PENGEMBANGAN SISTEM PENYEBARAN WIRELESS SENSOR NETWORK PADA RUANG BERPENGHALANG BERDASARKAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaringan komputer yang terdiri dari beberapa intercommunicating

Deployment Jaringan Sensor Nirkabel berdasarkan Algoritma Particle Swarm Optimization

PROCEEDINGS OF CONFERENCE ON INFORMATION TECHNOLOGY AND ELECTRICAL ENGINEERING SESI INDONESIA

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

KINERJA LEACH PROTOCOL PADA WSN YANG BEKERJA DI LINGKUNGAN DENGAN TEMPERATUR YANG TINGGI

Analisa karakteristik lingkungan propagasi pada daerah pepohonan di area PENS ITS

OPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF DI DALAM GEDUNG

Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center)

Desain Jaringan WLAN Berdasarkan Cakupan Area dan Kapasitas

PENENTUAN JALUR TERPENDEK PADA APLIKASI OJEK ONLINE GO-JEK DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO)

PERANCANGAN ALGORITMA BELAJAR JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO)

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN JANGKAUAN JARINGAN SENSOR NIRKABEL MULTIHOP PADA PEMANTAUAN SUHU DAN KELEMBABAN

PEMANFAATAN JARINGAN SENSOR NIRKABEL UNTUK MEMANTAU KELEMBABAN TANAH PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI. Abstrak

SISTEM NIRKABEL TERDISTRIBUSI UNTUK MENINGKATKAN KUAT SINYAL WIFI PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

Kampus ITS, Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

ANALISA PROPAGASI GELOMBANG RADIO DALAM RUANG PADA KOMUNIKASI RADIO BERGERAK

Deployment Jaringan Sensor Nirkabel Berdasarkan Cakupan Area Sensor Node Menggunakan Algoritma Particle Swarm Optimization

SIMULASI DAN ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI PADA LTE FEMTOCELL BERBASIS SOFT FREQUENCY REUSE

Prosiding SENATEK 2015 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Purwokerto, 28 November 2015, ISBN

OPTIMASI PERENCANAAN JALUR PADA MOBILE ROBOT BERBASIS ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN POLA DISTRIBUSI NORMAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dynamic Optimal Power Flow dengan kurva biaya pembangkitan tidak mulus menggunakan Particle Swarm Optimization

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro.

Studi Parametrik Antena Vivaldi Slot dengan Pencatuan Mikrostrip

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Optimasi Penataan Sistem Wi-Fi di PENS-ITS dengan Menggunakan Metode Algoritma Genetika

Rekonfigurasi Jaring Distribusi untuk Meminimalkan Kerugian Daya menggunakan Particle Swarm Optimization

Metode Penyimpanan Data Secara Kolaboratif Dalam Jaringan Sensor

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) OPTIMASI FUNGSI KEANGGOTAAN FUZZY BERBASIS ALGORITMA MODIFIED PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan

PENJADWALAN TIPE DAWN-A DAN DAWN-B PADA JARINGAN RADIO SINKRON

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 2, Desember 2009

Evaluasi Kinerja VANET pada Berbagai Model Propagasi Menggunakan Simulator Jaringan NS-3

EVALUASI PERANGKAT IQRF PADA TOPOLOGI AD-HOC UNTUK MENGETAHUI RSSI

IMPLEMENTASI KOLABORASI NODE PADA SISTEM KOMUNIKASI AD HOC MULTIHOP BERBASIS JARINGAN SENSOR NIRKABEL

Rekonfigurasi jaring distribusi untuk meningkatkan indeks keandalan dengan mengurangi rugi daya nyata pada sistem distribusi Surabaya.

BAB II DASAR TEORI. atau gedung. Dengan performa dan keamanan yang dapat diandalkan,

OPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA KOOPERATIF DI DALAM GEDUNG

KOMUNIKASI DATA ST014 Komunikasi data nirkabel dan topologi jaringan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gabungan Kontrol Congestion, Perutean, Dan Alokasi Sumber Daya Kooperatif Untuk Daya Tradeoff Di Dalam Gedung.

