BAB I PENDAHULUAN. diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. sedang bentuk kata kerja atau fi ilnya adalah da a yad u yang berarti

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Oleh : FENDI TRI HANDOKO NIM:

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Bimbingan masyarakat Islam sekaligus sebagai ujung tombak dalam

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

PENGAJIAN RAMADAN 1435 H PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 85.

BAB I PENDAHULUAN. dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang,

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. munkar, berakidah Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Sunnah. 1. dakwah amar ma ruf nahi munkar mengacu pada ayat-ayat berikut:

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebuah instansi, organisasi maupun lembaga-lembaga lainnya. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sekolah tampak cukup pesat, terutama di kota-kota besar. (TPA), Taman Kanak-Kanak Al Qur an (TKA), Madrasah Diniyah,

IPTEK, DAN SENI DALAM ISLAM 1. Konsep Ipteks Dalam Islam a. Pengetahuan dan ilmu pengetahuan Pengetahuan : segala sesuatu yang diketahui manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

ج اء ك م ر س ول ن ا ي ب ي ن ل ك م ك ث ير ا م ما ك ن ت م ت خ ف و ن م ن ال ك ت اب و ي ع ف و ع ن ك ث ير ق د ج اء ك م م ن الل ه ن ور و ك ت اب

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, Nabi mulia Muhammad SAW. Kitab suci

BAB I PENDAHULUAN. sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 1 Istilah

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

PEMBINAAN MENTAL GENERASI MUDA MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Negara Indonesia sebagai negara yang berkembang, telah

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

Kesadaran Akan Keberadaan. Ahmad Munir

Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. agama. Sistem ekonomi Islam merupakan suatu sistem ekonomi yang

URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM MENCAPAI KEKOKOHAN AKIDAH PERSPEKTIF AL-QUR AN. Oleh, H. Muh. Arif R *

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. dimungkinkan karena seiring dengan perkembangan zaman yang semakin

Oleh : Ahmad Abdillah NPM:

DAKWAH KAMPUS: ANTARA PELUANG DAN TANTANGAN. Oleh: Ajat Sudrajat * Prodi Ilmu Sejaarah FISE UNY

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. berikannya sebuah kelebihan tersebut manusia tidak hanya diam. Akan tetapi. wajib melaksanakan segala perintah dan larangan Allah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

bentuk hubungan tertentu (bersosialisasi) dengan dunia sekitarnya dan memiliki jenjang struktural yang jelas, memiliki tujuan dan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor yang penting dalam membentuk akhlak sejak anak usia dini.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan untuk manusia, apalagi ajaran

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C

PROBLEMATIKA DAN PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KEMUHAMMADIYAHAN DI SMP MUHAMMADIYAH 9 NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan primer manusia sebagai makhluk sosial bahkan pada situasi tertentu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Jika dilihat

BAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan lingkungan non formal atau masyarakat. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN. A. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di MTs N 2 Palangka Raya

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya,

BAB I PENDAHULUAN. kebaikan. Salah satunya nilai-nilai normatif yang berisi tentang petunjukpetunjuk. dalam menghadapi perkembangan zaman.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemberlakuan Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA Negeri 3 Sidoarjo. Alokasi waktu yang diperlukan perminggu persatu satuan kredit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan berdasarkan iman untuk mencintai Allah, takut kepadanya dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berlandaskan Islam. Gerakan Muhammadiyah sebagai organisasi

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBINA AKHLAK ANAK DI DUKUH TANON RT 07/RW 03 KELURAHAN MANJUNG KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu.

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam mewujudkan pembangunan yang berkualitas baik jasmaniah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh kehidupan modern, wanita semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai belahan dunia terutama Negara-negara yang sedang berkembang banyak

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah

BAB I PENDAHULUAN. Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik), RinekaCipta, Jakarta, 1997, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. membudayakan manusia. Melalui pendidikan segala potensi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. imaniah yang manipestasikan dalam bentuk seruan, ajakan, panggilan, undangan doa. dan merekalah orang-orang yang beruntung

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak

Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang. disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia agar

Konsisten dalam kebaikan

2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN. membentuk karakter untuk mengolah diri dari hal-hal negatif dengan karakter. mengerjakan sesuatu sesuai dengan suara hatinya.

memberikan gairah dan motivasi kepada para siswa. Sesuai dengan Undang dengan visi misi pendidikan nasional dan reformasi pendidikan menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan

Urgensi Berakhlaq Islami Dalam Bisnis

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya pendidikan di negara itu. Pendidikan dalam pengertiannya yaitu:

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan menyampaikan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia. Islam sebagai agama sebenarnya telah menjamin kesejahteraan dan keamanan umat manusia, bila ajran Islam yang mencakup semua aspek kehidupan dijadikan pegangan hidup dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ditinjau dari segi bahasa da wah berarti: panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar, sedang bentuk kata kerja atau fi ilnya adalah da a yad u yang berarti memanggil, menyeru, atau mengajak. Da wah dengan arti seperti itu dapat dijumpai dalam ayat Al-Qur an, misalnya; ٢٥ - و ا ه لل ي د ع و إ ل ى د ار الس ال م و ي ه د ي م ن ي ش اء إ ل ى ص ر اط م س ت ق ي م Artinya: Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-nya kepada jalan yang lurus (Islam). (QS. Yunus: 25). Dari segi istilah, banyak pendapat tentang definisi da wah. Diantara pendapat itu adalah sebagai berikut: Syeikh Ali Makhfuz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan definisi da wah sebagai berikut: Mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

