkan elastisitas X terhadap Y, dan jumlah elastisitas adalah merupakan return to scale.

9 18 4. Fungsi Cobb-Douglass Sebagai Fungsi Frontier Fungsi produksi frontier adalah fungsi produksi yang dipakai untuk mengukur bagaimana fungsi produksi sebenarnya terhadap posisi frontiernya. Karena fungsi produksi adalah hubungan fisik antara faktor produksi dan produksi, maka fungsi produksi frontier adalah hubungan fisik faktor produksi dan produksi pada frontier yang posisinya terletak pada garis isoquant. Garis isoquant ini adalah garis yang menunjukkan titik kombinasi penggunaan input produksi yang optimal. Salah satu keunggulan fungsi produksi frontier dibandingkan dengan fungsi produksi yang lain adalah kemampuannya untuk menganalisa keefisienan ataupun ketidakefisienan teknik suatu proses produksi. Pengertian efisiensi dalam produksi, bahwa efisiensi merupakan perbandingan output dan input berhubungan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input, artinya jika rasio output besar, maka efisiensi dikatakan semakin tinggi.(popy Satiti, 2013) Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) jika faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Sedang efisiensi harga (efisiensi alokatif) jika nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan, sedangkan efisiensi ekonomi akan dicapai jika efisiensi teknis dan efisiensi harga juga tercapai.

10 19 Gambar 2.2. Technical dan allocative efficiency in the product space Gambar 2.3. Technical dan allocative efficiency in the factor space Keterangan: q = output x = varibael faktor x, z = faktor tetap MVP = pf = marginal value product f1 = fungsi produksi dengan praktik terbaik f2 = fungsi produksi dengan teknologi saat ini

11 20 Efisiensi maksimum dicapai bila fungsi produksi paling efisien digunakan dan bila nilai produk marjinal dari masing-masing faktor pada fungsi produksi ini sama dengan harganya. Dilihat dari gambar 2.2 dan gambar 2.3 efisiensi maksimum ditunjukkan pada titik A. Efisiensi teknis (Leibenstein s [1989] X-efficiency) pada gambar 2.2 output pada titik D kurang dari tingkat output pada titik F yang dapat dicapai pada tingkat input yang sama dengan menggunakan fungsi produksi praktik terbaik (f1). Pada gambar 2.3 biaya variabel total TC 4 produksi satu unit output pada titik D lebih besar dari pada biaya variabel total TC 3 pada titik F dengan menggunakan praktik terbaik isoquant I 1 dan rasio faktor produksi yang sama pada titik D. Pada gambar 2.2 menjelaskan kesenjangan antara titik D dan titik F dalam output dan pada gambar 2.3 menjelaskan kesenjangan antara titik D dan titik F dalam biaya. Efisiensi alokatif Pada Gambar 2.2 titik C dengan teknologi yang benar-benar digunakan f2 dan titik A dengan praktik terbaik f1, efisien secara alokatif. Pada gambar 2.3 titik C dengan praktik aktual I 2 dan titik A dengan praktik terbaik I 1. Dalam kasus pertama pada gambar 2.2 kesenjangan output q2-q4 dengan teknologi saat ini dan q1-q3 dengan praktik terbaik dikaitkan dengan inefisiensi yang dialokasikan. Pada gambar 2.3 ini sesuai dengan kesenjangan biaya TC4- TC2 dengan teknologi terkini dan TC3-TC1 dengan praktik terbaik. Pengukuran dalam menentukan indeks efisiensi : a. Indeks efisiensi dalam ruang produksi: Efisiensi teknis (TE) = q 4 /q 3

