Jurnal Kesehatan Masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Jurnal Kesehatan Masyarakat

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIK KOMUNITAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DAN HIV/AIDS DI LOKALISASI BANYU PUTIH KABUPATEN BATANG

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

Unnes Journal of Public Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu

Nizaar Ferdian *) *) mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Koresponden :

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

The Implementation of STI, HIV/AIDS prevention using Role Play Module towards the Direct Knowledge and Attitude of Female Sex Workers

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

Prodi Keperawatan, STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya 2

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi 5,6 juta kasus HIV baru dan 2,6 juta kematian karena AIDS serta

Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Wanita Pekerja Seks (WPS) dalam VCT Ulang di Lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit

Hubungan Pengetahuan Pengguna Jasa Female Condom Di Lokalisasi Pekerja Seks Komersial Dengan Perilaku Pemakaian Tegal Panas Kabupaten Semarang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DAN

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

The applicability of VCT information card during outreach works of clients of female sex workers in Denpasar Bali Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Informan (Inform Concent)

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. fisik seksual. Kondisi seksualitas yang sehat juga menunjukkan gambaran

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK BEBERAPA FAKTOR YANG MENUNJUKKAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT X KOTA BATAM TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI KALANGAN PRAMUSAJI KAFE DI TANJUNG BIRA KABUPATEN BULUKUMBA

Kata Kunci : WPS, Kondom, Model Germo Sadar Kesehatan

*staff pengajar Jurusan Ilmu Kesehatan Masyaraka FIK UNNES,

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan masyarakat yang yang dialami Indonesia saat ini sangat

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan... (Nurcholis AB, Tinuk I, Syamsulhuda BM) Nurcholis Arif Budiman *), Tinuk Istiarti **), Syamsulhuda BM **) *)

ABSTRACT. :Perception, PKPR, Adolescents Participation.

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kasus infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan

Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

FAKTOR FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

DECITA AYU WIDYASANTI NIM G2B Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

Diterima : 16 Februari 2016 Disetujui : 23 Februari 2016 ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

: Wanita Pekerja Seks, Voluntary Counseling and Testing, HIV/AIDS, Lokalisasi

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB I PENDAHULUAN. berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di berbagai belahan bumi mengalami masalah kesehatan

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

KEMAS 8 (2) (2013) 161-165 Jurnal Kesehatan Masyarakat http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas KEIKUTSERTAAN PELANGGAN WANITA PEKERJA SEKS DALAM VOLUNTARY CONSELING AND TESTING (VCT) Arulita Ika Fibriana Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima September 2012 Disetujui Oktober 2012 Dipublikasikan Januari 2013 Keywords: VCT; Customers; Sexworkers. Abstrak Pelanggan wanita pekerja seks (WPS) merupakan kelompok berisiko HIV/AIDS. Kelompok tersebut perlu melakukan Voluntary Conseling and Testing (VCT). Studi pendahuluan pada bulan November 2011 di Resosialisasi Argorejo Semarang menunjukkan sangat kurangnya kesediaan pelanggan untuk melakukan VCT (4,5% yang bersedia). Permasalahan penelitian adalah bagaimana partisipasi pelanggan WPS di resosialisasi Argorejo dalam melakukan Tujuan penelitian untuk mengetahui partisipasi pelanggan WPS dalam melakukan Metode penelitian survei dengan pendekatan cross sectional terhadap 93 pelanggan WPS di Lokalisasi Argorejo Semarang. Variabel penelitian meliputi persepsi kerentanan, persepsi keparahan HIV/AIDS, persepsi manfaat VCT, persepsi hambatan VCT, motivasi/isyarat melakukan VCT, dan praktik Hasil penelitian menunjukkan partisipasi pelanggan WPS di resosialisasi Argorejo dalam melakukan VCT masih rendah yaitu 60,2% (56 orang). Simpulan penelitian adalah partisipasi pelanggan WPS dalam melakukan VCT masih rendah. PARTICIPATION OF FEMALE SEX WORKERS CUSTOMER IN VCT Abstract Customers female sex workers (FSW) is risk group of HIV/AIDS. This group needs Voluntary Counseling and Testing (VCT). Preliminary study in November 2011 in Argorejo resocialization Semarang showed willingness of customers to undertake VCT was very lack (just 4.5 % were willing). Research problem was how participation Argorejo resocialization customers in The research purpose was to determine the FSW customer participation in Survey research method used with cross sectional approach to 93 Argorejo Localization customers in Semarang. Variables include the perception of vulnerability research, perception of HIV/AIDS severity, perception of VCT benefits, VCT obstacle perception, motivation/cue VCT, and VCT practices. The results showed socialization Argorejo customer participation in VCT was low at 60.2% (56 people). Conclusion, FSW customer participation in VCT was very low. 2013 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Gedung F1, Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 Email: arulita.ika.f@gmail.com ISSN 1858-1196