Manajemen Interferensi Femtocell pada LTE- Advanced dengan Menggunakan Metode Autonomous Component Carrier Selection (ACCS)

ANALISIS JENIS MATERIAL TERHADAP JUMLAH KUAT SINYAL WIRELESS LAN MENGGUNAKAN METODE COST-231 MULTIWALL INDOOR

ANALISA PATHLOSS EXPONENT DI AREA TERBUKA

Simulasi Coverage Pada Wireless Sensor Network dengan Menggunakan Algoritma Genetika Pareto

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0

UNJUK KERJA ALGORITMA HARD HANDOFF TERHADAP VARIASI KECEPATAN MOBILE STATION

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 169

Analisa Simulasi Routing Protokol pada WSN dengan Metode Geographic Based Approach


Aplikasi GIS Berbasis J2ME Pencarian Jalur Terpendek Menggunakan Algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) Di Kabupaten Bangkalan

ANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG

Jaringan Wireless. Komponen utama pembangun jaringan wireless. 1. PC Personal Computer)

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

ANALISIS PERHITUNGAN FRESNEL ZONE WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

SWARM GENETIC ALGORITHM, SUATU HIBRIDA DARI ALGORITMA GENETIKA DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION. Taufan Mahardhika 1

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Sistem Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Berroda dengan Model Pembelajaran On-line Menggunakan NN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

ALGORITMA PENJADWALAN REQUEST PADA JARINGAN RADIO SINKRON

Analisa Dekode Berbasis Konsensus dalam Sistem Pengkodean Kanal yang Terdistribusi pada Jaringan Sensor Nirkabel

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO

Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel. Adri Priadana - ilkomadri.com

BAB 3 PENANGANAN JARINGAN KOMUNIKASI MULTIHOP TERKONFIGURASI SENDIRI UNTUK PAIRFORM-COMMUNICATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima

ANALISIS PENGARUH JUMLAH DEVICE TERHADAP PERFORMANSI STANDAR ZIGBEE PADA WSN UNTUK APLIKASI SMART BUILDING

Rekonfigurasi jaring distribusi untuk meningkatkan indeks keandalan dengan mengurangi rugi daya nyata pada sistem distribusi Surabaya.

ABSTRAK. vii. Kata Kunci : Site Survey, Visiwave, Antena, Channel, Transmit Power, Sinyal Wireless.

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

Pengukuran Coverage Outdoor Wireless LAN dengan Metode Visualisasi Di. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP)

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tutorial Particle Swarm Optimization

ANALISA ANTENA DIPOLE-λ/2 PADA MODUL PRAKTIKUM B4520 MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS VERSI 10.0 DAN CST MICROWAVE STUDIO 2010

DESAIN TOPOLOGI KOMUNIKASI WIRELESS SENSOR NETWORK (WSN) PADA APLIKASI SISTEM STRUCTURAL HEALTH MONITORING (SHM) JEMBATAN ABSTRAK

PERBANDINGAN KINERJA METODE K-HARMONIC MEANS DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK KLASTERISASI DATA

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENGOPTIMALKAN POLA RADIASI SUSUNAN ANTENA

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan

Pemanen Energi RF 900 MHz menggunakan Antena Mikrostrip Circular Patch

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PEMODELAN KARAKTERISTIK PROPAGASI BERDASARKAN RSSI PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL. Triuli Novianti 1, Iwan Santosa 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Optimasi Berbasis Particle Swarm

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Komunikasi Bergerak Frekuensi 2.3 GHz Melewati Pepohonan Menggunakan Metode Giovanelli Knife Edge

Optimisasi Injeksi Daya Aktif dan Reaktif Dalam Penempatan Distributed Generator (DG) Menggunakan Fuzzy - Particle Swarm Optimization (FPSO)

Transkripsi:

