MODEL DISTRIBUSI PERJALANAN PENDUDUK UNTUK PENENTUAN KORIDOR LRT DI PULAU BATAM

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG

Dengan berlakukunya Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999, maka Kotamadya Administratif Batam berubah menjadi daerah otonom Kota Batam dengan membawahi 8

The change status / level of Batam district into Batam Administration Municipality, it divided into 3 Districts. Administrations

LAKIP. Laporan Akuntabilias Kinerja Instansi Pemerintah. Pemerintah Kota Batam

DAFTAR LOKASI DAN ALOKASI PNPM MANDIRI PERKOTAAN T,A,2013 PROVINSI KEPULAUAN RIAU

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BATAM TAHUN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BATAM TAHUN 2016

SIMULASI MODEL ALOKASI KEBUTUHAN RUANG KOTA/ WILAYAH BERDASARKAN KEBERLANJUTAN FUNGSI KONSERVASI AIR DAN PENCEGAH BANJIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

JUDUL MAKALAH SEMINAR STUDI DEMAND PENUMPANG TRANSPORTASI UDARA MENUJU DAN KELUAR KABUPATEN FAKFAK

DAFTAR NAMA PENERIMA, ALAMAT DAN BESARAN ALOKASI BANTUAN SOSIAL YANG DITERIMA TAHUN ANGGARAN 2015

MODEL TRIP DISTRIBUTION PENUMPANG DOMESTIK DAN INTERNASIONAL DI BANDARA INTERNASIONAL JUANDA

DAFTAR NAMA PENERIMA, ALAMAT DAN BESARAN ALOKASI BATUAN SOSIAL YANG DITERIMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

NO HARI/TANGGAL WAKTU KECAMATAN LOKASI MASJID ACARA KEGIATAN KETERANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA MODEL SEBARAN PERJALANAN INTERNAL MASYARAKAT KOTA BATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAVITASI

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA BATAM TAHUN ANGGARAN 2016

KAJIAN POLA PERGERAKAN DI PROPINSI LAMPUNG

FENOMENA PASAR KAGET DI KOTA BATAM TAHUN (Sebuah Tinjauan Historis)

STUDI DEMAND PADA RENCANA PEMBANGUNAN JALAN SORONG-KEBAR-MANOKWARI DENGAN MODEL GRAVITY

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR NAMA PENERIMA, ALAMAT DAN BESARAN ALOKASI BANTUAN SOSIAL YANG DITERIMA

Model Empat Langkah? Four Step Model Travel Demand Model

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

MAKALAH PELAYANAN PUBLIK

JADWAL KEGIATAN SAFARI RAMADHAN WALIKOTA BATAM, WAKIL WALIKOTA BATAM, MUSPIDA, KETUA DPRD BATAM,

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN)

BAB 6 PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH

BAB 1


ANALISIS PREDIKSI SEBARAN PERJALANAN PENUMPANG KAPAL LAUT MELALUI PELABUHAN LAUT PENGUMPAN DI KEPULAUAN HALMAHERA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITY

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN BATAM, BINTAN, DAN KARIMUN

Simulasi Pemodelan Transportasi pada Jaringan Jalan Menggunakan Aplikasi Saturn

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

SEJARAH RINGKAS BRIEF HISTORY

ANALISIS MODEL KEBUTUHAN PERGERAKAN PENUMPANG DAN BARANG BANDARA RAHADI OESMAN KETAPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai saat ini - yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi Empat. 1. Bangkitan dan tarikan perjalanan

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR

PEMILIHAN MODA PERJALANAN

ANALISIS PENGARUH PERGERAKAN PADA PEMUKIMAN TERHADAP PUSAT PERBELANJAAN DI BANJARMASIN (GRAVITY METHOD)

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

JASA TITIPAN DI KOTA BATAM TAHUN 2016

PERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL

Lokasi Kelurahan Kecamatan Pemilik Menara (Subjek)

TRANSPORTASI SEBAGAI SUATU SISTEM

ANALISA PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR ABSTRAK

Bangkitan Perjalanan Pada Perumahan Baturaja Permai Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan

PERENCANAAN TRANSPORTASI

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

ANALISA DAMPAK PEMBANGUNAN HOTEL IBIS MANADO TERHADAP LALU LINTAS DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO

PENGARUH PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN DI SEPANJANG JALAN GADJAH MADA KOTA BATAM TESIS

ANALISIS RESPON SEGMEN GEOGRAFIS TERHADAP PASAR KAGET DI KOTA BATAM. Tiurniari Purba

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

RENCANA UMUM PENGADAAN BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KB KOTA BATAM TAHUN

MODEL BANGKITAN PERJALANAN DARI PERUMAHAN: STUDI KASUS PERUMAHAN PUCANG GADING, MRANGGEN, DEMAK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KENAPA TRANSPORTASI PERLU DIRENCANAKAN?

