MAKALAH PELAYANAN PUBLIK
|
|
- Siska Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MAKALAH PELAYANAN PUBLIK INTERKONEKSI JARINGAN PIPA AIR BERSIH BAWAH LAUT ANTAR PULAU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN AIR BERSIH/AIR MINUM DI WILAYAH HINTERLAND KOTA BATAM
2 BAB I MASALAH, PENDEKATAN, DAN HASIL 1.1 Alasan Pengembangan Program dan Permasalahan yang Dihadapi Kota Batam terdiri 12 kecamatan dengan luas 426 km 2 dan 74,62 % diantaranya lautan merupakan daerah kepulauan yang memiliki ± 400 pulaupulau kecil (hinterland) dan Pulau Batam (mainland) dengan jumlah penduduk ± 1,2 juta jiwa, mayoritas masyarakat hinterland bermata pencaharian nelayan. Secara geografis Kota Batam berada pada jalur pelayaran internasional yang berbatasan langsung dengan negara tetangga (Singapura). Adanya disparitas (kesenjangan) pelayanan air bersih antara daerah Pulau Batam (mainland) dan Pulau-pulau sekitarnya (hinterland). Cakupan pelayanan air bersih di Pulau Batam (mainland) sebesar 97 % melebihi target MDGs 2015 sebesar 68 %, sedangkan cakupan pelayanan air bersih di wilayah hinterland baru mencapai 15 % (data terlampir). Disamping cakupan pelayanan yang rendah wilayah pulau-pulau kecil (hinterland) Kota Batam juga dihadapkan kepada kesulitan mengakses sumbersumber air bersih, dimana selama ini dibeli dari penjual air menggunakan boat air dengan biaya yang sangat mahal yaitu ± Rp ,-/drum atau Rp ,- /m3 sehingga pengeluaran biaya rata-rata per bulan 1 keluarga untuk air bersih ± Rp ,- dan ditambah lagi kondisi bahwa tidak setiap saat air bisa dibeli tergantung kepada kedatangan penjual air ke lokasi pulau tersebut. Masalah utama di wilayah hinterland yaitu tidak memiliki sumber air alternatif yang bisa dijadikan sebagai sumber air bersih seperti sumur dalam /sumur bor untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Permasalahan ini akan semakin kompleks apabila penyediaan air bersih di wilayah hinterland dikaitkan dengan rencana pengembangan tata ruang wilayah seperti untuk kegiatan parawisata kegiatan industri dan lainnya. 1.2 Unsur Inovasi
3 Membangun sistem distribusi air bersih antara pulau dengan cara interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut dari sumber air bersih ke wilayah pelayanan sebagai upaya peningkatan cakupan pelayanan air bersih bagi masyarakat hinterland ditinjau dari perspektif kemudahan akses terhadap sumber air bersih, pelayanan air bersih secara kontinyu dan keterjangkauan harga air bersih. Seperti diketahui bahwa selama ini pelayanan air bersih untuk wilayah pulau-pulau sekitar Pulau Batam (hinterland) dilaksanakan dengan cara sistem distribusi menggunakan transportasi boat air dari sumber air ke wilayah pelayanan sehingga hal ini memiliki kelemahan antara lain; kesulitan akses terhadap sumber air bagi pelanggan (jauh dari persil /rumah warga, distribusi menggunakan slang air dari boat air ke penampungan di rumah warga), pelayanan tidak kontinyu (jadwal menyesuaikan kedatangan kapal penjual air ± 2 kali dalam seminggu) dan harga air yang mahal (± Rp ,-/drum atau Rp ,-/m 3 ). 1.3 Hasil dan Dampak Terhadap Masayarakat Dampak yang dihasilkan secara nyata dalam pembangunan sistem distribusi air bersih antar pulau dengan cara interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut dari sumber air ke wilayah pelayanan antara lain adalah: a. Terciptanya kemudahan akses terhadap sumber air bersih bagi masyarakat pengguna air bersih dimana air bersih bisa langsung dikucurkan sampai ke rumah-rumah warga dengan cara sambungan rumah (SR); b. Terciptanya pelayanan air bersih secara kontinyu selama 24 jam dan/atau tergantung operasional atau tidaknya sumber air di instalasi pengolahan air (IPA) dan tidak tergantung lagi kepada jadwal transportasi boat-boat pengangkut air; c. Masyarakat pengguna air bersih mendapatkan harga air bersih yang lebih murah dari sebelumnya ± Rp ,-/m3 menjadi Rp ,-/m 3 (misalnya yang sudah terlaksana di Pulau Buluh Kecamatan Bulang);
