BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Temanggung merupakan SD paralel. Kelas IV Semester I Tahun Ajaran

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini CD yang dimaksud adalah CD pembelajaran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dijenjang pendidikan formal mulai dari tingkat SD sampai pada tingkat SMA

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD 1)

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ENDAH NENI MASTUTI A

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kata kunci : Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), motivasi dan prestasi belajar

583 JURNAL ENTROPI, VOLUME VII, NOMOR 1, FEBRUARI 2013 Inovasi Penelitian, Pendidikan dan Pembelajaran Sains

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita. Namun sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dari hasil observasi peneliti, menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran mata

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, PEMAHAMAN KONSEP FISIKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat datang dari guru, suatu fenomena atau persoalan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik dalam

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Lian Yulianti, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dialami langsung oleh siswa. Nana Sudjana. (2008:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Negeri Tlahap cenderung bersifat konvensional ceramah yang berpusat pada guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2, Tahun 2012 Istiningrum & Sukanti Halaman 64-79

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Restalina Nainggolan, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

Vita Ariani Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Erika Eka Santi, M. Si Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang, baik dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB I PENDAHULUAN. seperti keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama.

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

I. PENDAHULUAN. Menurut Hasbullah (2009:2). Kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman. Teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa peserta didik harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. 14 Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan pada peserta didik. Peserta didik harus dapat membangun sendiri pengetahuan yang ada dipikirannya. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh peserta didik. 15 Guru memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar menjadi sadar dan secara sadar menggunakan stategi mereka sendiri untuk belajar. 14 Trianto, op. cit., hal.13. 15 Piaget dalam Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, (jakarta : Grasindo, 2003), hal, 5. 12

13 Teori ini berkembang dari kerja Piaget dan Vygotsky. Menurut Piaget dan Vygotsky lebih menekankan pada aspek interaksi sosial dari pembelajaran dalam bentuk kelompok yang anggotanya beragam, sehingga terjadi perubahan. Piaget menekankan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dan pengetahuan yang ada dalam benak peserta didik. Perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman relitas melalui pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. 16 Proses pembelajaran konstruktivis Piaget menekankan bahwa peserta didik membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan peserta didik melalui bahasa.proses pembelajaran konstruktivis Vygotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Perkembangan tergantung baik pada faktor biologis menentukan fungsi-fungsi elemen memori, atensi, persepsi dan stimulus respon, dan faktor sosial. 17 Konstruktivisme Vigotsky menekankan pada kerjasama antar individu dan melakukan konstruksi pengetahuan dari lingkungan sosial. Pandangan konstruktivisme Piaget dan Vygotsky menekankan bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis dalam pembentukan kelompok belajar. Kelompok belajar membuat peserta didik aktif dan berani mengungkapkan pemikirannya pada teman sebayanya. 16 Trianto, op.cit., hal.14. 17 Ibid, hal.26.

14 2.2. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah kooperatif. 18 Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep yang peserta didik temukan sendiri dengan saling berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekarja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik. 19 Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan teman lain dalam tugas yang telah terstuktur. Kelas kooperatif peserta didik belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 peserta didik yang sederajad tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain kerjasama. Pembentukan kelompok bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar di kelas. Pembelajaran kooperatif ini dapat tercapai apabila kelompok dalam tim menguasai dan memahami materi yang telah diajarkan. Pembelajaran koopertif merupakan pembelajaran yang menuntut peserta didik memiliki rasa bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Kerjasama dalam tim juga sangat diperlukan dalam 18 Ibid, hal. 41. 19 Isjoni, op, cit., hal.23.

15 pembelajaran kooperatif ini seperti pendengar aktif, memberikan penjelasan pada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, peserta didik diberi lember kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Pembelajaran ini akan menciptakan sebuah interaksi yang lebih luas yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik dan peserta didik dengan guru. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting: hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu dan perkembangan ketrampilan sosial. 20 Tujuan pembelajaran kooperatif akan tercapai melalui enam fase atau langkah. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi belajar peserta didik 2. Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstari atau lewat jalan bacaan. 3. Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. 4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. 5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjaannya. 6. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. 21 20 Ibid, hal.39. 21 Ibid, hal.45.