Transportasi terdiri dari dua aspek, yaitu (1) prasarana atau infrastruktur seperti jalan raya, jalan rel, bandar udara dan pelabuhan laut; serta (2)

APPLICATION OF TRIP DISTRIBUTION MODELS TO ROAD BASED REGIONAL FREIGHT MOVEMENT IN WEST JAVA

ESTIMASI MATRIK ASAL TUJUAN DARI DATA LALU LINTAS DENGAN METODE ESTIMASI INFERENSI BAYESIAN MENGGUNAKAN PIRANTI LUNAK EMME/3

Kelurahan Kecamatan Latitude Longitude SST Rooftop

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

BAB II GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

ANALISIS PEMILIHAN RUTE DALAM KAJIAN KEBUTUHAN PERGERAKAN PADA RENCANA PEMBANGUNAN RUAS JALAN SEMITAU NANGA BADAU KABUPATEN KAPUAS HULU

PESERTA KEGIATAN KETERANGAN Masjid Raya Batam Walikota, Wakil Walikota, DPRD, Otorita, Muspida, Kemenag, Tomas, SKPD

STUDI POTENSI PENUMPANG PADA RENCANA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA DI TULUNGAGUNG NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

Model Bangkitan Perjalanan Kerja dan Faktor Aksesibilitas pada Zona Perumahan di Yogyakarta

STUDI PEMODELAN TRANSPORTASI DI RUAS JALAN NGINDEN AKIBAT JALAN MERR II-C ( SEGMEN KEDUNG BARUK SEMOLOWARU ) SURABAYA TUGAS AKHIR

Analisis Pola Permukiman Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Pulau Batam

Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta

Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

OUTLINES PERKULIAHAN

STUDI PERMODELAN BANGKITAN PERJALANAN DI PERKOTAAN

KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN TRANSMIGRASI DI KECAMATAN MESUJI TIMUR. Imam Moerdo Koentjoro

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Tabel 1.1. Luas Peruntukan Lahan. Sumber : BPN Kota Bandar Lampung, 2004

disatukan dalam urutan tahapan sebagai berikut :

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 53 TAHUN 1999 (53/1999) Tanggal: 4 OKTOBER 1999 (JAKARTA)

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu

Lampiran I.21 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

BAB III LANDASAN TEORI

ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN PERJALANAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITY DENGAN FUNGSI HAMBATAN EKSPONENSIAL-NEGATIF DI KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Transkripsi:

