PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING Akhmad Rusli 1, *), dan Udisubakti Ciptomulyono 2) 1, 2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus MMT ITS, Surabaya, 60264, Indonesia * ) e-mail: akhrusli@gmail.com ABSTRAK Perbaikan rotor dilakukan setiap 96.000 jam operasi turbin gas dan sangat penting bagi kelangsungan operasi pembangkit listrik PT. XYZ. Rotor yang telah diperbaiki akan memiliki keandalan operasi untuk 96.000 jam atau sekitar 12 tahun. Dalam proses pemilihan kontraktor, PT. XYZ dihadapkan kepada beberapa kriteria pemilihan yang harus dianalisa untuk mendapatkan kontraktor yang kompeten. Kriteria-kriteria pemilihan dan objektif perusahaan sering kali bertentangan (conflicting) satu sama lain sehingga diperlukan sebuah metode pemilihan yang bisa mengkompromikan kriteria dan objektif yang bertentangan tersebut. Dalam penelitian ini digunakan integrasi metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Goal Programming untuk mengkompromikan kriteria dan objektif yang bertentangan. Metode AHP digunakan untuk menentukan bobot kriteria pemilihan kontraktor, sedangkan metode Goal Programming digunakan untuk melakukan optimasi terhadap beberapa objektif (goals) dan batasan (constraints). Bobot kriteria pemilihan yang didapatkan dari metode AHP digunakan sebagai input untuk perhitungan optimasi metode Goal Programming. Penelitian ini menghasilkan peringkat kriteria pemilihan kontraktor, yaitu: Pengalaman Kerja (0.221), QA/QC Program (0.186), Engineering Support (0.159), Kualitas Tenaga Kerja (0.156), Manajemen Keselamatan (0.107), Equipment & Tools (0.069), Keandalan Pengiriman (0.047), Harga Perbaikan Rotor (0.03) and Kemampuan Keuangan (0.026). Nilai peringkat masing-masing kriteria dijadikan sebagai bobot pada metode Goal Programming. Setelah dilakukan proses optimasi dengan metode Goal Programming, didapatkan hasil akhir yaitu 3 (tiga) kontraktor yang terpilih untuk melakukan pekerjaan perbaikan rotor. Ketiga kontraktor yang terpilih menghasilkan tingkat ketercapaian tujuan (goals) yang paling optimal dibandingkan dengan kontraktor yang lain. Kata kunci: Pemilihan Kontraktor, Analytical Hierarchy Process, Goal Programming PENDAHULUAN PT. XYZ adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembangkitan energi listrik. Pembangkit listrik yang dioperasikan oleh PT. XYZ adalah pembangkit listrik tenaga gas dengan kapasitas 300 MW. Salah satu komponen penting pada turbin gas adalah rotor, yang merupakan komponen berputar untuk mengubah energi kimia (bahan bakar gas) menjadi energi gerak dan listrik. Pembangkit listrik PT. XYZ sampai saat ini telah beroperasi kurang lebih selama 12 tahun. Berdasarkan rekomendasi dari pabrik pembuat turbin, setiap 96.000 jam operasi atau sekitar 12 tahun, rotor harus diperiksa dan diperbaiki untuk memastikan bahwa rotor tersebut layak untuk dioperasikan selama 12 tahun berikutnya. Di tahun 2013 akan dilaksanakan perbaikan rotor untuk Gas Turbine No. 1 yang menjadi obyek penelitian ini. Untuk A-1-1
mendapatkan harga dan kualitas perbaikan yang kompetitif, manajemen PT. XYZ memutuskan untuk melakukan evaluasi pemilihan kontraktor perbaikan rotor dengan mempertimbangkan beberapa kontraktor (lokal dan luar negeri). Kriteria pemilihan kontraktor dan pemasok di PT. XYZ saat ini hanya mengacu kepada 2 (dua) kriteria utama, yaitu: Harga dan Ketepatan Waktu Pengiriman. Kriteria kualitas juga dipertimbangkan, akan tetapi masih bersifat intuitif. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, dalam penelitian ini akan ditambahkan beberapa kriteria lain sesuai dengan hasil studi literatur dan diskusi dengan manajemen PT. XYZ. Kriteria pemilihan kontraktor yang diusulkan dalam penelitian ini adalah harga perbaikan rotor, QA/QC program, lead time repair work, keandalan pengiriman, pengalaman kerja, tenaga kerja pabrik, equipment & tools, engineering support, kemampuan keuangan dan manajemen keselamatan. Penelitian ini menawarkan suatu pendekatan yang terintegrasi antara Goal Programming dan Analytical Hierarcy Process untuk memilih kontraktor dengan mengakomodasi banyak fungsi tujuan dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria pemilihan. Metode AHP digunakan untuk memecahkan permasalahan conflicting criteria yang muncul pada saat menentukan kriteria-kriteria pemilihan kontraktor. METODE Penelitian ini dilakukan menggunakan metode pengambilan keputusan yang mengintegrasikan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dan metode Goal Programming. Metode AHP digunakan untuk menentukan bobot kriteria kuantitatif maupun kualitatif kontraktor pelaksana pekerjaan perbaikan rotor turbin gas yang kemudian hasil dari metode AHP digunakan sebagai input untuk metode Goal Programming. Dengan menggunakan metode Goal Programming ini, akan didapatkan kontraktor yang memenuhi tujuan perusahaan dan juga memenuhi batasan-batasan (constraints) yang ditetapkan. Diagram alir Integrasi AHP dan Goal Programming adalah sebagai berikut: A (Model AHP) Problem Decomposition & Hierarchy B (WEIGHTED GOAL PROGRAMMING) Determine Alternatives Constraints Pairwise Comparison (criteria & alternatives) Goals = use selection criterias and their weights (obtained from AHP model) Weight Calculation Other Goals Consistency Check Goals Achieved? No CR < 10%? No Yes Yes Hierarchical Synthesis Optimal Alternatives Selection Determine Weights for Each Selection Criterias Sumber: G, Wang at al. (2004) Gambar 1 Model Integrasi Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Goal Programming (GP) untuk Pemilihan Kontraktor A-1-2
HASIL DAN PEMBAHASAN Data input yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data hasil survei ke fasilitas perbaikan rotor milik kontraktor, data mengenai kemampuan kontraktor dan data kuesioner yang diberikan kepada tenaga teknik dan bagian pengadaan di PT. XYZ. Data input ini kemudian digunakan pada perhitungan metode AHP untuk menentukan bobot atau peringkat masing-masing kriteria. Model hierarki yang dipakai dalam metode AHP menggambarkan kriteria pemilihan dan alternatif pilihan kontraktor. Model hierarki yang digunakan adalah sebagai berikut: GOAL: PEMILIHAN KONTRAKTOR (Menentukan weights untuk masing masing kriteria) LEVEL 1: GOAL HARGA PERBAIKAN ROTOR QA/QC PROGRAM KEANDALAN PENGIRIMAN PENGALAMAN KERJA KUALITAS TENAGA KERJA KONTRAKTOR LEVEL 2: KRITERIA KEMAMPUAN KEUANGAN MANAJEMEN KESELAMATAN EQUIPMENT & TOOLS ENGINEERING SUPPORT K1 K2 K3 K4 K5 K6 LEVEL 3: ALTERNATIF (KONTRAKTOR) Gambar 2 Model Hierarki AHP Untuk Kriteria Pemilihan dan Kontraktor Perhitungan metode AHP dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Expert Choice. Data matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison) diperoleh dari hasil kuesioner dengan responden dari bagian teknik dan pengadaan PT. XYZ. Hasil perhitungan nilai bobot kriteria pemilihan kontraktor adalah sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Perhitungan Nilai Bobot Kriteria Pemilihan Kontraktor KRITERIA BOBOT GLOBAL PERINGKAT Harga Perbaikan Rotor 0.03 8 QA/QC Program 0.186 2 Keandalan Pengiriman 0.047 7 Pengalaman Kerja 0.221 1 Kualitas Tenaga Kerja Pabrik 0.156 4 Equipment & Tools 0.069 6 Engineering Support 0.159 3 Kemampuan Keuangan 0.026 9 Manajemen Keselamatan 0.107 5 Hasil perhitungan nilai bobot kontraktor untuk kriteria-kriteria kualitatif adalah sebagai berikut: A-1-3
