BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di klinik alergi Bagian / SMF THT-KL RS Dr. Kariadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1. PENDAHULUAN. hidung akibat reaksi hipersensitifitas tipe I yang diperantarai IgE yang ditandai

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

BAB 5 HASIL DAN BAHASAN. adenotonsilitis kronik dengan disfungsi tuba datang ke klinik dan bangsal THT

BAB V HASIL PENELITIAN. ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) terhadap jumlah sel NK dan kadar

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik RSUD Gunung Jati Cirebon, dengan populasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

HUBUNGAN IMUNOTERAPI DOSIS ESKALASI TERHADAP PERUBAHAN RASIO IL-4/IFN- DAN PERBAIKAN GEJALA KLINIK PENDERITA RINITIS ALERGI

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh reaksi alergi pada penderita yang sebelumnya sudah tersensitisasi

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Empat puluh pasien karsinoma mammae stadium III B yang memenuhi kriteria

BAB 3. METODA PENELITIAN. Tenggorok sub bagian Alergi dan Imunologi. Waktu penelitian : tahun

BAB V HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 30 perempuan penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah. mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan pada mukosa hidung

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit alergi sebagai reaksi hipersensitivitas tipe I klasik dapat terjadi pada

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan jenis New Zealand

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tiga puluh dua pasien di ruang ICU dengan ventilator mekanik yang telah

BAB V HASIL PENELITIAN. Karekteristik sampel penelitian dipaparkan dalam Tabel 5.1 diskripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Rhinitis alergi merupakan peradangan mukosa hidung yang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

SURAT PERNYATAAN PENELITI UTAMA. : Pengaruh Pemberian Susu Mengandung EPA pada Jumlah. Sertifikat Ethical Clearance No 150/EC/FK/RSDK/2011

BAB III METODE DAN PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kontrol (hanya terapi empirik). Dua biomarker yaitu kadar TNF- serum diukur

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik dan bangsal THT-KL dan laboratorium

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, dan Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut

BAB IV METODE PENELITIAN. menjadi 2 kelompok, yaitu 16 orang sebagai kelompok kontrol dan kelompok

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUD Kota


Hubungan Klasifikasi Rinitis Alergi dengan Interleukin-5 pada Penderita Rinitis Alergi di RSUP. H. Adam Malik Medan

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rinitis alergi merupakan penyakit imunologi yang sering ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN. Subjek Penelitian ini adalah Hematopoetic Stem cell dari darah perifer Dewasa yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN. induksi selama 9 bulan didapatkan 18 ekor mencit berhasil tumbuh tumor pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan one-group

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN. No. Responden :

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi alergi terus meningkat mencapai 30-40% populasi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medik RSUP dr. Kariadi Semarang,

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan ilmu penyakit

BAB IV METODE PENELITIAN

Statistik Parametrik. Saptawati Bardosono

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terminal yang menjalani hemodialisa rutin di unit hemodialisa RS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

EFEK TERAPI VAKSINASI BCG TERHADAP PERUBAHAN KADAR IgG TOTAL DAN PERBAIKAN GEJALA KLINIK PADA RINITIS ALERGI

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian mencakup bidang Fisiologi.

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan rancangan pre-post test with control group design yang

BAB 6 PEMBAHASAN. Penelitian ini mengikutsertakan 61 penderita rinitis alergi persisten derajat

BAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun

PENGARUH VAKSINASI BCG TERHADAP KADAR IgE-TOTAL DAN PERBAIKAN GEJALA KLINIK RINITIS ALERGI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Penelitian ini dilakukan di Poltekkes YRSU Dr.Rusdi. Jl.H Adam Malik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Mata dan CDC RSUP dr. one group pretest and posttest design.