16 Pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan melalui berbagai tipe, guru seharusnya dapat memilih tipe sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Tipetipe yang ada pada pembelajaran kooperatif yaitu: STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok (Team Games Tournaments atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Heads Together (NHT). Kelima metode ini melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual dan kesempatan sukses yang sama, tetapi aturan main yang berbeda. 2.3. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Metode pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen tahun 1993. Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mengetahui pola interaksi peserta didik dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. 22 Model pembelajaran NHT merupakan teknik yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong peserta didik untuk meningkatkan kerjasama mereka. Menurut Ibrahim, tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu : 1 Pengembangan keterampilan sosial Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. 22 Trianto, loc. cit., hal.62.

17 2 Pengakuan adanya keragaman Bertujuan agar peserta didik dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. 3 Hasil belajar akademik struktural Bertujuan untuk meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik. 23 1. Pengembangan keterampilan sosial Mengajarkan pada peserta didik ketrampilan bekerjasama dan kolaborasi. Ketrampilan ini amat penting untuk dimiliki oleh para peserta didik sebagai warga masyarakat, bangsa dan negara, karena mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang semakin kompleks, serta tantangan bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global. 2. Pengakuan adanya keanekaragaman. Pengakuan adanya keanekaragaman dan penerimaan individu meningkatan hubungan antarmanusia yang heterogen, ditandai dengan kerja sama antar peserta didik dalam kelompoknya. Hubungan persahabatan antara beberapa orang peserta didik dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. 3. Peningkatan hasil belajar akademik Hasil belajar atau hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda. 24 Hasil belajar peserta didik diperoleh dari hasil ulangan ataupun tugas dari guru. 23 Isjoni, op, cit., hal.27. 24 Hamzah B. Uno, loc. cit., hal 16.

18 Penilaian akan dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. NHT (Numbered Heads Together) menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks: Tabel 2.1. Struktur Pengajaran dalam NHT Fase 1 : Penomoran Dalam fase ini guru membagi peserta didik ke dalam kelompok 3-5 orang kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5. Fase 3: Berfikir bersama Peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan dapat bervariasi. Menjawab Fase 4 : Guru memanggil suatu no tertentu, kemudian peserta didik yang sesuai mengangkat tanganya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas Sumber : Trianto, 2007, Model-model pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstriktivistik Konsep, landasan teoritis- Praktis dan Implementasinya, Prestasi Pustaka, Jakarta. Berdasarkan tahapan- tahapan NHT, bisa dibuat langkah-langkah pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) adalah: a. Pendahuluan Persiapan 1 Guru melakukan apersepsi

19 2 Guru menjelaskan tentang model pembelajaran NHT 3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 4 Guru memberikan motivasi b. Kegiatan inti Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT Tahap pertama 1Penomoran: Guru membagi peserta didik dalam kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota diberi nomor 1-5. 2 Peserta didik bergabung dengan anggotanya masing-masing. Tahap kedua Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas untuk mengerjakan soal-soal. Tahap ketiga Berpikir bersama: Peserta didik berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Tahap keempat 1. Menjawab: Guru memanggil peserta didik dengan nomor tertentu, kemudian peserta didik yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk seluruh kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.

20 2. Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik. Guru memberikan soal latihan sebagai pemantapan terhadap hasil dari pekerjaan mereka. c. Penutup 1. Peserta didik bersama guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan. 2. Guru mengingatkan peserta didik untuk mempelajari kembali materi yang telah diajarkan dan materi selanjutnya. 2.4. Mata Pelajaran Matematika Matematika merupakan mata pelajaran yang ada di sekolah dasar kelas IV.Matematika merupakan pelajaran yang sangat penting bagi peserta didik. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari jumlahjumlah yang diketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol. 25 Matematika SD digunakan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan efektif. Tujuan umum dan khusus matematika di sekolah yang ada di kurikulum jelas memberikan gambaran belajar tidak hanya di bidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang afektif dan psikomotor. Hal ini akan tercipta jika setiap proses dalam mempelajari matematika dapat menanamkan nilai kehidupan yang berguna bagi peserta didik yang akan datang. 25 Wahyudi, Inawati Budiono, Pemecahan Masalah Matematika, (Widya Sari: Salatiga, 2009),.hal.5.