2 Muhammad Natsir, dalam tulisanya yang berjudul Fungsi Da wah Islam dalam Rangka Perjuangan mendefinisikan da wah sebagai berikut: Usaha-usaha menyerukan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh ummat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan perseorangan, perikehidupan berumah tangga (usrah), perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara. Dalam bukunya Teori dan Praktek Da wah Islamiyah. H.S.M Nasaruddin Latif mendefinisikan da wah sebagai: Setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya, yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainya untuk beriman dan mentaati Allah s.w.t, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari at serta akhlak Islamiyah. Letjen H. Sudirman, dalam tulisanya yang berjudul Problematika Da wah Islam di Indonesia memberikan definisi da wah sebagai berikut: Usaha untuk merealisasikan ajaran Islam di dalam kenyataan hidup sehari-hari baik bagi kehidupan seseorang, maupun kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan ummat manusia untuk memperoleh keridlaan Allah s.w.t. 1 Pada dasarnya da wah ialah ajaran Islam yang ditujukan sebagai rahmat untuk semua makhluk, yang membawa nilai-nilai positif untuk 1 Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1977, h. 7-9.

3 menyeru umat manusia menuju kepada jalan kebaikan, memerintahkan yang ma ruf dan menghindar dari yang munkar dalam rangka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Hal ini sesuai dengan firman Allah s.w.t dalam Al-Qur an Surat Ali Imran ayat 104: dan hendaklah ada di antara kamu sebagian ummat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imran : 104) Dalam bahasa fiqh da wah, membawa manusia dari jahiliyah menuju cahaya, dari keadaan terpuruk menjadi kemaslahatan, dan yang tidak menghiraukan aturan menuju keadaan yang memahami serta mentaati peraturan dan seterusnya. Hakikat da wah dalam Islam telah berlangsung sekian lama yang pada intinya adalah sebuah proses dan upaya tabligh dalam arti menyampaikan kebenaran ajaran agama untuk membangun tatanan kehidupan yang penuh kedamaian dan menatap ke depan yang lebih baik. Menyadari peran agama amat penting bagi kehidupan umat manusia, maka internalisasi nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, di lembaga pendidikan formal maupun nonformal serta masyarakat. Pendidikan majlis ta lim merupakan bentuk pendidikan yang lebih menekankan peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik

4 atau jamaah agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Allah s.w.t. dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengamalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. 2 Munculya majlis ta lim dewasa ini merupakan fenomena menarik. Majlis ta lim lahir bersamaan dengan kompleksitas persoalan yang dihadapi di masyarakat, seperti pencurian, narkoba, pergaulan bebas dan lain sebagainya. Oleh karena itu, bermula dari kesadaran masyarakat untuk membendung persoalan tersebut melalui pemahaman dan peningkatan nilai-nilai agama mutlak dilakukan. Majlis ta lim tidak mengorientasi diri pada pelaksanaan ritual-ritual tertentu, misalnya yasinan, tahlilan dan lain sebagainya, namun sudah mengarah pada usaha pemahaman, penghayatan pada nilai-nilai agama. Oleh karena itu, ceramah-ceramah dan diskusi tentang problem keagamaan mulai dilakukan sebagai bagian dalam menanggulangi sikap masyarakat yang cenderung materialistik dan konsumtif terhadap arus teknologi. 2 Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1977, h. 7-9.

5 Majlis ta lim tidak sekedar sebagai aktivitas keagamaan yang lebih mengutamakan aspek ritualistik, lebih jauh majlis ta lim membenahi diri sebagai proses pendidikan, yang mengajarkan dan menanamkan nilainilai keagamaan pada anggotanya. Menurut UU Sisdiknas disebutkan, bahwa pendidikan majlis ta lim termasuk dalam kategori pendidikan nonformal. Pendidikan non formal diselengarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majlis ta lim serta pendidikan yang sejenis. 3 Undang-undang Sisdiknas tersebut mengisyaratkan bahwa majlis ta lim termasuk pendidikan nonformal. Sebagai pendidikan nonformal, majlis ta lim lebih berorintasi pada penanaman nilai-niali Islam tanpa mengesampingkan etika sosial dan moralitas sosial. Hal ini juga diungkapkan oleh Muhaimin, bahwa majlis ta lim lebih mengedepankan spiritualisme yang lebih menekankan sikap batiniah, melalui keikutsertaan kelompok yang bersifat spiritual. Ia lebih cenderung bersifat non politis. 4 Hal ini menunjukkan, bahwa majlis ta lim sebagai lembaga pendidikan Islam sangat terkait dengan peran Islam sebagai agama. 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, (Jakarta: Depdiknas, 2003), h. 18-19. 4 Muhaimin, Arah Baru Pengengbangan Pendidikan Islam, (Bandung: Nuansa, 2003), h. 57.