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEBARAN WIRELESS SENSOR NETWORK PADA RUANG BERPENGHALANG BERDASARKAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION Masjudin 1), I Wayan Mustika 2), Widyawan 3) Teknik Elektro UGM Yogyakarta Jl. Grafika No. 2, Kampus UGM, Sleman, Yogyakarta 55281 Email : mas_judin@yahoo.com 1), wmustika@ugm.ac.id 2), widyawan@ugm.ac.id 3) Abstrak Propagasi radio dalam ruang yang mempunyai sekat memiliki perbedaan dengan propagasi pada ruang bebas. Hal ini menjadikan penyebaran Wireless Sensor Network (WSN) memerlukan solusi yang berbeda pada ruang bebas dengan ruang bersekat. Keberadaan sekat atau penghalang seperti tembok akan memberikan redaman terhadap daya pancar dari Wireless Sensor Network (WSN). Pada makalah ini akan dibahas pengembangan sistem penyebaran WSN pada ruang yang memiliki penghalang dan membandingkan hasilnya dengan penyebaran WSN pada ruang bebas. Sistem penyebaran ini di dasarkan pada algoritma Particle swarm Optimization (PSO). PSO melakukan optimasi dengan memberikan posisi terbaik secara global sebagai solusi pada setiap iterasi. PSO dipilih karena PSO memiliki beberapa kelebihan yakni fungsi operasi dan parameter yang ditentukan sedikit sehingga mudah di implementasikan Pengujian menggunakan 20 partikel dengan masingmasing partikel terdapat 15 node sensor yang disebar pada area sebaran berukuran 300 x 300 m 2. Daya pancar yang digunakan adalah -25 db, -28 db, -31 db, -34 db, dan -37 db. Pengujian penyebaran node sensor pertama dilakukan pada ruang bebas tanpa penghalang (Line of Sight) dan pengujian kedua dilakukan pada ruang yang memiliki penghalang. Koordinat awal dibangkitkan secara acak untuk kedua pengujian. Hasil simulasi menunjukkan penyebaran sensor pada ruang berpenghalang memiliki solusi yang berbeda dibandingkan dengan ruang tanpa penghalang. Daya pancar yang berbeda dari node sensor jugamemberikan pengaruh terhadap hasil solusi penyebaran. Kata kunci: Penyebaran, WSN, PSO, penghalang, redaman 1. Pendahuluan Wireless Sensor Network (WSN) merupakan suatu sistem yang melakukan proses penginderaan, komputasi dan komunikasi yang memberikan kemampuan bagi administrator untuk mengukur, mengobservasi, dan memberikan reaksi terhadap kejadian dan fenomena pada lingkungan tertentu [1]. Teknologi WSN memiliki beberapa keuntungan seperti tidak memerlukan kontak langsung dan harus berlangsung pada saat tertentu. Semua node sensor dapat melakukan penginderaan meski dalam kondisi yang ekstrim sekalipun. Penyebaran node sensor pada WSN masih menjadi topik yang menarik bagi para peneliti. Penyebaran sensor yang baik harus mempertimbangkan area cakupan dan konektivitas yang baik. Cakupan mengharuskan setiap lokasi dibidang penginderaan dipantau oleh setidaknya satu sensor. Konektivitas mensyaratkan bahwa jaringan tidak terpecah-pecah dalam komunikasi node. Ketentuan yang harus diperhatikan adalah cakupan dipengaruhi oleh tingkat sensitivitas sensor, sedangkan konektivitas dipengaruhi oleh komunikasi node sensor tersebut [2]. Hambatan seperti dinding, bangunan, blok rumah atau hambatan yang tak terduga sering berada dalam wilayah penginderaan. Hambatan tersebut secara signifikan mempengaruhi cakupan dan konektivitas node sensor yang berarti akan mempengaruhi juga bentuk solusi dari penyebaran sensor. Adanya redaman dari penghalang akan berdampak pada jangkauan komunikasi antar node sensor karena terjadinya power lost saat transmisi. Kualitas sinyal yang diterima oleh node sensor untuk ruang yang berbeda akan berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh material-material yang terdapat dalam ruangan tersebut. Pada ruang terbuka kualitas sinyal yang diterima akan lebih baik dibandingkan dengan semi terbuka dan ruang tertutup [3]. Penyebaran node sensor akan sangat dipengaruhi oleh kualitas sinyal yang dipancarkan atau diterima oleh masing-masing node sensor. Para peneliti umumnya menggunakan algoritma optimasi untuk mengatasi masalah penyebaran node sensor baik itu untuk ruang bebas maupun ruang dengan penghalang. Mobile Sensor Network Simulator (MSNS) dikembangkan untuk memvisualisasikan area cakupan oleh sensor mobile dan menghindari objek rintangan seperti bangunan, jalan, dinding dan lain sebagainya pada peta yang sebenarnya yang digambarkan dengan Geography Markup Language (GML). Dari user MSNS menerima data jumlah mobile sensor node, derajat konektivitas, wilayah cakupan penginderaan, jangkauan komunikasi, dan jangkauan gelombang supersonik. Dengan menvisualisasikan data-data tersebut, dapat diperkirakan jumlah node sensor yang dibutuhkan dan cakupan area yang bisa ditangani pada penyebaran mobile sensor yang sebenarnya [4]. 1.12-33