Tabel 2 Hasil Perhitungan Nilai Bobot Kriteria Pemilihan Kontraktor KRITERIA KONTRAKTOR BOBOT PERINGKAT QA/QC Program PT. A 0.148 3 PT. B 0.148 4 PT. C 0.351 1 PT. D 0.248 2 PT. E 0.037 6 PT. F 0.068 5 KeandalanPengiriman PT. A 0.249 1 PT. B 0.249 2 PT. C 0.086 4 PT. D 0.084 5 PT. E 0.249 3 PT. F 0.084 6 PengalamanKerja PT. A 0.059 6 PT. B 0.126 3 PT. C 0.378 1 PT. D 0.252 2 PT. E 0.064 5 PT. F 0.121 4 Kualitas Tenaga Kerja Pabrik PT. A 0.114 4 PT. B 0.142 3 PT. C 0.411 1 PT. D 0.184 2 PT. E 0.051 6 PT. F 0.098 5 KRITERIA KONTRAKTOR BOBOT PERINGKAT Equipment&Tools PT. A 0.109 4 PT. B 0.132 3 PT. C 0.417 1 PT. D 0.186 2 PT. E 0.050 6 PT. F 0.106 5 Engineering Support PT. A 0.107 4 PT. B 0.130 3 PT. C 0.423 1 PT. D 0.157 2 PT. E 0.080 6 PT. F 0.103 5 Kemampuan Keuangan PT. A 0.179 3 PT. B 0.179 4 PT. C 0.179 5 PT. D 0.183 1 PT. E 0.098 6 PT. F 0.183 2 Manajemen Keselamatan PT. A 0.197 1 PT. B 0.197 2 PT. C 0.197 3 PT. D 0.174 4 PT. E 0.061 6 PT. F 0.174 5 Nilai bobot kriteria pemilihan dan alternatif kontraktor yang didapatkan dari metode AHP digunakan sebagai input bagi metode goal programming. Persamaan goal programming yang didapat adalah sebagai berikut: Tabel 3 Fungsi Tujuan (Objektif) Goal Programming Tabel 4 Fungsi Batasan dan Tujuan Goal Programming A-1-4
Pengolahan data goal programming dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Lindo. Hasil yang didapatkan merupakan solusi optimal kontraktor yang menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen PT. XYZ. Hasil pengolahan data adalah sebagai berikut: Tabel 5 Hasil Formulasi Goal Programming Berdasarkan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 5, kontraktor yang paling optimal memenuhi tujuan yang diinginkan PT. XYZ adalah kontraktor 1, 2 dan 3. Ketercapaian goal terhadap fungsi tujuan disajikan pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Ketercapaian Goal pada Masing-Masing Fungsi Objektif No. Objektif 1 Meminimumkan Harga Perbaikan Rotor 2 Memaksimalkan QA/QC Program 3 Memaksimalkan Keandalan Pengiriman 4 Memaksimalkan Pengalaman Kerja 5 Memaksimalkan Kualitas Tenaga Kerja Pabrik Ketercapaian Goal No. Objektif 6 Memaksimalkan Equipment & Tools 7 Memaksimalkan Engineering Support 8 Memaksimalkan Kemampuan Keuangan 9 Memaksimalkan Manajemen Keselamatan Ketercapaian Goal Analisa Sensitivitas Perubahan Bobot Kriteria Pemilihan Analisa sensitivitas bobot kriteria pemilihan dilakukan dengan cara mengubah bobot kriteria pemilihan dalam rentang -10% sampai dengan +10% pada 3 kriteria pemilihan yang memiliki nilai bobot tertinggi, yaitu pengalaman kerja, QA/QC Program dan Engineering Support. Hasil yang didapatkan adalah: A-1-5
Tabel 7 Pemasok Terpilih pada Perubahan Bobot Prioritas Objektif Merujuk Pengalaman Kerja -10% +10% X1 (Kontraktor1) X1 (Kontraktor1) X2 (Kontraktor2) X2 (Kontraktor2) X3 (Kontraktor 3) X3 (Kontraktor 3) QA/QC Program -10% +10% X1 (Kontraktor1) X2 (Kontraktor2) X3 (Kontraktor 3) X1 (Kontraktor1) X2 (Kontraktor2) X3 (Kontraktor 3) Engineering Support -10% +10% X1 (Kontraktor 1) X1 (Kontraktor1) X2 (Kontraktor 2) X2 (Kontraktor2) X3 (Kontraktor 3) X3 (Kontraktor 3) kepada A-1-6