4 d. Dapat meningkatkan kesejahteraan dan derajat kesehatan masyarakat, mengingat harga air bersih lebih terjangkau dan kualitas airnya lebih terjamin (memenuhi standar kualitas). BAB II PELAKSANAAN PENERAPAN
5 2.1 Pihak yang Terlibat Gagasan pembangunan sistem distribusi air bersih antar pulau dengan cara interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut adalah Pemerintah Kota Batam melalui Dinas Pekerjaan Umum Kota Batam. Untuk mewujudkan program ini pada tahap awal belanja modal pembangunan infrastrukturnya dilakukan oleh Pemerintah sedangkan untuk operasional dan pemeliharaan dilakukan oleh masyarakat pengguna air melalui kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang ditunjuk berdasarkan hasil musyawarah masyarakat untuk kemudian dikuatkan dengan Surat Keputusan (SK) Lurah setempat. Dalam era otonomi daerah yang berkembang saat sekarang khususnya terkait dengan sistem penyediaan air minum dalam pelaksanaan penerapannya yang mencakup perencanaan, pembangunan serta operasi dan pemeliharaannya mendorong berbagai pihak dari mulai (masyarakat, RT/RW, Kelurahan, Kecamatan) Pemerintah Pusat/Daerah serta swasta (konsultan/kontraktor). 2.2 Strategi dan Pengorganisasian Proses Pembangunan sistem distribusi air bersih antar pulau dengan cara interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut ini dimulai dari tahap awal dengan melaksanakan inventarisasi pulau-pulau yang memiliki potensi sumber air serta pulau-pulau sekitar yang berjarak tidak terlalu jauh dan identifikasi terhadap trase/jalur pipa bawah laut dari kemungkinan melewati alur-alur pelayaran. Untuk jalur pemasangan pipa air bersih yang melewati alur pelayaran diperlukan izin prinsip dan ijin bekerja dibawah permukaan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, kendala dalam implementasi adalah lamanya pengurusan izin prinsip dan izin bekerja untuk itu perlu dilakukan koordinasi dengan Kementerian terkait.
6 Untuk jalur pemasangan pipa air bersih yang tidak melewati jalur pelayaran relatif lebih mudah dalam implementasi baik dari sisi ijin maupun teknis pelaksanaan konstruksi. 2.3 Keahlian Pelaksanaan Pada tahap awal yaitu tahap perencanaan diperlukan ahli sumber daya air (hidrologi) serta ahli kelautan untuk identifikasi potensi potensi sumber air dan untuk perkiraan arus laut, arus pasang dan kondisi sub bottom profiling (kondisi profil dasar laut / sea bed). Pada Tahap pelaksanaan konstruksi diperlukan keahlian dari beberapa bidang kerja misalnya; Ahli Teknik Sipil/Perpipaan, Mekanikal / Elektrikal, dll. Sedangkan pada tahap paska konstruksi tidak dibutuhkan kehlian yang spesifik. 2.4 Sumber Pembiayaan Sumber pembiayaan pada tahap pra konstruksi (Detail Engineering Design) dan pembiayaan konstruksi dibiayai oleh APBD, sedangkan pembiayaan pada tahap paska konstruksi yaitu kegiatan operasional dan pemeliharaan dibiayai penuh oleh masyarakat pengguna air seperti di Pulau Buluh, sementara pada beberapa lokasi seperti Pulau Bulang Kebam dan Pulau Labun masih dengan pola subsidi. 2.5 Monitoring dan Evaluasi Monitring dan evaluasi secara teknis dari mulai tahap perencanaan penyusunan DED, pelaksanaan konstruksi maupun paska konstruksi dilakukan dengan Dinas Pekerjaan Umum sedangkan untuk sistem pengelolaan (manajemen) dan adminstrasi, pelaporan dilakukan oleh pengelola (KSM) bersama dengan pihak kelurahan setempat. BAB III
7 KEBERLANJUTAN DAN PELUANG REPLIKASI 3.1 Pembelajaran Utama Hal-hal yang dapat dijadikan pembelanjaran dari diterapkannya sistem distribusi air bersih antara pulau dengan cara interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut adalah: Pembangunan interkoneksi pipa air bersih antar pulau ini tidaklah sesulit yang diperkirakan sebelumnya hanya saja justru kesulitan dalam pengurusan izin prinsip dan izin bekerja yang perlu diantisipasi kedepannya sehingga di masa depan mungkin perlu regulasi khusus untuk kemudahan implementasi misalnya untuk menekan biaya konstruksi perlu dibuat aturan agar diperkenankan pipa air bersih digelar diatas sea bed bukan dipendam seperti regulasi yang ada sekarang. 