12 21 Efisiensi alokatif (AE) o Seiring teknologi saat ini (AE c ) = q 4 /q 2 o Sepanjang praktik terbaik (AE a ) = q 3 /q 1 Efisiensi ekonomi (EE) = q4/q1. Ini sama dengan produk efisiensi teknis dan efisiensi alokatif disepanjang praktik terbaik EE = TE x AE b. Indeks efisiensi dalam ruang faktor: Efisiensi teknis (TE) = TC 3 /TC 4 = OF/OD Efisiensi alokatif (AE) o Seiring teknologi saat ini (AE c ) = TC 2 /TC 4 = OG/OD o Sepanjang praktik terbaik (AE a ) = TC 1 /TC 3 = OH/OF Efisiensi ekonomi: EE = TC1 / TC4 = TE X AE a = OH / OD. Ukuran terakhir ini, dan dekomposisinya dalam efisiensi teknis dan alokasi, pertama kali diajukan oleh farrell (1957) dan telah banyak digunakan. 5. Return To Scale (Skala Hasil) Return to Scale (RTS) perlu dipelajari karena untuk mengetahui kegiatan dari suatu usaha yang diteliti apakah sudah mengikuti kaidah increasing, constant, atau decreasing return to scale. Keadaan return to scale dari suatu usaha industri yang diteliti dapat diketahui dari penjumlahan koefisien regresi semua faktor produksi. Menurut Gasperz (2001:219), ada tiga kemungkinan dalam nilai return to scale, yaitu:

13 22 1. Decreasing Return to Scale, bila (b1+b2+ bn) < 1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan factor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih kecil. 2. Constant Return to Scale, bila (b1+b2+ bn) = 1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh. 3. Increasing Return to Scale, bila (b1+b2+ bn) > 1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar. 6. Efisiensi Efisiensi adalah kemampuan untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan (output) dengan mengorbankan (input) yang minimal. Suatu kegiatan telah dikerjakan secara efisien jika pelaksanaan kegiatan telah mencapai sasaran (output) dengan pengorbanan (input) terendah, sehingga efisiensi dapat diartikan sebagai tidak adanya pemborosan. Efisiensi dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: efisiensi teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga) dan efisiensi ekonomi. a. Efisiensi Teknis Efisiensi teknis ini mencakup mengenai hubungan antara input dan output. Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. (Miller dan Meiners dalam Anandra, 2000:25) menyatakan efisiensi teknis mengharuskan atau mensyaratkan adanya proses produksi yang dapat

14 23 memanfaatkan input yang lebih sedikit demi menghasilkan output dalam jumlah yang sama. Model fungsi yang dipergunakan untuk mengukur efisiensi teknis perusahaan yang dapat dinyatakan sebagai berikut: Y = f ( X 1, β ) exp ε 1... (2.7) β adalah parameter yang akan di taksir, Xi adalah input, dan ε 1 = v 1 +u 1 kesalahan dianggap negative dan naik karena pemotongan distribusi normal dengan rata-rata nol dan varians positif. Dengan kata lain error term vi di asumsikan memiliki distribusi normal dengan rata-rata nol dan ui variant positif, yang menggambarkan kesalahan pengukuran yang berkaitan dengan faktor di luar kendali yang berhubungan dengan produksi. b. Efisiensi Alokatif Efisiensi harga menerangkan tentang hubungan biaya dan output. Efisiensi harga tercapai jika suatu perusahaan mampu memaksimalkan keuntungan dengan menyamakan nilai produksi marjinal setiap faktor produksi dengan harganya. Efisiensi ini terjadi jika perusahaan memproduksi output yang paling disukai konsumen (McEachern, 2001:121). Efisiensi harga tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas marjinal masing-masing input (NPMxi) dengan harga inputnya (Pxi) sama dengan 1. Kondisi ini menghendaki NPMx sama dengan harga faktor produksi X atau dapat ditulis sebagai berikut : b.y.py/x = Px...(2.8)