Tabel 7, dapat diketahui bahwa hasil solusi model relatif stabil pada rentang perubahan bobot prioritas -10% sampai dengan 10%. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil solusi relatif stabil untuk digunakan dalam pemilihan kontraktor untuk perbaikan rotor. Perubahan Jumlah Kontraktor yang Dipilih Dalam analisa sensitivitas ini disimulasikan kondisi jumlah kontraktor yang terpilih menjadi 2 (dua) dan 1 (satu) kontraktor. Ketercapaian goal untuk kedua kondisi ini juga akan dianalisa. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut: Tabel 8 Hasil Perubahan Batasan Jumlah Kontraktor Terpilih Kontraktor Terpilih X2 (Kontraktor 2) dan X3 (Kontraktor 3) Jumlah Kontraktor Terpilih = 2 Jumlah Kontraktor Terpilih = 1 Ketercapaian Goals Kontraktor Ketercapaian Terpilih Goals Goals Tercapai: Meminimumkan Harga Perbaikan X3 (Kontraktor 3) Tidak ada goals Rotor, Memaksimalkan Kualitas Tenaga Kerja yang tercapai Pabrik, Memaksimalkan Equipment & Tools, Memaksimalkan Engineering Support. Perubahan Jumlah Rotor yang Akan Diperbaiki PT. XYZ saat ini memiliki rencana untuk melakukan perbaikan 3 unit rotor sampai tahun 2021. Rencana ini bisa saja berubah tergantung dari situasi bisnis dan ketersediaan anggaran yang dihadapi oleh PT. XYZ. Hasil perhitungan analisa sensitivitas untuk kondisi jumlah rotor yang diperbaiki = 1 dan 2 unit adalah: Tabel 9 Hasil Perubahan Batasan Jumlah Rotor yang Diperbaiki Jumlah Rotor yang Diperbaiki = 2 Jumlah Rotor yang Diperbaiki = 1 Kontraktor Terpilih Goals Tercapai Kontraktor Terpilih Goals Tercapai X2 (Kontraktor 2) X4 (Kontraktor 4) Meminimumkan Harga Perbaikan Rotor. X2 (Kontraktor 2) Meminimumkan Harga Perbaikan Rotor. Hasil analisa ini menunjukkan bahwa jumlah rotor yang optimal untuk diperbaiki adalah 3 unit. Perubahan Anggaran Perbaikan Rotor Analisa sensitivitas lainnya yang perlu dilakukan adalah analisa terhadap perubahan besaran anggaran perbaikan rotor. Simulasi perhitungan pembatasan anggaran dana perbaikan rotor di perangkat lunak Lindo dilakukan dengan mengubah persamaan goal harga perbaikan rotor menjadi batasan (constraints). Oleh karena itu, bobot kriteria pemilihan harus juga dinormalisasi atau dihitung ulang karena kriteria harga perbaikan rotor sudah dipindahkan menjadi komponen batasan (constraints). Perhitungan perubahan anggaran dana perbaikan rotor dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Lindo. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut: Tabel 10 Hasil Perubahan Anggaran Dana Perbaikan Rotor Kontraktor yang Dipilih Perubahan (- 20%) Perubahan (- 40%) Perubahan (- 60%) X2 (Kontraktor 2) X2 (Kontraktor 2) X2 (Kontraktor 2) X3 (Kontraktor 3) X4 (Kontraktor 4) Goals tercapai: kualitas tenaga kerja pabrik, Equipment & Tools, Engineering Support Tidak ada goals yang tercapai Tidak ada goals yang tercapai A-1-7
Penentuan Kontraktor yang Dipilih Berdasarkan hasil perhitungan metode goal programming, kontraktor yang terpilih adalah Kontraktor 1, Kontraktor 2 dan Kontraktor 3. Meskipun Kontraktor 3 memiliki nilai bobot AHP tertinggi, akan tetapi penawaran harga dari Kontraktor 3 lebih mahal dibandingkan dengan Kontraktor 1 dan Kontraktor 2. Dengan mempertimbangkan ketersediaan dana dan prioritas perbaikan untuk komponen mesin yang lain, maka akhirnya diputuskan bahwa untuk tahun 2013 kontrak perbaikan rotor akan diberikan kepada Kontraktor 2 (PT. B). Sedangkan Kontraktor 3 (PT. C) akan diberikan kontrak untuk tahun 2014. Kontraktor 1 (PT. A) akan diberikan kontrak pada rentang tahun 2015 2021. Hasil pemilihan kontraktor dijelaskan pada Tabel 11 di bawah ini: No. KONTRAKTOR TERPILIH Tabel 11 Nilai Bobot dan Penentuan Volume Pekerjaan Nilai Bobot AHP Jumlah Rotor yang Diperbaiki 1 Kontraktor 1 (PT. A) 0.125 1 unit Tahun Pemberian Kontrak 2015 2021 (tergantung kondisi operasional PT. XYZ) 2 Kontraktor 2 (PT. B) 0.150 1 unit 2013 3 Kontrkator 3 (PT. C) 0.344 1 unit 2014 Perbandingan Antara Hasil Penelitian dan Kondisi Saat Ini Berdasarkan hasil perhitungan dengan integrasi metode AHP dan Goal Programming, didapatkan hasil bahwa apabila pemilihan kontraktor hanya mengacu kepada kriteria harga dan keandalan pengiriman (kondisi saat ini), maka goals yang tercapai hanya 2 yaitu: yaitu