Pendahuluan Di Indonesia infeksi Human Immunodefisiency Virus (HIV) / Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) menunjukkan besaran masalah yang cenderung meningkat. Peningkatan tersebut juga terjadi di Propinsi Jawa Tengah, dimana data KPA Jawa Tengah menunjukkan sampai dengan Desember 2009 dilaporkan sebanyak 2.488 kasus HIV dan AIDS dengan rincian 1.518 infeksi HIV dan 970 kasus AIDS dan sebanyak 319 orang diantaranya sudah meninggal dunia (KPAD Jawa Tengah, 2010). Melihat fenomena tersebut di atas, tingginya prevalensi masalah HIV/AIDS saat ini bukan hanya masalah kesehatan pada kelompok berisiko semata. Isiden HIV/ AIDS pada kelompok berisiko tersebut akan menjadi malapetaka berupa terciptanya rantai penularan bagi keluarga atau suami/ istri dari penderita. (Diamning Kang, 2013; USAID. 2007). Memperhatikan risiko tingginya penularan tersebut, diperlukan penanganan tidak hanya dari segi medis, tetapi juga dari psikososial dengan berdasarkan pendekatan masyarakat melalui upaya pencegahan primer, sekunder dan tertier. Salah satu upaya tersebut adalah deteksi dini untuk mengetahui status seseorang sudah terinfeksi HIV atau belum melalui konseling dan testing HIV/AIDS sukarela, bukan dipaksa atau diwajibkan (Irwan Budiono, 2012). Mengetahui status HIV lebih dini memungkinkan pemanfaatan layanan-layanan terkait dengan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan sehingga konseling dan testing HIV/AIDS secara sukarela merupakan pintu masuk semua layanan di atas. Perubahan perilaku seseorang dari berisiko menjadi kurang berisiko terhadap kemungkinan tertular HIV memerlukan bantuan perubahan emosional dan pengetahuan dalam suatu proses yang mendorong nurani dan logika. Proses mendorong ini sangat unik dan membutuhkan pendekatan individual, konseling merupakan salah satu pendekatan yang perlu dikembangkan untuk mengelola kejiwaan dan proses menggunakan pikiran secara mandiri. Mengingat kelompok wanita pekerja seks (WPS) dan pelanggannya merupakan salah satu kelompok yang menjadi pintu masuknya penularan HIV/AIDS dari kelompok berisiko ke masyarakat, maka seharusnya terdapat kesadaran pada WPS maupun pelangganya untuk melakukan Voluntary Conseling and Testing (Center for Health and Gender Equity. 2003). Studi pendahuluan pada bulan November 2011 di Resosialisasi Argorejo Semarang menunjukkan kesadaran WPS dalam melakukan VCT sudah baik, yaitu mencapai 96% WPS telah bersedia berpartisipasi. Permasalahan yang ditemukan adalah sangat kurangnya kesediaan pelanggan untuk melakukan VCT, yaitu hanya 4,5 % saja yang bersedia. Berdasarkan rendahnya partisipasi pelanggan WPS dalam melakukan VCT, maka ingin dilakukan penelitian yang mengkaji faktor penyebabnya. Metode Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional, di mana variabel bebas dan variabel terikat diobservasi dan diukur dalam waktu yang sama. Populasi penelitian ini adalah pelanggan WPS di Lokalisasi Argorejo Semarang yang lokasinya atau wismanya tersebar dalam 6 RT. Adapun sampel penelitian diambil dari masing-masing wisma yang ada semua wilayah RT di komplek lokalisasi Argorejo yaitu masing-masing wisma 3 orang pelanggan WPS secara insidental. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi kerentanan, persepsi keparahan HIV/AIDS, persepsi manfaat VCT, persepsi hambatan VCT, motivasi/ isyarat melakukan Sedangkan variabel terikat adalah praktik Analisis univariat dilakukan untuk menghasilkan distribusi dan persentase dari masing-masing variabel penelitian. Analisis bivariat dengan uji Chi-Square dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil dan Pembahasan Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi serta hubungan dari variabel yang berhubungan dengan praktik VCT dikalangan pelanggan WPS 162