Ethical Clearance 64

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

Nama Jurnal : European Journal of Ophthalmology / Vol. 19 no. 1, 2009 / pp. 1-9

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB 3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB VI PEMBAHASAN. Efektivitas Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Sel NK. kontrol mengalami kenaikan. Hal ini dapat kita lihat pada grafik berikut ini.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi merupakan penyakit peradangan pada. sistem pernapasan yang disebabkan oleh reaksi alergi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pretest dan posttest

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa

BAB 5 PEMBAHASAN. Penelitian telah dilakukan pada 40 pasien epilepsi yang menjalani monoterapi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

Transkripsi:

29 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL PENELITIAN 4.1.1. Jumlah Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di klinik alergi Bagian / SMF THT-KL RS Dr. Kariadi Semarang, didapatkan 44 penderita rinitis alergi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan bersedia mengikuti penelitian.namun terdapat 2 penderita yang tidak dapat menyelesaikan dikarenakan pindah alamat. Cell culture supernatan darah yang diperoleh kurang dari jumlah tersebut. Untuk kelompok ITS tersedia 17 data IL-4 dan 16 data IFN- - 4/IFN- a pada kelompok perlakuan ini dapat dipertahankan jumlahnya hingga akhir penelitian. Pada kelompok kontrol, data IL-4 dan IFN- Pemeriksaan IL-4 dan IFN- hanya dapat dilakukan pada 9 penderita. Jumlah sampel untuk data gejala klinis lebih banyak daripada data laboratorium darah. Kelompok ITS terdapat 22 sampel, sedangkan kelompok kontrol juga 22 sampel pada awalnya. Jumlah sampel gejala klinis untuk kelompok kontrol turun menjadi 20 saat masuk pada minggu ke tiga pengamatan, dan turun lagi menjadi 19 saat masuk pada minggu ke lima pengamatan. Jumlah 19 ini berhasil dipertahankan sampai akhir penelitian (minggu ke delapan). Sementara itu jumlah sampel kelompok ITS dapat dipertahankan sebanyak 21 orang sejak mulai dari pengamatan gejala klinis minggu pertama sampai minggu ke delapan.

30 4.1.2. Karakteristik Subyek Penelitian Secara deskriptif karakteristik sampel pada ke dua kelompok digolongkan berdasarkan usia, lama keluhan. Tabel 1. Distribusi usia dan lama keluhan Rerata Median SB Minimum Maksimum p Distribusi Usia Lama keluhan 28,3 62,7 24,0 45,0 10,4 55,9 15 6 50 282 <0,0001 <0,0001 Tidak normal Tidak normal Uji Shapiro Wilk Dilihat dari perbedaan rerata dan median serta besarnya angka simpangan baku, tampak distribusi variabel usia dan lama keluhan tidak normal, hal ini dibuktikan dengan uji normalitas Shapiro Wilk yang bermakna (p < 0,05), sehingga dilakukan uji beda dengan Mann Whitney. Dari tabel 2 dengan uji Mann Whitney distribusi berdasarkan usia antara dua kelompok tidak ada perbedaan bermakna (p=0,193), lama keluhan antara dua kelompok tidak ada perbedaan bermakna (p=0,173). Menggunakan Chi-square jenis kelamin tidak ada perbedaan bermakna (p=0,540) dan riwayat alergi keluarga tidak ada perbedaan bermakna (p=0,275). Dengan demikian dapat dikatakan sampel pada kedua kelompok seimbang.

31 Tabel 2. Distribusi sampel menurut usia, jenis kelamin, lama keluhan dan riwayat alergi keluarga antara kelompok ITS dan kontrol Median usia (tahun) Variabel ITS Kontrol p Median lama keluhan (bulan) Jenis kelamin (%) Pria Wanita Riwayat alergi keluarga (%) Tidak ada Ada 24 54 8 (36,4) 14 (63,6) 9 (40,9) 13 (59,1) 23,5 36 10 (45,5) 12 (54,5) 5 (25,0) 15 (75,0) Mann Whitney 0,193 0,173 Chi-square 0,540 0,275 4.1.3. Kadar IL-4, IFN- dan Rasio IL-4/IFN- Distribusi kadar IL-4, IFN- -4/IFNdengan uji Shapiro Wilk (tabel 3). Tabel 3. Distribusi kadar IL-4, IFN- -4/IFN- Rerata SB Median Minimum Maksimum p Distribusi IL-4 (pre) 72,2 66,8 46,5 1,63 213,6 0,014 Tidak normal 2569,2 1982,3 1824,8 8,87 6768,3 0,013 Tidak normal IL- (pre) 0,1220 0,3832 0,0255 0,0046 1,7400 0,000 Tidak normal Dilihat dari perbedaan rerata dan median serta besarnya angka simpangan baku, tampak distribusi variabel kadar IL-4, IFN- -4/IFNakhir penelitian tidak normal, hal ini dibuktikan dengan uji normalitas Shapiro Wilk yang bermakna (p < 0,05). Dengan demikian untuk analisis menggunakan statistik