3.2 Aspek Keberlanjutan Untuk menjamin agar program ini bisa berkelanjutan perlu didukung dari berbagai pihak terutama dari sisi izin perlu penyesuaian agar biaya konstruksi bisa ditekan dan dari sisi pembiayaan perlu dialokasikan untuk keberlanjutan pada lokasi lain yang belum terbangun tapi memiliki potensi untuk dilaksanakan walaupun untuk investasi awal mahal akan tetapi dari sisi operasional dan tariff air bagi pengguna air lebih murah. 3.3 Peluang Replikasi Sistem distribusi air bersih antar pulau melalui interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut telah mulai dilaksanakan pada tahun 2011 yaitu interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut dari Pulau Batam melalui Selat Bulan menuju Pulau Buluh dan sukses untuk mengalirkan air langsung ke rumah-rumah penduduk dengan jumlah sambungan rumah (SR) ± 530 SR (2.216 jiwa) dengan masa pelayanan 24 jam penuh tanpa terputus dan harga air yang relatif terjangkau ± Rp ,-/m3 yang sebelumnya Rp ,- /m3
8 Dengan keberhasilan ini program serupa juga dilaksanakan oleh Satker PK PAM Kepri Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum di lokasi Pulau Bulang Kebam yaitu interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut dari instalasi pengolahan air (IPA) Pulau Bulang Lintang ke Pulau Bulang Kebam dan juga lokasi Pulau Labun yaitu interkoneksi jaringan pipa bawah laut dari instalasi pengolahan air (IPA) Pulau Pemping ke Pulau Labun pada tahun Lokasi-lokasi yang berpotensi untuk dilakukan hal yang sama adalah interkoneksi jaringan pipa bawah laut dari Pulau Batam ( Tanjung Pinggir, Sekupang) ke Pulau Belakang Padang (izin prinsip sudah dikeluarkan oleh Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan ) dan juga lokasi-lokasi seperti Teluk Bakau ke Pulau Terong dan Pulau Mecan ke Pulau Sarang. 3.4 Perspektif Reformasi Birokrasi Dengan adanya sistem distribusi air bersih antar pulau melalui interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut ditinjau dari pemenuhan aspek-aspek perubahan dalam reformasi birokrasi adalah: a. Peningkatan kemudahan dalam pelayanan secara langsung kepada masyarakat dimana masyarakat dapat menikmati layanan air bersih langsung ke rumah-rumah b. Pemberdayaan masyarakat dengan cara diberikan kemudahan didalam mengatur diri mereka sendiri menjadi pengelola air berdasarkan musyawarah dan mupakat. c. Pelayanan yang murah dan tepat sasaran dimana harga air bisa menjadi lebih murah dari sebelumnya dan untuk masyarakat yang memang membutuhkan air di daerah sulit air. Lampiran Photo
9 PROSES PEMASANGAN JARINGAN PIPA AIR BERSIH BAWAH LAUT JARINGAN PIPA AIR BERSIH BAWAH LAUT YANG SUDAH TERPASANG
10 RESERVOIR AIR BERSI H KAPASITAS 250 M 3 LOKASI PULAU BULUH RESERVOIR AIR BERSIH KAPASITAS 126 M 3 LOKASI SAGULUNG P. BATAM
11 SAMBUNGAN RUMAH (SR) LOKASI PULAU BULUH
12 DATA PELAYANAN AIR BERSIH DI WILAYAH HINTERLAND MELALUI JARINGAN PIPA AIR BERSIH BAWAH LAUT NO LOKASI JML PENDUDUK (Jiwa) JML PENDUDUK TERLAYANI AB (Jiwa) JML TOTAL PROSENTASE PELAYANAN (%) KETERANGAN 1 P. Bulang Kebam Suplai dari Pulau Bulang Lintang melalui jaringan pipa bawah laut 2 Pulau Buluh 2,216 2, Pulau Labun Jumlah Sumber: Dinas PU Kota Batam Suplai dari Pulau Batam melalui jaringan pipa bawah laut Suplai dari Pula Pemping melalui jaringan pipa bawah laut 3,012 2, Rata -rata Pelayanan 97 %
13 DATA PENDUDUK KOTA BATAM 2012 NO KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JML TOTAL KETERANGAN I PENDUDUK P. BATAM (MAIN LAND ) 1 SEI BEDUK 60,345 66, ,697 2 NONGSA 35,415 30,735 66,150 3 SEKUPANG 77,610 71, ,927 4 LUBUK BAJA 58,129 55, ,093 5 BATU AMPAR 53,832 47, ,035 6 BENGKONG 65,769 61, ,744 7 BATAM KOTA 90,147 85, ,515 8 BATU AJI 68,254 63, ,834 9 SAGULUNG 100,276 88, ,317 JUMLAH I 609, ,535 1,180, II PENDUDUK PULAU-PULAU (MAIN LAND ) 1 BELAKANG PADANG 12,811 12,373 25,184 2 BULANG 6,608 6,079 12,687 3 GALANG 9,208 8,260 17,468 JUMLAH II JUMLAH TOTAL SUMBER: BPS BATAM 28,627 26,712 55, , ,247 1,235,