15 24 Dimana : Px Y X Py = Harga Faktor produksi Faktor X = Output Rata-Rata = Input Rata-Rata = Harga Output Rata-Rata Dalam kenyataan yang sebenarnya persamaan nilainya tidak sama dengan 1, yang sering kali terjadi adalah (Akhmad Hidayat, 2013) : (NPM / Px) > 1, hal ini berarti bahwa penggunaan faktor produksi X belum efisien. Agar bisa mencapai efisien, maka penggunaan faktor produksi X perlu di tambah. (NPM / Px) < 1, hal ini berarti bahwa penggunaan faktor produksi X tidak efisien, sehingga perlu dilakukan pengurangan faktor produksi X agar dapat tercapai efisiensi. c. Efisiensi Ekonomi Efisiensi ekonomis terjadi jika efisiensi teknis dan efisiensi harga tercapai dan memenuhi kondisi dibawah ini, yaitu : Syarat kecukupan (sufficient condition), yaitu kondisi keuntungan maksimal tercapai dengan syarat nilai produksi marjinal sama dengan biaya marjinal. Syarat keperluan (necessary condition) yang menunjukkan hubungan fisik antara input dan output, proses produksi terjadi pada waktu elastisitas produksi antara 0 dan 1.

16 25 Efisiensi ekonomis merupakan hasil kali antara seluruh efisiensi teknis dengan efisiensi harga dari seluruh faktor input. Efisiensi usaha kerajinan Mendong dapat dinyatakan sebagai berikut : EE = TER. AER...(2.9) Dimana : EE = Efisiensi ekonomi TER = Tehnical Efficiency Rate AER = Allocative Efficiency Rate Dalam efisiensi ekonomi terdapat tiga kemungkinan yang terjadi dalam konsep ini, yaitu : Nilai efisiensi ekonomi lebih besar dari 1. Hal ini berarti bahwa efisiensi ekonomi yang maksimal belum tercapai, untuk itu penggunaan faktor produksi perlu ditambah agar tercapai kondisi efisien. Nilai efisiensi ekonomi lebih kecil dari 1. Hal ini berarti bahwa usaha yang dilakukanm tidak efisien, sehingga penggunaan faktor produksi perlu dikurangi. Nilai efisiensi ekonomi sama dengan 1. Hal ini berarti bahwa kondisi efisien sudah tercapai dan sudah memperoleh keuntungan yang maksimal. 7. Mendong Mendong merupakan tanaman yang tumbuh di rawa, atau daerah yang berlumpur dan memiliki air yang cukup atau tempat tergenang. Mendong

17 26 merupakan sejenis rumput semu atau alang-alang, dan biasanya tumbuh dengan panjang lebih kurang 100 cm sebelum digunakan untuk kerajinan, Mendong biasanya dijemur terlebih dahulu hingga kering. Tanaman Mendong memiliki ciri-ciri batang yang serupa dengan rumput teki, tapi tanaman ini lebih besar. Habitusnya berupa semak dengan tipe batang berupa Mendong, karena memiliki ruas yang lebih panjang daripada tipe rumput, dan batang berbentuk segitiga. Batangnya berwarna hijau dengan permukaan yang licin. Arah tumbuh batang tegak lurus dengan permukaan tanah. Memiliki tipe percabangan monopodial, karena batang utamanya terlihat jelas. Arah tumbuh cabangnya tidak diketahui dari hasil pengamatan, karena tidak mempunyai percabangan yang jelas. Mendong merupakan tanaman berhabitus herba karena berair ketika batangnya dipatahkan. Tipe batangnya adalah batang Mendong dengan bentuk batang segitiga (triangularis) dan permukaan batang yang bersayap. Tipe percabangan tumbuhan ini monopodial, yaitu batang pokoknya tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang dari pada cabang-cabangnya. Arah tumbuh batang tegak lurus dengan sifat cabang geragih (stolon) merayap di bawah tanah. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan annual, yaitu tumbuhan yang berumur pendek, yaitu kurang dari 1 tahun sudah mati atau paling lama dapat mencapai umur satu tahun, setelah itu tanaman ini akan mati. Warna daun tumbuhan ini yaitu hijau dengan bangun daun pita dan warna batang hijau. Bentuk batang Mendong adalah bersegi yaitu mirip segitiga, permukaan dari batangnya adalah kasar sama seperti pada permukaan daun bambu yaitu kasar yang