Dari tabel 1 tersebut di atas dapat diketauhi bahwa semua variabel bebas dalam penelitian ini berhubungan dengan praktik Praktik VCT pada Kelompok Berisiko Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelanggan WPS di resosialisasi Argorejo masih banyak yang tidak/ belum pernah melakukan VCT yaitu 60,2% (56 orang). Hasil ini menunjukkan masih rendahnya partisipasi pelanggan WPS dalam melakukan Pelanggan WPS merupakan salah satu kelompok berisiko tertular dan menularkan HIV/AIDS. Hal ini disebabkan karena perilaku mereka yang suka berganti-ganti pasangan serta melakukan perilaku seks secara tidak aman (tidak menggunakan kondom). Perilaku seks seperti inilah yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS akhir-akhir ini. VCT sebagai salah satu strategi pencegahan HIV, membantu setiap orang untuk mendapatkan akses ke arah semua layanan, baik informasi, edukasi, terapi atau dukungan psikososial. Dengan terbukanya akses, maka kebutuhan akan informasi akurat dan tepat waktu dapat dicapai sehingga proses pikir, perasaan dan perilaku dapat diarahkan kepada perilaku lebih sehat. Komponen dalam VCT, konseling pra test, test HIV, konseling post test (Depkes, 2006, 2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik VCT pada Pelanggan WPS kerentanan terkena HIV/ AIDS Responden yang persepsi tentang kerentanannya rendah memiliki proporsi lebih besar untuk tidak melakukan VCT dibandingkan kerentanannya tinggi memiliki proporsi lebih tentang kerentanan terkena HIV/AIDS dengan praktik Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Health Belief Model (Rosenstock, 1982), yang menyatakan bahwa seseorang memiliki perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan). Artinya persepsi individu tentang kemungkinannya terkena suatu penyakit akan mempengaruhi perilaku mereka khususnya untuk melakukan pencegahan atau mencari pengobatan. Mereka yang merasa dapat terkena penyakit tersebut akan lebih cepat merasa terancam. Seseorang akan bertindak untuk mencegah penyakit bila ia merasa bahwa sangat mungkin terkena penyakit tersebut. Kerentanan dirasakan setiap individu berbeda tergantung persepsi tentang risiko yang dihadapi individu pada suatu keadaan tertentu (Frances, 2005). Tabel 1. Faktor yang berhubungan dengan Praktik VCT Variabel bebas Kerentanan Keparahan manfaat Hambatan Cues to action Kategori Rendah Praktik VCT Total Tidak melakukan F % f % N % Hasil uji Chi Square 43 81,1 10 18,9 53 100,0 X 2 = 20,52 Tinggi 13 32,5 27 67,5 40 100,0 p = 0,00 Rendah 52 67,5 25 32,5 77 100,0 X 2 = 8,307 Tinggi 4 25,0 12 75,0 16 100,0 p = 0,004 Rendah 37 72,5 14 27,5 51 100,0 X 2 = 6,076 Tinggi 19 45,2 23 54,8 42 100,0 p = 0,014 Tinggi 33 73,3 12 26,7 45 100,0 X 2 = 5,247 Rendah 23 47,9 25 52,1 48 100,0 p = 0,022 Rendah 45 78,9 12 21,1 57 100,0 X 2 = 19,596 Tinggi 11 30,6 25 69,4 36 100,0 p = 0,000 163

