KEBIJAKAN DJBK DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI KONSTRUKSI NASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
MEMBANGUN SDM KONSTRUKSI NASIONAL SAMPAI KE PELOSOK NUSANTARA MELALUI FASILITASI PELATIHAN JARAK JAUH/DISTANCE LEARNING BIDANG KONSTRUKSI (PJJBK)

RENCANA PROGRAM PEMBINAAN KONSTRUKSI TA. 2018

KERJASAMA PROGRAM PROFESI INSINYUR KEMENTERIAN PUPR DENGAN KEMENTERIAN RISTEK DIKTI. DIREKTUR JENDERAL BINA KONSTRUKSI Jakarta - Senin,10 Oktober 2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

ARAHAN KEBIJAKAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

SKEMA SERTIFIKASI AHLI KESELAMATAN JALAN

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK JALAN

PERATURAN SERTIFIKASI TENAGA KERJA KONSTRUKSI

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK LANSEKAP

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK TEROWONGAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

LAKIP DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 2016 DAFTAR ISI

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

6. Tanggung jawab terhadap kebenaran alokasi yang tertuang dalam DIPA Induk sepenuhnya berada pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

HASIL RAPAT KERJA NASIONAL INKALINDO

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN ASESOR LISENSI PEDOMAN BNSP

kemudahan. (Undang Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung)

DATA INSPEKTORAT JENDERAL

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

Kontribusi kadin dalam menyiapkan tenaga kerja kompeten

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan Implementasi Sertifikasi Keahlian dalam Bidang Industri Jasa

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA. oleh

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SERTIFIKASI KOMPETENSI DI BIDANG LOGISTIK. Yukki Nugrahawan Hanafi

PEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013

KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. 1. Penerapan Standar Pendidikan drg 2. Penerapan Standar Pendidikan drg Sp 3. Uji Kompetensi 4. RSGMP 5.

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

BAB I PENDAHULUAN. Sektor konstruksi mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi terhadap

BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN RI 2017

Unsur Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Di Dua Puluh Tujuh Provinsi, dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 338/KPTS/M/2011 tentang

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

INDONESIA Percentage below / above median

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH

PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI LSP PPT MIGAS

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

POKOK-POKOK PM ESDM 45/2017, PM ESDM 49/2017 DAN PM ESDM 50/2017

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG SERTIFIKASI AMIL ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA KERJA BADAN PPSDMP DAN EVALUASI E-PROPOSAL TAHUN 2016

Darmawansyah, ST, M.Si /

SISTEM SERTIFIKASI TENAGA KERJA KONSTRUKSI

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

2018, No tentang Lembaga Sertifikasi Profesi Penanggulangan Bencana; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (

Pedoman 206 PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015

Keragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

KETERKAITAN SKKNI TERHADAP PELATIHAN SEKTOR JASA KONSTRUKSI KHUSUS BIDANG TEKNOLOGI BETON PRACETAK PRATEGANG

Kebijakan dan Program DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Dan Rencana Tahun 2014

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

20L6 OKUPASI NASIONAL SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT TUKANG KAYU KONSTRUKSI. Badan Nasional Sertifikasi Profesi

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG

STATUS : 18 AGUSTUS 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

Soeprijanto FT UNJ TANTANGAN SMK KINI DAN YANG AKAN DATANG

Teknis Penyelenggaraan Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

Rencana Pelaksanaan Program Percepatan Pendidikan Diploma III Bidang Kesehatan. Kepala Pusdik SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan

KRONOLOGIS PELELANGAN UMUM (E-PROC) PENGADAAN BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2012

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

LSP Teknologi Informasi Indonesia

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 2 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PENGUATAN SDM KP DALAM UU DESA SEBAGAI PENGGERAK EKONOMI MASYARAKAT

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

Transkripsi:

KEBIJAKAN DJBK DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI KONSTRUKSI NASIONAL Disampaikan oleh: Direktur Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Jakarta, 06 Oktober 2016 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI DIREKTORAT BINA KOMPETENSI DAN PRODUKTIVITAS KONSTRUKSI