6 Majlis Ta lim Masjid Baiturrahman Desa Karangmojo Kecamatan Balong Ponorogo sebagai salah satu kegiatan keagamaan memiliki peran yang berasumsi baik dengan berbagai bentuk kegiatan pendidikannya. Dari segi materi, majilis ta lim tersebut sebenarnya tidak terorganisir dan tersetruktur sebagaimana kurikulum sekolah. Namun demikian, materi yang diberikan kepada anggota jelas, misalnya ceramah keagamaan, maka materi yang diberikan masalah ibadah, akidah dan lain sebagainya. Majlis ta lim termasuk praktek pendidikan yang sekarang mendapat perhatian dari masyarakat sedang dilakukan penggalakan. Oleh karena itu, majlis merupakan sarana untuk memanifestasikan atau mengejawantahkan nilai-nilai Islam. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka majlis ta lim memiliki pendidikan yang lebih bersifat kemasyarakatan. Dikatakan lebih bersifat kemasyarakatan, karena majlis ta lim selama dibentuk dalam lingkungan masyarakat sebagai bentuk aktivitas keagamaan dan dibentuk atas kesadaran masyarakat untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan. Melihat latar belakang di atas tentang da wah serta peran dan fungsi majlis ta lim sebagai sarana menanamkan nilai-nilai keagamaan, maka peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut dalam sebuah penelitian yang judul: Peran Majlis Ta lim Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Keagamaan Bagi Masyarakat (Studi Kasus Di Majlis Ta lim Masjid Baiturrahman Desa Karangmojo Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo).

7 B. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan pada pelaksanaan Majlis Ta lim Masjid Baiturrahman dan peran Majlis Ta lim menanamkan nilai-nilai keagamaan di bidang aqidah, akhlak, dan ibadah kepada para jamaah. C. Rumusan Masalah Agar penelitian ini dapat terarah dan mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan, maka penelitian ini merumuskan permasalahan yaitu: 1. Bagaimanakah pelaksanaan penanaman nilai-nilai keagamaan di Majlis Ta lim Masjid Baiturrahman Desa Karangmojo Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo? 2. Apa peran Majlis Ta lim Masjid Baiturrahman Desa Karangmojo dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan bagi masyarakat di Desa Karangmojo Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan pelaksanaan penanaman nilai-nilai keagamaan di Majlis Ta lim Masjid Baiturrahman Desa Karangmojo Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. 2. Mendeskripsikan Peran Majlis Ta lim Masjid Baiturrahman Desa Karangmojo dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan bagi masyarakat Desa Karangmojo.

8 E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini meliputi; Manfaat teoristis dan manfaat praktis. Manfaat teoristis, hasil penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi khasanah keilmuan, terutama yang ada kaitannya dengan Majlis Ta lim dan pendidikan keagamaan. Sedangkan manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Majlis Ta lim Masjid Baiturrahman Desa Karangmojo a. Sebagai tambahan informasi untuk pembinaan jamaah terkait dengan pendidikan nilai-nilai keagamaan. b. Untuk meningkatkan mutu dan kualitas out put jamaah sehingga nilainilai keagamaan benar-benar terwujud di kehidupan bermasyarakat. 2. Jamaah Majlis Ta lim a. Sebagai bahan masukan kepada jamaah bahwa pendidikan keagamaan dapat memberikan bekal hidup dalam kehidupan bermasyarakat. b. Menambah pengetahuan jamaah tentang pentingnya pendidikan keagamaan. 3. Peneliti Untuk menambah pengetahuan penulis tentang pentingnya pendidikan keagamaan baik di sekolah maupun di masyarakat dan sebagai motivasi bahwa belajar tidak hanya diwajibkan untuk anak-anak sekolah namun juga diwajibkan untuk manusia diseluruh dunia.

9 4. Universitas a. Sebagai bahan informasi bacaan dan koleksi tambahan di perpustakaan. b. Sebagi referensi untuk penelitian selanjutnya. F. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah mengetahui keseluruhan isi penelitian ini maka disusun sistematika pambahasan sebagai berikut: Bab satu merupakan bab pendahuluan, bab ini berfungsi untuk memaparkan pola dasar dari keseluruhan isi skripsi yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab dua merupakan bab landasan teori yang meliputi, pengertian peran, pengertian majlis ta lim, fungsi dan tujuan majlis ta lim, makna nilai-nilai, keagamaan dan tinjauan pustaka. Bab tiga berisi metode penelitian yang terdiri dari: waktu dan tempat penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengujian keabsahan data, dan tahapan penelitian. Bab empat merupakan bab yang membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan, yakni; gambaran umum Majlis Ta lim Masjid Baiturrahman yang meliputi; sejarah berdirinya, struktur organisasi, dan sarana dan prasarana. Paparan Data Khusus dan analisis data. Bab lima adalah penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran yang berfungsi untuk mempermudah pembaca dalam mengambil intisari dari

10 penelitian yang telah dilakukan. Bagian akhir ini terdiri dari daftar pustaka, daftar riwayat hidup penulis, dan lampiran-lampiran.