18 27 diakibatkan garis-garis. Arah tumbuh batangnya tegak lurus dan tipe percabangannya adalah monopodial. Dalam pembudidayaan tanaman Mendong tidak jauh beda dengan tanaman padi. Pada proses penanaman Mendong, jarak tanam antar bibit Mendong yang satu dengan yang lain berjarak 35 cm. Dalam proses selanjutnya pemupukan dilakukan selama 2 bulan setelah ditanam dan dipupuk kembali 1 bulan sebelum panen, dimana pupuk yang digunakan adalah pupuk urea. Setelah Mendong mulai tumbuh sekitar berumur 3 bulan, Mendong siap dipotong. setiap kali panen biasanya menghasilkan tanaman Mendong sebesar 5 kwintal. Lalu kemudian diikat per kg per ikat untuk dijemur dan siap menjadi bahan baku industri kerajinan. Masa panen dilakukan setelah 3 bulan lalu dijemur selama setengah hari jika cuaca panas dan selama 1 hari jika cuaca mendung, untuk mendapatkan hasil yang baik. Mendong yang memiliki kualitas baik untuk digunakan sebagai bahan baku kerajinan adalah yang berwarna hijau muda. Mendong yang berwarna coklat kemerah-merahan merupakan Mendong yang berkualitas buruk. Mendong yang seperti itu tidak dipergunakan untuk bahan baku kerajinan. Jika produksi Mendong terus menerus berwarna coklat kemerahmerahan, maka lahan akan dibakar dan selanjutnya diganti dengan tanaman Mendong baru. Pemanfaatan melalui pengeringan atau harus dijemur terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan.

19 28 8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi dalam Usahatani Mendong 1. Lahan Lahan merupakan faktor produksi inti dalam usaha tani. Luas penguasaan lahan pertanian merupakan suatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usahatani misalnya pemilikan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Akan tetapi, pada usahatani yang memiliki lahan luas juga sering terjadi ketidakefisienan dalam penggunaan teknologi. 2. Tenaga Kerja Faktor tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup tidak hanya dilihat dari tersedianya tenaga kerja akan tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja juga perlu diperhatikan. Dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi (Daniel, 2002:86) 3. Bibit Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Benih yang unggul cenderung menghasilkan produk dengan kualitas yang baik. Sehingga semakin unggul benih komoditas pertanian, maka semakin tinggi produksi pertanian yang akan dicapai.

20 29 4. Pemberian pupuk Pemberian pupuk penting dalam usahatani yaitu untuk menambah kesuburan bagi tanaman. Akan tetapi, penggunaan pupuk yang berlebih juga tidak baik bagi kondisi tanaman. C. Kerangka Pemikiran Produksi merupakan hasil akhir dari proses yang didukung dengan beberapa faktor-faktor produksi seperti luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk untuk menghasilkan produksi Mendong. Prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi digunakan seefisien mungkin. Pengertian efisiensi dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif, efisiensi ekonomi. Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis jika faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga jika nilai dari produk marjinal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisiensi ekonomi jika usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan mencapai efisiensi alokatif.

21 30 Luas Lahan Produksi Mendong Tenaga Kerja Bibit Pupuk Efisiensi Teknis Efisiensi Alokatif Efisiensi Ekonomi Gamber 2.4. Gambar Kerangka Pemikiran D. Hipotesis Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian yaitu diduga bahwa variabel luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk berpengaruh dan signifikan terhadap nilai produksi Mendong dan penggunaan faktor-faktor produksi usahatani Mendong belum efisien.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dikerjakan oleh konsumen terdapat komoditi itu. Iswandono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dikerjakan oleh konsumen terdapat komoditi itu. Iswandono BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Produksi Produksi diartikan sebagai atau penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi terhadap jumlah output yang dihasilkan. Kegiatan produksi bertujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup teori produksi, konsep efisiensi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah petani garam yang memproduksi garam di Kecamatan Batangan Kabupaten Pati. Penilitian ini menggunakan sampel sebanyak 75 petani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Produksi Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to produce yang artinya menghasilkan. Produksi adalah proses dimana input diubah menjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Upsus Pajale Peraturan Kementerian Pertanian Republik Indonesia nomor 03/Permentan/0T.140/2/2015 tentang pedoman upaya khusus (Upsus) peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang optimasi penggunaan input produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada komoditas lain, seperti pada tanaman bawang merah dan kubis.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Bagian ini menjelaskan mengenai teori-teori ekonomi yang menjadi landasan pemikiran sebagai pendekatan untuk menganalisis dan menjelaskan rumusan masalah dari