Obstacle Resistant Robot Deployment algorithm (ORRD) di kembangkan untuk mengoptimalkan penyebaran node sensor. Metode ini melibatkan robot yang bergerak menyebarkan sensor dengan gerakan tertentu dan memiliki kemampuan mengatasi penghalang yang tidak diperkirakan. Algoritma ini mampu menyebarkan sensor dalam jumlah sedikit namun dengan cakupan area yang maksimal [5]. Algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) diterapkan pada penyebaran node sensor pada jalur tanpa penghalang ( Line Of Sight) yang menunjukkan hasil node sensor dapat membentuk jaringan dengan konektivitas yang baik [6]. Pada makalah ini akan dibahas penggunaan algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) untuk pengembangan sistem perancangan penyebaran node sensor pada ruang yang memiliki penghalang. Algoritma PSO dipilih karena PSO memiliki beberapa kelebihan yakni fungsi operasi dan parameter yang ditentukan sedikit sehingga mudah di implementasikan [7]. A. PROPAGASI GELOMBANG RADIO Propagasi gelombang radio pada WSN dipengaruhi oleh kondisi sekitar dimana node-node sensor disebar. Pada propagasi dalam ruang dengan penghalang akan terjadi redaman yang mengakibatkan menurunnya kualitas sinyal yang diterima oleh node sensor. Power lost tidak lagi hanya akan dipengaruhi oleh jarak saja seperti pada ruang bebas ( Line of Sight) tapi juga dipengaruhi oleh nilai redaman penghalang. Secara matematis, pengurangan daya pada ruang dengan penghalang yang dipengaruhi redaman penghalang dapat dirumuskan seperti persamaan 1. Lo = 32,44 +20 log f + 20 log d + (X)...(1) L : redaman ruang f : frekuensi dalam MHz d : jarak antara pengirim dan penerima dalam Km X : nilai redaman dari penghalang. Jarak atau distance (d) adalah jarak antara node sensor, di dapatkan dengan rumus Euclidean seperti yang ditunjukkan rumus pada persamaan 2. d = ( ) + ( )...(2) Penguatan antena Node sensor WSN pada penelitian ini sangat kecil sehingga gain antenna pada pengirim dan penerima tidak diperhitungkan. Besarnya kuat sinyal yang diterima pada penerima dengan memperhitungkan rugi-rugi daya dapat dihitung berdasarkan rumus pada persamaan 3. Pr = Pt+Gt+Gr ((32,44+20log f +20log d) + X)..(3) dengan Pt : daya yang dipancarkan oleh pengirim Gt : penguatan antena pengirim Gr : penguatan antena penerima Bila penguatan antena pengirim dan penerima tidak dihitung, maka besar daya terima dihitung dengan rumus seperti pada persamaan 4. Pr = Pt ((32,44 +20. log f + 20 log d) + X)...(4) B. ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION Algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) diperkenalkan oleh Eberhart dan Kennedy pada tahun 1995 [8]. PSO didasarkan pada perilaku sebuah kawanan burung atau ikan. Dalam PSO, kawanan diasumsikan mempunyai ukuran tertentu dengan setiap partikel posisi awalnya terletak disuatu lokasi yang acak dalam ruang multidimensi. Setiap partikel diasumsikan memiliki dua karakteristik yaitu posisi dan kecepatan. Setiap partikel bergerak dalam ruang dan mengingat posisi terbaik yang pernah dilalui dan menyampaikan informasi atau posisi terbaiknya kepada partikel lain untuk kemudian menyesuaikan posisi dan kecepatan masing-masing berdasarkan informasi yang diterima mengenai posisi tersebut [9]. Prosedur standar untuk menerapkan algoritma PSO adalah sebagai berikut: a. Membangkitkan posisi awal sejumlah partikel sekaligus kecepatan awalnya secara random b. Mengevaluasi fungsi fitness dari masing-masing partikel berdasarkan posisinya. c. Membandingkan evaluasi fitness masing-masing partikel kemudian menentukan Partikel terbaik untuk masing-masing partikel ( particle best) dan partikel terbaik secara keseluruhan dari semua partikel (global best). d. Mengevaluasi apakah kriteria yang diinginkan telah tercapai. Bila belum perbaharui kecepatan dan posisi partikel. e. Kembali ke langkah (b) hingga kriteria penghentian tercapai. Parameter PSO yang digunakan pada penelitian ini adalah : - Partikel Partikel adalah bagian individu dari populasi atau swarm. Pada penelitian ini partikel merupakan solusi dari node sensor yang di sebar secara acak. Masingmasing partikel terdiri dari 15 node sensor. semua node di representasikan oleh partikel dengan satu partikel merupakan representasi dari 15 node sensor. Posisi node sensor dalam ruang sebar digambarkan dengan dengan koordinat dua dimensi (2D). Node sensor dinotasikan dengan Xid yang berarti posisi partikel i node d. - Swarm Swarm (populasi) merupakan kumpulan dari individu partikel. Ukuran swarm yang biasa digunakan adalah 20 sampai 30 partikel. Pada penelitian ini ukuran swarm yang digunakan 20 dengan pertimbangan komputasi akan berlangsung lebih cepat. - Fungsi Fitness 1.12-34