32 non parametrik yaitu untuk menilai perbedaan dalam kelompok menggunakan Wilcoxon ranks signed test dan antar kelompok menggunakan Mann Whitney U test. Tabel 4. Median kadar IL-4 (pg/ml) sebelum, sesudah dan selisih pada kelompok pengobatan ITS dan kontrol Awal Akhir p b) Selisih( ITS (n = 17) Kontrol (n = 9) p a) 52,22 44,93 0,959-2,1860 p a) = nilai p untuk uji Mann-Whitney p b) = nilai p untuk uji Wilcoxon 17,19 19,22 0,515 2,0820 0,003 0,057 0,803 Hasil analisis median kadar IL-4 sebelum dan sesudah 8 minggu terjadi penurunan pada kelompok ITS dan kenaikan pada kontrol yang tidak bermakna (ITS p = 0,959; kontrol p = 0,515). Terdapat perbedaan bermakna kelompok ITS dibandingkan kontrol pada awal penelitian (p = 0,003), sedangkan sesudah 8 minggu atau selisih antara IL-4 minggu 8 dengan awal penelitian, keduanya tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p = 0,057; p = 0,803). Dengan demikian H1 yang menyatakan terdapat penurunan kadar IL-4 sesudah ITS pada penderita RA ditolak.

33 700 IL4 sebelum IL4 sesudah 12 600 500 400 11 300 200 28 34 100 34 0 A:ITS kode terapi C:Kontrol Gambar 1. Grafik median kadar IL-4 kelompok ITS dan kontrol Tabel 5. Median kadar IFNkelompok pengobatan ITS dan kontrol 8 mg dan selisih pada Awal Akhir p b) Selisih( ITS (n = 17) Kontrol (n = 10) p a) 1807,8 1803,6 0,569-105,800 p a) = nilai p untuk uji Mann-Whitney p b) = nilai p untuk uji Wilcoxon 1030,3 1347,3 0,575-82,275 0,604 Hasil analisis median kadar IFNpenurunan pada kelompok ITS dan kenaikan pada kontrol yang tidak bermakna (ITS p = 0,569; kontrol p = 0,575). Tidak terdapat perbedaan bermakna kelompok ITS dibandingkan kontrol pada awal penelitian (p = 0,604), pada akhir penelitian (p =

34 ) maupun selisih antara IFN- Dengan demikian H1 yang menyatakan terdapat kenaikan kadar IFNpada penderita RA ditolak. 15,000 11 6 IFN gamma sebelum IFN gamma sesudah 10,000 5,000 0 A:ITS kode terapi C:Kontrol Gambar 2. Grafik median IFN- Hasil analisis rasio IL-4/IFN- sebelum dan sesudah 8 minggu terjadi penurunan pada kelompok ITS dan kenaikan pada kontrol yang tidak bermakna (ITS p = 0,532; kontrol p = 0,594). Terdapat perbedaan bermakna kelompok ITS dibandingkan kontrol pada akhir penelitian (p = 0,008), namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada awal penelitian (p = 0,058) maupun selisih antara rasio IL- 4/IFN- u 8 dengan awal penelitian (p = 0,640).(Tabel 6) Dengan demikian H1 yang menyatakan terdapat penurunan rasio IL-4/IFN- pada penderita RA ditolak.

35 Tabel 6. Median rasio IL-4/IFNkelompok pengobatan ITS dan kontrol 8 mg dan selisih pada Awal Akhir p b) Selisih( ITS (n = 17) Kontrol (n = 9) p a) 0,0288 0,0214 0,532-0,0062 p a) = nilai p untuk uji Mann-Whitney p b) = nilai p untuk uji Wilcoxon 0,0070 0,0080 0,594-0,0012 0,058 0,008 * 0,640 2.0 rasio pre rasio post 20 1.5 1.0 34 0.5 12 7 24 28 15 0.0 34 29 A:ITS kode terapi C:Kontrol Gambar 3. Grafik median rasio IL-4 / IFN- 4.1.4. Skor Gejala Klinis (SGK) Pada kelompok ITS, median seluruh gejala sebelum dan sesudah 8 minggu tampak penurunan yang bermakna (p < 0,05) (Tabel 7).