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi atau memproduksi menurut Putong (2002) adalah menambah kegunaan (nilai-nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996), III. KERANGKA PEMIKIRAN 3. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.. Konsep Usahatani Menurut Bachtiar Rivai (980) yang dikutip oleh Hernanto (996), mengatakan bahwa usahatani merupakan sebuah organisasi dari alam,

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Ayam Pedaging BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam pedaging adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI STROBERI DI DESA DOLAT RAYAT KECAMATAN DOLAT RAYAT KABUPATEN KARO

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI STROBERI DI DESA DOLAT RAYAT KECAMATAN DOLAT RAYAT KABUPATEN KARO ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI STROBERI DI DESA DOLAT RAYAT KECAMATAN DOLAT RAYAT KABUPATEN KARO ANALYSIS OF ECONOMIC EFFICIENCY USING OF PRODUCTION FACTORS ON STRAWBERRY

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Definisi Ekonomi Pertanian Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari dan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU 30 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU (Manihot esculenta) DI DESA PUNGGELAN KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA Supriyatno 1), Pujiharto 2), dan Sulistyani

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif. Analisis deskriptif yaitu metode penelitian dengan memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada

Lebih terperinci

PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1. Oleh : AHMAD ZAINUDDIN

PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1. Oleh : AHMAD ZAINUDDIN PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1 Oleh : AHMAD ZAINUDDIN DAFTAR ISI 2 APA ITU FRONTIER DAN DEA? KONSEP EFISIENSI KONSEP PENGUKURAN EFISIENSI PENDEKATAN PENGUKURAN EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR YANG

Lebih terperinci

Modul 5. Teori Perilaku Produsen

Modul 5. Teori Perilaku Produsen Modul 5. Teori Perilaku Produsen A. Deskripsi Modul Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan: berapa output yang harus

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1 Analisis Produksi Stochastic Frontier 7.1.1 Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani

Lebih terperinci

EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI GARAM RAKYAT

EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI GARAM RAKYAT EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI GARAM RAKYAT Dafid Amami 1) dan ihsannudin Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura e-mail: adafid45@gmail.com 1) ABSTRACT This research

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dikalangan masyarakat, siapa yang tak kenal cabai? Dibalik rasa pedasnya, cabai merupakan salah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani telah banyak diuraikan oleh beberapa pakar. Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang menghasilkan daun sebagai hasil produksinya. Tanaman ini dapat tumbuh subur dan berkembang baik di daerah dengan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Teh Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun 1694 terdapat perdu teh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produktivitas usahatani padi dapat mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah produksi. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh penggunaan faktor produksi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI JAWA TENGAH (PENERAPAN ANALISIS FRONTIER)

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI JAWA TENGAH (PENERAPAN ANALISIS FRONTIER) ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI JAWA TENGAH (PENERAPAN ANALISIS FRONTIER) Darwanto (darwantomsiugm@yahoo.com) Universitas Diponegoro Semarang ABSTRACT Agriculture development very supposed can to

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Menurut Arikunto (2010: 161) objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Hal ini karena objek penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. responden. Untuk mengetahui hasil distribusi produksi garam, modal,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. responden. Untuk mengetahui hasil distribusi produksi garam, modal, BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan data primer dengan menyebarkan kuesioner di Kecamatan Batangan Kabupaten Pati dengan jumlah 75 responden. Untuk mengetahui hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Bawang Merah Bawang merah termasuk salah satu di antara tiga anggota Allium yang paling populer dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi di samping