KEBIJAKAN DJBK DALAM RENSTRA PUPR 2015-2019 BIDANG JASA KONSTRUKSI TARGET OUTPUT - OUTCOME BIDANG JASA KONSTRUKSI 2015-2019 200 Kerja Sama Strategis 40% Pekerjaan konstruksi yang menerapkan manajemen mutu dan tertib penyelenggaran konstruksi 30% Penggunaan beton pracetak dengan K/L, Pemda, PT, LPJK, Asosiasi, BUJK, Proyek, Masyarakat SINERGI DJBK-MITRA KERJA 125 BUJK Peningkatan BUJK ke Kualifikasi Besar B2 Rp.15 Triliun Ekspor jasa konstruksi ke luar negeri 10.000 Orang Tenaga Ahli/Manajer Proyek Terlatih 40.000 Orang Supervisor/Foreman Terlatih 10.000 orang Instruktur pelatihan/ asesor konstruksi 750.000 Orang Bersertifikat 50.000 Orang insinyur konstruksi bersertifikat 200.000 Orang Teknisi bersertifikat 500.000 Orang Tenaga terampil bersertifikat SDM KONSTRUKSI NASIONAL KOMPETENSI 2015-2019 2 2

PERMASALAHAN PEMBINAAN KOMPETENSI SDM KONSTRUKSI NASIONAL 2015-2019 1/3 PERMASALAHAN PEMBINAAN KOMPETENSI SDM KONSTRUKSI NASIONAL 1. Dari 7,4 juta tenaga kerja konstruksi, hanya 6,5% bersertifikat. 2. Ada 2 lembaga sertifkasi bidang jasa konstuksi yaitu LPJK dan BNSP. Namun sertifikat produk BNSP tidak laku untuk lelang bidang jasa konstruksi. 3. Level klasifikasi di bidang jasa konstruksi saat ini sampai level 6 sedangkan dunia sudah sampai level 9 atau 10. 4. Dari berbagai sumber, masih terdapat jual beli sertifikat. 5. Semakin langkanya instruktur bidang jasa konstruksi yang kompeten dan berpengalaman. 6. Belum ada link and match antara program pendidikan di sekolah dengan dunia kerja. Belum banyak Badan Usaha yang meminta secara lagsung kepada SMK dan politeknik bidang konstruksi untuk bekerja di perusahaannya. Aturan yang ada belum mendukung pecepatan sertifkasi. Alumni politeknik dan SMK harus magang dahulu pasca lulus 3 tahun untuk mendapatkan SKTK. Kurikulum pendidikan SMK dan politeknik belum sepenuhnya mendukung pasar jasa konstruksi. 3

PERMASALAHAN PEMBINAAN KOMPETENSI SDM KONSTRUKSI NASIONAL 2015-2019 2/3 PERMASALAHAN PEMBINAAN KOMPETENSI SDM KONSTRUKSI NASIONAL 7. Dari total 141.665 BUJK kontraktor ASMET, 89% BU kecil, 8% Menengah, 3% BU Besar. BU kecil terlalu banyak, tidak memiliki waktu dan dana melakukan capacity building utk pekerja terampilnya. 8. Sistem upah sebagian besar badan usaha yang tidak stabil untuk tenaga terampil, 6 bulan bekerja, 6 bulan nganggur. 9. Pasar tenaga terampil begitu besar. Sistem sertifikasi tenaga terampil dan metoda pelaksanaannya perlu diperbaiki: Biaya sertifkasi dirasakan mahal untuk tenaga terampil. Metode sertifikasi dengan 3 asesor terlalu banyak dan terlalu mahal untuk tenaga terampil. Penggunaan MTU (Mobile Training Unit) belum optimal. Belum melibatkan asosiasi profesi untuk pelatihan dan sertifikasi tenaga terampil di daerah. Metoda VVA untuk tenaga terampil yang ada saat ini dirasakan cukup lama. Yang diwajibkan bersertifikat di proyek2 pemerintah saat ini hanya sampai level pengawas lapangan, belum sampai pada level mandor dan tukang. 4

PERMASALAHAN PEMBINAAN KOMPETENSI SDM KONSTRUKSI NASIONAL 2015-2019 3/3 PERMASALAHAN PEMBINAAN KOMPETENSI SDM KONSTRUKSI NASIONAL 10.Penataan keinsinyuran nasional masih membingungkan masyarakat pasca diterbitkannya UU 11/2014, belum dirasakan insentif bagi masyarakat pasca mengikuti program2 keinsinyuran. 11.Masih sedikitnya jumlah skema sertifikasi, padalah ini yang paling diperlukan untuk sertifikasi. 12.Walaupun telah ada UU 23/2014, belum banyak pemda kabupaten/kota yang mengalokasikan pendanaan untuk pembinaan SDM jasa konstruksi. 13.dll. 5

