BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban pemerintah adalah untuk menyelenggarakan

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian N

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PELAYANAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia.

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Sementara pelayanan publik bukanlah suatu hal yang baru. Terdapat beberapa hal

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS TAHUN PENGADILAN AGAMA KOTABUMI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antar negara, melainkan antar

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

Maret 2018 PELAYANAN PUBLIK PERPUSTAKAAN UMUM : BAGAIMANA PERKEMBANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan sehingga terwujud pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme;

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR4ATAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAN E-GOVERNMENT DI KABUPATEN MOJOKERTO

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serius dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini merupakan era globalisasi dimana zaman menjadi modern yang

I. PENDAHULUAN. Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal

BERITA NEGARA. No.787, 2011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


BAB I PENDAHULUAN. pembaruan dan perubahan untuk menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pem

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. akibat kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang ditandai dengan

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. paradigma baru yang berkembang di Indonesia saat ini. Menurut Tascherau dan

2016 PENGARUH EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 89, Tambaha

I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 29/M-IND/PER/6/2013 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian dilandasi ruh yang merupakan nilai (value) dan

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 32 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. good governance. Good governance merupakan salah satu alat reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Keterbukaan informasi akan mendorong partisipasi publik karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN

Arsip Nasional Republik Indonesia

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. administrasi pembangunan yang telah ada, sehingga merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan. bertanggungjawab, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 29

BAB I PENDAHULUAN. baik ( good governance government ). Hal tersebut dapat diwujudkan melalui

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemerintah dituntut untuk mewujudkan prinsip-prinsip yang terkandung

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

I. PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 16 TAHUN 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan diberlakukannya otonomi daerah yang memberikan suatu kewenangan dan peluang yang sangat luas bagi daerah untuk melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan kebutuhan daerah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sehingga mendorong setiap daerah untuk memajukan daerahnya dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Didalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dalam bagian menimbang butir b dinyatakan : Bahwa membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik. Dalam kaitan tersebut, reformasi birokrasi pemerintahan muncul pertama kali karena adanya keinginan pemerintah untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat seperti yang ditentukan oleh UUD 1945. Peningkatan pelayanan publik (public service) harus mendapatkan perhatian utama dari pemerintah, karena pelayanan publik merupakan hak-hak sosial dasar dari masyarakat (social rights ataupun fundamental rights). Dalam pelaksanaan tanggung jawab yang dimiliki daerah tersebut, maka muncul beberapa permasalahan dalam implementasinya, seperti sistem kerja yang saat ini dilaksanakan oleh Pemerintah berlandaskan pada birokrasi yang kaku. 1

2 Sehingga terjadi interaksi yang komplek antara lembaga-lembaga negara, masyarakat, dan dunia usaha dengan pemerintah karena proses yang panjang, lambat dan rumit. Kondisi ini terjadi pada saat pengurusan berbagai perijinan yang membutuhkan waktu yang panjang dan biaya yang mahal. Serta ketidakpastian dalam ketepatan dan kecepatan dalam proses pelayanannya. Birokrasi yang kaku tersebut mengakibatkan tidak efisien dan efektifnya kinerja aparat pemerintah dalam menjalankan kegiatan pemerintahan. Kewenangan dalam mengatur urusan pemerintah sendiri juga berkaitan dengan pengambilan keputusan atas pengadaan pelayanan publik. Maka kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah itu sendiri. Akan tetapi pada kenyataannya berbagai keluhan dari masyarakat menjadi suatu hal yang harus diperhatikan oleh Pemerintah. Berbagai keluhan atas pelayanan publik ini dapat kita lihat pada data tahunan Komisi Ombudsman Republik Indonesia. Data keluhan masyarakat Indonesia tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1

3 Tabel 1.1 Substansi Laporan Keluhan Masyarakat Tahun 2014 No Substansi Laporan Tahun 2014 1 Penundaan Berlarut 25,40% 2 Penyalahgunaan Wewenang 13,30% 3 Berpihak 2,49% 4 Tidak Memberikan Pelayanan 13,67% 5 Penyimpangan Prosedur 18,07% 6 Permintaan Uang, Barang dan Jasa 9,24% 7 Tidak Kompeten 6,19% 8 Tidak Patut 5,57% 9 Diskriminasi 2,42% 10 Konflik Kepentingan 1,10% 11 Lain-lain 2,55% Total 100% Sumber : Laporan Tahunan Ombudsman Republik Indonesia tahun 2014 Berdasarkan data pada tabel di atas, mayoritas masyarakat mengeluh terhadap penundaan yang larut, hal ini menandakan bahwa proses kerja pemerintahan sangat lambat dan membutuhkan waktu yang lama. Keadaan ini mencerminkan kurang efektifnya proses kerja aparat pemerintah. Oleh sebab itu adanya tuntutan pelayanan pubik yang dapat memenuhi kepentingan bersama, dan terfasilitasinya partisipasi masyarakat terhadap proses kebijakan Pemerintah, serta efektivitas kerja pemerintah menjadi sangat penting dan butuh perhatian pemerintah. Karena pada kenyataannya kualitas pelayanan publik masih butuh perbaikan dan peningkatan dalam kualitas pelayanannya. Permasalahan lain yaitu adanya tuntutan transparansi dari pihak Pemerintah terkait dengan pengelolaan tatanan Pemerintahan. Dengan adanya keterbukaan maka arus informasi dapat terlaksana secara seimbang yaitu antara Pemerintah dengan masyarakat. Sehingga masyarakat dapat dengan