MODEL DISTRIBUSI PERJALANAN PENDUDUK UNTUK PENENTUAN KORIDOR LRT DI PULAU BATAM Doko Prio Utomo Gedung 2 BPPT Lantai 10, Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi Badan Pengkaian dan Peneraan teknologi E-mail: dokoprio@yahoo.com Abstract In consequence of the increasing of regional economic activities in Pulau Batam, a reliable transportation system is required. Decreasing road network performance as a result of increasing traffic volume needs a strategic planning to anticipate the worsening condition in the future. One of the solutions is by providing mass transit system which is expected to attract private car users. Therefore, determination of potential corridor of mass transit system need to be identified so that the system provide better accessibility. Trip pattern in Pulau Batam must be known by developing trip distribution model. The trip distribution model is calibrated using origin-destination (O-D) data that is based on home interview survey. The validated model will be used to forecast and simulate travel demand onto transport network. Result of model calibration process shows mean trip length difference between model and survey is equal 0.141 %. From simulation of trip assignment is obtained that potential corridor for mass transit system using LRT is Batu Ampar Batu Ai via Muka Kuning. Passenger forecast in the year 2030 is 193,990 passenger/day (2 directions). Kata kunci: model trip distribusi, angkutan umum masal 1. PENDAHULUAN Pulau Batam merupakan salah satu kawasan industri di Indonesia yang mempunyai posisi yang sangat strategis karena merupakan pintu gerbang Indonesia dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Sebagaimana layaknya suatu kawasan industri, maka aktifitas ekonomi di wilayah tersebut mengakibatkan tingginya pergerakan barang maupun penumpang. Tingginya aktifitas ekonomi di wilayah ini sangat membutuhkan penyediaan aringan transportasi yang mendukung kelancaran pergerakan penduduk. Peningkatan volume kendaraan pada sistem aringan alan yang mengakibatkan menurunnya tingkat pelayanan alan akan merugikan perkembangan ekonomi daerah. Untuk mengantisipasi makin menurunnya tingkat pelayanan alan yang berdampak pada penurunan daya saing ekonomi perlu diusulkan rencana pengembangan sistem transportasi di Pulau Batam yang dapat menekan peningkatan volume kendaraan dengan mempromosikan sistem angkutan umum masal yang mampu menarik pengguna kendaraan pribadi untuk berpindah ke angkutan umum masal Light Rail Transit (LRT). Untuk itu diperlukan pemahaman tentang pola peralanan penduduk untuk mengetahui interaksi antar kawasan (zona) dan besarnya potensi permintaan antar kawasan. Koridor potensial untuk angkutan umum masal di Pulau Batam diperoleh dari garis keinginan (desired lines) pengguna angkutan umum dan sebagian dari pengguna kendaraan pribadi. Maksud penelitian adalah untuk mendapatkan pola peralanan penduduk di Pulau Batam sampai dengan tahun 2030. Tuuan penelitian adalah untuk mengembangkan model distribusi peralanan penduduk Pulau Batam yang dapat mereplikakan kondisi lapangan sebagai alat untuk mengidentifikasi koridor potensial angkutan umum masal dan memprediksi besarnya permintaan peralanan pada koridor potensial sampai dengan tahun 2030 2. BAHAN DAN METODE Untuk mempermudah analisis, daerah studi dibagi ke dalam beberapa zona lalu lintas, yaitu 32 zona internal dan 9 zona yang berhubungan dengan 180 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12, No. 3, Desember 2010 Hlm.180-186

pergerakan external yang diwakili simpul-simpul transportasi berupa pelabuhan laut atau bandar udara serta embatan Barelang seperti dapat dilihat pada Tabel 1. Pembagian zona didasarkan pada wilayah administrasi. Hal ini dilakukan dengan maksud agar mudah mendapatkan data-data tentang kondisi setiap zona lalu lintas, antara lain tentang kependudukan. Tabel 1 Zona Lalu Lintas Wilayah Administrasi No. Zona Bengkong Laut 1001 Harapan Baru 1002 Sei Jodoh 1003 Bukit Senyum 1004 Kp. Seraya 1005 Bukit Jodoh 1006 Batu Merah 1007 Bengkong Harapan 1008 Tiban Asri 1009 Tiban Lama 1010 Sei Harapan 1011 Tiban Indah 1012 Patam Lestari 1013 Tanung Uncang 1014 Tanung Riau 1015 Tanung Pinggir 1016 Muka Kuning 1017 Sagulung 1018 Tanung Piayu 1019 Batu ai 1020 Lubuk Baa Kota 1021 Kampung Pelita 1022 Batu Selicin 1023 Tanung Uma 1024 Pangkalan Petai 1025 Baloi Permai 1026 Batu Besar 1027 Baloi 1028 Teluk Tering 1029 Kabil 1030 Nongsa 1031 Belian 1032 Zona External Gate 1 (P. Batu Ampar) 1039 Gate 2 (P. Nongsa) 1040 Gate 3 (P. Batu Besar) 1041 Gate 4 (P.Kabil) 1042 Gate 5 (P. Punggur) 1043 Gate 6 (J. Trans Barelang) 1044 Gate 7 (P. Tanung Uncang) 1045 Gate 8 (P. Sekupang) 1046 Gate 9 (B. Hang Nadim) 1047 Data penduduk sangat penting dalam proses pengembangan model baik mulai dari pengembangan model bangkitan peralanan sampai dengan model distribusi peralanan. Data tentang kependudukan disaikan pada Tabel 2. Tabel 2. Penduduk Kota Batam, Tahun 2007 No Kecamatan Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk 1 Sekupang 74,572 1. Tanung Riau 8,465 2. Tiban Baru 15,990 3. Tiban Lama 12,276 4. Tiban Indah 10,427 5. Patam Lestari 11,791 6. Sungai Harapan 9,021 7. Tanung Pinggir 6,602 2 Batu Ampar 44,535 1. Tanung Sengkuang 18,699 2. Sungai Jodoh 8,478 3. Batu Merah 7,149 4. Kampung Seraya 10,209 3 Sei Beduk 69,811 1. Tanung Piayu 8,398 2. Duriangkang 13,455 3. Mangsang 24,402 4. Muka Kuning 23,556 4 Nongsa 42,028 1. Ngenang 1,420 2. Kabil 19,043 3. Batu Besar 15,392 4. Sambau 6,173 5 Belakang Padang 20,046 1. Pulau Terong 3,494 2.Pecong 827 3. Kasu 3,182 4. Pemping 960 5. Tanung Sari 5,716 6. Sengkanak Raya 5,867 6 Galang 14,280 1. Pulau Abang 1,600 2. Karas 2,594 3. Siantung 1,674 4. Sembulang 1,947 5. Rempang Cate 2,330 6. Subang Mas 826 7. Galang Baru 2,528 8. Air Raa 781 7 Lubuk Baa 74,226 1. Batu Selicin 16,011 Model Distribusi Peralanan Penduduk...(Doko Prio Utomo) 181