6

SAPTA AGENDA PEMBINAAN KOMPETENSI SDM KONSTRUKSI NASIONAL 2015-2019 1 3 5 7 Penciptaan Instruktur, Asesor, Mandor Instruktur yang Kompeten Harmonisasi dan Standardisasi USTK LPJK LSP BNSP Program Pelatihan Mandiri/Plasma Perluasan Program Pembinaan Jasa Konstruksi Daerah Link and Match Mitra Kerja Dunia Pendidikan dengan Stakeholders Industri Jasa Konstruksi Perluasan & Percepatan Sertifikasi Kompetensi Tenaga Terampil On Site Project Perluasan Penggunaan Persyaratan SKTK di Proyek Strategis Nasional 2 4 6 77

SAPTA AGENDA PEMBINAAN KOMPETENSI SDM KONSTRUKSI NASIONAL 2015-2019 Kebijakan 1 Penciptaan Instruktur, Asesor, Mandor Instruktur yang Kompeten 1. Semakin langkanya instruktur yang kompeten dan berpengalaman menyebabkan pemerintah perlu mendididk 10.000 tenaga instruktur, asesor dan mandor instuktur baru bidang jasa konstuksi. 2. Perbaikan database instruktur, asesor dan mandor instruktur melalui website DJBK secara riil dan up to date. 3. Penciptaan instuktur bersumber dari asosiasi profesi, industri, perguruan tinggi, politeknik, guru2 SMK dan profesional lainnya yang memiliki kemampuan yang mumpuni dibidangnya. 4. Mendorong insinyur kompeten untuk turun ke lapangan dan mau mengajar/knowledge sharing kepada insinyur2 muda sehingga terjadi transfer knowledge bidang jasa konstruksi yang berkesinambungan. 5. Peningkatan kompetensi mandor instuktur ditujukan agar tukang di lapangan memiliki akses yang sangat dekat dengan sumber knowledge dalam rangka pengembangan kompetensi individu tukang. 88

SAPTA AGENDA PEMBINAAN KOMPETENSI SDM KONSTRUKSI NASIONAL 2015-2019 Kebijakan 2 Link and Match Mitra Kerja Dunia Pendidikan dengan Stakeholders Industri Jasa Konstruksi 1. Belum adanya link and match antara dunia pendidikan dengan stakeholders industri jasa konstruksi. 2. Telah disusun kerja sama antara Kemendikbud, Kemenristekdikti, BNSP, BUMN dalam mengembangkan skema sertifikasi bidang jasa konstruksi dan penataan program keinsinyuran. 3. Akan disesuaikan kurikulum pendidikan di Kemendikbud dan Kemenristekdikti untuk program vocational sesuai dengan skema sertifikasi dan SKKNI bidang jasa konstruksi. 4. Mendorong kerja sama strategis dengan seluruh stakeholders yang terlibat dalam pasar jasa konstruksi dalam rangka peningkatan kapasitas SDM konstruksi. 5. Balai Jasa Konstruksi Wilayah 1-7 dan Balai Material Peralatan Konstruksi dipersiapkan untuk membantu penyaluran pemagangan untuk murid/mahasiswa dan guru/doesen SMK dan politeknik. 6. Balai Penerapan Teknologi Konstruksi dipersiapkan untuk mengekspose teknologi terapan bidang konstruksi yang siap diindustrialisasi. 99

SKEMA SERTIFIKASI (1/2) Skema Sertifikasi adalah suatu pedoman yang berisi persyaratan yang harus dipenuhi seorang asesi untuk mendapatkan pengakuan kompetensi yang ditandai dengan diterbitkannya Sertifikat Kompetensi. Skema Sertifikasi ini digunakan oleh: 1. Asesi, untuk mengukur diri apakah secara administratif memiliki kelengkapan data untuk mengajukan Sertifikasi Kompetensi; 2. LSP/USTK, untuk memverifikasi data Asesi dalam pengajuan Sertifikat Kompetensi; 3. Auditor (Inspektorat, BPK), untuk melakukan verifikasi substansi dan audit keuangan sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam pembiayaan Sertifikasi Kompetensi. 10