14 DATA PELAYANAN AIR BERSIH WILAYAH HINTERLAND NO LOKASI JUMLAH PENDUDUK SR AKTIF SUPLAI BOAT AIR JUMLAH JIWA TERLAYANI JML TOTAL PROSENTASE PELAYANAN (%) KETERANGAN 1 P. Bulang Kebam Suplai dari Pulau Bulang Lintang melalui jaringan pipa bawah laut 2 Pulau Buluh 2, , Pulau Labun Suplai dari Pulau Batam melalui jaringan pipa bawah laut Suplai dari Pulau Pemping melalui jaringan pipa bawah laut 4 P. Pemping Suplai dari waduk Pemping 5 Mongkol Suplai dari P. Pemping (jaringan pipa darat) 6 P. Belakang Padang 14, , Suplai dari waduk Sekanak I dan II 7 P. Bulang Lintang Suplai dari waduk Bulang Lintang 8 Pulau Kasu 2, lt x 2 boat x 3 trip Suplai dr P. Lumba menggunakan boat air 9 Pulau Mecan Waduk Mecan suplai sendidi 10 Pulau Sarang Kuala Buluh (Sembulang) lt x 1 boat x 3 trip Suplai dari waduk Mecan menggunakan boat air Mata air untuk suplai sendiri 12 Pulau Abang Mata air untuk suplai sendiri 13 Teluk Lengung Suplai dr jaringan pipa darat (PT. ATB) JUMLAH SUMBER: DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA BATAM 23,443 8, Rata -rata Pelayanan 35 % PENDUDUK HINTERLAND PENDUDUK MAIN LAND JUMLAH PENDUDUK KOTA BATAM 55,339 8, PELAYANAN AIR BERSIH 1,180,312 1,144, PELAYANAN AIR BERSIH 1,235,651 1,153, PELAYANAN AIR BERSIH
WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG
WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG PEMEKARAN, PERUBAHAN DAN PEMBENTUKAN KECAMATAN DAN KELURAHAN DALAM DAERAH KOTA BATAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM,
Lebih terperinciDOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA BATAM TAHUN ANGGARAN 2016
Halaman : DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA BATAM TAHUN ANGGARAN 06 Formulir DPASKPD. URUSAN PEMERINTAHAN ORANISASI :.05. PENATAAN RUANG :.05.56. DINAS TATA KOTA
Lebih terperinciWALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan perkembangan
Lebih terperinciWALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN
WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang
Lebih terperinciLAKIP. Laporan Akuntabilias Kinerja Instansi Pemerintah. Pemerintah Kota Batam
LAKIP Laporan Akuntabilias Kinerja Instansi Pemerintah Pemerintah Kota Batam [BAB I PENDAHULUAN] [Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the
Lebih terperinciLampiran I.21 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
Lampiran I. 0/Kpts/KPU/TAHUN 0 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 04 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI DP Meliputi Kab/Kota 5. KOTA TANJUNG
Lebih terperinciLampiran I.21 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
Lampiran I. 0/Kpts/KPU/TAHUN 0 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 04 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI DP Meliputi Kab/Kota 5. KOTA TANJUNG
Lebih terperinciRAPAT KERJA TEKNIS TKPK TAHUN 2015
RAPAT KERJA TEKNIS TKPK TAHUN 2015 MENGUATKAN PERAN PEMDA DALAM PERBAIKAN KINERJA PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS KELUARGA MELALUI KETERSEDIAAN DATA DAN INFORMASI SERTA SISTEM PENGADUAN Oleh
Lebih terperinciDengan berlakukunya Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999, maka Kotamadya Administratif Batam berubah menjadi daerah otonom Kota Batam dengan membawahi 8
Terbentuknya Pemerintah Kota Batam sebagai institusi Eksekutif yang melaksanakan roda pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, menjadi harapan untuk dapat menjawab setiap permasalahan maupun tantangan
Lebih terperinciThe change status / level of Batam district into Batam Administration Municipality, it divided into 3 Districts. Administrations
Administrations Terbentuknya Pemerintah Kota Batam sebagai institusi Eksekutif yang melaksanakan roda pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, menjadi harapan untuk dapat menjawab setiap permasalahan
Lebih terperinciPersyaratan Pendataan. Persayaratan Pendaftaran
KETENTUAN UMUM 1. Calon peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan 1 (satu) kali pendaftaran. 2. Calon peserta didik yang lulus seleksi sementara di salah satu pilihan saat proses seleksi berlangsung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya tuntutan manusia terhadap sarana transportasi. Untuk menunjang kelancaran pergerakan