4 mudah mengetahui seluruh informasi terkait dengan keputusan dan kepentingan publik secara aktif. Dengan demikian, maka partisipasi masyarakat juga dapat terjalin dan aspirasi masyarakat dapat dengan cepat tersampaikan serta kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah akan meningkat. Permasalahan terkait dengan transparansi lainnya yaitu dengan adanya peristiwa-peristiwa Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang pada akhirakhir ini di blow up oleh pemberitaan dalam berbagai macam media informasi yang ada. Hal demikian memperlihatkan bahwa tidak adanya transparansi dari pihak pemerintah terkait pengelolaan keuangan daerah dan mencerminkan kondisi tatanan Pemerintah yang tidak baik. Permasalahan-permasalahan dalam implementasi otonomi daerah yang telah dipaparkan, mencerminkan lemahnya akuntabilitas Pemerintah terhadap masyarakat, kualitas pelayanan yang diberikan Pemerintah masih kurang baik, dan bahkan permasalahan tersebut dapat mempengaruhi citra dan kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah. Sebagai akibatnya bad governance atau tata kelola yang buruk lebih mencuat ke permukaan dan menjadi wacana di masyarakat. Permasalahan ini juga mencerminkan bahwa secara nyata tata kelola pemerintah yang baik pada dasarnya tidak terlaksana dengan baik atau dengan kata lain bad governance yang terjadi. Adanya permasalahan tersebut juga mengharuskan Pemerintah untuk melakukan upaya dalam peningkatan kualitas layanan publik. Untuk itu perlu adanya untuk berorientasi kepada pengedepanan proses good governance dalam pengelolaan pelayanan publik (Riva, 2007). Sistem informasi

5 ini sangat penting, karena berperan sebagai pendukung fungsi pemerintahan dalam mewujudkan pelayanan yang baik untuk masyarakat. Dengan adanya sebuah sistem informasi yang diterapkan di instansi Pemerintah maka masyarakat akan dengan mudah mengakses informasi terkait dengan kegiatan pelayanan yang diberikan pemerintah seperti informasi kebijakan pemerintah, program yang akan dan telah dilaksanakan oleh Pemerintah. Di Kota tasikmalaya sendiri muncul beberapa permasalahan mengenai e- government diantaranya, didalam website Pemerintah Kota Tasikmalaya http://www.tasikmalayakota.go.id/ tidak terdapat tampilan untuk membuat KTP online. Didalam website tersebut memang tersedia menu layanan publik tetapi yang tersedia hanya penjelasan saja, meliputi penjelasan investasi, perijinan, taman dan RTH, dan Lokasi Hotspot Wifi. Untuk pembuatan KTP masyarakat tetap harus mengurusnya ke Kantor Kecamatan. Untuk transaksi pengadaan barang dan jasa hanya berisi mengenai info pengadaan barang dan jasanya saja, tidak terdapat transaksi yang sesungguhnya hanya penjelasannya saja. Kemudian untuk mengirimkan kritik dan saran melalui webmail yang tersedia dalam menu terdapat kendala, sehingga sulit untuk mengirimkan aspirasi masyarakat terhadap Pemerintah. Permasalahan yang lainnya adalah Laporan Keuangan yang disediakan Pemerintah tidak update, sehingga masyarakat akan kesulitan untuk mengetahui informasi dari Pemerintah. Berikut tampilan website resmi Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam gambar 1.1

6 Gambar 1.1 Tampilan Website Resmi Pemerintah Kota Tasikmalaya Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai di masa datang dengan kondisi riil saat perencanaan. Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak diantisipasi. Permasalahan pembangunan diuraikan menurut bidang urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah atau beberapa urusan yang dianggap memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap munculnya permasalahan pada bidang urusan lainnya (radar tasikmalaya). Peranan teknologi informasi dalam menunjang sistem operasional dan manajerial pada instansi pemerintahan dewasa ini dirasakan semakin penting. Menyadari akan pentingnya peranan sistem informasi dalam sistem pemerintahan dan didorong dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi sekarang ini maka dirasa perlu untuk merealisasikannya dalam sebuah aplikasi yang dikenal