SKEMA SERTIFIKASI (2/2) Isi Skema Sertifikasi antara lain: 1. Judul Skema 2. Pengesahan oleh Pihak yang Memberlakukan Skema 3. Ruang Lingkup Skema 4. Tujuan Skema Sertifikasi 5. Acuan Normatif (SKKNI, SKK Khusus, Standar lainnya) 6. Kemasan /Paket Kompetensi 7. Persyaratan Dasar Pemohon Sertifikasi 8. Hak Permohon Sertifikasi dan Kewajiban Pemegang Sertifikat 9. Biaya Sertifikasi 10. Proses Sertifikasi Kompetensi a. Persyaratan Pendaftaran b. Proses Asesmen c. Proses Uji Kompetensi d. Keputusan Sertifikasi e. Pembekuan dan Pencabutan Sertifikat f. Pemeliharaan Sertifikat (survailen) g. Proses sertifikasi Ulang h. Penggunaan Sertifikat i. Banding 11 11

SAPTA AGENDA PEMBINAAN KOMPETENSI SDM KONSTRUKSI NASIONAL 2015-2019 Kebijakan 3 Harmonisasi dan Standardisasi USTK LPJK LSP BNSP 1. Terdapat dua lembaga yang secara legal yang melakukan sertifikasi bidang jasa konstruksi yaitu LPJK dan BNSP. 2. Sertifikat kompetensi dari BNSP tidak dapat dipergunakan untuk lelang bidang jasa konstruksi. 3. Adanya MoU antara LPJK dan BNSP malah menghambat proses sertifikasi jasa konstruksi nasional. 4. Klasifikasi dan Kualifikasi KKNI dari BNSP sudah 9 level mengacu kepada standar internasional, sedangkan bidang jasa konstruksi di Indonesia masih 6 level. 5. BNSP telah memiliki MoU dengan Lembaga Sertifikasi Australia untuk dapat saling menggunakan masing-masing standar, termsuk standar konstruksi. 6. Direktorat Bina Kompetensi DJBK menjadi motor dalam harmonisasi standardisasi LPJK-BNSP. 12 12

SAPTA AGENDA PEMBINAAN KOMPETENSI SDM KONSTRUKSI NASIONAL 2015-2019 Klasifikasi dan Kualifikasi SDM Jasa Konstruksi Saat Ini Ahli Utama Ahli Madya Klasifikasi dan Kualifikasi SDM Jasa Konstruksi Kedepan Ahli Utama Ahli Madya Ahli Muda Ahli Muda Terampil Tk.1 Terampil Tk.2 Terampil Tk.3 Sumber: PP 4/2010 Teknisi Lv.3 Teknisi Lv. 2 Teknisi Lv. 1 Operator Lv.3 Operator Lv. 2 Operator Lv. 1 Usulan dalam Perubahan UUJK 13 13

SAPTA AGENDA PEMBINAAN KOMPETENSI SDM KONSTRUKSI NASIONAL 2015-2019 Kebijakan 4 Perluasan & Percepatan Sertifikasi Kompetensi Tenaga Terampil On Site Project 1. Jumlah tenaga kerja bersertifikat masih sangat sedikit, terutama tenaga terampil. Padahal komposisi pasar tenaga kerja konstruksi Indonesia saat ini adalah + 30% skill labour dan + 60% unskill labour. 2. Biaya sertifikasi dianggap mahal untuk tenaga terampil. 3. Proses uji sertifikasi sangat lama untuk tenaga terampil, harus masuk kelas dan meninggalkan pekerjaan. 4. Asesor uji sertifikasi tenaga terampil terlalu banyak, 3 orang. 5. Perbaikan aturan sertifikasi tenaga terampil yang lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaanya. 6. Perluasan dan percepatan sertifikasi kompetensi tenaga terampil on site project untuk memperbesar akses bagi tenaga terampil di lapangan. 7. Memaksimalkan penggunaan MTU (Mobile Training Unit), bekerja sama dengan pemda dan asosiasi profesi untuk sertifikasi di daerah. 8. Pembuatan aturan tentang embiayaan sertfikasi tenaga terampil on site project dibebankan kepada kontraktor, peran pemerintah hanya fasilitator atau pilotting and triggering sertifikasi. 14 14