36 Tabel 7. Median SGK sebelum dan sesudah 8 minggu kelompok ITS Gejala klinis sebelum Minggu ke 8 p Bersin Rinore Tersumbat Gatal Skor total Wilcoxon ranks signed test 2,50 3,00 3,00 2,00 9,00 1,00 1,00 0,43 0,28 2,29 <0,0001 <0,0001 <0,0001 <0,0001 <0,0001 Pada kelompok kontrol median seluruh gejala sebelum dan sesudah 8 minggu tampak penurunan yang bermakna (p < 0,05) (Tabel 8). Tabel 8. Median SGK sebelum dan sesudah 8 minggu kelompok kontrol Gejala klinis sebelum Minggu ke 8 p Bersin Rinore Tersumbat Gatal Skor total Wilcoxon ranks signed test Tabel 9. Delta ( 3,00 3,00 3,00 2,00 10,50 1,64 1,57 1,57 1,07 5,52 Gejala Klinik ITS Kontrol p Bersin Rinore Tersumbat Gatal Gejala total Mann Whitney test 1,00 1,00 1,43 1,28 4,00 0,42 0,43 0,00 0,42 1,43 <0,0001 <0,0001 0,001 0,001 <0,0001 0,024* 0,033* 0,001* 0,030* 0,001* Dari tabel 9 diatas, terdapat perbedaan yang bermakna skor gejala klinik antara kelompok ITS dan kelompok Kontrol.

37 Untuk menilai perbedaan masing-masing gejala antara kelompok perlakuan dengan kontrol, dihitung perbedaan setiap minggu pengamatan. Perbedaan gejala hidung gatal pengamatan minggu 1 sampai minggu ke 8 dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Perbedaan skor gejala hidung gatal minggu 1 minggu 8 di antara 2 kelompok Kelompok ITS Kelompok kontrol p Minggu 1 1,290 1,430 0,301 Minggu 2 0,929 Minggu 3 0,948 Minggu 4 0,860 0,850 0,763 Minggu 5 0,850 0,857 0,391 Minggu 6 0,570 1,140 0,188 Minggu 7 0,420 1,140 0,047 * Minggu 8 0,280 0,044 * Mann Whitney test Perubahan Skor Gejala Hidung Gatal Selama 8 Minggu Pengamatan 3 2.5 2 1.5 1 ITS Kontrol 0.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Minggu Pengamatan Gambar 4. Perbandingan skor gejala hidung gatal di antara 2 kelompok selama 8 minggu pengamatan

38 Grafik perbandingan perbaikan gejala hidung gatal antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar 4. Pada gambar 4, tampak gejala hidung gatal sebelum perlakuan dan pada minggu 8 pada kelompok ITS dan kelompok kontrol terjadi penurunan dengan perbedaan bermakna. Sedangkan gejala tiap minggu, terdapat perbedaan bermakna antar kelompok ITS dibanding kelompok kontrol pada minggu 7 dan 8. Perbedaan gejala bersin pengamatan minggu 1 8 dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Perbedaan skor gejala bersin minggu 1 minggu 8 di antara 2 kelompok Kelompok ITS Kelompok kontrol p Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8 Mann Whitney test 1,860 1,570 1,570 1,280 1,710 1,570 1,570 1,280 1,570 1,570 1,420 1,570 0,487 0,705 0,704 0,794 0,174 0,066 0,029 * 0,057 * Perubahan Skor Gejala Bersin Selama 8 Minggu Pengamatan 3 2.5 2 1.5 1 ITS Kontrol 0.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Minggu Pengamatan Gambar 5. Perbandingan skor gejala bersin di antara 2 kelompok selama 8 minggu pengamatan

39 Grafik perbandingan perbaikan gejala bersin antara kelompok ITS dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar 5. Pada gambar 5, tampak gejala bersin sebelum perlakukan dan pada minggu 8 pada kelompok ITS dan kelompok kontrol terjadi penurunan dengan perbedaan bermakna. Sedangkan gejala tiap minggu, terdapat perbedaan bermakna antar kelompok ITS dibanding kelompok kontrol pada minggu 7 dan 8. Perbedaan gejala hidung berair pengamatan minggu pertama sampai minggu ke 8 dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Hasil uji beda gejala hidung berair minggu 1 minggu 8 di antara 2 kelompok Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8 Mann Whitney test Kelompok ITS Kelompok kontrol p 2,000 1,570 1,140 1,290 0,710 2,000 1,850 1,570 1,290 1,280 1,570 1,430 1,428 0,449 0,521 0,284 0,556 0,242 0,327 0,038 * 0,044 * Grafik perbandingan perbaikan gejala hidung berair antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar 6.Pada gambar 6, tampak gejala hidung berair sebelum perlakuan dan pada minggu ke 8 pada kelompok ITS dan kelompok kontrol terjadi penurunan dengan perbedaan bermakna. Sedangkan gejala tiap minggu terdapat perbedaan bermakna antara kelompok ITS dibanding kelompok kontrol pada minggu 7 dan 8.