7 dengan sebutan e-government sehingga dapat mendukung fungsi pemerintah dalam melakukan pelayanan publik yang memenuhi kriteria better, cheaper, dan faster. Selain itu diperlukan media yang mudah diakses, sehingga masyarakat sewaktu-waktu dapat mengetahui apa saja kebijakan, program, dan kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Daerah dalam rangka ikut berpartisipasi, baik dalam bentuk dukungan, sanggahan, maupun kritikan.(nurcahyani dan Daru : 2008) Semakin dituntutnya pemerintah untuk melaksanakan tatanan pemerintahannya dengan baik dan peningkatan kualitas pelayanan publik, hal tersebut menjadi pendorong pelaksanaan penerapan electronic government (e-gov) sebagai sistem yang memanfaatkan teknologi informasi di pemerintahan. Sistem e-government secara umum didefinisikan sebagai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di sektor publik untuk meningkatkan kualitas operasi dan memberikan layanan (Kumar dan Best, 2006). Penerapan sistem e- government sendiri, telah diperintahkan oleh Presiden yaitu pada Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government yang menginstruksikan kepada : Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, Panglima Tentara Nasional Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Gubernur, Bupati/Walikota untuk Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing guna terlaksananya pengembangan e-government secara nasional dengan berpedoman pada Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government sebagaimana tercantum dalam Lampiran Instruksi Presiden. Maka setiap pemerintah baik pusat maupun daerah harus mengimplementasikan program e-government tersebut dan harus dilaksanakan

8 dengan baik. Hal ini seperti yang diutarakan pula oleh Menteri Komunikasi dan Informasi, Syamsul Muarif (23 Maret 2005), masingmasing lembaga pemerintahan, baik pusat maupun daerah, akan membuat titik-titik sistem informasi secara mandiri. (detikcom). Adanya penerapan e-government ini memiliki peran yang penting dalam mendukung terwujudnya pelaksanaan tata kelola pemerintah. Karena pemanfaatan teknologi informasi ini menjadikan sistem informasi pemerintah daerah terhubung secara online sehingga masyarakat dapat mengakses informasi yang mereka butuhkan dengan lebih cepat, tepat, dan mudah. Hal ini sesuai akan pentingnya dari penerapan e-government terhadap tata kelola atau good governance yang tertuang pada instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 tersebut yaitu : 1. Pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan (e-government) akan meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan; 2. Untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik (good governance) dan meningkatkan layanan publik yang efektif dan efisien diperlukan adanya kebijakan dan strategi pengembangan e-government. Berdasarkan hal tersebut, maka tuntutan dari masyarakat akan tata kelola pemerintahan dapat terealisasi dengan baik. Sehingga paradigma tata kelola pemerintahan atau yang lebih sering digunakan dengan istilah Good Government Governance tidak hanya dijadikan sebagai sebuah konsep atau pemahaman saja, akan tetapi diimplementasikan dengan baik oleh Pemerintah

9 dalam pelaksanaan yang nyata sehingga dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak yang memiliki kepentingan terhadap Pemerintah. Penerapan e-government di Indonesia sendiri pada tahun 2003 (harian umum Sinar Harapan,2003) masih terdiri dari tiga langkah yaitu pertama, pemerintah mempublikasikan informasi melalui website. Kedua, adalah interaksi antara masyarakat dan kantor pemerintahan melaui e-mail. Ketiga, yaitu masyarakat pengguna dapat melakukan transaksi dengan kantor pemerintahan secara timbal balik. Dalam perkembangannya, implementasi e- government yang dilakukan oleh Pemerintah mengalami peningkatan seperti dengan adanya pelayanan e- procurement, e-commerce, serta e-audit. Hal tersebut diperkuat oleh Waseda University Institute of e-government, Tokyo, Jepang (indonesiaberprestasi,2009) dalam laporannya yang bertajuk Waseda University International e-government Ranking. Pada tahun 2009, Indonesia berada pada posisi 23 dari 34 negara dengan penyelenggaraan e-government terbaik. Dan pada tahun 2012, Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB) (dikutip fathul,2012) melakukan sebuah survei dengan tema e-government for the People, yang dalam survei tersebut posisi Indonesia berada pada peringkat 97 dari 193 negara. Hal tersebut naik 12 peringkat dari 109 pada tahun 2010. Selain Pemerintah Pusat, dengan adanya instruksi Presiden tersebut maka semua Pemerintah Daerah juga ikut berlomba memberikan pelayanan perijinan yang lebih transparan dengan mengaplikasikan sistem e-government tersebut. Begitupula dengan Kota Tasikmalaya, turut menerapkan sistem e- government. Tasik Cyber City dicanangkan oleh Walikota Tasikmalaya pada