SAPTA AGENDA PEMBINAAN KOMPETENSI SDM KONSTRUKSI NASIONAL 2015-2019 Kebijakan 5 Program Pelatihan Mandiri/Plasma 1. Rendahnya akses tenaga terampil menuju pelatihan menyebabkan rendahnya capaian tenaga terampil bersertifikat, dampaknya negara tidak memiliki data riil seberapa besar tenaga terampil yang harus dibina di seluruh wilayah Indonesia. 2. Inovasi pelatihan plasma perlu didorong. Pelatihan plasma adalah pelatihan tukang oleh mandornya di tempat kerja. 3. Kelebihan pelatihan plasma adalah pekerja terampil tidak perlu meninggalkan tempat kerja, biaya murah karena yang mengajar adalah mandornya sendiri, mandor mendapat reward dari pemerintah sesuai data dukung yang dimiliki, mandor aktif mendata keterampilan tukangnya. 4. Direktorat Kompetensi DJBK perlu menyiapkan tata cara penyiapan dokumentasi pelatihan plasma dan menyiapkan aturan SBK (standar biaya khusus) untuk memberikan reward secara legal bagi mandor instruktur yang telah melakukan pelatihan plasma. 15 15

SAPTA AGENDA PEMBINAAN KOMPETENSI SDM KONSTRUKSI NASIONAL 2015-2019 Kebijakan 6 Perluasan Penggunaan Persyaratan SKTK di Proyek Strategis Nasional 1. Rendahnya jumlah tenaga kerja konstruksi bersertifikat karena kurang kuatnya dorongan pemerintah untuk mewajibkan tenaga di lapangan bersertifikat. 2. Saat ini hanya tenaga ahli dan pengawas lapangan saja yang diwajibkan bersertifikat, sedangkan mandor dan tukang tidak. 3. Untuk lingkungan kementerian yang memiliki proyek fisik, perlu mulai didorong penggunaan sertifikat untuk tenaga mandor dan tukang pada proyek diatas 100 milyar. 4. Dirjen yang membidangi masalah pembangunan fisik harus mendorong seluruh kontraktor di bawah binaannya untuk mewajibkan sertifikasi tenaga kerjanya. 5. Pemerintah perlu memasukan dalam perubahan UU jasa konstruksi yang baru terkait kewajiban tenaga kerja bersertifikat dan denda jika tenaga kerjanya tidak bersertifikat. 6. Perlu didorong kerja sama dengan badan usaha (BU) agar BU aware terhadap peningkatan kapasitas SDM pekerjanya. 16 16

SAPTA AGENDA PEMBINAAN KOMPETENSI SDM KONSTRUKSI NASIONAL 2015-2019 Kebijakan 7 Perluasan Program Pembinaan Jasa Konstruksi Daerah 1. Hadirnya UU 23/2014 untuk mewajibkan Pemerintah Provinsi untuk melakukan pelatihan tenaga ahli dan Pemerintah Kabupaten/kota untuk melakukan pelatihan tenaga terampil bagi masyarakat bidang jasa konstruksi tidak sepenuhnya berjalan dengan baik, terutama bagai kabupaten/kota. 2. Pemerintah Pusat masih perlu melalukan stimulan berupa pilotting and triggering pelaksanaan bimbingan terknis/pelatihan bagi peningkatan kompetensi SDM konstruksi daerah. 3. Saat ini dari 34 provinsi terdapat 3 provinsi yang memiliki satker jasa konstruksi dan 30 provinsi memiliki PPK bidang jasa konstruksi yang menginduk kepada 7 Balai Jasa Konstruksi Wilayah 1-7. 4. Penggunaan MTU (Mobile Training Unit) untuk mendorong pelatihan dan sertifikasi di daerah. 5. Perlunya publikasi dan public capaign agar Pemda dan masyarakat terlibat aktif dalam pembinaan jasa konstruksi di daerah. 17 17

SEBARAN BALAI DJBK DI INDONESIA Permen PUPR no. 20/PRT/M/2016 Balai Penerapan Teknologi Konstruksi (seluruh Indonesia) Balai Material dan Peralatan Konstruksi (seluruh Indonesia) Balai Jasa Konstruksi Wilayah I (NAD, Sumut, Sumbar, Riau, Kep.Riau, Jambi) Balai Jasa Konstruksi Wilayah II (Sumsel, Kepulauan Babel, Bengkulu, Lampung) Balai Jasa Konstruksi Wilayah III (DKI, Banten, Jabar dan Jateng) Balai Jasa Konstruksi Wilayah IV (Jatim, Bali, NTB, dan NTT) Balai Jasa Konstruksi Wilayah V (seluruh Kalimantan) Balai Jasa Konstruksi Wilayah VI (seluruh Sulawesi) Balai Jasa Konstruksi Wilayah VII (Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat) 18

Terimakasih