40 Perubahan Skor Gejala Hidung Berair Selama 8 Minggu Pengamatan 3 2.5 2 1.5 ITS Kontrol 1 0.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Minggu Pengamatan Gambar 6. Perbandingan skor gejala hidung berair di antara 2 kelompok selama 8 minggu pengamatan Perbedaan gejala hidung tersumbat pengamatan minggu pertama sampai minggu ke delapan dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Hasil uji beda gejala hidung tersumbat minggu 1 minggu 8 di antara 2 kelompok Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8 Mann Whitney test Kelompok ITS Kelompok Kontrol p 1,850 1,714 0,588 1,714 1,570 0,724 1,570 1,430 0,601 1,280 0,548 1,850 0,108 1,570 0,075 0,710 1,570 0,025 * 0,430 1,570 0,009 * Grafik perbandingan perbaikan gejala hidung tersumbat antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar 7. Pada gambar 7,

41 tampak gejala hidung tersumbat sebelum perlakuan dan pada minggu ke 8 pada kelompok ITS dan kelompok kontrol terjadi penurunan dengan perbedaan bermakna. Sedangkan gejala tiap minggu terdapat perbedaan bermakna antara kelompok ITS dibanding kelompok kontrol pada minggu 7 dan 8. Perubahan Skor Gejala Hidung Tersumbat Selam a 8 Minggu Pengam atan 3 2.5 2 1.5 1 ITS Kontrol 0.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Minggu Pengam atan Gambar 7. Perbandingan skor gejala hidung tersumbat di antara 2 kelompok selama 8 minggu pengamatan Tabel 14. Hasil uji beda skor gejala total minggu 1 minggu 8 di antara 2 kelompok Kelompok ITS Kelompok Kontrol p Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8 7,000 5,850 5,280 4,140 3,860 3,410 2,856 2,290 6,430 6,000 5,540 4,713 5,280 5,700 5,440 5,560 0,208 0,890 0,648 0,557 0,110 0,113 0,021* 0,036* Mann Whitney test

42 Grafik perbandingan perbaikan skor gejala total antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar 8. Skor total pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol, sama-sama mengalami kecenderungan terus menurun, mulai dari minggu 1 sampai ke minggu ke 8. Namun kelompok ITS, penurunannya cenderung lebih tajam (Gambar 8). Pada minggu 1 sampai minggu ke 6 pengamatan, tidak terdapat perbedaan skor total di antara ke dua kelompok. Perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan (yang diberi ITS) dengan kelompok kontrol baru terlihat pada mingguminggu terakhir pengamatan, yaitu minggu ke 7 (p = 0,021) dan minggu ke 8 (p = 0,036). 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0.000 1 2 3 4 5 6 7 8 pengamatan minggu ke its kontrol Gambar 8. Perbandingan skor gejala total di antara dua kelompok selama 8 minggu pengamatan