No Kecamatan Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk sampai dengan tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 3. 2. Lubuk Baa Kota 13,428 3. Kampung Pelita 10,632 4. Baloi Indah 21,794 5. Tanung Uma 12,361 8 Bulang 9,481 1. Pantai Gelam 1,260 2. Temoyong 1,270 3. Pulau Setokok 2,265 4. Batu legong 982 5. Bualang Lintang 1,311 6. Pulau Buluh 2,393 9 Batam Kota 105,388 1. Teluk Tering 9,235 2. Taman Baloi 19,436 3. Sukaadi 4,624 4. Belian 27,661 5. Sungai Panas 21,853 6. Baloi Permai 22,579 10 Batu Ai 80,654 1. Bukit Tempayan 13,263 2. Buliang 32,562 3. Kibing 20,011 4. Tanung Uncang 14,818 11 Sagulung 120,142 1. Tembesi 16,914 2. Sungai binti 17,652 3. Sungai Lekop 15,261 4. Sagulung Kota 32,723 5. Sungai Langkai 25,064 6. Sungai Pelunggut 12,528 12 Bengkong 69,052 1. Bengkong Laut 15,976 2. Bengkong Indah 18,862 3. Sadai 14,708 4. Tanung Buntung 19,606 TO T A L 727,878 Sumber: Dinas Kependudukan,Capil dan KB Kota Batam, 2008 Disamping itu sistem aringan alan di Pulau Batam harus disusun dalam format komputer yang dapat memberikan data tentang panang, umlah laur per alur, arah arus, kapasitas alur, fungsi volume dan kelambatan (volume delay function). Oleh karena itu data tentang kondisi aringan alan perlu diketahui. Kondisi alan di Pulau Batam Tabel 3. Panang Jalan Menurut Kondisi Jalan (km) Rusak Tahun Baik Sedang Rusak Jumlah Berat 1992 266,33 50,61 38,15-355,09 1993 266,33 84,59 51,8-402,72 1994 299,91 86,29 29,94-416,14 1995 502,81 106,58 65,8-675,19 1996 528,11 106,58 53,7-688,38 1997 559,7 106,58 29,8-696,08 1998 609,06 106,58 58,1-773,74 1999 620,7 101,7 53,2-775,6 2000 649,39 101,7 45,86-796,95 2001 651,4 101,7 51,16-807,26 2002 714,64 109,7 41,16 10 875,5 2003 778,74 110,47 41,16 20,7 951,07 2004 788,64 110,47 41,16 26 966,27 2005 795,43 144,32 79,48 64,42 1083,64 2006 805,99 148,46 68,92 64,42 1087,78 2007 825,16 155,51 55,6 51,52 1087,78 Sumber: Dinas Kimpraswil Batam, 2008 Untuk pola aringan alan dan zona lalu lintas di pulau Batam setelah dimasukkan ke dalam format komputer dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Zona Lalu lintas dan Sistem Jaringan Jalan di Pulau Batam 182 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12, No. 3, Desember 2010 Hlm.180-186