keparahan HIV/AIDS Responden yang persepsi tentang keparahan rendah memiliki proporsi lebih besar untuk tidak melakukan VCT dibandingkan keparahannya tinggi memiliki proporsi lebih tentang keparahan HIV/AIDS dengan praktik Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Health Belief Model (Rosenstock, 1982). Dalam teori ini dijelaskan bahwa dalam melakukan tindakan dalam mencegah terjadinya suatu penyakit maupun mencari pengobatan dipengaruhi oleh perceived severity yaitu persepsi keparahan yang mungkin dirasakan bila menderita suatu penyakit. Persepsi ini merupakan pandangan individu tentang beratnya penyakit yang diderita. Pandangan ini mendorong seseorang untuk mencari pengobatan atas penyakit yang dideritanya. Keseriusan ini ditambah dengan akibat dari suatu penyakit misalnya kematian, pengurangan fungsi fisik dan mental, kecacatan dan dampaknya terhadap kehidupan sosial. manfaat VCT Responden yang persepsi tentang manfaat VCT rendah memiliki proporsi lebih besar untuk tidak melakukan VCT dibandingkan manfaat VCT tinggi memiliki proporsi lebih tentang manfaat VCT dengan praktik Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa individu akan mempertimbangkan apakah alternatif itu memang bermanfaat dapat mengurangi ancaman penyakit, persepsi ini juga berhubungan dengan ketersediaan sumberdaya sehingga tindakan ini mungkin dilaksanakan. Persepsi ini dipengaruhi oleh norma dan tekanan dari kelompoknya. Ini sesuai dengan teori Health Belief Model (Rosenstock, 1982) yang menyatakan dalam melakukan suatu tindakan pencegahan maupun pengobatan penyakit akan dipengaruhi oleh perceived benefit (persepsi tentang manfaat bila melakukan tindakan) (SEVGI O. ARAL, 2003; Fati Kirakoya, 2013). hambatan VCT Responden yang persepsi tentang hambatan melakukan VCT tinggi memiliki proporsi lebih besar untuk tidak melakukan VCT dibandingkan dengan responden yang persepsinya hambatannya rendah. Sebaliknya responden yang persepsi tentang hambatan VCT rendah memiliki proporsi lebih besar untuk melakukan VCT dibandingkan dengan responden yang persepsinya tinggi. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang hambatan VCT dengan praktik Hasil penelitian ini sesuai denga teori Health Belief Model (Ying Wang, 2011; Aho J, 2011) yang menyatakan bahwa dalam melakukan tindakan pencegahan maupun pengobatan HIV/AIDS dipengaruhi oleh perceived cost yaitu merupakan persepsi terhadap biaya/ aspek negatif yang menghalangi individu untuk melakukan tindakan kesehatan termasuk dalam melakukan VCT, misalnya mahal, bahaya, pengalaman tidak menyenangkan, rasa sakit, harus menyediakan waktu, tempat VCT jauh, rasa takut dan malu dengan petugas kesehatan, prosedur yang lama dan rumit (adanya inform consent). Cues to action (motivasi / isyarat melakukan VCT) Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki motivasi (isyarat melakukan tindakan) rendah memiliki proporsi lebih besar untuk tidak melakukan VCT dibandingkan dengan responden yang motivasinya tinggi. Sebaliknya responden yang motivasinya tinggi memiliki proporsi lebih besar untuk melakukan VCT dibandingkan dengan responden yang motivasinya rendah. ada hubungan yang signifikan antara motivasi (isyarat melakukan tindakan) dengan praktik Hasil ini sesuai teori Health Belief Model 164