43 4.1.5. Median Hari Bebas Gejala, Hari Nyaman dan Hari Minum Obat Tabel 15. Median dan hasil uji normalitas data hari bebas gejala, hari nyaman dan hari minum obat Bebas gejala Nyaman Minum obat Awal Akhir Uji Normalitas Data Median Median Sebelum 8 Minggu p Distribusi p Distribusi 0,00 0,00 0,000 Tidak normal 0,000 Tidak normal 1,00 2,50 0,000 Tidak normal 0,000 Tidak normal 1,50 0,50 0,000 Tidak normal 0,001 Tidak normal Terdapat perbedaan bermakna hari bebas gejala (p = 0,011) dan hari nyaman (p = 0,001) pengamatan minggu 1 (awal) dengan pengamatan minggu ke 8 (akhir) dalam kelompok perlakuan (yang menerima ITS). Tidak terdapat perbedaan bermakna hari minum obat (p = 0,538) pengamatan minggu 1 (awal) dengan pengamatan minggu ke 8 (akhir) dalam kelompok perlakuan (yang menerima ITS). Sementara itu tidak terdapat perbedaan hari bebas gejala, hari nyaman dan hari minum obat pengamatan minggu 1 (awal) dengan pengamatan minggu ke 8 (akhir) pada kelompok kontrol (Tabel 16). Tabel 16. Perbedaan Hari Bebas Gejala, Hari Nyaman dan Hari Minum Obat pada Awal Penelitian (minggu 1) dengan Akhir Penelitian (minggu 8) Median Bebas Gejala Median Hari Nyaman Median Minum Obat Wilcoxon ranks signed test Kelompok ITS Kelompok Kontrol Awal Akhir p Awal Akhir p 0,000 0,000 0,000 5,000 0,000 0,011* 0,001* 0,538 0,000 0,000 0,739 0,527 0,347

44 Tabel 17. Median Hari Bebas Gejala, Hari Nyaman dan Hari Minum Obat kelompok ITS dan kelompok Kontrol pada minggu ke 8. Variabel ITS Kontrol p Hari bebas gejala 1,0 0,0 0,330 Hari nyaman 27,0 15,0 0,024* Hari minum obat 6,0 15,0 0,132 Mann Whitney test 60 jmlsk1 jmlsk0 jmlhmo 50 40 30 9 20 42 10 0 A:ITS kode terapi C:Kontrol Gambar 9. Grafik median hari bebas gejala, hari nyaman, dan hari minum obat oleh kelompok ITS dan kontrol.

45 Median hari bebas gejala pada kelompok ITS dan kontrol tidak terdapat perbedaan bermakna (p=0,330). Median hari nyaman pada kelompok ITS dan kontrol terdapat perbedaan bermakna (p=0,024). Median hari minum obat lebih rendah pada kelompok ITS dibanding kontrol, perbedaan tidak bermakna (p=0,132). 4.1.6. Hubungan Antara Skor Total, Hari nyaman, Hari bebas gejala dengan Rasio IL-4/IFN- Uji hubungan dilakukan dengan rank Spearman karena distribusi data tidak normal. Tidak ada hubungan bermakna antara skor total, hari nyaman (skor satu) dan hari bebas gejala (skor nol) akhir penelitian (pengamatan minggu ke8 ) dengan rasio IL-4/IFN- ttest baik pada kelompok ITS maupun kelompok kontrol. Hasil selengkapnya koefisien korelasi dan nilai p masing-masing hubungan dapat dilihat pada tabel 18 dan korelasinya dapat dilihat pada gambar. Dengan demikian H1 yang menyatakan ada hubungan antara perubahan rasio IL-4/IFNimunoterapi dosis eskalasi dengan perbaikan gejala klinik penderita RA ditolak. Tabel 18. Hubungan Antara Skor Total, Hari Nyaman dan Hari Bebas Gejala Minggu ke Delapan dengan Rasio IL-4/IFN- Rasio IL-4/IFN- Rasio IL-4/IFN- Hubungan rs p st dengan skor total kelompok ITS ITS Rasio IL-4/IFN- ITS Rasio IL-4/IFN- Rasio IL-4/IFN- Rasio IL-4/IFN- kontrol kontrol yaman kelompok kontrol kelompok -0,359 0,148-0,028-0,259-0,248-0,411 0,188 0,598 0,920 0,500 0,520 0,272

46 rasio post 0.7000 Observed Linear 0.6000 0.5000 0.4000 0.3000 0.2000 0.1000 0.0000 0.00 2.00 4.00 total minggu VIII 6.00 8.00 Gambar 10. Grafik korelasi Rasio IL-4/IFNtotal kelompok ITS. Posttest dengan skor rasio post 0.7000 Observed Linear 0.6000 0.5000 0.4000 0.3000 0.2000 0.1000 0.0000 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 skor max (satu) minggu VIII 6.00 7.00 Gambar 11. Grafik korelasi Rasio IL-4/IFNhari nyaman kelompok ITS. Posttest dengan