Fungsi Fitness dalam algoritma PSO berbeda-beda, tergantung dari tujuan penelitian. Pada penelitian ini, tujuannya adalah mengembangkan sistem perancangan penyebaran node sensor pada ruang berpenghalang. Jaringan sensor nirkabel yang diinginkan dari hasil deployment adalah tetap terhubung. Karena itu fungsi fitness dari penelitian ini didasarkan pada daya yang diterima dengan syarat daya tersebut dihitung sebagai daya terkoneksi. Dengan demikian hasil evaluasi fitness nantinya akan merujuk pada sensor node yang memiliki koneksi. Syarat daya terima yang dianggap terkoneksi pada penelitian ini adalah -100 db. Fungsi fitness dirumuskan seperti persamaan 4. ( ) = ( ) (4) Dengan F : fungsi fitness Pr k : daya terima yang memenuhi syarat koneksi Xid : posisi partikel i node sensor d - Constriction factor (K) Parameter lain yang dikenal dalam algoritma PSO adalah constriction factor. Parameter ini diperkenalkan oleh Clerc dengan tujuan dapat menjamin suatu penelusuran dalam algoritma PSO untuk konvergen lebih cepat [10]. Nilai constriction factor (K) didapatkan dari persamaan 5. (5) Untuk memperbaharui kecepatan dan posisi baru partikel dengan memasukkan constriction factor dihitung dengan rumus seperti pada persamaan 6. =. + + ( ) = + (6) dengan ketentuan : = 0, jika < X min atau > X max = + < + +1 < + +1 > + +1 < X min = batas bawah permasalahan X max = batas atas permasalahan v = posisi partikel i node j pada iterasi ke k = kecepatan - Learning Rate Learning rate yang digunakan pada penelitian ini =1,3 dan = 2,8 sesuai dengan batasan umum yang digunakan pada constriction factor yakni > 4, untuk menyeimbangkan cognitive part dan social part pada PSO. C. SKENARIO PENGUJIAN Proses pengujian pada penelitian ini memperhatikan halhal sebagai berikut : a) Daya pancar yang dimasukkan bervariasi sesusai dengan kisaran daya pancar IQRF TR 52B yakni -25 db, -28 db, -31 db, -34 db, dan -37 db dengan jumlah node sensor 15, luas area 300x300 m 2, dan pita frekuensi yang digunakan 868 MHz. b) Penghalang membagi area menjadi dua ruang yang sama besar. c) Nilai redaman (attenuation) yang digunakan berupa penghalang tembok dengan nilai redaman 6 db. d) Posisi awal koordinat yang dibangkitkan untuk kedua pengujian sama. e) Pengujian pertama adalah penyebaran sensor pada area tanpa penghalang (Line Of Sight) dan pengujian selanjutnya pengujian pada area yang diberi penghalang. f) Membandingkan hasil deployment pada kedua pengujian. 2. Pembahasan A. Pengujian pada Ruang Bebas (Line Of Sight) Penyebaran node sensor diuji pada area bebas (line of sight) dengan daya pancar yang bervariasi sesuai dengan skenario yang ditetapkan. Hasil pengujian penyebaran node sensor menunjukkan daya pancar yang besar akan mencakup area yang lebih luas dibandingkan dengan daya pancar yang lebih kecil. Keberadaan material sekat yang memberikan redaman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap konektivitas dan area cakupan sensor. Jenis penghalang yang berbeda juga mempengaruhi konektivitas dari jaringan. Hal ini karena nilai redaman dari penghalang yang berbeda seperti dinding kayu dengan dinding tembok memiliki nilai redaman yang berbeda sehingga pengaruhnya terhadap pelemahan sinyal yang dipancarkan pengirim juga berbeda. Iterasi ke 5 iterasi ke 10 1.12-35