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan. Pemilihan PT Saung Mirwan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Efisiensi. Dalam memproduksi beras petani memerlukan faktor produksi, faktor

II.TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Efisiensi. Dalam memproduksi beras petani memerlukan faktor produksi, faktor 8 II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Efisiensi Dalam memproduksi beras petani memerlukan faktor produksi, faktor produksi sering dikenal dengan input. Proses produksi merupakan proses perubahan input

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Budidaya Padi Konvensional Menurut Muhajir dan Nazaruddin (2003) Sistem budidaya padi secara konvensional di dahului dengan pengolahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi dalam hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi dalam hal ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori dan Fungsi Produksi Produksi sering diartikan sebagai penciptaan guna, yaitu kemampuan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi dalam hal ini mencakup

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Menurut Schroeder (1999), Pappas (1995), Joesran dan Fathorrozi (2003) dan Putong (2002) dalam Herawati (2008) produksi adalah

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 2 (1) (2013) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KEBUN BENIH PADI PADA BALAI BENIH TANAMAN PANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Produktivitas Tebu Nasional Produktivitas tanaman tebu di tingkat nasional berkisar dari 60

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Produksi Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN KARANGANYAR (ECONOMIC

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN KARANGANYAR (ECONOMIC ANALISIS EFISIENSI EKONOMI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN KARANGANYAR (ECONOMIC EFFICIENCY ANALYSIS OF RICE FARMING PRODUCTION FACTORS IN KARANGANYAR REGENCY) Respikasari* ),

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH (Studi Kasus pada Kelompoktani Bumi Luhur Desa Indrajaya Kecamatan Salem Kabupaten Brebes) Oleh: Carkini 1), Dini Rochdiani

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN WIROSARI, KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN WIROSARI, KABUPATEN GROBOGAN ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN WIROSARI, KABUPATEN GROBOGAN ( Studi Kasus : Di Desa Tambahrejo dan Desa Tambahselo) Rodo Berliana Br Togatorop Ilmu Ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH FURNITUR DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH FURNITUR DI KOTA PEKANBARU ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH FURNITUR DI KOTA PEKANBARU Oleh : Raihan Hanafi Pembimbing : Harlen dan Azwar Harahap Faculty of Economics, Riau University,

Lebih terperinci

ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG

ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG Desy Cahyaning Utami* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: d2.decy@gmail.com ABSTRAK Komoditas jagung (Zea mays)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani merupakan salah satu ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang, produksi diartikan sebagai kegiatan-kegiatan di dalam pabrik-pabrik, atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang, produksi diartikan sebagai kegiatan-kegiatan di dalam pabrik-pabrik, atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Produksi Secara mudah, arti produksi memanglah pembuatan. Bagi kebanyakan orang, produksi diartikan sebagai kegiatan-kegiatan di dalam pabrik-pabrik, atau barangkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada kemampuan bangsa dalam menggapai tingkat produktivitas yang tinggi dan berkesinambungan,

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA 6.1 Analisis Fungsi produksi Padi Sawah Varietas Ciherang Analisis dalam kegiatan produksi padi sawah varietas ciherang

Lebih terperinci

Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus di Subak Pacung Babakan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung)

Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus di Subak Pacung Babakan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung) Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus di Subak Pacung Babakan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung) I GUSTI AYU CHINTYA DEWI I KETUT SUAMBA I G.A.A AMBARAWATI Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas dengan pendekatan Stochastic Production

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian yang

METODE PENELITIAN. memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian yang 56 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan teori merupakan penjabaran dari teori-teori yang terkait dengan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan teori merupakan penjabaran dari teori-teori yang terkait dengan BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Teori Tinjauan teori merupakan penjabaran dari teori-teori yang terkait dengan variabel-variabel penelitian yang diperoleh dari sumber tertulis yang dipakai