47 rasio post 0.7000 Observed Linear 0.6000 0.5000 0.4000 0.3000 0.2000 0.1000 0.0000 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 skor nol minggu VIII Gambar 12. Grafik korelasi Rasio IL-4/IFNhari bebas gejala kelompok ITS Posttest dengan rasio post Observed Linear 0.3000 0.2000 0.1000 0.0000 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 total minggu VIII Gambar 13.Grafik korelasi Rasio IL-4/IFN- Skor total kelompok kontrol Posttest dengan

48 rasio post Observed Linear 0.3000 0.2000 0.1000 0.0000 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 skor max (satu) minggu VIII Gambar 14. Grafik korelasi Rasio IL-4/IFNhari nyaman kelompok kontrol 6.00 Posttest dengan rasio post Observed Linear 0.3000 0.2000 0.1000 0.0000 0.00 1.00 2.00 3.00 skor nol minggu VIII 4.00 5.00 Gambar 15. Grafik korelasi Rasio IL-4/IFNhari bebas gejala kelompok kontrol Posttest dengan

49 4.2. PEMBAHASAN Manfaat ITS terhadap alergi telah terbukti dapat memberikan perbaikan gejala klinis RA. Secara imunologis, ITS dosis maintenan dapat meningkatkan Ig G bloking AB, menurunkan Ig E dan mengurangi sel eosinofil mukosa. 14,27,30 Selain itu ITS dosis maintenan juga dapat menurunkan produksi IL-4 dan IL-5 oleh sel Th2 14 Meskipun demikian, penelitian eksperimental mengenai manfaat ITS dosis eskalasi terhadap perbaikan gejala klinis penderita RA masih terbatas. 4.2.1. Karakteristik subyek penelitian Pada penelitian Benjaponpitak dengan jumlah sampel 6, dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 4 orang dan wanita 2 orang, didapatkan median usia adalah 34,1 tahun. 16 Pada penelitian ini, jumlah sampel 44 orang dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 18 dan wanita 26 orang, didapatkan median usia 24 tahun. Pada penelitian terdahulu, semua sampel terdapat riwayat atopi. 16 Pada penelitian ini pada kelompok ITS, 59,1% terdapat riwayat atopi dan 40,9% tidak terdapat riwayat atopi, sedangkan pada kelompok kontrol 75% terdapat riwayat atopi dan 25% tidak terdapat riwayat atopi. 4.2.2. Kadar IL-4, IFN- dan rasio IL-4/IFN- Pada penelitian RA kali ini, pada kelompok ITS didapatkan hasil penurunan kadar IL-4, penurunan kadar IFN- dan penurunan rasio sehingga terjadi pergeseran ke arah produksi IFN- IL- 4/IFN- yang tidak bermakna. Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan hasil kenaikan kadar IL-4, kenaikan kadar IFN- dan kenaikan rasio IL- 4/IFN- yang tidak bermakna.

50 Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Benjaponpitak dimana pada dosis eskalasi didapati peningkatan kadar IL-4 dan penurunan kadar IFN- pada kelompok ITS dosis eskalasi. Pada penelitian terdahulu, suksesnya imunoterapi dosis maintenan berhubungan dengan penurunan produksi IL-4 dan meningkatnya kadar IFN-. 14,16 Pengurangan produksi IFN- bisa merupakan efek sekunder dari penggunaan kortikosteroid yang lama, dimana pengurangan produksi IL-12 akan mengurangi pula produksi IFN- dan meningkatkan secara relatif produksi IL-4. 16 Penurunan rasio IL-4/IFN- pada kelompok ITS dosis eskalasi penelitian ini berbeda dengan penelitian Benjaponpitak yang didapati hasil peningkatan rasio IL-4/IFN- pada 4 dari 6 subyek penelitian kelompok ITS. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Creticos yang mengatakan bahwa paparan alergen dosis rendah berhubungan dengan peningkatan produksi IL-4 sedangkan pada dosis tinggi alergen berhubungan dengan penurunan kadar IL-4 dan peningkatan produksi IFN-. 11,15 Pada penelitian ini dosis yang digunakan sudah dapat menurunkan kadar IL-4 tetapi belum dapat meningkatkan kadar IFN-. Hal lain yang juga mungkin turut berperan dalam suksesnya imunoterapi adalah adanya sel T regulator (Treg:CD4 + CD25 + ) dimana sel ini dapat menghambat respon sel Th1 dan Th2 sehingga secara aktif menghambat reaksi autoimun dan respon alergi. Mekanismenya dengan cara kontak antar sel dan juga melalui produksi IL-10 dan TGF- -10 yang