Data asal tuuan peralanan diperoleh dengan menggunakan data hasil survai wawancara rumah tangga, di mana isi wawancara antara lain menanyakan tentang semua aktivitas peralanan responden yang dilakukan sepanang hari pada hari sebelumnya (satu hari sebelum wawancara) berupa asal, tuuan dan maksud peralanan serta moda transportasi yang digunakan. Dari data asal tuuan peralanan dapat diketahui besarnya produksi (trip production) dan tarikan peralanan (trip attraction) tiap zona lalu lintas. Data asal tuuan peralanan disusun sedemikian akan membentuk matrik asal tuuan sehingga dapat dengan mudah diketahui besarnya produksi dan tarikan peralanan dari tiap zona analisis. Besarnya umlah peralanan pada tiap pasang zona asal dan zona tuuan bersama-sama dengan bangkitan peralanan (trip generation) dan impedance (berupa data arak antar zona) diadikan dasar dalam membangun model distribusi peralanan melalui proses kalibrasi model. Proses kalibrasi meliputi: (a) spesifikasi fungsi matematis untuk membentuk fungsi impedance f(t i ) yang mereplikakan bentuk dari trip-length frequency distribution hasil survai dan (b) menentukan parameter-parameter dari fungsi ini sehingga mean trip length model lalu lintas sama dengan hasil survai lalu lintas (J.A. Black, 1981). Alur pikir yang digunakan dalam pembuatan model dapat dilihat pada Gambar 2. Data survai Origin-Destination (O-D) dipakai untuk mengkalibrasi model sesuai dengan metode yang dipakai di mana dalam kaian ini digunakan Fully Constraint Gravity Model. Selanutnya dari proses kalibrasi tersebut akan menghasilkan model distribusi peralanan yang berisi pola asal tuuan peralanan (O-D model). O-D Survai Model distribusi peralanan terkalibrasi belum menggambarkan apakah model tersebut dapat digunakan sebagai alat dalam memprediksi peralanan di masa mendatang atau tidak. Untuk itu diperlukan ui validasi model yang dapat memberikan gambaran tentang keakuratan model yang sudah terkalibrasi tersebut. Proses validasi dapat dilakukan dengan metode analisa regresi untuk melihat seberapa auh kemiripan hasil model dengan hasil survai. Apabila terbukti model yang terbentuk valid maka model itu dapat dipakai untuk memprakirakan pola peralanan (O-D matrik) pada tahun-tahun yang akan datang. Apabila belum valid, maka proses harus diulang dari awal. Persamaan Fully Constrained Gravity Model adalah sebagai berikut: Di mana kik Pi A Q i = (1) f T ) ( i 1 k A k i = (2) f ( Ti ) 1 k ipi k = (3) f ( Ti ) Keterangan: Q i = Peralanan dari zona i ke k i = konstanta produksi zona i k = konstanta tarikan zona P i = produksi peralanan dari zona i A = tarikan peralanan ke zona f(t i ) = fungsi impedance Masukkan parameter ki dan k dan parameter impedance α dan β KALIBRASI O-D Model Fungsi impedance yang digunakan dalam pemodelan ini adalah Power Function dengan persamaan sebagai berikut: f(t i ) = T i α (4) Gambar 2. Alur Pemodelan Ceck VALIDITAS Ya MODEL SIAP PAKAI Tidak Fungsi impedance yang digunakan di dalam model gravity ini merupakan fungsi dari arak antar zona (travel distance). Dalam menentukan parameter-parameter kalibrasi, proses dilakukan dengan cara iteratif sedemikian hingga diperoleh perbedaan antara mean trip length model dan survai sekitar 3% (J.A. Black, 1981). Model Distribusi Peralanan Penduduk...(Doko Prio Utomo) 183

