SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Going

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) untuk melakukan audit

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. terus beroperasi secara berkesinambungan untuk suatu masa yang tidak tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat kita lihat dari pergerakan dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, menciptakan persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern seperti saat ini, banyak sekali kasus-kasus manipulasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) entitas bisnis tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (going concern). Dalam ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diprediksi (Ariffandita dan Sudarno, 2012). auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan keuangan, yang nantinya akan dinilai dan dievaluasi kinerjanya

BAB I PENDAHULUAN. Suatu entitas bisnis dalam menjalankan usahanya tidak semata-mata

diamanati oleh pemilik modal (shareholder) untuk mengelola perusahaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang begitu besar bagi perekonomian dunia. Dalam hal ini auditor. antara pihak dalam dengan pihak auditor.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang

Kata Kunci : Disclosure, Debt Default, Kualitas Audit, Opini audit tahun sebelumnya, Going Concern.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dan politik yang terjadi pada pertengahan tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejak terjadinya krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998, banyak

BAB I PENDAHULUAN. dianggap memberikan informasi yang salah. (going concern). Auditor perlu memberikan suatu pernyataan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. masalah keuangan (financial distress) yang dihadapi suatu perusahaan. Financial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan masalah kelangsungan usaha sebelum perusahaan. wajar tanpa pengecualian (Lennox, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari laporan keuangan telah dijelaskan dalam Statement of

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan investor sebagai pengguna laporan keuangan dan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Dari waktu ke waktu perkembangan dunia usaha terus semakin meningkat yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang diambil oleh pengguna (user) akan selalu berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan perusahaan adalah salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi going concern (kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan audit merupakan media komunikasi antara auditor dan pengguna laporan

BAB I PENDAHULUAN. bermasalah (Petronela, 2004 dalam Santosa dan Wedari 2007). Going concern. (Syahrul, 2000 dalam Rahman dan Siregar, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan perkonomian suatu negara bisa dilihat melalui perkembangan dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup usahanya. Going concern merupakan asumsi dasar dalam. manajemen untuk menstabilkan kondisi keuangan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui asumsi going concern (

BAB I PENDAHULUAN. yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seorang kreditor memiliki kemampuan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan besar, seperti Enron dan WorldCom di Amerika yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang dipicu oleh permasalahan lembaga-lembaga keuangan raksasa

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut kepada pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan audit serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand

BAB I PENDAHULAN. hanya untuk menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi juga bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan audit report

Transkripsi:

PENGARUH KUALITAS AUDITOR, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN, KEBERADAAN KOMISARIS INDEPENDEN PADA KOMITE AUDIT, DEBT DEFAULT, DAN OPINION SHOPPING TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Heny Pratiwi 05.60.0217 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2009 0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Auditor sebagai pihak yang melakukan audit atas laporan keuangan suatu perusahaan akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya (Petronela, 2004). Dalam memberikan opini, maka auditor harus mempertimbangkan kelangsungan hidup usaha (going concern) perusahaan yang diauditnya. Going concern merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (Standar Akuntansi Keuangan, 2002). Opini audit dengan modifikasi mengenai going concern, mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis normal (Ramadhany, 2004). Auditor memiliki tanggung jawab untuk mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah pelaporan (Praptitorini dan Januarti, 2007). Adanya opini going concern merupakan sebuah informasi yang penting dan dibutuhkan bagi pihak internal dan eksternal perusahaan (auditee) karena akan menjadi pertimbangan mereka dalam mengambil keputusan. Penelitian mengenai hal-hal yang mendorong auditor memberikan opini going concern masih menarik untuk diteliti karena masalah going concern akan berdampak kepada semua pihak. 1

Auditor sebagai pelaksana audit akan mempertaruhkan reputasi nama KAP dalam menentukan opini audit dengan modifikasi going concern. Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas auditor. Karena opini audit modifikasi going concern akan menjadi dasar pertimbangan banyak kalangan, maka reputasi auditor yang didalamnya terdapat kompetensi dan independensi akan menentukan kemampuan auditor dalam memberikan informasi yang aktual. Auditor skala besar akan lebih cenderung untuk mengungkapkan masalahmasalah yang ada termasuk dengan memberikan opini going concern karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan (Setyarno et al, 2006). Kelangsungngan hidup perusahaan akan tergantung pada kondisi keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya (Ramadhany, 2004). Perusahaan dengan kondisi keuangan yang buruk dan mengalami financial distress akan cenderung sulit untuk menyalurkan pendanaan pada periode selanjutnya. Kondisi keuangan perusahaan dapat menjadi pertimbangan bagi auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern karena kemungkinan besar perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Mckeown et al (1991) menyatakan bahwa semakin kondisi perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Sebaliknya pada perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, auditor tidak pernah mengeluarkan opini audit going concern. Kemampuan kelangsungan hidup perusahaan akan menjadi masalah yang membahayakan perusahaan jika tidak ditangani. Muthcler (1984) melakukan 2

wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Setyarno et al (2006) menyatakan bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini audit going concern yang telah diterima oleh auditee. Perusahaan yang telah menerima opini audit going concern pada periode sebelumnya kemungkinan besar akan menerima opini yang sama pada periode berjalan apabila tidak mengalami peningkatan keuangan yang signifikan. Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya dalam industri maupun kegiatan secara keseluruhan. Pertumbuhan perusahaan bisa diproksikan dengan rasio pertumbuhan laba (Setryarno et al, 2006). Perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan, karena kebangkrutan merupakan salah satu alasan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern (Altman, 1968). Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan modifikasi opini going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Hal ini dimungkinkan karena auditor mempercayai bahwa perusahaan yang lebih besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan besar mempunyai aliran dana yang lebih besar yang dapat digunakan untuk menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangannya. Dalam banyak penelitian, keberadaan outside director dalam komite audit dapat meningkatkan efektivitas laporan keuangan (Ayuningsih, 2008). Adanya 3

outside director akan mengurangi tekanan pihak manajemen terhadap auditor dalam mengeluarkan opini. Komite audit yang independen tidak akan menghalangi pengeluaran opini going concern bila opini going concern tersebut dibenarkan untuk dikeluarkan (Ramadhany, 2004). Debt default adalah kegagalan perusahaan dalam membayar utang pokok dan/atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church, 1992). Keberadaan status default ini merupakan salah satu indikator masalah going concern, maka status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern (Ramadhany, 2004). Perusahaan dengan kemungkinan penerimaan opini audit going concern akan cenderung melakukan praktik opinion shopping yaitu mengganti auditor/kantor akuntan publik lama dengan yang baru (Praptitorini dan Januarti, 2007). Lennox (2000) dalam penelitiannya berpendapat bahwa perusahaan yang mengganti auditor (switching auditor) menurunkan kemungkinan mendapatkan opini audit yang tidak diinginkan. Kantor akuntan publik baru cenderung akan memberikan opini yang menguntungkan bagi perusahaan yang baru ditangani (Bryan et. Al. 2005 dalam Praptitorini dan Januarti. 2007). Penelitian ini merupakan replikasi dari Santosa (2008) yang berjudul Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEJ dengan tahun amatan 2001-2005. Peneliti menggunakan penelitian tersebut sebagai jurnal acuan dengan menambah tiga 4

variabel independen yaitu keberadaan komisaris independen pada komite audit, debt default, opinion shopping dan beda tahun amatan yaitu tahun 2004-2007. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Kualitas Auditor, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Keberadaan Komisaris Independen Pada Komite Audit, Debt Default dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern 1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah dari penelitian ini adalah: Apakah kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, keberadaan komisaris independen pada komite audit, debt default dan opinion shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, keberadaan komisaris independen pada komite audit, debt default dan opinion shopping terhadap penerimaan opini audit going concern. 5

1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait, antara lain: 1. Bagi Perusahaan Dari hasil penelitian ini, perusahaan dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Sehingga penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk tetap menjaga kelangsungan hidup perusahaan dengan memperhatikan faktor-faktor yang telah diteliti. 2. Bagi Investor Investor dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan berinvestasi dalam sebuah perusahaan. Dengan melihat kelangsungan hidup perusahaan yang akan diberi investasi. 3. Bagi Akuntan Publik Auditor dapat mengetahui kelangsungan hidup perusahaan yang ditangani dengan melihat faktor-faktor yang telah diteliti, sehingga dapat memberikan pendapat yang berkualita 6

1.5 Kerangka Pikir Penelitian Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian Variabel Independen Kualitas Auditor Kondisi Keuangan Perusahaan Opini Audit Tahun Sebelumnya Pertumbuhan Perusahaan Ukuran Perusahaan Variabel Dependen Penerimaan Opini Audit Going Concern Keberadaan Komisaris Independen pada Komite Audit Debt Default H7+ H1+ H2- H3+ H4- H5- H6+ H8- Opinion Shopping Dalam penelitian ini terdapat delapan variabel independen yaitu kualitas auditor, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, keberadaan komisaris independen 7

pada komite audit, debt default dan opinion shopping. Sedangkan variabel yang bersifat dependen adalah penerimaan opini audit going concern. Opini audit going concern diberikan oleh auditor apabila ada keraguan mengenai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Kualitas auditor dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan skala auditor dan diukur dengan variabel dummy. Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan kesehatan perusahaan sesungguhnya (Ramadhany, 2004), perusahaan dengan kondisi keuangan yang tidak baik dapat menerima opini audit going concern oleh auditor. Kondisi keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan yaitu Revised Altman Model. Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima perusahaan/auditee pada tahun sebelumnya. Opini audit going concern akan kembali diberikan apabila perusahaan/auditee pernah menerima opini audit going concern tahun sebelumnya. Rasio pertumbuhan laba digunakan untuk mengukur pertumbuhan perusahaan. Sedangkan total asset perusahaan digunakan untuk melihat ukuran perusahaan. Inside director (komisaris yang berasal dari dalam perusahaan) dapat memperngaruhi efektivitas komite audit dalam menjalankan tugasnya sebagai alat monitoring serta mendukung untuk perhatian lebih dari regulator untuk memperhatikan kualitas pelaporan keuangan dan seruan kepada komite audit agar lebih independen dengan memasukkan keberadaan komisaris independen (outside director). Indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban 8

hutang (default). Kemungkinkan manajemen untuk berpindah ke kantor akuntan publik lain apabila perusahaannya terancam menerima opini audit going concern disebut opinion shopping. Dalam pengukuran opinion shopping digunakan variabel dummy. 9