Lebih terperinciDAFTAR LOKASI DAN ALOKASI PNPM MANDIRI PERKOTAAN T,A,2013 PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Lampiran Surat Direktur Penataan Bangunan dan lingkungan No... Perihal : Daftar Rincian Lokasi dan Alokasi Dana Bantuan Langsung Masyarakat PNPM Mandiri Perkotaan TA 2013 DAFTAR LOKASI DAN ALOKASI PNPM
Lebih terperinciSekapur Sirih. Batam, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Batam. Endang Retno Srisubiyandani, S.Si
Kota Batam Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan
Lebih terperinciBAB II BATAM DAN SOSIAL KEAGAMAAN. Propinsi Kepulauan Riau. Secara geografis Kota Batam terletak pada posisi
BAB II BATAM DAN SOSIAL KEAGAMAAN A. Letak Geografis Batam Batam merupakan salah satu dari Kabupaten Kota yang ada di Propinsi Kepulauan Riau. Secara geografis Kota Batam terletak pada posisi antara :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, karena tanpa adanya air makhluk hidup tidak akan mampu hidup, begitu halnya dengan manusia yang sangat tergantung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Tanjungpinang adalah salah satu kota dan sekaligus merupakan ibu kota dari Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 31 Tahun 1983 Tanggal
Lebih terperinciPENERAPAN BALANCED SCORECARD DALAM PENGUKURAN KINERJA PELAYANAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BATAM
PENERAPAN BALANCED SCORECARD DALAM PENGUKURAN KINERJA PELAYANAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BATAM Rahmat Hidayat 1) Jessica Elisabet Samosir 2) 1 2 Prodi Administrasi Bisnis Terapan Politeknik Negeri Batam
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penangkapan ikan didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan
Lebih terperinciTransportasi terdiri dari dua aspek, yaitu (1) prasarana atau infrastruktur seperti jalan raya, jalan rel, bandar udara dan pelabuhan laut; serta (2)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah mengalami perkembangan sebagai akibat adanya kegiatan atau aktivitas manusia yang terjadi di dalamnya. Kegiatan yang dilakukan oleh manusia atau masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Sulivan, Arthur, dan Steven M.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Infrastruktur Infrastruktur fisik dan sosial dapat diartikan sebagian kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi
Lebih terperinciDOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN. Rekapitulasi Belanja Langsung Berdasarkan Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DPA-SKPD 2.2 PEMERINTAH KOTA BATAM Tahun Anggaran 2014 Urusan Pemerintahan : 1.01. PENDIDIKAN Organisasi : 1.01.18. DINAS PENDIDIKAN KOTA BATAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan
Lebih terperinciBAB 1
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kota Batam terletak antara 0 25' 29'' Lintang Utara - 1 15' 00'' Lintang Utara, 103 34' 35'' Bujur Timur - 104 26' 04'' Bujur Timur. Luas wilayah Kota Batam seluas
Lebih terperinciPERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 01/PRT/M/2014 TANGGAL : 24 Februari 2014 PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG PERHITUNGAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum
Lebih terperinciBAB PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Solok merupakan kota yang sedang berkembang, dimana pertumbuhan penduduknya bertambah kian pesat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Solok, Jumlah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan infrastruktur juga meningkat. Perkiraan pemerintah pada 5 (lima) tahun yaitu pada tahun 2010-2014
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:
KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Definisi Air Minum menurut MDG s adalah air minum perpipaan dan air minum non perpipaan terlindung yang berasal
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN SISWA BARU (PSB) TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK TAHUN PELAJARAN 2010/2011 KOTA BATAM
Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam Nomor : Kpts. 217/419.3/DISDIK/ V/2010 Tanggal 27 Mei 2010 PETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN SISWA BARU (PSB) TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK TAHUN PELAJARAN
Lebih terperinciBAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN
PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola
Lebih terperinciKonsep Program Hibah Air Minum Perdesaan Sumber Dana APBN Murni TA 2016
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA Konsep Program Hibah Air Minum Perdesaan Sumber Dana APBN Murni TA 2016 Bali, 1 September 2015 Latar Belakang Tujuan Lingkup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,
Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG
STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Konsep pengembangan wilayah mengandung prinsip pelaksanaan kebijakan desentralisasi dalam rangka peningkatan pelaksanaan pembangunan untuk mencapai sasaran
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. aktivitas mereka sehari-hari. Air memegang peranan penting bagi kehidupan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu jenis sumberdaya air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka
Lebih terperinciDOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
NOMOR DPA SKPD DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN.0..0.8. 00 00 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DPA-SKPD 2.2 PEMERINTAH KOTA BATAM TAHUN ANGGARAN 205 Urusan Pemerintah :.0. PENDIDIKAN Organisasi :.0.8. DINAS PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA BATAM
BAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA BATAM Bab ini berisikan gambaran fisik wilayah, gambaran sosial ekonomi, struktur industri yang terbentuk pada wilayah studi, serta gambaran sarana dan prasarana yang terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses terhadap sanitasi layak perkotaan dimana didalamnya setiap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kegiatan ekonomi dunia yang mengarah pada globalisasi ekonomi menuntut dikuranginya hambatan di bidang perdagangan. Pengurangan hambatan tersebut juga merupakan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.389, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Penyediaan Air Minum. Sanitasi. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM
Lebih terperinci2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerj
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1557, 2017 KEMENPU-PR. Penyediaan Rumah Khusus. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG
Lebih terperinciREKLAMASI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH -Tantangan dan Isu-
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian REKLAMASI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH -Tantangan dan Isu- ASISTEN DEPUTI URUSAN PENATAAN RUANG DAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Jakarta, 12 Februari 2014 Pengembangan
Lebih terperinciRENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) KOTA BALIKPAPAN
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) KOTA BALIKPAPAN 2016-2035 DI SAMPAIKAN PADA: KONSULTASI PUBLIK AIR LAUT SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER AIR BAKU KOTA BALIKPAPAN BALIKPAPAN, 30 MARET 2017 1
Lebih terperinciPROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KOTA TANJUNGBALAI
PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KOTA Kota Tanjungbalai berada di kawasan pesisir Pantai Timur Sumatera Utara. Terletak pada 2 58 15 3 01 32 Lintang Utara dan 99 48 00 99 50 16 Bujur
Lebih terperinciINFRASTRUKTUR AIR MINUM BERKELANJUTAN
DIREKTORAT PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Temu Ilmiah Lingkungan, HCD 35 TH PSIL Universitas Indonesia INFRASTRUKTUR
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI WILAYAH. sebagai salah satu destinasi utama bisnis dan perdagangan. pembangunan infrastruktur dan properti di Kota Batam.
BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran Umum Kota Batam Kota Batam yang berada di Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu kota dengan potensi pertumbuhan terpesat di Indonesia. Letaknya yang sangat
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR
BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG PENYEDIAAN RUMAH KHUSUS
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG PENYEDIAAN RUMAH KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan peruntukannya, demikian juga halnya dengan daerah Kota Batam. Berdasarkan Undang-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sehubungan dengan pemberlakuan otonomi daerah saat ini, maka di berbagai daerah diberi kesempatan untuk melakukan pemekaran dan perluasan wilayah sesuai dengan
Lebih terperinciWALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BATAM TAHUN
WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BATAM TAHUN 2 0 0 4-2 0 1 4 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1983 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA BATAM DI WILAYAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I RIAU
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1983 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA BATAM DI WILAYAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I RIAU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung dengan
Lebih terperinciMATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Sarana dan Prasarana
MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Sarana dan Prasarana No / Fokus / Kegiatan Rencana Tahun 2010 Prakiraan Rencana Tahun 2011 Prakiraan Maju I SUMBER DAYA AIR I SUMBER DAYA
Lebih terperinciPengembangan Pantura Jakar ta
Pengembangan Pantura Jakar ta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Pada FGD Reklamasi Wilayah Perairan sebagai Alternatif Kebutuhan Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Sinkronisasi dengan Rencana Tata Ruang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Keadaan Umum Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru merupakan ibukota dari Provinsi Riau yang terletak di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Pekanbaru terletak pada koordinat 101
Lebih terperinciPEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG
PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG Dibawakan oleh Bp. Ir. Wilfred I. A. singkali *) PENGERTIAN PASAR : Pasar Produk Industri Pracetak dan Prategang : Adalah pasar konstruksi yang menggunakan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
BAB II GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Geografis Kota Batam Secara geografis Kota Batam mempunyai posisi strategis karena berada pada jalur pelayaran Internasional yang jaraknya 12,5 mil laut dengan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara yang berbentuk kepulauan. Indonesia memiliki ribuan pulau yang mencapai 17.499 pulau dengan luas wilayah
Lebih terperinciBAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI 2014
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA BATAM
PEMERINTAH KOTA BATAM D I N A S P E N D I D I K A N JL. Pramuka Telp. (0778) 322569 Fax. (0778) 324442 SEKUPANG - BATAM PEMERINTAH KOTA BATAM DINAS PENDIDIKAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA BATAM
Lebih terperinciPROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO
PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Terminal Kapal Pesiar Tanah Ampo Kabupaten Karangasem dengan sebutan "Pearl from East Bali" merupakan tujuan wisata ketiga setelah
Lebih terperinci2016, No Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan A
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1660, 2016 KEMENHUB. Urusan Pemerintahan. Nomenklatur. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 139 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR,
Lebih terperinciBUKU 1 PETUNJUK PELAKSANAAN PERSIAPAN
BUKU 1 PETUNJUK PELAKSANAAN PERSIAPAN K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAFTAR
Lebih terperinciOleh: ARI YANUAR PRIHATIN, S.T. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangka Tengah
Pelaksanaan UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam Tata Kelola Kegiatan Usaha Pertambangan di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Oleh: ARI YANUAR PRIHATIN, S.T. Kepala Dinas
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA AMBON MALUKU KOTA AMBON ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Ambon merupakan ibukota propinsi kepulauan Maluku. Dengan sejarah sebagai wilayah perdagangan rempah terkenal, membentuk
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Geografis Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai dengan SK Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tanggal 21 Juni 2001, Kota Tanjungpinang membawahi
Lebih terperinciDOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DPPA - SKPD 2.2
Halaman : 1 DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DPPA - SKPD. PEMERINTAH KOTA TAHUN ANGGARAN 015 Urusan Pemerintahan Organisasi : 1.01. - PENDIDIKAN : 1.01.18. - Rekapitulasi
Lebih terperinciLuas Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Luas Wilayah Provinsi DKI Jakarta Luas Wilayah Menurut Kabupaten / Kota Provinsi DKI Jakarta Kabupaten/Kota Luas (Km2) % Kepulauan Seribu 8,70 1,31 Jakarta Selatan 141,27 21,33 Jakarta Timur 188,03 28,39
