BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI PRIA DI KAMPUNG JANTIREJO RT 02/ XIII SONDAKAN LAWEYAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran

BAB III VASEKTOMI DAN TUBEKTOMI DALAM KELUARGA BERENCANA

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

PENCABUTAN IMPLANT. No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memutuskan bersama istri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator KB

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI PADA PRIA USIA TAHUN DI DESA BABADAN KECAMATAN KARANGDOWO KABUPATEN KLATEN TAHUN 2012

Instruksi Kerja OvarioHisterectomy

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2

Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Fitri Yuliana, SST

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2007), inovasi adalah suatu gagasan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INJEKSI SUB CUTAN (SC)

BAB II TINJAUAN TEORI

DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA. Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut :

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

Sectio Caesarea PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. KB. Pada tanggal 23 Desember 1957, mereka mendirikan wadah dengan nama


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINDAKAN PEMBEDAHAN SOP. 1. Pengertian. 2. Tujuan. 3. Kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan suatu teori kontrol. Tetapi yang jika dihubungkan dengan perantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan. menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

PENINGKATAN PARTISIPASI PRIA DALAM BER-KB PEGANGAN BAGI KADER

TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

Bab IV Memahami Tubuh Kita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu pasangan suami isteri untuk, (1), Menghindari kelahiran yang tidak

Infeksi luka akibat sectio caesaria berbeda dengan luka persalinan normal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Praktek adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu metoda kontrasepsi yang sangat efektif bagi pria dan

KETERKAITAN ERGONOMI DENGAN GUNTING

Pengertian. Tujuan. Ditetapkan Direktur Operasional STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Tanggal Terbit 15 Februari 2011

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS

TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa

E. Pengetahuan No Daftar Pertanyaan Jawaban

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat )

BIODATA MAHASISWA. : Jln Karya Setuju Gg Bilal no16 Medan TELEPON : : KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN REPRODUKSI

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN. Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh perbedaan pemberian parasetamol dan tramadol

METODE KONTRASEPSI. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Kebutuhan cairan dan elektrolit

MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD

FERTILISASI DAN. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed DASAR KEPERAWATAN DAN KEPERAWATAN DASAR FIK-UI TUTI N., FIK UI

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi berasal dari bahasa Latin yang berarti to move. Secara umum

: Memotong Prepusium dengan membuat irisan melingkar

Suturing Material. Kelompok 3 SMF ILMU BEDAH RS AL ISLAM

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

Cover Alternatif 2

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB VI OTOT A. RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF.

MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa latin, persipere: menerima, perception:

Aspirasi Vakum Manual (AVM)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan suatu

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif,

CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA LAKI-LAKI. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai :

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. &

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER


BAB III HANDLING TERNAK RIMINANSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Cara Menjahit Gamis Resleting Depan

Palu Besi. Rivet 3. Penggaris Busur 4.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang. (Maulana, 2007) Menurut Bloom dan skinner, pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan ataupun tulisan. Jawaban tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan ataupun tulisan. 2. Tingkat Pengetahuan di dalam domain kognitif a) Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b) Memahami berarti kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahuinya dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c) Aplikasi berarti kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. d) Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau objek ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan ada kaitannya satu sama lain. e) Sintesis merupakan kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada. f) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. (Maulana, 2007)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin ketahui atau kita ukur dapat kita sesuiakan dengan tingkatan-tingkatan di atas. C. Metode Kontrasepsi Mantap pada Pria (Vasektomi) 1. Defenisi Vasektomi Vasektomi adalah pemotongan vas deferens, yang merupakan saluran yang mengangkut sperma dari epididimis di dalam testi vesikula seminalis. Dengan memotong vas deferens sperma tidak mampu diejakulasikan dan pria akan menjadi tidak subur setelah vas deferens bersih dari sperma, yang memakan waktu sekitar tiga bulan. (BKKBN, 2007) 2. Macam-macam Vasektomi a. Vasektomi dengan pisau operasi Tehnik pemasangan vasektomi ini dilakukan pada daerah kulit skrotum pada penis dan daerah tersebut dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan Iodofor (betadine) 0,75 %. Menutup daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan keluar. Tepat di linea mediana di atas vas deferens, kulit skrotum diberi anestasi lokal (prokain atau novakain atau xilokain 1 %) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk dan di daerah distal serta proksimal vas deferens dideponir lagi masing-masing 0,5 ml. Kulit skrotum diiris longitudinal 1 2 cm, tepat diatas vas deferens yang telah ditonjolkan ke permukaan kulit. Setelah kulit dibuka, vas deferens dipegang dengan klem, disiangi sampai tampak vas deferens mengkilat seperti mutiara, perdarahan dirawat dengan cermat. Sebaiknya ditambah lagi obat anestasi ke dalam fasia disayat longitudinal sepanjang 0,5