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG P R O S I D I N G 345 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG Bagus Andriatno Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori produksi Menurut Pindyck and Rubinfeld (1999), produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam kaitannya dengan pertanian,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI INDUSTRI KECIL KABUPATEN KENDAL

ANALISIS EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI INDUSTRI KECIL KABUPATEN KENDAL ANALISIS EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI INDUSTRI KECIL KABUPATEN KENDAL (Studi Kasus pada Industri Kecil Genteng Press di Desa Meteseh Kecamatan Boja) Panca Kurniasari Dr. Dwisetia

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

Lebih terperinci

Soal kasus 5.1 Jawaban soal kasus 5.1 Soal kasus 5.2 Jawaban soal kasus 5.2 Soal kasus 5.3 Jawaban soal kasus 5.3

Soal kasus 5.1 Jawaban soal kasus 5.1 Soal kasus 5.2 Jawaban soal kasus 5.2 Soal kasus 5.3 Jawaban soal kasus 5.3 Soal kasus 5.1 Suatu proses produksi menggunakan input L dan input K untuk menghasilkan produk tertentu. Dalam proses produksi tersebut, input L sebagai input variabel dan input K sebagao input tetap pada

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PTT DAN NON PTT JAGUNG DI KABUPATEN LOMBOK BARAT

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PTT DAN NON PTT JAGUNG DI KABUPATEN LOMBOK BARAT 136 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PTT DAN NON PTT JAGUNG DI KABUPATEN LOMBOK BARAT Oleh: Hernawati Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNW Mataram ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

EFISIENSI EKONOMI FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI BROKOLI DI KELURAHAN KAKASKASEN. Juliana R. Mandei Christy P. Tuwongkesong

EFISIENSI EKONOMI FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI BROKOLI DI KELURAHAN KAKASKASEN. Juliana R. Mandei Christy P. Tuwongkesong Efisiensi Ekonomi Faktor Produksi pada Usahatani Brokoli...(JulianaMandei dan Christy Tuwongkesong) EFISIENSI EKONOMI FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI BROKOLI DI KELURAHAN KAKASKASEN Juliana R. Mandei Christy

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan dan Kegunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hal yang tidak bias dipisahkan dari berbagai penelitian yang dilakukan. Objek penelitian merupakan sebuah sumber yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Industri Pengertian Industri menurut UU No 5 Tahun 1984 dapat didefinisikan sebagai berikut : Industri adalah kegiatan ekonomi yang merubah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Secara mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Industri Secara mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori menguraikan teori-teori yang mendukung penelitian ini. Adapun teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini adalah teori pendapatan dan teori

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.. Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Asembagus dan Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Pemilihan kecamatan dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau

TINJAUAN PUSTAKA. dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi Pengertian produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kopi Robusta Kedudukan tanaman kopi dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini berisi tentang perkembangan oleokimia dan faktor apa saja yang memengaruhi produksi olekomian tersebut. Perkembangan ekspor oleokimia akan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Padi merupakan tanaman semi aquatic yang cocok ditanam di lahan tergenang. Meskipun demikian, padi juga baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Beberapa faktor produksi yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi meliputi: (1) luas

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN KARANGANYAR (ECONOMIC

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN KARANGANYAR (ECONOMIC ANALISIS EFISIENSI EKONOMI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN KARANGANYAR (ECONOMIC ANALISIS EFISIENSI EKONOMI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR FAKTOR PRODUKSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH BATIK DI KELURAHAN KAUMAN KOTA PEKALONGAN

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR FAKTOR PRODUKSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH BATIK DI KELURAHAN KAUMAN KOTA PEKALONGAN ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR FAKTOR PRODUKSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH BATIK DI KELURAHAN KAUMAN KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI ANDRI JUSTIANUS SIMATUPANG NPM ABSTRAK Mentimun merupakan sayuran yang banyak digemari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... ii iii iv v vii

Lebih terperinci