3. BAHAN DAN METODE 3.1. Kalibrasi Model Prosedur paling sederhana dalam proses kalibrasi adalah menghitung demand model menggunakan nilai parameter α pada suatu range tertentu dengan cara trial and error sedemikian sehingga diperoleh nilai α yang memenuhi: (ΣΣQ i f(t i ))/ΣΣQ i = (ΣΣQ i f(t i ))/ΣΣQ i (5) Nilai parameter yang rendah menunukkan mean trip length model relatif panang dan nilai parameter yang tinggi menunukkan mean trip length model relatif pendek. Algoritma untuk memperkirakan nilai parameter model dan balancing factors (konstanta produksi dan tarikan) adalah sebagai berikut (J.A. Black, 1981): Step 1: Pilih nilai awal parameter kalibrasi dan hitung balancing factors. Sebagai contoh, ambil α = 1, dan gunakan semua k dengan 1. Balancing factors diselesaikan dengan prosedur iterasi, dengan mengasumsikan nilai baik k i maupun k. Nilai awal yang dipilih tidak penting karena balancing factors akan ditemukan. Untuk memulai proses iterasi, asmsikan k = 1.0 dan hitung k i dan selanutnya k i dari iterasi ini digunakan sebagai input dalam menghitung k pada iterasi berikutnya. Konvergensi dicapai ika nilai k i dalam iterasi ke-n sama dengan nilai k i dalam iterasi ke-(n-1). Step 2: Masukkan balancing factors ke dalam persamaan model distribusi peralanan (persamaan 1) dan hitung matrix model O-D. Step 3: Hitung mean trip length dari semua peralanan dalam matrix model O-D. Step 4: Bandingkan mean trip length model dan survai dan sesuaikan parameter kalibrasi dengan menaikkan nilai parameternya ika mean trip length model terlalu besar, dan menurunkannya ika mean trip length model terlalu kecil. Step 5: Pilih parameter kalibrasi lain dan ulangi step 1 sampai 4 sampai diperoleh kriteria kalibrasi yang memuaskan. Model trip distribusi terkalibrasi diperoleh dengan melakukan iterasi sampai sepuluh kali untuk mencapai hasil yang konvergen. Data bangkitan peralanan (trip generation) yang terdiri dari produksi peralanan (trip production) dan tarikan peralanan (trip attraction) masing-masing zona serta data besarnya umlah peralanan antar pasangan zona pada tahun dasar di daerah studi merupakan masukan utama disamping matrik arak peralanan antar zona yang digunakan sebagai impedance model. Produksi dan tarikan peralanan tiap-tiap zona perencanaan pada tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 3. Fungsi impedance yang terbentuk dari fungsi arak tempuh mempunyai faktor α sebesar 0.3657. Persamaan terkalibrasi tersebut adalah sebagai berikut: Q i = k i k P i A /d 0,3657 Di mana d adalah arak tempuh antar zona lalu lintas. Gambar 3. Bangkitan Peralanan Tahun 2009 Pada kondisi konvergen, fungsi impedance yang ada menghasilkan distribusi peralanan dengan perbedaan mean trip length antara model dan survai sebesar 0.141%. Mean trip length model sebesar 9.052 km dan observasi atau survai 9.039 km. Perbedaan ini sangat kecil sekali, sehingga sesuai dengan (J.A. Black, 1981) model yang yang terkalibrasi ini sudah memadai untuk dipakai. Distribusi frekuensi trip length baik model dan survai dapat dilihat pada Gambar 4. frequency 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 5 10 15 20 25 30 35 distance (km) Gambar 4. Frekuensi trip length distribution Qi Qi^ 184 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12, No. 3, Desember 2010 Hlm.180-186