21 2.5. Penjumlahan Bilangan Bulat Penjumlahan bilangan dapat dipelajari dengan penjumlahan yang melibatkan bilangan nol dan bilangan bulat positif harus sudah dikuasai dengan baik oleh pesrta didik. 1. Penjumlahan Menggunakan Garis Bilangan Penjumlahan bilangan dapat dilakukan dengan bantuan garis bilangan dengan membuat diagram panah yang menyertakan bilangan. a. Mengenal Bilangan Bulat dengan Diagram Panah Sebuah bilangan bulat dapat ditunjukkan dengan diagram panah pada garis bilangan yang mempunyai panjang dan arah. Panjang diagram panah menunjukkan banyaknya satuan, sedangkan arahnya menunjukkan positif atau negatif. Jika diagram panah menuju ke arah kanan, maka anak panah tersebut menunjukkan bilangan bulat positif. Jika diagram panah menuju ke kiri, maka anak panah tersebut menunjukkan bilangan bulat negatif. b. Menjumlah Bilangan Bulat dengan Diagram Panah Penjumlahan bilangan bulat dengan diagram panah dimulai dari bilangan nol. 2. Penjumlahan Tanpa Menggunakan Garis Bilangan Untuk bilangan-bilangan antara 20 sampai 20 masih mungkin dilakukan penjumlahan dengan garis bilangan. 2.6. Penelitian Relevan Penelitian yang dilakukan I Noor Azizah tentang Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered-Heads-Together) dengan

22 Penggunaan LKS (Lembar Kerja Peserta didik) Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) Peserta didik Kelas VIII Semester 2 SMP N 6 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Hasilnya antara lain bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan penggunaan LKS lebih baik daripada nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran dengan metode konvensional dan rata-rata hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen 65. Hasil penelitian Intan Putri utami tentang Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika Bagi Peserta didik Kelas V SD. Menemukan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT (Numbered Heads Together) dengan peserta didik yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional, hasil belajar matematika peserta didik kelas V SD yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) lebih baik dibandingkan peserta didik yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional, dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) efektif terhadap hasil belajar Matematika peserta didik kelas V SD. Berdasarkan penelitian yang sudah ada, peneliti ini melakukan penelitian tindakan kelas karena penelitian di atas menggunakan penelitian eksperimen yang hanya memberikan treatmen sedangkan PTK melakukan penelitian secara bersiklus. Hasil belum maksimal akan diulang menjadi lebih baik lagi.

23 2.7. Kerangka Berpikir Proses pembelajaran matematika kompetensi dasar menjumlahkan bilangan bulat pada kondisi awal guru belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT peserta didik cenderung melakukan aktivitas lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran. Penggunaan metode konvensional ceramah, proses belajar mengajar hanya akan berpusat pada guru (teaching center). Tidak adanya interaksi dua arah antara guru dengan murid begitu juga sebaliknya, ini mengakibatkan saat proses belajar mengajar sedang berlangsung ada dua peserta didik yang duduk paling belakang tidur, dua menundukkan kepala, empat peserta didik asyik bercerita sendiri dan hasil belajar peserta didik 21 tidak tuntas KKM 63. Kemudian guru melakukan penelitian tindakan kelas pada pelajaran matematika kompetensi dasar menjumlahkan bilangan bulat. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui dua siklus yaitu pada siklus I dan II dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT.Diharapkan hasil pembelajaran matematika pada KD menjumlahkan bilangan bulat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Adapun siklus tersebut dapat digambarkan seperti berikut ini:

24 Kondisi Awal Guru belum menggunakan metode pembelajaran NHT 21 peserta didik dibawah KKM Tindakan Guru menggunakan metode pembelajaran kooperatif NHT Siklus I Menggunakan metode pembelajaran pada pertemuan pertama Kondisi Akhir Diduga ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik setelah menggunakan metode kooperatif NHT Siklus II Menggunakan metode pembelajaran pada pertemuan keempat Gambar I. Kerangka berfikir penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika kelas IVB. 2.8. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mata pelajaran matematika, kompetensi dasar menjumlahkan bilangan bulat kelas IV semester II tahun pelajaran 2011/2012 SD Negeri Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung dapat meningkatkan: 1. Keterampilan sosial; 2. Pengakuan adanya keragaman; 3. Hasil belajar akademik;