Iterasi ke 20 iterasi ke 40 Gambar 1. Hasil penyebaran pada ruang tanpa penghalang dengan daya pancar -25 db Gambar 1 menunjukkan hasil pengujian penyebaran node sensor pada ruang bebas dengan daya pancar -25 db pada iterasi yang berbeda. Jaringan dapat membentuk jaringan penuh ( full mesh) yang ditandai dengan garis penghubung berwarna merah. Ini artinya daya yang diterima oleh semua node -100 db. Tidak ada node yang keluar dari area sebaran. B. Pengujian pada Ruang dengan Penghalang Pengujian pada ruang yang memiliki penghalang di uji dengan daya pancar dan posisi koordinat awal node yang sama dengan ruang yang tanpa penghalang. Hal ini dimaksudkan agar hasil penyebaran dapat dibandingkan dengan adil. Penghalang di letakkan pada koordinat x=150 yang membagi ruang menjadi dua bagian yang sama besar. Peletakan penghalang ditengah dengan pertimbangan node tersebar dibagi secara berimbang dan tidak terjadi pengelompokan pada ruang yang lebih luas. Hasil penyebaran menunjukkan adanya redaman penghalang sangat mempengaruhi kualitas jaringan. Penyebaran node sensor akan menghasilkan solusi yang berbeda dengan ruang bebas dimana tidak ada redaman penghalang. iterasi ke 10 iterasi ke 40 Gambar. 3. Hasil penyebaran pada ruang berpenghalang dengan daya pancar 25 db. daya pancar -28 db daya pancar -34 db daya pancar -31 db daya pancar -37 db Gambar 2. Hasil penyebaran pada ruang tanpa penghalang dengan daya pancar yang bervariasi Gambar 3 mengilustrasikan hasil penyebaran node sensor dengan daya pancar posisi koordinat awal yang sama dengan skenario pada gambar 1, namun pada gambar 3 terdapat penghalang pada sumbu x = 150. Solusi yang dihasilkan sangat berbeda dimana pada ruang berpenghalang jaringan yang terbentuk memang berupa full mesh, namun area cakupannya menjadi lebih sempit. Hal ini menunjukkan dalam penyebaran node sensor penghalang juga mempengaruhi dan perlu diperhatikan. Node sensor memiliki jarak yang dekat untuk tetap terkoneksi. Adanya redaman mengakibatkan pelemahan daya yang diterima oleh node sensor. Gambar 2 merupakan hasil penyebaran node sensor pada ruang bebas dengan daya pancar yang berbeda. Area cakupan dan kualitas jaringan dipengaruhi oleh daya pancar. Daya pancar yang besar memiliki kualitas jaringan yang baik dan dapat membentuk jaringan full mesh dengan area cakupan yang lebih luas. Posisi node sensor tersebar dengan lebih baik. Sedangkan untuk daya pancar yang lebih kecil kualitas jaringan yang didapat kurang baik dengan ada beberapa node yang tidak terhubung yang ditandai dengan garis abu-abu. Ini menandakan daya yang diterima kurang dari -100 db. Node sensor harus berdekatan untuk mendapatkan koneksi dengan node tetangga. 1.12-36