3.2. Validasi Model Untuk melihat validitas model, digunakan metode sederhana dengan analisa regresi untuk melihat seberapa besar hubungan antara pola peralanan model dengan kondisi lapangan (hasil survai). Asal tuuan peralanan hasil survai sebagai dependent variable (Y) dan hasil pemodelan sebagai independent variable (X), dan b adalah ko-efisien regresi, secara umum persamaan regresi adalah sebagai berikut (Anto Daan, 1993): Y = a + bx (6) Dari analisa regresi dengan confidence level 95% diperoleh bahwa R 2 adalah sebesar 0.93 Yang berarti kedekatan antara model dengan keadaan lapangan relatif bagus. Adapun hasil persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut: y = 0.9744x + 51.571 di mana : y : permintaan peralanan hasil survai x : permintaan peralanan hasil model Gambar 6. Desired Lines Tahun Dasar 2009 (person trips/am) Selanutnya dengan memasukkan O-D matrix ke dalam sistem aringan (proses pembebanan peralanan) diperoleh data umlah peralanan pada setiap segmen aringan. Informasi ini membantu dalam mengidentifikasi pada aringan mana umlah peralanan yang diperkirakan naik angkutan umum masal cukup potensial. Hasil pembebanan peralanan pada tahun dasar (2009) disaikan pada Gambar 7. Untuk mempermudah secara visual dalam melihat perbedaan hasil model dengan data observasi, analisa regresi ini dapat dilihat pada Gambar 5. hubungan model dan survai Qi 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 y = 0.97x + 51.57 R 2 = 0.93 0 2000 4000 6000 8000 Qi^ Qi^ Linear (Qi^) Gambar 5. Hubungan model dan survai 3.3. Hasil Pemodelan Dengan menggunakan model distribusi peralanan yang telah dikembangkan, dapat diperoleh pola peralanan di pulau Batam yang digambarkan secara grafis dalam bentuk garis keinginan atau desired lines seperti ditunukkan pada Gambar 6. Gambar 7. Pembebanan Peralanan Tahun Dasar (Tahun 2009) Selanutnya untuk memperkirakan besarnya peralanan pada tahun 2030 digunakan data perkiraan produksi dan tarikan peralanan pada tahun yang sama (tahun 2030). Besarnya produksi dan tarikan peralanan di daerah studi pada tahun 2030 dapat dilihat pada Gambar 8. Dengan memasukkan bangkitan peralanan tahun 2030 tersebut ke dalam model distribusi peralanan tahun dasar yang telah divalidasi, dapat diperoleh prakiraan distribusi peralanan tahun 2030. Pola peralanan berupa garis keinginan di daerah studi tahun 2030 disaikan pada Gambar 9. Dengan melakukan proses pembebanan (traffic assignment) terhadap distribusi peralanan ke dalam sistem aringan akan diperoleh umlah peralanan pada aringan di tahun 2030. Perkiraan umlah peralanan pada setiap segmen aringan pada tahun 2030 dapat dilihat pada Gambar 10. dan Tabel 4. Model Distribusi Peralanan Penduduk...(Doko Prio Utomo) 185

Tabel 4. Perkiraan Jumlah Penumpang LRT Tahun 2030 No Segmen/Koridor Panang (Km) Arah ke Penumpang (pnp/hari) 1 Nongsa Batam Center 16.36 Batam Center Nongsa 46,991 47,747 2 Batu Ampar Batu Ai 27.55 Batu Ai Batu Ampar 99,435 94,555 Gambar 8. Bangkitan Peralanan Tahun 2030 3 Sekupang Batam Center 16.48 Sekupang Batam Center 55,422 58,951 4. KESIMPULAN Gambar 9. Desired Lines Tahun Dasar 2030 (person trips/am) Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut: a. Hasil kalibrasi model distribusi peralanan dengan parameter α sebesar 0.3657 memberikan perbedaan mean trip length antara model dan survai sebesar 0.141% b. Berdasarkan validasi model dengan menggunakan metode regresi memberikan gambaran bahwa model yang dikembangkan cukup baik dalam mereplikakan kondisi lapangan ditunukkan oleh besarnya R 2 sebesar 0.93 sehingga model ini dapat dipakai dalam proses peramalan peralanan penduduk Pulau Batam di masa mendatang. c. Koridor yang cukup potensial untuk diterapkan LRT sebagai angkutan umum masal di Pulau Batam adalah koridor Batu Ampar Batu Ai melalui Muka Kuning dengan perkiraan umlah penumpang pada tahun 2030 sebesar 193.990 penumpang/hari untuk dua arah. DAFTAR PUSTAKA Gambar 10. Pembebanan Peralanan Tahun 2030 Black, J.A., Urban Tranport Planning: The Analysis of Travel Demand, Cromm Helm, London, 1981, p. 61-104 Badan Pusat Statistik Kota Batam, Batam Dalam Angka, 2008 Daan, Anto, Pengantar Metode Statistik Jilid I, LP3ES, 1993, hal 367 369 Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kota Batam, Data dan Informasi, 2008 Dinas Kependudukan, Capil dan KB Kota Batam, 2008 186 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12, No. 3, Desember 2010 Hlm.180-186