cm. Usahakan tepi sayatan rata (dapat dicapai jika pisau cukup tajam) hingga memudahkan penjahitan kembali. Setelah fasia vas deferens dibuka terlihat vas deferens yang berwarna putih mengkilat seperti mutiara. Selanjutnya vas deferens dan fasianya dibebaskan dengan gunting halus berujung runcing. Jepitlah vas deferens dengan klem pada dua tempat dengan jarak 1-2 cm dan ikat dengan benang kedua ujungnya. Setelah diikat jangan dipotong dulu. Tariklah benang yang mengikat kedua ujung vas deferens tersebut untuk melihat kalau ada perdarahan yang tersembunyi. Jepitan hanya pada titik perdarahan, jangan terlalu banyak, karena dapat menjepit pembuluh darah lain seperti arteri testikularis atau deferensialis yang berakibat kematian testis itu sendiri. Potonglah diantara 2 ikatan tersebut sepanjang 1 cm. Gunakan benang sutra No. 00,0, atau 1 cm untuk mengikat vas tersebut. Ikatan tidak boleh terlalu longgar tetapi juga jangan terlalu keras karena dapat memotong vas deferens. Untuk mencegah rekanalisasi spontan yang dianjurkan adalah dengan melakukan interposisi fasia vas deferens, yakni menjahit kembali fasia yang terluka sedemikian rupa, vas deferens bagian distal (sebelah ureteral dibenamkan dalam fasia dan vas deferens bagian proksimal (sebelah testis)) terletak diluar fasia. Cara ini akan mencegah timbulnya kemungkinan rekanalisasi. Lakukan kembali tindakan untuk vas deferens yang sebelahnya. Dan setelah selesai, tutuplah kulit dengan 1-2 jahitan plain catgut No. 000 kemudian rawat luka operasi sebagaimana mestinya, tutup dengan kasa steril dan diplester. Cara mengikat vas deferens ada beberapa macam : 1. Kedua ujung diikat tumpang tindih 2. Kedua ujung dibelokkan dan diikat 3. Hanya satu ujung yang dibelokkan. 4. Hanya salah satu ujung saja yang diikat, sehingga dari vas yang proksimal sperma keluar bebas (shapiro). (Saifuddin, 2006)

b. Vasektomi tanpa pisau operasi. Penis diplester ke dinding perut. Daerah kulit skrotum dibersihkan dengan cairan yang merangsang seperti larutan Iodofor (betadine). Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan keluar. Tepat di linea mediana di atas vas deferens, kulit skrotum diberi anestasi local (prokain atau novakain atau xilokain 1 %) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk dan di daerah distal, kemudian dideponir lagi masingmasing 3-4 ml. prosedur ini dilakukan sebelah kanan dan kiri. Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan difiksasi di dalam lingkaran klem fiksasi pada garis tengah skrotum. Kemudian klem direbahkan ke bawah sehingga vas deferens mengarah ke bawah kulit. Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari vas deferens, tepat di sebelah distal lingkaran klem sebelah ujung klem diseksi dengan membentuk sudut 45 derajat. Sewaktu menusuk vas deferens sebaiknya sampai kena vas deferens kemudian klem diseksi ditarik, tutupkan ujungujung klem dan dalam keadaan tertutup ujung klem dimasukkan kembali dalam lobang tusukan, searah jalannya vas deferens. Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua lapisan jaringan dari kulit sampai dinding vas deferens akan dapat dipisahkan dalam satu gerakan. Setelah itu dinding vas deferens yang telah telanjang dapat terlihat. Dengan ujung klem diseksi menghadap ke bawah, tusukkan salah satu ujung klem ke dinding vas deferens dan ujung klem diputar menurut arah jarum jam, sehingga ujung klem menghadap ke atas. Ujung klem pelanpelan dirapatkan dan pegang dinding anterior vas deferens. Lepaskan klem fiksasi dari kulit dan pindahkan untuk memegang vas deferens yang sudah telanjang dengan klem fiksasi lalu lepaskan klem diseksi. Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan sekitarnya dipisahkan pelanpelan ke bawah dengan klem diseksi. Kalau lobang telah cukup luas, lalu klem diseksi dimasukkan ke lobang tersebut. Kemudian dibuka ujung-ujung klem pelan-pelan paralel dengan

arah vas deferens yang diangkat. Diperlukan kira-kira 2 cm vas deferens yang bebas. Vas deferens di-crush secara lunak dengan klem diseksi, sebelum dilakukan ligasi dengan benang sutra 3-0. Diantara dua ligasi kira-kira 1-1,5 cm vas deferens dipotong dan diangkat. Benang pada putung distal sementara tidak dipotong. Kontrol perdarahan dan kembalikan putung-putung vas deferens dalam skrotum. Tarik pelan-pelan benang pada puntung yang distal. Pegang secara halus fasia vas deferens dengan klem diseksi dan tutup lobang fasia dengan mengikat sedemikian rupa sehingga puntung bagian epididimis tertutup dan puntung distal ada di luar fasia. Apabila tidak ada perdarahan pada keadaan vas deferens tidak tegang. Maka benang yang terakhir dapat dipotong dan vas deferens dikembalikan dalam skrotum. Untuk vas deferens sebelah yang lain, melalui luka di garis tengah yang sama. Kalau tidak ada perdarahan, luka kulit tidak perlu dijahit hanya aproksimasikan dengan band aid atau tensoplas. (Saifuddin, 2006) 3. Cara Kerja Vasektomi. Vas deferens yang dipotong atau diikat sehingga Sperma tidak dikeluarkan dan tidak bisa bertemu dengan sel telur pada saat melakukan hubungan seksual, sehingga tidak terjadi kehamilan. (BKKBN, 2007) 4. Manfaat Sangat efektif dan aman, tidak ada efek samping jangka panjang, tindakan bedah yang aman dan sederhana, efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan dan diperlukan konseling. (Saifuddin, 2003). 5. Kerugian Diperlukan tindakan operatif, kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi, belum memberikan perlindungan total sampai spermatazoa, dan problem

psikologis yang berhubungan dengan perilaku mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif. (Hartanto, 2004) 6. Kontraindikasi Pada ketidakmampuan fisik yang serius, masalah urologi, masalah hubungan dan tidak didukung oleh pasangan. (Everret, 2007) 7. Efek samping Dapat berupa perdarahan, infeksi, hematoma, antibodi sperma dan granuloma sperma. (Everret, 2007)