51 dihasilkan sel T reg ini berperan penting dalam menyeimbangkan sistem imun dalam mencegah dan mengobati penyakit alergi. 38,39 Central unmethylated C-G dinucleotida (CpG) Oligodeoxynucleotides (ODNs) dikenal sebagai induktor respon Th1 dan dapat menghambat respon Th2 melalui produksi IFN- dan IL-10. Sementara itu IFN- yang diinduksi CpG ODNs dihambat oleh IL-10 yang mengakibatkan mekanisme homeostasis ke dalam keseimbangan Th1 dan Th2. Dengan adanya konsep Th1/Th2 dan T reg ini maka vaksin yang lebih baik bila vaksin itu dapat bekerja menginduksi sel Th1/Th2 dan T reg. 36,38 Pada penelitian ini tidak diukur kadar IL-10 yang merupakan keterbatasan penelitian. 4.2.3. Skor Gejala Klinik Pada penelitian ini terjadi penurunan skor gejala klinik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok ITS dan kontrol yang bermakna. Dan setelah dilakukan penilaian masing-masing gejala tiap minggu pada kelompok ITS dan kontrol, ternyata tampak perbedaan yang bermakna pada minggu ke 7 dan minggu ke 8. Demikian juga dengan perhitungan skor total, ternyata perbedaan bermakna dari kelompok ITS dan kontrol juga baru terlihat pada minggu ke 7 dan ke 8. Penelitian lain yang menggunakan ragweed imunoterapi selama 9 minggu dari 13 pasien dan 14 kontrol, didapatkan perbaikan gejala klinik yang bermakna pada kelompok ITS (p<0,05). 29 Creticos juga meneliti 57 pasien asma yang diberi ragweed imunoterapi, ternyata baik kelompok

52 perlakuan maupun kontrol menunjukkan perbaikan gejala asma sesudah 2 tahun terapi. 11 Pada pasien penelitian ini, perbaikan gejala klinik sudah tampak pada minggu ke tujuh, sesuai dengan teori dimana pada mekanisme imunologik dari ITS akan terbentuk kondisi anergi di sel T perifer dimana kondisi ini punya karakteristik penekanan proliferasi respon sitokin sel T dan peningkatan produksi IL-10 yang mencapai kadar maksimal pada minggu ke 4. IL-10 tidak hanya membangun kondisi anergi pada sel T tapi juga meregulasi pembentukan isotipe spesifik dan merubah respon Ig E menjadi 14,32 dominasi Ig G 4. Kesuksesan ITS, ditandai dengan perubahan lingkungan mikro ke arah produksi sitokin Th0/Th1. 14,32 4.2.4. Hari bebas gejala, hari nyaman dan hari minum obat Pada penelitian ini pada minggu ke 8 terdapat perbedaan bermakna jumlah hari bebas gejala, dan jumlah hari nyaman pada kelompok ITS tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna pada jumlah hari minum obat. Sedangkan pada kelompok kontrol pada minggu ke 8, tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada jumlah hari bebas gejala, jumlah hari nyaman maupun jumlah hari minum obat. Setelah dilakukan uji beda, ternyata terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok ITS dan kontrol, pada jumlah hari nyaman. Jumlah hari minum obat lebih tinggi pada kelompok kontrol dibanding kelompok ITS meskipun tidak bermakna. Cara penilaian ini merupakan parameter yang akurat untuk menilai manfaat pengobatan yang dirasakan penderita. 37 Kebutuhan akan terapi yang lebih efektif penting sebab

53 imunoterapi alergi adalah satu-satunya terapi pada penyakit alergi yang dapat merubah status imunologik seseorang. Efek imunoterapi dapat bertahan selama beberapa tahun sesudah terapi dihentikan. 16 4.2.5. Hubungan Antara Skor Total, Hari nyaman, Hari bebas gejala dengan Rasio IL-4/IFN- Pada penelitian ini, tidak ada hubungan bermakna antara skor total, hari nyaman (skor satu) dan hari bebas gejala (skor nol) pada akhir penelitian (pengamatan minggu ke delapan) dengan rasio IL-4/IFN- posttest baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Berarti tidak ada hubungan antara rasio IL-4/IFN- dengan perbaikan gejala klinik penderita RA.