Lebih terperinciLATAR BELAKANG PESERTA JADWAL DAN LOKASI PELAKSANAAN. Lampiran Surat Nomor : Tanggal :
Lampiran Surat Nomor : Tanggal : LATAR BELAKANG Sehubungan dengan pelaksanaan studi Master Plan Program NCICD (National Capital Integrated Coastal Development), salah satu aspek penting yang perlu dilakukan
Lebih terperinci2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2018 KEMENPU-PR. Bantuan Pembangunan dan Pengelolaan Rumah Susun. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PRT/M/2018
Lebih terperinciPROVINSI SUMATERA UTARA
2 PROVINSI SUMATERA UTARA VISI Menjadi Provinsi yang Berdaya Saing Menuju Sumatera Utara Sejahtera MISI 1. Membangun sumberdaya manusia yang memiliki integritas dalam berbangsa dan bernegara, religius
Lebih terperinciPENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN DAN FUNGSI PRASARANA JALAN KOTA BATAM ABSTRACT
PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN DAN FUNGSI PRASARANA JALAN KOTA BATAM 1) Arvian Zanuardi, 2) R. Pamekas 1) Balai Litbang Sosekling bidang Jalan dan Jembatan, Jl. Gayungkebonsari No. 50 60235, Surabaya
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM
BAB III GAMBARAN UMUM 3.1 Profil Kecamatan Belakang Padang Belakang Padang merupakan kecamatan pertama dan tertua dalam jajaran pemerintah Kota Batam, sekaligus sebagai Ibu Kota Kecamatan Batam pada saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Lebih terperinciKebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki
Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki disampaikan oleh: DR. Dadang Rukmana Direktur Perkotaan 26 Oktober 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Outline Pentingnya Jalur Pejalan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangkaan air tanah merupakan salah satu masalah kemanusiaan dan lingkungan hidup yang mendapat perhatian luas hampir semua negara. Pemompaan air tanah yang berlebihan
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BATAM KEPULAUAN RIAU KOTA BATAM ADMINISTRASI Profil Wilayah Setelah ditetapkannya Pulau Batam menjadi sebuah kota administratif (1983), Batam menjadi kawasan industri terkemuka
Lebih terperinciMODEL PENGEMBANGAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU 1 Oleh : Dr. Ir. Dedi M. M. Riyadi 2
MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU 1 Oleh : Dr. Ir. Dedi M. M. Riyadi 2 I. Pendahuluan 1. Memasuki akhir 1990-an, perekonomian Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ini merupakan
Lebih terperinciPERMASALAHAN DAN SOLUSI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI KOTA BATAM
PERMASALAHAN DAN SOLUSI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI KOTA BATAM Lani Puspita Selama tahun 2015 2016 Kota Batam (khususnya Pulau Batam) mengalami permasalahan sumber daya air, yaitu berupa kekeringan
Lebih terperinciAnalisis Pola Permukiman Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Pulau Batam
Analisis Pola Permukiman Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Pulau Batam Arif Roziqin dan Nur Indah Kusumawati Program Studi Teknik Geomatika, Politeknik Negeri Batam, Batam 29461 E-mail : arifroziqin@polibatam.ac.id
Lebih terperinciBELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari
Lebih terperinciKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT TATA RUANG LAUT PESISIR DAN PULAU-PULAU
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT TATA RUANG LAUT PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Rapat Koordinasi BKPRN tingkat Es. II Rabu, 12 Maret
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menindaklanjuti Surat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di daratan
Lebih terperinciTUGAS FUNGSI DAN ALAMAT UNIT KERJA DI LINGKUNGAN BADAN PENGUSAHAAN BATAM
DAN UNIT KERJA DI LINGKUNGAN BADAN PENGUSAHAAN BATAM 1. ANGGOTA 1 / DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI DAN UMUM 1. UNIT KERJA BIRO UMUM DAN SEKRETARIAT Melaksanakan urusan aset dan perlengkapan, kerumahtanggaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen MPS yang disusun oleh Pokja Sanitasi Kota Tangerang ini merupakan tindak lanjut dari penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan penyusunan Buku Putih Sanitasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 Provinsi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 Provinsi yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dengan perekonomian yang beragam, dan proses
Lebih terperinciBAB III PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BAB III PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN RIAU Penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi aset yang sangat bermanfaat bagi pembangunan, namun sebaliknya penduduk yang besar tapi rendah kualitasnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan nasional.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan usaha yang dilakukan sebagai langkah untuk membangun manusia Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang lebih dari 2/3 wilayahnya berupa perairan. Dari zaman nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal dan menggunakan transportasi
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN
KERANGKA ACUAN KERJA STUDI PENATAAN DAN PERENCANAAN DED KOMPONEN PSU KAWASAN KUMUH KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENYIAPAN PRASARANA SARANA DAN UTILITAS KAWASAN KUMUH LOKASI : KABUPATEN BANGGAI LAUT TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang
Lebih terperinci