meminimalkan harga perbaikan rotor dan memaksimalkan keandalan pengiriman. Sedangkan dengan menggunakan metode penelitian ini, maka hasil yang didapatkan adalah semua goals tercapai. Tabel 12 Perbandingan Antara Hasil Penelitian dan Kondisi Saat Ini KONDISI SAAT INI HASIL PENELITIAN Kriteria Pemilihan Harga Perbaikan Rotor dan Keandalan Pengiriman Kontraktor Terpilih Kontraktor 1 Kontraktor 2 Kontrkator 5 Goals Tercapai Meminimumkan Harga Perbaikan Rotor, Memaksimalkan Keandalan Pengiriman Kriteria Pemilihan Harga Perbaikan Rotor, QA/QC Program, Lead Time Repair Work, Keandalan Pengiriman, Pengalaman Kerja, Kualitas Tenaga Kerja Pabrik, Equipment & Tools, Engineering Support, Kemampuan Keuangan, Manajemen Keselamatan Kontraktor Terpilih Kontraktor 1 Kontraktor 2 Kontrkator 3 Goals Tercapai Semua Goals Tercapai (9 goals) A-1-8
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Urutan prioritas kriteria yang didapatkan dari perhitungan metode AHP adalah: Pengalaman Kerja (0.221), QA/QC Program (0.186), Engineering Support (0.159), Kualitas Tenaga Kerja Pabrik (0.156), Manajemen Keselamatan (0.107), Equipment & Tools (0.069), Keandalan Pengiriman (0.047), Harga Perbaikan Rotor (0.03) dan Kemampuan Keuangan (0.026). 2. Penelitian ini menghasilkan 3 (tiga) kontraktor yang terpilih, yaitu Kontraktor 1, Kontraktor 2 dan Kontraktor 3. Ketiga kontraktor ini dipilih karena memberikan hasil yang paling optimal dalam pencapaian tujuan yang diinginkan oleh PT. XYZ. 3. Hasil analisa sensitivitas digunakan sebagai pertimbangan bagi manajemen PT. XYZ dalam pengambilan keputusan pemilihan kontraktor. Saran 1. Proses pengambilan keputusan pemilihan kontraktor perlu mempertimbangkan keterkaitan antar kriteria pemilihan kontraktor. Apabila ditemukan adanya ketergantungan antar kriteria pemilihan, maka diperlukan penelitian menggunakan metode ANP (Analytical Network Process). 2. Untuk mempertajam analisa pengambilan keputusan, perlu dilakukan analisa probabilitas terhadap tingkat keberhasilan perbaikan rotor terhadap kontraktor yang terpilih. 3. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menentukan waktu yang tepat untuk perbaikan rotor. Hal ini diperlukan supaya rotor diperbaiki pada saat yang tepat, yaitu tidak terlalu cepat dan tidak terlambat. Perbaikan rotor yang terlalu cepat akan menyebabkan pemanfaatan nilai guna rotor kurang maksimal. Sedangkan perbaikan rotor yang terlambat akan berbahaya bagi operasional pembangkit listrik karena rotor bisa sewaktu-waktu rusak dalam kondisi sedang beroperasi. DAFTAR PUSTAKA Ciptomulyono, U. (1998), Integration of Analytical Hierarchy Process and Goal Programming Approach for Waste Management Strategy, Proceeding of The 3rd International Conference on Multi Objective Programming and Goal Programming, Quebec. Ciptomulyono, U. (2000), Pengembangan Model Optimasi Keputusan Multikriteria - MCDM (Multi Criteria Decision Making) untuk Evaluasi dan Pemilihan Proyek, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Mulyono, S. (1991), Operations Research, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Porter, M. E. (2008), The Five Competitive Forces that Shape Strategy, Harvard Business Review, Massachusetts. Pujawan, I. (2010), Supply chain Management, 2 nd edition, Guna Widya, Surabaya. Saaty, T. (1994), Fundamentals of Decision Making, RWS Publication, Pittsburgh. Verna R, P. M. (1998), An Analysis of The Supplier Selection Process, International Journal of Management Science, Vol 12, hal. 7-12. Wang et al, G. H. (2004), Product-Driven Supply chain Selection Using Integrated Multi- Criteria Decision Making Methodology, International Journal of Production Economics, hal. 1-15. A-1-9