daya pancar -28 db daya pancar -34 db daya pancar -31 db daya pancar -37 db Gambar 4. Perbandingan hasil penyebaran pada ruang berpenghalang dengan daya pancar yang berbeda Gambar 4 memperlihatkan hasil penyebaran node sensor pada iterasi ke 40 dengan daya pancar yang berbeda. Daya pancar yang semakin kecil akan menghasilkan jaringan dengan area yang lebih sempit dan adanya penghalang membuat kualitas jaringan menjadi kurang baik yang ditandai dengan banyaknya node yang tidak terhubung. Bila dibandingkan dengan hasil penyebaran pada ruang tanpa penghalang, jaringan sudah tidak membentuk full mesh (hanya berbentuk partial mesh) pada daya pancar -31 db, sedangkan pada ruang tanpa penghalang jaringan partial mesh baru terbentuk pada daya pancar -37 db. Pada ruang dengan penghalang dengan daya pancar -37 db, jaringan yang terbentuk sudah berbentuk partial network dan dalam WSN partial network tidak diperkenankan karena ada node yang terpisah dan tidak dapat mengirimkan data ke sensor tetangga atau ke sink karena tidak adanya koneksi. Jaringan partial mesh masih diperkenankan karena sifat node sensor yang multihop. Berdasarkan perbandingan dua skenario di atas jaringan terbaik di dapatkan pada daya pancar terbesar (25 db) pada ruang bebas tanpa penghalang dengan jaringan yang berbentuk full mesh dan area cakupan yang luas. Sedangkan kondisi jaringan terburuk didapatkan pada penyebaran pada ruang berbepenghalang dengan daya pancar -37 db dengan koneksi jaringan yang buruk yakni partial network dan tidak memenuhi syarat untuk WSN. Adanya penghalang dan daya pancar yang berbeda akan mempengaruhi hasil penyebaran dan solusi yang diberikan walaupun koordinat awal node sensor yang disebar sama untuk kedua skenario ruang. 3. Kesimpulan Propagasi gelombang radio yang dipengaruhi oleh adanya redaman penghalang harus menjadi pertimbangan dalam penyebaran node sensor. Penyebaran node sensor pada WSN berdasarkan algoritma Particle Swam Optimization (PSO) akan memberikan solusi yang berbeda pada ruang bebas dan ruang berpenghalang yang memiliki redaman. Area cakupan sensor tidak hanya dipengaruhi oleh faktor jarak antara pengirim dan penerima saja, namun juga oleh besarnya daya pancar dan adanya redaman penghalang. Daya pancar yang besar dan tidak ada redaman akan menghasilkan cakupan penginderaan yang lebih luas dan kualitas jaringan yang lebih baik bila dibandingkan dengan daya pancar yang lebih kecil dan pada ruang terdapat penghalang. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan sistem penyebaran node sensor dengan meragamkan posisi dan jenis penghalang. Daftar Pustaka [1] K. Sohraby, D. Minoli. Wireless Sensor Network, Technology, Protocol and Application. Jhon Wiley and Sons. Canada. 