10 tanggal 15 Februari dengan langkah awal membangun koneksi infrastruktur hingga tingkat kelurahan sebanyak 60 Kelurahan. Pada tahap ini tinggal 6 Kelurahan yang belum terhubung dan masih tahap pengerjaan. Penerapan e-government yang dilakukan oleh Kota Tasikmalaya guna untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam otonomi daerah yang juga dialami oleh Pemerintah Daerah Kota Tasikmalaya, dimana kualitas pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat masih dirasakan kurang maksimal dan perlu adanya perbaikan-perbaikan. Maka pada dasarnya tuntutan akan terlaksananya tata kelola pemerintahan yang baik sangat wajar. Pemerintah harus dengan bijak memperhatikan apa yang akan dilakukan atau direncanakan terhadap pelaksanaan kegiatan dalam pemerintahannya yang akan datang terkait dengan tuntutan paradigma tersebut dan sebagai bentuk akuntabilitas terhadap masyarakat. Dengan adanya sistem e-government, menjadikan sebuah harapan baru bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam menangani peningkatan kualitas palayanan publik yang berdampak pada terwujudnya tata kelola pemerintahan. Beberapa hasil survei dari lembaga survei internasional menunjukkan bahwa pelayanan publik di Indonesia masih terburuk di Asia dalam hal pelayanan publik. Demikian pula halnya berbagai kajian yang telah dilakukan oleh para pemerhati pelayanan publik, dengan mana hampir semuanya berkesimpulan bahwa pelayanan publik melalui kontak langsung rentan terhadap berbagai praktek maladministrasi, yaitu suatu praktek yang menyimpang dari etika

11 administrasi atau suatu praktek administrasi yang menjauhkan dari pencapaian tujuan administrasi. (Erick, 2011) Penelitian mengenai pengaruh penerapan e-government terhadap pelaksanaan tata kelola pemerintah telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Sebagai bahan pertimbangan pula dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa penelitian tersebut. Peneliti-peneliti tersebut yaitu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Karin dan Fathul (2009) mengenai Dampak e-government pada Good Governance: Temuan Empiris Dari Kota Jambi. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa e-government berdasarkan prinsip good governance mengalami peningkatan secara signifikan, artinya e-government dapat digunakan untuk mewujudkan pelaksanaan tata kelola pemerintah. Adapun penelitian yang dilakukan pula oleh Irham Habib (2007) mengenai Pengaruh e-government Terhadap Upaya Pelaksanaan Good Governance pada Kantor Wilayah VII Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jakarta. Hasil penelitiannya menunjukan adanya pengaruh positif antara penerapan e-government dengan upaya pelaksanaan good governance. Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyani dan Daru (2008) dengan judul Peranan e-government Dalam Rangka Mewujudkan Good Governance Bagi Masyarakat menyatakan bahwa penerapan e-government dibutuhkan guna untuk menciptakan good governance. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis hendak melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Penerapan e-government Terhadap Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintah di Pemerintah Kota Tasikmalaya

12 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti menetapkan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut : 1. Bagaimana Penerapan e-government di Pemerintah Kota Tasikmalaya. 2. Bagaimana Gambaran Tata Kelola Pemerintah di Pemerintah Kota Tasikmalaya. 3. Bagaimana Pengaruh Penerapan e-government Terhadap Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintah di Pemerintah Kota Tasikmalaya. 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan permasalahan yang ada, maka dapat dikemukakan maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui penerapan e-government di Pemerintah Kota Tasikmalaya. 2. Untuk mengetahui gambaran Tata Kelola Pemerintah di Pemerintah Kota Tasikmalaya. 3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan e-government terhadap pelaksanaan Tata Kelola Pemerintah di Pemerintah Kota Tasikmalaya. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dalam penelitian ini yaitu dalam aspek akademis, untuk pengembangan keilmuan yang berkenaan dengan penerapan sistem informasi akuntansi dalam hal ini yaitu penerapan sistem e-government serta terkait dengan pelaksanaan tata kelola pemerintahan. Sedangkan dalam aspek

13 empiris yaitu sebagai bahan referensi atas penerapan e-government dan tata kelola Pemerintah di Pemerintah Kota Tasikmalaya. 1.5 Lokasi dan Tempat Penelitian Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi ini, maka lokasi penelitian ini dilaksanakan di Pemerintah Kota Tasikmalaya yang berlokasi di Jl. Letnan Harun No. 1 Kompleks Balaikota Tasikmalaya Telp/Fax (0265) 313118. Waktu yang diperlukan penulis dalam melakukan penilaian dimulai pada bulan Juli 2015 sampai dengan bulan April 2016