(Rosenstock, 1982), bahwa dalam melakukan tindakan kesehatan terdapat faktor pencetus untuk memutuskan menerima atau menolak alternatif tindakan tersebut. Isyarat ini dapat bersifat internal maupun eksternal. (1) Isyarat internal, yaitu isyarat untuk bertindak yang berasal dari dalam diri individu, misal gejala yang dirasakan (demam, panas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, dan lain-lain). (2) Isyarat eksternal, yaitu isyarat untuk bertindak yang berasal dari interaksi interpersonal, misal media massa, pesan, nasehat, anjuran atau konsultasi dengan petugas kesehatan. Dalam praktik VCT, seoarang pelanggan WPS akan melakukan VCT karena pernah mengikuti sosialisasi penyakit HIV/AIDS dari petugas kesehatan, membaca poster tentang HIV/AIDS atau pengalaman sesama pelanggan atau pekerja seks yang terkena penyakit HIV/AIDS. Penutup Partisipasi pelanggan WPS di resosialisasi Argorejo dalam melakukan VCT masih rendah yaitu 60,2%. Beberapa faktor yang mempengaruhi praktik pelanggan WPS melakukan VCT antara lain persepsi kerentanan terkena HIV/AIDS, persepsi keparahan HIV/ AIDS, persepsi manfaat VCT, persepsi hambatan melakukan VCT, serta isyarat dan motivasi melakukan Faktor yang mempengaruhi praktek pelanggan WPS tersebut melakukan VCT berkaitan dengan adanya rasa terancam, adanya persepsi keparahan atau beratnya penyakit yang mungkin dapat diderita dan pertimbangan alternatif yang bermanfaat untuk mengurangi resiko yang ditimbulkannya. Ucapan Terimakasih Ucapan terimakasih disampaikan kepada pengurus Resosialisasi Argorejo Semarang atas kerjasama dan izin dalam penelitian ini, dan juga kepada para responden yang terlibat dalam penelitian ini. Ucapan terimakasih juga diberikan kepada Dikti atas pendanaan yang diberikan untuk mendukung penelitian ini. Daftar Pustaka Aho J. 2011. Hight Acceptability of HIV Voluntary Conselling and Testing among Female Sex Workers: Impact of Individuality Social Factor. HIV Med, 13(3):717 Center for Health and Gender Equity. 2003. Working with Women in Prostitution: A Critical Dimension of HIV prevention. Maryland, USA dalam www.genderhealth.org. Depkes RI. 2006. Modul Pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV (Voluntary Counselling and Testing = VCT). Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta. Depkes RI. 2008. Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Secara Sukarela (Voluntary Counselling and Testing). Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta. Diaming Kang. 2013. An Integrates Individual, Community adn Structural Intervention to Reduce HIV/STI Risk among Female Sex Workers in China. BMC Health, 13:717 Fati Kirakoya. 2013. Voluntary HIV testing and risk sexual behaviour among health care workers: a survey in rural and urban Burkina Faso. BMC Public Health, 13:540 Frances, M, Shaver. 2005. Sex Workers Research, Metodological and Ethical Challanges. Journal of Interpersonal Violence, 20(2):296-319 Irwan Budiono. 2012. Konsistensi Pengguna Kondom oleh Wanita Pekerja Seks/ Pelanggannya. Jurnal Kemas, 7(2):89-94 Jane Ogden, 1996. A Text Book ; Health Phsycology. Buckingham, Philadelphia : Open University Press. KPAD Jawa Tengah. 2010. Kondisi HIV / AIDS di Jawa Tengah Tahun 2009. Semarang : KPAD Jawa Tengah. SEVGI O. ARAL, et al. 2003. The Social Organization of Commercial Sex Work in Moscow, Russia. Sexually Transmitted Diseases Journal, 30(1) USAID. 2007. Implementing 100% Condom Use Policies In Indonesia: A Case Study Of Two Districs In Jakarta. Health Policy Initiative, Task Order 1 Constella Futures One Thomas Circle, NW, Suite 200 Washington, DC 20005 USA. Ying Wang et.al. 2011. Factors Assosiated with Utilization of a Free HIV VCT Clinic by Female Sex Worksers in Jinan City, Northern China. Aid Behaviour, 15:702-710 165