2007. [2] S. Meguerdichian, F. Koushanfar, M. Potkonjak, M. Srivastava. Coverage problems in wireless ad hoc sensor networks. INFOCOM. Twentieth Annual Joint Conference of the IEEE Computer and Communications Societies. Proceedings. IEEE (Volume:3 ), 2001. [3] Irawati, F. Ulfiah, Studi Tentang Karakteristik Kualitas Sinyal Terhadap Profil Gedung dengan Pemodelan Propagasi Radio Pada Sistem WLAN Indoor, Media Elektrik, Volume 4 Nomor. 1. 2009. [4] Y.S. Jeong, Y.H. Han, J. J. Park, S.Y. Lee. MSNS: Mobile Sensor Network Simulator for area coverage and obstacle avoidance based on GML, EURASIP Journal on Wireless Communications and Networking. 2012. [5] C.Y. Chang, C.C. Tsun, C. Y. Chieh, C.H. Ruey. Obstacleresistant deployment algorithm for wireless sensor networks, IEEE Vehicular Technology 58: 6: 2925-2941. 2009. [6] Z. Saharuna, Widyawan, S. Sumaryono. Deployment jaringan sensor nirkabel berdasarkan algoritma particle swarm optimization, CITEE. 2012. [7] R.L. Haupt, S.E Haupt, Practical Genetic Algorithm, 2nd Ed. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 2004. [8] R.C. Eberhart, Y.H. Shi, A modified particle swarm optimizer, IEEE International Conference on Evolutionary Computation, Anchorage, Alaska, May 4-9, 1998.. [9] B. Santosa, P. Willy, Metoda Metaheuristik, Konsep dan Implementasi, Guna Widya, 2011. [10] M. Clerc, J. Kennedy. The particle swarm explosion, stability, and convergence in a multidimensional complex space, IEEE Trans. Evolutionary Computation, vol. 6(1):58-73, 2002. Biodata Penulis Masjudin, memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T), Jurusan Teknik Elektro Universitas Mataram, lulus tahun 2008. Saat ini sedang menempuh pendidikan Pasca Sarjana jurusan Teknik Elektro di UGM Yogyakarta. I Wayan Mustika, memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T), Jurusan Teknik Elekto UGM Yogyakarta, lulus tahun 2005. Memperoleh gelar Master of Engineering (M.Eng) di King Mongkut's Institute of Technology Ladkrabang, Bangkok Thailand, lulus tahun 2008. 1.12-37

Memperoleh gelar Doctoral (Dr) di Kyoto University, lulus tahun 2011. Saat ini menjadi Dosen di Teknik Elektro UGM Yogyakarta. Widyawan, memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T), Jurusan Teknik Elekto UGM Yogyakarta, lulus tahun 1999. Memperoleh gelar Master of Science (M.Sc) di Medical Informatics, NIHES, Erasmus University, Netherland, lulus tahun 2003. Memperoleh gelar Doctoral di Electronic Dept., CIT, Ireland, lulus tahun 2009. Saat ini menjadi dosen di Teknik Elektro UGM. 1.12-38